“Mau ngapain?” Elza bertanya saat melihat Ayara berhamburan ke arahnya.
“Pak Niko minta wine, yang mana katanya wine kesukaan dia? Cepetaaan.” Ayara membuka setiap kabinet di pantry berusaha mencari wine favorite sang tuan muda.
“Cie, yang tadi dipangku pak Niko ... ampe stress gini padahal cuma diminta bawaiin wine, nih wine-nya ... enggak kaliatan ya saking grogi.” Elza menyodorkan satu botol wine ke depan Ayara.
Tim Ayara mendapat pelatihan khusus sebelum melayani sang owner sehingga mereka sudah mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai si pemilik perusahaan ini yang notabene terkadang keinginannya berbeda dengan manusia normal pada umumnya.
Ayara langsung memeluk wine itu sambil mengembuskan napas lega.
“Ini masalah hidup dan mati, Mbak ... kalau dia sampe kecewa bisa diganti tim kita.”
Hal ini sangat penting bagi Ayara karena menjadi air crew Nicholas mendapatkan gaji dan bonus lebih besar dibanding air crew yang melayani penyewa privat jet.
“Ooooh, bukan karena ingin memikat hati pak Niko? Kirain lo keenakan duduk di atas pangkuannya ... gedong enggak, Ra?” Elza paling hobby menggoda juniornya yang polos seperti Ayara.
Belum juga Ayara menjawab, terjadi turbulensi tiba-tiba yang tidak sempat Abinawa informasikan.
Ayara berpegangan dengan satu tangan pada kabinet sementara satu tangannya masih memeluk botol wine erat-erat.
“Ups, ma ... maaf, Pak.” Elza yang tidak sempat berpegangan berakhir dalam pelukan Revan-sang sekertaris tampan.
“Kamu enggak apa-apa?” Suara Revan terdengar merdu penuh perhatian hingga membuat jantung Elza berdendang ria dan wajahnya seketika merona.
Sialannya, meski guncangan telah berhenti—pria itu masih memeluk Elza memastikannya tetap aman.
“Eng ....” Elza melirik Ayara yang sedang mengulum senyum.
Bisa dibayangkan bullyan balasan dari Ayara yang akan diterima Elza setelah ini.
“Enggak ... apa-apa Pak, maaf sa—“
“Permisi, Pak ... saya tinggal dulu, tadi pak Niko minta dibawakan wine,” sambar Ayara menyela kalimat Elza yang kemudian melengos begitu saja tidak lupa memberikan kedipan satu mata untuk Elza.
Kedipan mata itu memberitau Elza, jika Ayara akan pergi dan selanjutnya—di pantry—semua terserah Elza dan Revan.
Setibanya di kabin tengah, Ayara meletakan gelas di meja untuk Nicholas.
Terjadi lagi turbulensi ketika hendak membuka botol wine.
Kedua tangan Ayara yang tengah sibuk membuka botol wine membuatnya tidak sempat berpegangan hingga gadis itu kembali terjatuh di pangkuan Nicholas dengan posisi menyamping.
Kali ini Nicholas refleks memegang pinggul Ayara karena turbulensi yang terjadi cukup kuat dan panjang.
Ayara menahan napas tatkala merasakan kedua tangan dengan gurat otot samar itu melingkupi pinggulnya.
Gelas di atas meja nyaris jatuh namun refleks Nicholas sangat sensitif membuat satu tangannya masih sempat menggapai gelas yang belum berisi wine.
Suara Abinawa mengudara melalui speaker yang terdapat di sepanjang kabin, sang Pilot memberi intruksi agar memasang seatbelt karena akan menembus kumpulan awan.
Kesadaran Ayara segera saja ditarik paksa, ia hendak berdiri namun guncangan semakin hebat membuatnya tidak bisa turun dari atas pangkuan Nicholas.
Ayara menunjukan ekspresi menyesal penuh permohonan tapi Nicholas membalasnya dingin tanpa perasaan.
Sorot mata Nicholas jelas-jelas mengusir Ayara agar beranjak dari pangkuannya.
