“Mau ngapain?” Elza bertanya saat melihat Ayara berhamburan ke arahnya.
“Pak Niko minta wine, yang mana katanya wine kesukaan dia? Cepetaaan.” Ayara membuka setiap kabinet di pantry berusaha mencari wine favorite sang tuan muda.
“Cie, yang tadi dipangku pak Niko ... ampe stress gini padahal cuma diminta bawaiin wine, nih wine-nya ... enggak kaliatan ya saking grogi.” Elza menyodorkan satu botol wine ke depan Ayara.
Tim Ayara mendapat pelatihan khusus sebelum melayani sang owner sehingga mereka sudah mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai si pemilik perusahaan ini yang notabene terkadang keinginannya berbeda dengan manusia normal pada umumnya.
Ayara langsung memeluk wine itu sambil mengembuskan napas lega.
“Ini masalah hidup dan mati, Mbak ... kalau dia sampe kecewa bisa diganti tim kita.”
Hal ini sangat penting bagi Ayara karena menjadi air crew Nicholas mendapatkan gaji dan bonus lebih besar dibanding air crew yang melayani penyewa privat jet.
“Ooooh, bukan karena ingin memikat hati pak Niko? Kirain lo keenakan duduk di atas pangkuannya ... gedong enggak, Ra?” Elza paling hobby menggoda juniornya yang polos seperti Ayara.
Belum juga Ayara menjawab, terjadi turbulensi tiba-tiba yang tidak sempat Abinawa informasikan.
Ayara berpegangan dengan satu tangan pada kabinet sementara satu tangannya masih memeluk botol wine erat-erat.
“Ups, ma ... maaf, Pak.” Elza yang tidak sempat berpegangan berakhir dalam pelukan Revan-sang sekertaris tampan.
“Kamu enggak apa-apa?” Suara Revan terdengar merdu penuh perhatian hingga membuat jantung Elza berdendang ria dan wajahnya seketika merona.
Sialannya, meski guncangan telah berhenti—pria itu masih memeluk Elza memastikannya tetap aman.
“Eng ....” Elza melirik Ayara yang sedang mengulum senyum.
Bisa dibayangkan bullyan balasan dari Ayara yang akan diterima Elza setelah ini.
“Enggak ... apa-apa Pak, maaf sa—“
“Permisi, Pak ... saya tinggal dulu, tadi pak Niko minta dibawakan wine,” sambar Ayara menyela kalimat Elza yang kemudian melengos begitu saja tidak lupa memberikan kedipan satu mata untuk Elza.
Kedipan mata itu memberitau Elza, jika Ayara akan pergi dan selanjutnya—di pantry—semua terserah Elza dan Revan.
Setibanya di kabin tengah, Ayara meletakan gelas di meja untuk Nicholas.
Terjadi lagi turbulensi ketika hendak membuka botol wine.
Kedua tangan Ayara yang tengah sibuk membuka botol wine membuatnya tidak sempat berpegangan hingga gadis itu kembali terjatuh di pangkuan Nicholas dengan posisi menyamping.
Kali ini Nicholas refleks memegang pinggul Ayara karena turbulensi yang terjadi cukup kuat dan panjang.
Ayara menahan napas tatkala merasakan kedua tangan dengan gurat otot samar itu melingkupi pinggulnya.
Gelas di atas meja nyaris jatuh namun refleks Nicholas sangat sensitif membuat satu tangannya masih sempat menggapai gelas yang belum berisi wine.
Suara Abinawa mengudara melalui speaker yang terdapat di sepanjang kabin, sang Pilot memberi intruksi agar memasang seatbelt karena akan menembus kumpulan awan.
Kesadaran Ayara segera saja ditarik paksa, ia hendak berdiri namun guncangan semakin hebat membuatnya tidak bisa turun dari atas pangkuan Nicholas.
Ayara menunjukan ekspresi menyesal penuh permohonan tapi Nicholas membalasnya dingin tanpa perasaan.
