[ Vin, kalau ada waktu, telepon aku. Situasi mendesak. ]Setelah mendapat pesan itu, Vin mendongak menatap Russel yang melepaskan jasnya. Selagi Russel tidak memperhatikannya, dia segera menghapus pesan itu."Papa, kamu pasti lelah karena menyetir. Istirahatlah, aku mau ke kamar mandi dulu." Vin langsung pergi ke kamar mandi, lalu mengunci pintu.Ashton terus menunggu dengan gelisah. Begitu mendengar dering ponsel, dia langsung masuk ke kamar mandi dan mengunci pintu."Ashton, ada apa?" tanya Vin."Kamu pasti belum tahu masalah sebelumnya. Aku akan memberitahumu." Ashton bercerita tentang Emma yang mengiranya adalah Vin dan makan bersamanya, lalu ditangkap oleh polisi. Masalah ini adalah awal kesalahpahaman semuanya. Vin harus memahaminya.Setelah mendengarnya, Vin pun tercengang dan berkata, "Ternyata Kak Emma ditangkap gara-gara kamu. Pantas saja dia memarahiku waktu itu. Aku yang jadi korbannya.""Ini bukan pokok pentingnya. Masalahnya adalah mereka menjadi salah paham setelah masal
Meskipun rasanya tidak selezat masakan koki, Russel merasa sangat senang karena ini pertama kalinya putranya memasak untuknya. Penyakit Ashton tidak pernah kambuh lagi belakangan ini, bahkan Ashton menjadi begitu pengertian. Bagaimana mungkin Russel tidak senang?"Ashton, kapan kamu belajar masak? Aku nggak nyangka kamu bisa masak," tanya Russel."Terkejut, 'kan? Setelah kesehatanku membaik, aku belajar banyak hal. Masak cuma salah satu dari keterampilanku. Papa, kemajuanku jadi begitu pesat setelah mama tiriku itu pergi.""Kalau kamu menikahi mama idamanku, entah jadi sehebat apa aku nanti. Aku sampai nggak berani membayangkannya. Papaku tersayang, gimana kalau kamu mempertimbangkannya lagi?" bujuk Vin.Meskipun terkesan memaksa, Russel tidak marah karena bujukan Vin yang menggemaskan ini. Dia memang terkejut dengan perubahan drastis anak ini. "Dasar kamu ini! Sejak kapan kamu jadi begitu licik?""Hehe." Vin tertawa polos."Sekolah sudah mau dimulai. Kalau kurang sesuatu, cepat beri t
Pada hari masuk sekolah, Russel mengantar Vin ke sekolah. Ketika berdiri di depan gerbang, Vin terkesima. Sekolah ini benar-benar megah. Semua mobil yang mengantar para siswa adalah mobil mewah. Tentunya, tidak ada yang bisa dibandingkan dengan mobil Russel.Vin merasa sangat takjub. Dia membatin, 'Di zaman sekarang, para siswa sekalipun harus bersaing kekayaan orang tua ya?'"Vin, setelah liburan, kamu jadi makin ganteng saja ya," ucap kepala sekolah yang maju membantu mengangkat koper Vin.Ini bukan hanya karena Russel kaya raya, tetapi Ashton juga adalah kehormatan sekolah. Pintar dan pendiam. Ashton menduduki peringkat pertama di kompetisi matematika anak sedunia. Siapa yang tidak mengagumi anak seperti ini? Guru mana yang tidak menyukainya?"Papa, aku sekolah dulu ya. Kamu fokus kerja saja, nggak perlu mencemaskanku. Aku akan pulang waktu akhir pekan," ujar Vin.Ponsel Russel berdering. Ketika melihat nama penelepon, ekspresinya agak berubah. Dia menolak panggilan itu, lalu melamb
Emma bertekad akan bekerja sekeras mungkin supaya pantas menikmati perlakuan istimewa ini.Hari ini, terjadi kecelakaan beruntun. Banyak korban yang terluka. Emma menghabiskan belasan jam di ruang operasi.Setelah keluar dari ruang operasi, Emma merasa sangat lelah hingga tangannya mati rasa. Dia pun melepaskan baju medis steril, lalu mencuci tangan dan duduk di lantai sambil bersandar di dinding."Bu Emma, kamu benar-benar hebat. Jarang sekali ada dokter bedah wanita sehebatmu.""Ya, untung ada kamu. Kalau nggak, kami pasti kewalahan."Meskipun merasa lelah, Emma berhasil menyelamatkan begitu banyak orang, bahkan mendapat pengakuan dari rekannya. Dia merasa usahanya tidak sia-sia.Setelah istirahat sejenak, Emma kembali ke ruang kantornya. Dia mengambil ponselnya, lalu melihat ada panggilan tak terjawab. Karena itu nomor tak dikenal, Emma pun tidak memedulikannya. Dia membaca pesan dari guru.[ Bu Emma, anak-anakmu sangat patuh hari ini. Mereka beradaptasi dengan baik dan sangat pinta