“Maaf ... saya duduk di atas pangkuan Pak Niko dulu ya sampai turbulensi selesai.”
Dengan sangat terpaksa Ayara mengucapkannya, napas gadis itu tertahan karena takut melihat raut wajah Nicholas yang tidak bersahabat.
Tapi jika Ayara bergerak, khawatir akan membahayakan nyawanya.
Di sisi lain Ayara juga takut timnya diganti karena telah lancang duduk di atas pangkuan Nicholas, padahal jika saja Nicholas bukan bosnya—Ayara bisa menikmati bagaimana rasanya dipangku oleh pria tampan bak titisan Dewa dengan rahang tegasnya yang diselimuti bulu halus.
Di situasi genting seperti ini bisa-bisanya Ayara mengkhayal, maklum saja sudah terlalu lama tidak merasakan belaian seorang pria.
Saat guncangan sedikit mereda, dengan berat hati Ayara berusaha turun dari atas pangkuan Nicholas.
Berpegangan pada sandaran kursi—Ayara menyebrangi lorong untuk tiba di kursi di samping Nicholas.
Ayara nyaris limbung ke belakang namun telapak tangan Nicholas lagi-lagi refleks menahan Ayara tepat di bokong lalu mendorong bokong sintal itu agar sampai di kursi lain.
Jika saja Ferdi atau Yogi yang melakukan hal tersebut kepada Ayara, sudah dipastikan wajah mereka akan mendapat hantaman heels Ayara.
Tapi ini Nicholas Aldrich Lazuardy, owner dari perusahaan penerbangan tempatnya mencari nafkah jadi Ayara maklumi pria itu menyentuh bokongnya terlebih ia tau jika Nicholas hanya bermaksud membantu.
Berarti Nicholas masih punya hati, pikir Ayara walau sebenarnya Nicholas hanya tidak ingin Ayara terjatuh lagi di atas pangkuannya.
Setelah berhasil menggapai kursi, Ayara langsung duduk dan memakai seatbelt.
Botol wine pesanan Nicholas yang sedari tadi ia jaga dengan nyawanya itu Ayara peluk agar tidak jatuh.
Guncangan masih belum berhenti meski tidak sekuat sebelumnya.
“Tuhan, jangan dulu panggil Aya, kasian mami sama Dhika ... siapa yang mau bayarin utang-utang papi ... ijinkan Aya hidup lebih lama Tuhan, Aya janji jadi anak baik, nurut sama mami.” Ayara bergumam dan tanpa sadar gumamanya yang cukup kencang menembus gendang telinga Nicholas.
Pria itu menoleh dengan kerutan di antara alis.
Selama guncangan, mulut Ayara tidak berhenti komat-kamit menggumamkan permohonannya kepada Yang Maha Kuasa.
Nicholas pikir Flight Attendant tidak takut mati, tapi nyatanya mereka juga manusia biasa yang merasa khawatir jika ajal menjemput secara tiba-tiba.
Ayara membuka mata ketika pesawat berhenti berguncang.
Tanda melepaskan sabuk pengaman pun telah berganti warna menjadi hijau.
Ayara buru-buru bangkit dari pangkuan dan langsung melayani Nicholas, membuka tutup botol wine lalu menuangnya ke gelas.
“Silahkan Pak, jika masih kurang ... Pak Niko bisa panggil saya dan maaf untuk yang tadi.”
Ayara menundukan kepala ketika mengatakannya, tidak berani menatap mata Nicholas yang selalu tajam tidak ramah.
Hening, Nicholas tidak menanggapi bahkan pria itu belum menyentuh gelas winenya.
“Saya permisi,” ujar Ayara yang mengartikan keterdiaman Nicholas sebagai jawaban ‘Ya’.
Ayara berbalik, mulai melangkah dengan kaki lemas menyusuri lorong kabin pesawat. Tak banyak yang tahu, meski sudah berpengalaman menjadi pramugari, seorang Ayara masih memiliki ketakutan pada turbulensi.