Sorot mata Nicholas jelas-jelas mengusir Ayara agar beranjak dari pangkuannya.
“Maaf ... saya duduk di atas pangkuan Pak Niko dulu ya sampai turbulensi selesai.”
Dengan sangat terpaksa Ayara mengucapkannya, napas gadis itu tertahan karena takut melihat raut wajah Nicholas yang tidak bersahabat.
Tapi jika Ayara bergerak, khawatir akan membahayakan nyawanya.
Di sisi lain Ayara juga takut timnya diganti karena telah lancang duduk di atas pangkuan Nicholas, padahal jika saja Nicholas bukan bosnya—Ayara bisa menikmati bagaimana rasanya dipangku oleh pria tampan bak titisan Dewa dengan rahang tegasnya yang diselimuti bulu halus.
Di situasi genting seperti ini bisa-bisanya Ayara mengkhayal, maklum saja sudah terlalu lama tidak merasakan belaian seorang pria.
Saat guncangan sedikit mereda, dengan berat hati Ayara berusaha turun dari atas pangkuan Nicholas.
Berpegangan pada sandaran kursi—Ayara menyebrangi lorong untuk tiba di kursi di samping Nicholas.
Ayara nyaris limbung ke belakang namun telapak tangan Nicholas lagi-lagi refleks menahan Ayara tepat di bokong lalu mendorong bokong sintal itu agar sampai di kursi lain.
Jika saja Ferdi atau Yogi yang melakukan hal tersebut kepada Ayara, sudah dipastikan wajah mereka akan mendapat hantaman heels Ayara.
Tapi ini Nicholas Aldrich Lazuardy, owner dari perusahaan penerbangan tempatnya mencari nafkah jadi Ayara maklumi pria itu menyentuh bokongnya terlebih ia tau jika Nicholas hanya bermaksud membantu.
Berarti Nicholas masih punya hati, pikir Ayara walau sebenarnya Nicholas hanya tidak ingin Ayara terjatuh lagi di atas pangkuannya.
Setelah berhasil menggapai kursi, Ayara langsung duduk dan memakai seatbelt.
Botol wine pesanan Nicholas yang sedari tadi ia jaga dengan nyawanya itu Ayara peluk agar tidak jatuh.
Guncangan masih belum berhenti meski tidak sekuat sebelumnya.
“Tuhan, jangan dulu panggil Aya, kasian mami sama Dhika ... siapa yang mau bayarin utang-utang papi ... ijinkan Aya hidup lebih lama Tuhan, Aya janji jadi anak baik, nurut sama mami.” Ayara bergumam dan tanpa sadar gumamanya yang cukup kencang menembus gendang telinga Nicholas.
Pria itu menoleh dengan kerutan di antara alis.
Selama guncangan, mulut Ayara tidak berhenti komat-kamit menggumamkan permohonannya kepada Yang Maha Kuasa.
Nicholas pikir Flight Attendant tidak takut mati, tapi nyatanya mereka juga manusia biasa yang merasa khawatir jika ajal menjemput secara tiba-tiba.
Ayara membuka mata ketika pesawat berhenti berguncang.
Tanda melepaskan sabuk pengaman pun telah berganti warna menjadi hijau.
Ayara buru-buru bangkit dari pangkuan dan langsung melayani Nicholas, membuka tutup botol wine lalu menuangnya ke gelas.
“Silahkan Pak, jika masih kurang ... Pak Niko bisa panggil saya dan maaf untuk yang tadi.”
Ayara menundukan kepala ketika mengatakannya, tidak berani menatap mata Nicholas yang selalu tajam tidak ramah.
Hening, Nicholas tidak menanggapi bahkan pria itu belum menyentuh gelas winenya.
“Saya permisi,” ujar Ayara yang mengartikan keterdiaman Nicholas sebagai jawaban ‘Ya’.
Ayara berbalik, mulai melangkah dengan kaki lemas menyusuri lorong kabin pesawat. Tak banyak yang tahu, meski sudah berpengalaman menjadi pramugari, seorang Ayara masih memiliki ketakutan pada turbulensi.