"Sebagai calon istri gadungan, kamu cukup memahami semua yang ada di sana. Nggak usah tanya yang lain," tegur Russel dengan dingin.Emma pun mengumpat dalam hatinya. Kemudian, dia menutup dokumen itu dan berkata, "Ya sudah, aku sudah ingat semuanya. Aku nggak bakal mengecewakanmu kok.""Bagus, sekarang giliranmu," ucap Russel."Apa maksudmu?" tanya Emma."Jangan pura-pura bodoh," sahut Russel.'Latar belakangku ya? Kisah hidupku banyak dan rumit, tapi nggak boleh diketahui siapa pun,' batin Emma. Kemudian, dia berkata, "Oh, sederhana saja. Orang tuaku sudah meninggal, suamiku juga meninggal waktu aku hamil. Jadi, sekarang cuma sisa aku dan anakku."Orang tua meninggal? Suami meninggal? Tatapan Russel terlihat aneh setelah mendengarnya. Emma pun tidak bisa menahan senyumannya. Dia bertanya, "Kenapa? Kamu rasa aku pembawa sial ya?""Kalau kamu takut aku mendatangkan kesialan untukmu, cari wanita lain saja. Kamu memang nggak punya akhlak, tapi kaya dan berkuasa. Banyak wanita yang menging
Pacar? Sebelumnya Marion pulang dan mengadu bahwa Russel sudah punya pacar. Mereka tidak percaya dan mengira Marion melakukan sesuatu yang membuat Russel marah.Kali ini, mereka menyuruh Russel datang untuk memperjelas semuanya. Siapa sangka, Russel benar-benar membawa pacarnya kemari."Russel!" Begitu mendengar laporan dari pelayan, Marion yang sedang berdandan segera memakai bedak, lalu berlari turun dengan gembira.Namun, ketika melihat Russel membawa seorang wanita, ekspresinya langsung berubah drastis. Natalie khawatir suasana menjadi canggung, jadi buru-buru berucap, "Marion, Russel membawa pacarnya kemari. Ayo kemari."Marion pun merasa gusar. Natalie menyuruhnya kemari untuk menyapa pacar baru Russel?Samuel segera berkata, "Russel, Emma, duduklah."Emma melirik Russel dengan bingung. Russel menggandeng tangannya dan membawanya duduk di sofa. Selagi tidak ada yang memperhatikan, Samuel memberi isyarat mata kepada Marion agar tidak marah-marah.Samuel duduk di sofa samping, lalu
Emma tidak bisa memahami maksud Russel. Agar tidak ketahuan, dia tidak melontarkan sepatah kata pun sejak tadi.Setelah mendengar penjelasan Russel, Samuel dan Natalie pun terdiam. Mereka tidak tahu harus mengatakan apa."Aku benar-benar minta maaf karena gagal membina hubunganku dengan Marion. Tapi, kuharap hubungan keluarga kita nggak hancur karena masalah ini," tambah Russel."Hal seperti itu nggak bakal terjadi. Kami bisa paham kok. Lagian, kalian bukan suami istri benaran. Semua ini salah Marion karena kurang berusaha ...," timpal Samuel sambil tersenyum getir."Ayah!" Marion berharap orang tuanya bisa membelanya, tetapi Samuel malah langsung mengakui kekalahannya."Jangan katakan apa pun lagi. Sebenarnya kalian punya harapan menjadi keluarga sempurna, tapi kamu nggak tahu cara mendapat hati orang. Kamu sendiri yang salah. Kembali ke kamarmu sana!" hardik Samuel."Ayah, aku yang dicampakkan Russel. Kenapa malah jadi salahku? Apa kesalahanku?" Marion pun merajuk."Sudah, kamu turut
"Kinerjamu cukup baik tadi," puji Russel."Terima kasih." Meskipun tidak tahu hubungan di antara kedua belah pihak, Emma kira-kira bisa menebaknya.Bukankah Marion aktris terkenal? Ternyata wanita itu begitu terobsesi pada Russel? Selain itu, bukankah Russel punya penyakit? Bukan hanya penyakit fisik, tetapi juga penyakit mental.Ketika delusinya kambuh, Russel akan mengira semua anak kecil adalah putranya. Bagaimana bisa seorang aktris menyukai pria semacam ini? Benar-benar tidak masuk akal. Ternyata banyak wanita yang hanya mementingkan ketampanan."Sebagai dokter, aku ingin memperingatkanmu. Sebaiknya kamu segera diopname untuk menjalani perawatan. Selain itu, penyakitmu bisa kambuh kapan saja, jadi kamu nggak seharusnya menyetir. Semua ini demi keselamatanmu dan orang lain," nasihat Emma. Meskipun terlihat normal, penyakit Russel sebenarnya sangat parah."Kamu mengira dirimu benar-benar calon istriku?" ejek Russel."Ini jelas-jelas kekhawatiran dokter terhadap pasien! Sudahlah, hid