Sementara itu, setelah kepergian Ayara… di bangkunya, Nicholas melepaskan satu erangan panjang.
Tak ada seorang wanita pun bisa membangkitkan gairahnya, terkecuali Vanya. Namun kali ini… kenapa gadis pramugari itu…. “Argh, shit!” Pria itu mengumpat, dengan wajah yang memerah.
“Flight attendant prepare for arrival.” Suara beratAbinawa yang mengalun merdu itu membuat Elza, Anya dan Ayara mengembuskan napaslega.Kurang lebih mereka mengudara selama lima belas jam, longhaul flight yang melelahkan.Akhirnya mereka tiba di sebuah pulau pribadi milik Lazuardyyang masih terletak di Asia Tenggara.Pulau yang cukup luas itu memiliki landasan pesawat terbangsendiri karena di sana terdapat resort mewah yang memiliki fasilitas di atashotel bintang lima, hanya mampu di sewa oleh artis terkenal, pengusaha suksesdan para pemimpin Negara juga para Sultan di Dunia.Flight attendant segera mengecek keadaan penumpang.Toilet beserta kamar di kabin belakang tidak luput daripengecekan.Malvino dan Sera keluar dari kabin kamar setelah Anyamengetuk pintunya.Malvino keluar sambil mengancingkan kemejanya dan raut wajahpria itu tampak kesal karena kegiatan bercintanya harus terganggu turbulance.“Flight attendant landing station.”Informasi dari Abinawa tersebut mengharus
Demi apapun suara berat itu masih mampu membuat Ayarameremang.Ingatan tentang masa indah ketika keduanya masih merajutkasih terlintas begitu saja dalam benak Ayara.Bagaimana cara Abinawa menciumnya, menyentuh hingga mengecupsekejur tubuhnya dengan bibir tebal pria itu yang menawan.Hanya saja Ayara belum sempat merasakan milik Abinawa yangberada di dalam celananya, yang kata banyak perempuan memiliki ukuran di luarnormal—mereka mengetahuinya meski baru pertama bertemu Abinawa.Entah sejak kapan para wanita melihat sesuatu yang bersarangdi dalam celana seorang pria sebagai first impression,bukan tampang jugaakhlaknya.Sentuhan di pundak membuat Ayara menghela kasar tanganAbinawa yang kini telah duduk di barstool di sampingnya.“Jangan sentuh,” kata Ayara dengan tatapan tajam.“Galak banget sih, Ay.”Ayara benci panggilan itu.Sang gadis tidak menanggapi, menghadapkan tubuhnya lurus kedepan menyaksikan pertunjukan musik yang dipersembahkan untuk si pemilik acaradan tamu unda
“Kenalin, pacar Niko.”Nicholas merangkul pundak Ayara hingga gadis yang sedang melongo bingung itu menempel tanpa jarak dengan tubuhnya.Tentu saja Nicholas langsung mendapat tatapan penuh tanya dari Ayara.Kening gadis itu berkerut dan bibir sensualnya terbuka sebagian.Nicholas meremat pundak Ayara memberi kode agar gadis itu menurut dengan apa yang sedang ia kondisikan.Ayara gadis yang cerdas sehingga bisa membaca kode dari Nicholas.“Enggak mungkin, kalian baru pertama kali ketemu hari ini,” tukas Malvino sanksi.Mana bisa Malvino percaya begitu saja, selama lima belas jam berada di pesawat bersama Nicholas—Malvino tidak melihat tanda-tanda sang adik flirting terhadap gadis yang katanya kekasihnya itu.“Gue yang minta Revan mengganti air crew dengan tim dia.” Nicholas yang lupa nama Ayara pun memberi alasan kemudian menatap Ayara lagi, mengendik sedikit memberi kode agar Ayara memperkenalkan diri.Perlahan—sedikit bergetar tangan Ayara terlulur. Mimpi apa dia semalam sampai har