Sementara itu, setelah kepergian Ayara… di bangkunya, Nicholas melepaskan satu erangan panjang.
Tak ada seorang wanita pun bisa membangkitkan gairahnya, terkecuali Vanya. Namun kali ini… kenapa gadis pramugari itu…. “Argh, shit!” Pria itu mengumpat, dengan wajah yang memerah.
“Flight attendant prepare for arrival.” Suara beratAbinawa yang mengalun merdu itu membuat Elza, Anya dan Ayara mengembuskan napaslega.Kurang lebih mereka mengudara selama lima belas jam, longhaul flight yang melelahkan.Akhirnya mereka tiba di sebuah pulau pribadi milik Lazuardyyang masih terletak di Asia Tenggara.Pulau yang cukup luas itu memiliki landasan pesawat terbangsendiri karena di sana terdapat resort mewah yang memiliki fasilitas di atashotel bintang lima, hanya mampu di sewa oleh artis terkenal, pengusaha suksesdan para pemimpin Negara juga para Sultan di Dunia.Flight attendant segera mengecek keadaan penumpang.Toilet beserta kamar di kabin belakang tidak luput daripengecekan.Malvino dan Sera keluar dari kabin kamar setelah Anyamengetuk pintunya.Malvino keluar sambil mengancingkan kemejanya dan raut wajahpria itu tampak kesal karena kegiatan bercintanya harus terganggu turbulance.“Flight attendant landing station.”Informasi dari Abinawa tersebut mengharus
Demi apapun suara berat itu masih mampu membuat Ayarameremang.Ingatan tentang masa indah ketika keduanya masih merajutkasih terlintas begitu saja dalam benak Ayara.Bagaimana cara Abinawa menciumnya, menyentuh hingga mengecupsekejur tubuhnya dengan bibir tebal pria itu yang menawan.Hanya saja Ayara belum sempat merasakan milik Abinawa yangberada di dalam celananya, yang kata banyak perempuan memiliki ukuran di luarnormal—mereka mengetahuinya meski baru pertama bertemu Abinawa.Entah sejak kapan para wanita melihat sesuatu yang bersarangdi dalam celana seorang pria sebagai first impression,bukan tampang jugaakhlaknya.Sentuhan di pundak membuat Ayara menghela kasar tanganAbinawa yang kini telah duduk di barstool di sampingnya.“Jangan sentuh,” kata Ayara dengan tatapan tajam.“Galak banget sih, Ay.”Ayara benci panggilan itu.Sang gadis tidak menanggapi, menghadapkan tubuhnya lurus kedepan menyaksikan pertunjukan musik yang dipersembahkan untuk si pemilik acaradan tamu unda
“Kenalin, pacar Niko.”Nicholas merangkul pundak Ayara hingga gadis yang sedang melongo bingung itu menempel tanpa jarak dengan tubuhnya.Tentu saja Nicholas langsung mendapat tatapan penuh tanya dari Ayara.Kening gadis itu berkerut dan bibir sensualnya terbuka sebagian.Nicholas meremat pundak Ayara memberi kode agar gadis itu menurut dengan apa yang sedang ia kondisikan.Ayara gadis yang cerdas sehingga bisa membaca kode dari Nicholas.“Enggak mungkin, kalian baru pertama kali ketemu hari ini,” tukas Malvino sanksi.Mana bisa Malvino percaya begitu saja, selama lima belas jam berada di pesawat bersama Nicholas—Malvino tidak melihat tanda-tanda sang adik flirting terhadap gadis yang katanya kekasihnya itu.“Gue yang minta Revan mengganti air crew dengan tim dia.” Nicholas yang lupa nama Ayara pun memberi alasan kemudian menatap Ayara lagi, mengendik sedikit memberi kode agar Ayara memperkenalkan diri.Perlahan—sedikit bergetar tangan Ayara terlulur. Mimpi apa dia semalam sampai har