“Pak! Tunggu!” Ayara mengejar Nicholas yang melangkahkan kakinya lebar menuju sebuah cottage.Pria itu mengatakan bahwa Ayara harus mengikutinya tapi malah meninggalkannya.Saat ini Ayara menggunakan stiletto tinggi, susah payah ia berjalan menyusuri jalan dengan teksture tidak rata.Jangan harap Nicholas mau mendengar perintah Ayara, selama ini dirinya yang memerintah dan ia tidak pernah menerima perintah dari orang yang baru dikenalnya.“Ups!” Ayara nyaris keseleo jika saja Revan tidak segera menangkap pinggangnya.Ayara sendiri tidak mengetahui sejak kapan Revan berjalan di belakang mengikutinya.Ternyata ditengah-tengah acara, Nicholas memberi kode dengan tatapan mata kepada Revan agar pria itu mengikutinya ke cottage karena ada yang harus mereka bertiga bicarakan.“Maaf, Pak ...,” sesal Ayara sekaligus berterimakasih.“Enggak apa-apa, ayo saya bantu.” Revan menawarkan diri.“Enggak usah, Pak ... saya bisa.” Ayara menegakan tubuhnya lalu mulai melanjutkan langkah.Ternyata adegan
“Nama lengkapnya ... Ayara Savrinadeya, mendiang ayahnya yang bernama Robby paramudia adalah mantan Setda di kota Bogor yang menanggalkan status Pegawai Negri Sipil untuk mencalonkan diri sebagai Wali Kota ... beliau bergabung dengan salah satu partai besar tapi dana yang diberikan untuk kampanye tidak cukup sehingga harus menggadaikan seluruh asetnya ke Bank dan meminjam uang kepada rentenir juga kepada beberapa keluarga dan kerabat ....” Revan menjeda sebentar informasi yang ia dapatkan tadi malam tentang Ayara untuk melihat reaksi Nicholas. Sementara itu Nicholas duduk tenang di kursinya sambil membuka ipad berisi data Ayara dari semenjak gadis itu lahir ke dunia. Nicholas harus tau latar belakang gadis yang akan menjadi istrinya. “Pak Robby, mendiang ayah Ayara akhirnya bunuh diri setelah dinyatakan kalah dalam pemilu karena tidak mampu membayar hutang-hutangnya ... tapi Bank mengecualikan kematian pak Robby dengan alasan bunuh diri sehingga a
“Pagi Ay ....” Abinawa duduk tepat di depan Ayara, secangkir kopi dan satu piring kecil omlete diletakannya di atas meja. Ayara mendongak saat aroma parfum Abinawa seakan menarik seluruh impuls tubuhnya. Ya Tuhan, di hati Ayara masih tersisa rasa untuk Abinawa yang sedang mati-matian ia bunuh. Bertahun-tahun menjauh dari pria itu nyatanya tidak bisa membuat Ayara lupa dengan cinta yang pernah mereka miliki bersama. Masih teringat dengan jelas dalam benak Ayara bagaimana kedua lengan kekar itu memeluk tubuhnya dan bibir tebal Abinawa menyisir setiap jengkal wajah dan tubuhnya. Ayara pikir kisah mereka akan berakhir sempurna tapi kenyataan tidak berpihak padanya. Ketika dirinya sedang terpuruk dengan kegagalan sang ayah atas pencalonan wali kota disusul kepergian tragis beliau—Abinawa tidak ada di samping Ayara, pria itu sedang menikmati tubuh Melisa di apartemennya. FLASHBACK ONMas A
“Ay ... kamu ngelamun?” tegur Abinawa seraya menyentuh pipi Ayara. Ayara menolehkan wajahnya ke samping menepis tangan Abinawa. Kemudian bernapas dengan benar, berusaha menetralkan detak jantung usai kilasan cerita pedih itu melintas dalam benak begitu saja seperti kaset rusak. Tanpa berniat menjawab Ayara berdiri hendak pergi dari hadapan Abinawa. Ia menyesal bangun kesiangan sehingga terlambat sarapan sementara Elza dan Anya sudah lebih dulu sarapan tadi pagi. Abinawa jadi bisa seenaknya memaksa berkomunikasi padahal Ayara sudah tidak ingin bersosialisasi dengan pria laknat itu lagi. “Tunggu Ay, ada yang mau aku omongin.” Abinawa menahan tangan Ayara yang seketika itu juga sang gadis hempaskan. “Ngomong apa?” Ayara bertanya ketus. “Jadi ... kamu beneran sama Pak Niko?” Ayara tersenyum meledek, sepertinya ini kesempatan untuk balas dendam kepada pria itu. “Iya ...
“Ada kiriman, Ra.” Anya membawa sebuah kotak besar di tangannya.Ayara yang barus aja keluar dari kamar mandi melongo melihat kotak eksclusive tersebut.Sesuai intruksi, mereka akan stay sehari lagi di resort ini dan akan kembali ke Jakarta esok paginya.“Dari siapa?” Ayara bertanya.“Dari Pak Niko ... tadi Pak Revan yang anter katanya jam enam lo harus udah siap, mau makan malem sama keluarga Lazuardy.”“Uhuk ... uhuk ... uhuk ....” Ayara langsung batuk tersedak ludahnya sendiri.Apa katanya?Makan malem keluarga?Sepertinya Nicholas tidak main-main dengan ucapannya.“Siapa? Pak Revan? Mana?” Elza yang berada di balkon langsung masuk ke dalam cottage.“Udah pergi tadi.” Anya memberitau dan raut wajah Elza langsung berubah sendu.“Lanjut nih sama Pak Revan?” Ayara menggoda Elza lagi.Bibir Elza mencebik kemudian maju beberapa senti.“Cie ... berawal dari pelukan lalu turun ke hati ... trus turun terus ke lubang kenikmatan.” Ayara tergelak kencang setelah mengatakannya.“Apa sih?” Waja
Ayara mengerjap merasakan berat di bagian pinggangnya. Ternya ada tangan kokoh melingkar di sana. Membalikan tubuh dan mendapati wajah suaminya yang begitu lelap tertidur. Bukannya pria itu pergi menemui Vania dan mengatakan akan menjemputnya hari ini? Apa tadi malam itu mimpi? Atau dirinya yang masih bermimpi sekarang? Ayara mengucek matanya lalu membuka perlahan dan wajah tampan Nicholas masih ada dalam pandangan. Disentuhnya rahang tegas dengan bulu halus itu, begitu nyata di telapak tangan Ayara. Ayara menatap nanar wajah suaminya, berlama-lama memuaskan indera penglihatannya untuk ia rekam dalam ingatan karena mungkin kata pertama yang akan Nicholas lontarkan ketika membuka mata adalah ajakan bercerai. Ayara mengecup kening Nicholas lalu turun ke hidung dan berakhir di bibir. Ketika Ayara hendak menjauhkan wajahnya—Nicholas malah menarik tengkuk Ayara untuk me
Rumah Kanjeng Mami yang tidak terlalu besar dan berdempetnya antar kamar membuat Nicholas harus ekstra pelan menghentak Ayara agar tidak terdengar suara pertemuan kulit mereka. Ayara juga harus menahan desahannya sekuat tenaga padahal hujaman Nicholas dengan tempo lambat tapi dalam itu membuat Ayara tidak dapat lagi menampung rasa nikmat yang Nicholas suguhkan. Mereka sedang dalam kunjungan rutin ke rumah Kanjeng Mami kemudian tiba-tiba Nicholas menginginkannya dan Ayara tidak mungkin menolak. “Pak, emmmhh ....” Ayara mendesah lalu menggigit bibir bagian bawahnya. Sementara itu, Nicholas juga terlihat sedang menahan erangan. Kenapa rasanya berbeda jika dilakukan dengan tempo lambat, ia merasakan kenikmatan yang tak terperi ketika miliknya keluar masuk lembah Ayara. Sebentar lagi Nicholas akan sampai, ia merendahkan tubuhnya—merajai leher Ayara dengan banyak kecupan. Ayara membusungkan dada, kakinya i