“Pak! Tunggu!” Ayara mengejar Nicholas yang melangkahkan kakinya lebar menuju sebuah cottage.Pria itu mengatakan bahwa Ayara harus mengikutinya tapi malah meninggalkannya.Saat ini Ayara menggunakan stiletto tinggi, susah payah ia berjalan menyusuri jalan dengan teksture tidak rata.Jangan harap Nicholas mau mendengar perintah Ayara, selama ini dirinya yang memerintah dan ia tidak pernah menerima perintah dari orang yang baru dikenalnya.“Ups!” Ayara nyaris keseleo jika saja Revan tidak segera menangkap pinggangnya.Ayara sendiri tidak mengetahui sejak kapan Revan berjalan di belakang mengikutinya.Ternyata ditengah-tengah acara, Nicholas memberi kode dengan tatapan mata kepada Revan agar pria itu mengikutinya ke cottage karena ada yang harus mereka bertiga bicarakan.“Maaf, Pak ...,” sesal Ayara sekaligus berterimakasih.“Enggak apa-apa, ayo saya bantu.” Revan menawarkan diri.“Enggak usah, Pak ... saya bisa.” Ayara menegakan tubuhnya lalu mulai melanjutkan langkah.Ternyata adegan
“Selamat pagi menjelang siang teman-teman. Berhubung Capt. Daniel sedang mengalami musibah, maka sampai beliau bisa kembali terbang, posisinya akan digantikan oleh Captain Abinawa Bayanaka.” Deg. Jantung Ayara seakan berhenti sepersekian detik. Ia yang sedang bercermin merapihkan penampilannya sebagai pramugari, dengan posisi memunggungi tim, hanya bisa mematung dengan napas tertahan. Seharusnya ia lebih detail membaca chat di grup. Tadi Ayara hanya membaca bagian Capt. Daniel yang mengalami kecelakaan, tapi Ayara tidak membaca lebih lanjut siapa penggantinya. Ayara tidak menyangka, ternyata dunia mempertemukannya dengan sang mantan tunangan yang telah berkhianat dengan sahabatnya sendiri. Saat itu, Ayara yang tidak kuat menghadapi keduanya memutuskan untuk keluar dari maskapai tersebut, hingga berlabuh di perusahaannya yang sekarang—menjadi awak kabin dari perusahaan penyewa jet pribadi. Lantas, bila mengetahui Abinawa yang menggantikan Capt. Daniel—apakah ia akan menghindar den
Ayara refleks berdiri, ia menunduk menyembunyikan rona merahdi wajah.“Maaf Pak ... sekali lagi saya minta maaf.” Ayara mundurteratur kemudian pergi setelah berkata demikian.Kejadian tidak sengaja itu diketahui oleh air crew besertaseluruh passanger hingga membuat Malvino tergelak sambil bertepuk tangan.“Nah, gitu dong! Move on, Bro!” seloroh Malvino yangterlihat begitu semangat.Adik kandungnya itu memang terkenal dingin terhadap paragadis kecuali gadis bernama Vania, mantan tunangannya.Saat ini Vania sedang merintis karir sebagai seorang aktrisdi Hollywood.Seluruh keluarga telah mengetahui dan menghargai putusnyapertunangan antara Nicholas dan Vania.Nicholas terlihat tegar dan mengatakan jika ia merelakanVania berkarir di Hollywood.Tapi pihak keluarga tau jika Nicholas tidak baik-baik sajakarena dua tahun telah berlalu dan Nicholas belum juga mendapat penggantiVania.Malvino melempar ipad ke meja di depannya membuat Nicholasmendongak dari ponsel yang sedang ia gengg