Usai makan malam, Nicholas membersihkan tubuhnya begitu juga dengan Ayara yang seharian ini sibuk memasak rendang sampai lupa waktu. Mereka tidak mandi bersama tapi bergantian dan setelah itu Ayara lebih dulu bersarang di sofa ruang televisi. Menjatuhkan tubuhnya yang pegal karena seharian di dapur lalu menyalakan televisi melanjutkan tontonannya di Netflix. Di dalam kamar, Nicholas sibuk dengan huruf dan angka pada Macbook. Nicholas membawa pekerjaannya agar bisa pulang lebih awal karena merindukan Ayara tapi malah terjebak dengak pekerjaan itu sendiri. Hampir larut ketika Nicholas selesai dan Ayara masih di ruang televisi asyik menonton. Nicholas menyusul ke ruang televisi, duduk di samping Ayara tapi sang istri terlalu fokus dengan layar kaca di depannya hingga tidak menyadari jika Nicholas ada di samping menunggu untuk di perhatikan. Akhirnya pria itu menyimpan bantal di atas pangkuan Ayara dan m
“Jadi kamu udah yakin sama Elza, Van?” Nicholas bertanya setelah Revan mengutarakan keinginannya melamar Elza. Mereka berdua masih dalam perjalanan, baru saja selesai mengecek proyek yang berada di pinggir kota dengan pak Kasdi sebagai driver andalan yang mengemudi saat ini. “Yakin, Pak ....” Revan menjawab mantap. “Lalu ibu dan kakak perempuan kamu? Kamu pernah cerita kalau mereka sedikit pemilih, itu kenapa kamu sulit menemukan pasangan.” Revan tertawa pekan. “Elza mampu menghadapi mereka, Pak ... dan kalau saya selalu menurut sama mereka, mau kapan saya memulai hidup berumah tangga?” Nicholas menganggukan kepalanya mengerti. “Pertama kali saya ketemu Radhika, dia seperti tidak menyukai saya ... sorot matanya seakan membenci saya, tapi setelah saya memperlihatkan kemesraan dengan Ayara, sepertinya dia percaya kalau saya mencintai kakaknya ....” Nicholas menjeda, ia mengingat pertama kali tangannya
“Tumben banget ngajak makan malam, biasanya makan malam di apartemen aku.” Elza menyindir prilaku tidak biasa kekasihnya.Revan hanya tersenyum menanggapi.“Romantis banget lagi tempatnya.” Elza sampai berdecak kagum karena bukan hanya terkenal mahal, tempat ini juga memiliki suasana yang kental dengan keromantisan.Banyak pria melamar kekasihnya di tempat ini, tapi bukan pria-pria biasa, melainkan pria-pria high class executive muda yang memiliki saldo di rekening cukup banyak untuk menyewa tempat ini.Pasalnya lounge yang berada di puncak tertinggi salah satu gedung di tengah kota Jakarta ini hanya menerima pengunjung dengan jumlah terbatas setiap harinya.Dan sudah bisa dipastikan jika satu menunya berharga fantastis karena langsung di masak oleh koki profesional yang didatangkan langsung dari luar Negri.“Elza bukan Frozen,” panggil Revan membuat Elza menoleh dari pemandangan indah yang tersaji di sana.“Ya?” tanyanya sambil tersenyum karena sudah lama Revan tidak memanggilnya sep
“Alana!” panggil Radhika lembut, pria itu menghentikan langkahnya.“Ya, Kak?” Alana menjawab tapi dengan fokusnya masih pada deretan pakaian yang tertata rapih dalam butik di mana mereka berada saat ini.“Aku pulang,” kata Radhika lagi, membalikan badan dan keluar dari sana.“Kak Radhi, tunggu!”Tentu saja perhatian Alana yang tadi hanya tertuju pada pakaian dengan label new arrival di butik itu kini terenggut paksa oleh Radhika.Bergegas Alana menyusul Radhika yang sudah melangkah menjauh.“Kaaaak.” Alana menarik tangan Radhika yang memegang banyak paper bag.Bukan hanya tangan yang Alana tarik yang penuh dengan paperbag tapi tangan Radhika yang satunya juga bernasib sama.“Tunggu dulu, aku belum selesai milih baju.”Radhika menatap malas Alana yang seharian ini belanja seperti kerasukan setan.“Alana, baju kamu itu udah banyak ... aku liat kemarin waktu ke apartemen kamu sampe berjubel baju di lemari, trus buat apa kamu beli-beli lagi? Aku tau kamu punya warisan dari orang tua kamu