“Pak! Tunggu!” Ayara mengejar Nicholas yang melangkahkan kakinya lebar menuju sebuah cottage.Pria itu mengatakan bahwa Ayara harus mengikutinya tapi malah meninggalkannya.Saat ini Ayara menggunakan stiletto tinggi, susah payah ia berjalan menyusuri jalan dengan teksture tidak rata.Jangan harap Nicholas mau mendengar perintah Ayara, selama ini dirinya yang memerintah dan ia tidak pernah menerima perintah dari orang yang baru dikenalnya.“Ups!” Ayara nyaris keseleo jika saja Revan tidak segera menangkap pinggangnya.Ayara sendiri tidak mengetahui sejak kapan Revan berjalan di belakang mengikutinya.Ternyata ditengah-tengah acara, Nicholas memberi kode dengan tatapan mata kepada Revan agar pria itu mengikutinya ke cottage karena ada yang harus mereka bertiga bicarakan.“Maaf, Pak ...,” sesal Ayara sekaligus berterimakasih.“Enggak apa-apa, ayo saya bantu.” Revan menawarkan diri.“Enggak usah, Pak ... saya bisa.” Ayara menegakan tubuhnya lalu mulai melanjutkan langkah.Ternyata adegan
“Kenalin, pacar Niko.”Nicholas merangkul pundak Ayara hingga gadis yang sedang melongo bingung itu menempel tanpa jarak dengan tubuhnya.Tentu saja Nicholas langsung mendapat tatapan penuh tanya dari Ayara.Kening gadis itu berkerut dan bibir sensualnya terbuka sebagian.Nicholas meremat pundak Ayara memberi kode agar gadis itu menurut dengan apa yang sedang ia kondisikan.Ayara gadis yang cerdas sehingga bisa membaca kode dari Nicholas.“Enggak mungkin, kalian baru pertama kali ketemu hari ini,” tukas Malvino sanksi.Mana bisa Malvino percaya begitu saja, selama lima belas jam berada di pesawat bersama Nicholas—Malvino tidak melihat tanda-tanda sang adik flirting terhadap gadis yang katanya kekasihnya itu.“Gue yang minta Revan mengganti air crew dengan tim dia.” Nicholas yang lupa nama Ayara pun memberi alasan kemudian menatap Ayara lagi, mengendik sedikit memberi kode agar Ayara memperkenalkan diri.Perlahan—sedikit bergetar tangan Ayara terlulur. Mimpi apa dia semalam sampai har
Demi apapun suara berat itu masih mampu membuat Ayarameremang.Ingatan tentang masa indah ketika keduanya masih merajutkasih terlintas begitu saja dalam benak Ayara.Bagaimana cara Abinawa menciumnya, menyentuh hingga mengecupsekejur tubuhnya dengan bibir tebal pria itu yang menawan.Hanya saja Ayara belum sempat merasakan milik Abinawa yangberada di dalam celananya, yang kata banyak perempuan memiliki ukuran di luarnormal—mereka mengetahuinya meski baru pertama bertemu Abinawa.Entah sejak kapan para wanita melihat sesuatu yang bersarangdi dalam celana seorang pria sebagai first impression,bukan tampang jugaakhlaknya.Sentuhan di pundak membuat Ayara menghela kasar tanganAbinawa yang kini telah duduk di barstool di sampingnya.“Jangan sentuh,” kata Ayara dengan tatapan tajam.“Galak banget sih, Ay.”Ayara benci panggilan itu.Sang gadis tidak menanggapi, menghadapkan tubuhnya lurus kedepan menyaksikan pertunjukan musik yang dipersembahkan untuk si pemilik acaradan tamu unda
“Flight attendant prepare for arrival.” Suara beratAbinawa yang mengalun merdu itu membuat Elza, Anya dan Ayara mengembuskan napaslega.Kurang lebih mereka mengudara selama lima belas jam, longhaul flight yang melelahkan.Akhirnya mereka tiba di sebuah pulau pribadi milik Lazuardyyang masih terletak di Asia Tenggara.Pulau yang cukup luas itu memiliki landasan pesawat terbangsendiri karena di sana terdapat resort mewah yang memiliki fasilitas di atashotel bintang lima, hanya mampu di sewa oleh artis terkenal, pengusaha suksesdan para pemimpin Negara juga para Sultan di Dunia.Flight attendant segera mengecek keadaan penumpang.Toilet beserta kamar di kabin belakang tidak luput daripengecekan.Malvino dan Sera keluar dari kabin kamar setelah Anyamengetuk pintunya.Malvino keluar sambil mengancingkan kemejanya dan raut wajahpria itu tampak kesal karena kegiatan bercintanya harus terganggu turbulance.“Flight attendant landing station.”Informasi dari Abinawa tersebut mengharus