“Kamu enggak lagi bercanda, kan?” Abinawa sampai menegakan tubuh.Kain yang menyelimuti dadanya turun dan melingkar di pinggang.Anya baru saja menceritakan sebuah rahasia besar antara Ayara dengan Nicholas.“Enggak ... buat apa saya bercanda.” Anya turun dari atas ranjang lalu memakai pakaian dalamnya di depan Abinawa.Setelah itu Anya masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci wajah.“Kamu tau dari mana kalau Ayara sama Nicholas kawin kontrak?” cecar Abinawa yang mengikuti Anya ke kamar mandi.Anya yang hanya memakai pakaian dalam saja, menyelesaikan membasuh wajah lalu mengeringkannya menggunakan tissue. Abinawa bisa melihat seringai kecil di bibir Anya yang kini bergerak mendekatinya.Menyentuh rahang Abinawa, kemudian turun ke leher dan dadanya yang bidang tanpa penghalang karena Abinawa belum sempat memakai kaos.Sentuhan sensual itu semestinya bisa membuat darah Abinawa berdesir jika Ayara yang melakukannya.Abinawa menangkap tangan Anya lalu menggenggam erat.“Jawab saya, Anya!
Ayara mengulum senyum melihat Nicholas terus-terusan mengangkat kerah bajunya. Semua bawahannya pasti bingung bagaimana Nicholas bisa mendapat tanda merah di lehernya itu. Tidak banyak yang tau mengenai pernikahan Nicholas, mereka berpikir Nicholas adalah pria lajang berkualitas. Ketika datang ke pulau ini pun Nicholas hanya ditemani Revan dan protokoler tanpa seorang wanita. Semua orang akan bertanya-tanya siapa wanita atau mungkin pria yang membuat tanda merah di lehernya karena Nicholas tidak pernah dikabarkan sedang mengencani seseorang. Betapa puasnya Ayara membuat Nicholas salah tingkah seperti itu. Nicholas yang duduk bersama para pimpinan dan para Pilot untuk sarapan pagi melirikan matanya kepada Ayara. Ayara yang sedari tadi memperhatikan suaminya lantas tersenyum lalu mengerucutkan bibir membentuk sebuah kecupan di udara, meledek Nicholas. “Pantesan hot banget dia tadi malem,” batin Nicholas menggeram. Dalam hidup Nicholas, baru Ayara seorang yang berani me
Abinawa sudah di penghujung lagu yang sedang dinyanyikannya saat sebuah helikopter mendarat di bagian belakang resort. Semua mata tertuju pada helikopter jenis terbaru dengan logo LZ Corp. pada bagian ekornya. Tidak perlu ditanya lagi siapa yang ada di dalam sana karena tidak mungkin Bagaskara atau Erlangga yang berdomisili di Luar Negri bersedia datang ke acara kecil yang dibuat salah satu anak perusahaan. “Pak Niko nyusulin, tau bininya digodain Capt. Abi terus,” celetuk Elza seraya menyenggol lengan Ayara. Tentu saja Elza dan Anya melihat bagaimana air mata Ayara mengelir karena tersentuh oleh lirik lagu yang dinyanyikan Abinawa. Beberapa panitia berlarian menyambut tamu VIP tersebut. Semua menoleh ke belakang, tempat di mana helikopter tersebut mendarat. Tidak lama sosok Nicholas muncul diikuti Revan dan pimpinan tertinggi bagian HRD yang tadi menyambutnya di kelilingi beberapa orang protokoler. Seperti biasa, Nicholas berjalan tegap penuh wibawa dengan sorot mata