“Mau ngapain?” Elza bertanya saat melihat Ayara berhamburanke arahnya.“Pak Niko minta wine, yang mana katanya wine kesukaan dia?Cepetaaan.” Ayara membuka setiap kabinet di pantry berusaha mencari winefavorite sang tuan muda.“Cie, yang tadi dipangku pak Niko ... ampe stress ginipadahal cuma diminta bawaiin wine, nih wine-nya ... enggak kaliatan ya sakinggrogi.” Elza menyodorkan satu botol wine ke depan Ayara.Tim Ayara mendapat pelatihan khusus sebelum melayani sangowner sehingga mereka sudah mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai sipemilik perusahaan ini yang notabene terkadang keinginannya berbeda denganmanusia normal pada umumnya.Ayara langsung memeluk wine itu sambil mengembuskan napaslega.“Ini masalah hidup dan mati, Mbak ... kalau dia sampe kecewabisa diganti tim kita.”Hal ini sangat penting bagi Ayara karena menjadi air crewNicholas mendapatkan gaji dan bonus lebih besar dibanding air crew yangmelayani penyewa privat jet.“Ooooh, bukan karena ingin memika
Ayara refleks berdiri, ia menunduk menyembunyikan rona merahdi wajah.“Maaf Pak ... sekali lagi saya minta maaf.” Ayara mundurteratur kemudian pergi setelah berkata demikian.Kejadian tidak sengaja itu diketahui oleh air crew besertaseluruh passanger hingga membuat Malvino tergelak sambil bertepuk tangan.“Nah, gitu dong! Move on, Bro!” seloroh Malvino yangterlihat begitu semangat.Adik kandungnya itu memang terkenal dingin terhadap paragadis kecuali gadis bernama Vania, mantan tunangannya.Saat ini Vania sedang merintis karir sebagai seorang aktrisdi Hollywood.Seluruh keluarga telah mengetahui dan menghargai putusnyapertunangan antara Nicholas dan Vania.Nicholas terlihat tegar dan mengatakan jika ia merelakanVania berkarir di Hollywood.Tapi pihak keluarga tau jika Nicholas tidak baik-baik sajakarena dua tahun telah berlalu dan Nicholas belum juga mendapat penggantiVania.Malvino melempar ipad ke meja di depannya membuat Nicholasmendongak dari ponsel yang sedang ia gengg
“Selamat pagi menjelang siang teman-teman. Berhubung Capt. Daniel sedang mengalami musibah, maka sampai beliau bisa kembali terbang, posisinya akan digantikan oleh Captain Abinawa Bayanaka.” Deg. Jantung Ayara seakan berhenti sepersekian detik. Ia yang sedang bercermin merapihkan penampilannya sebagai pramugari, dengan posisi memunggungi tim, hanya bisa mematung dengan napas tertahan. Seharusnya ia lebih detail membaca chat di grup. Tadi Ayara hanya membaca bagian Capt. Daniel yang mengalami kecelakaan, tapi Ayara tidak membaca lebih lanjut siapa penggantinya. Ayara tidak menyangka, ternyata dunia mempertemukannya dengan sang mantan tunangan yang telah berkhianat dengan sahabatnya sendiri. Saat itu, Ayara yang tidak kuat menghadapi keduanya memutuskan untuk keluar dari maskapai tersebut, hingga berlabuh di perusahaannya yang sekarang—menjadi awak kabin dari perusahaan penyewa jet pribadi. Lantas, bila mengetahui Abinawa yang menggantikan Capt. Daniel—apakah ia akan menghindar den