Ayara refleks berdiri, ia menunduk menyembunyikan rona merah di wajah.
“Maaf Pak ... sekali lagi saya minta maaf.” Ayara mundur teratur kemudian pergi setelah berkata demikian.
Kejadian tidak sengaja itu diketahui oleh air crew beserta seluruh passanger hingga membuat Malvino tergelak sambil bertepuk tangan.
“Nah, gitu dong! Move on, Bro!” seloroh Malvino yang terlihat begitu semangat.
Adik kandungnya itu memang terkenal dingin terhadap para gadis kecuali gadis bernama Vania, mantan tunangannya.
Saat ini Vania sedang merintis karir sebagai seorang aktris di Hollywood.
Seluruh keluarga telah mengetahui dan menghargai putusnya pertunangan antara Nicholas dan Vania.
Nicholas terlihat tegar dan mengatakan jika ia merelakan Vania berkarir di Hollywood.
Tapi pihak keluarga tau jika Nicholas tidak baik-baik saja karena dua tahun telah berlalu dan Nicholas belum juga mendapat pengganti Vania.
Malvino melempar ipad ke meja di depannya membuat Nicholas mendongak dari ponsel yang sedang ia genggam.
“Baca tuh, elo dikadalin si Vania.” Malvino kemudian tertawa puas.
Dengan tampang malas, Nicholas meraih ipad tersebut lantas matanya memindai apa yang tertera di layar.
Sebuah artikel media online memberitakan aktris pemeran pembantu salah satu film Hollywood yang kini sedang booming di seluruh dunia, terlihat bergandengan tangan keluar dari hotel bersama seorang pria pemeran utama film tersebut.
Vania Cherry, nama aktris yang sedang diberitakan itu adalah mantan tunangan Nicholas.
Tatapan sendu Nicholas sempat tertangkap jelas oleh Malvino tapi kemudian netra Nicholas menggelap dengan rahang mengetat.
“Biar filmnya laku,” ujar Nicholas yang masih saja membela sang mantan tunangan.
Malvino kembali tertawa. “Oke ini settingan tapi gimana kalau dia keenakan? Udah lah Niko, dia itu ambisius dengan kekayaan dan popularitas.” Malvino berusaha mempengaruhi pikiran adiknya yang ia duga masih mengharapkan Vania.
“Dia enggak butuh kekayaan, dia lahir dari keluarga kaya.” Nicholas menyanggah ucapan sang kakak.
“Nah itu, dia enggak butuh duit tapi gila popularitas sementara pengusaha kaya kita mana pernah wara wiri di televisi, jadi mending lo berhenti berharap sama si Vania.”
“Gue udah enggak berharap sama dia lagi,” tukas Nicholas dingin.
“Trus mau sampai kapan lo ngejomblo?”
Ah, kakaknya ini memang menyebalkan.
“Belum ada yang cocok.” Nicholas menatap Malvino kesal.
Nicholas ini memang irit bicara, sekalinya bicara yang keluar adalah kalimat pendek.
Terkadang Nicholas hanya diam di tengah acara keluarga, entah lah mungkin dia sedang cosplay menjadi batu nisan.
Tapi yang pasti selama ini hanya Vania yang mampu membuat Nicholas banyak bicara, apalagi jika sudah membicarakan Vania, terlihat sekali jika Nicholas begitu memuja perempuan itu.
“Di pesta Grandpa nanti bakalan abis lo ditanyain kapan nikah ... cuma elo cucu grandpa di umur tiga puluh satu tahun yang belum nikah, sepupu kita si Arsen sama Ivanka aja udah punya gebetan bentar lagi tunangan.” Malvino mengingatkan situasi yang akan dihadapi Nicholas nanti.
“Alana belum.” Nicholas menjawab singkat.
“Yaelah, si Alana baru juga masuk kuliah ... mana ngerti dia masalah pacaran.”
Nicholas menaikan kedua bahunya, ia tidak peduli dengan urusan pacaran juga tidak peduli bila di acara ulang tahun kakeknya nanti akan menjadi bulan-bulanan seluruh keluarga karena belum juga memiliki pasangan.
Malvino akan berhenti menggoda adiknya bila Nicholas sudah terlihat malas-malasan diajak bicara.
Pria itu lantas beranjak berdiri kemudian melangkah mendekati Sera-sang sekertaris.
Memberi kode melalui mata, Malvino meminta Sera mengikutinya.
Ke mana lagi jika bukan sebuah kabin tertutup dengan satu ranjang king size yang menjadi tujuan Malvino mengajak Sera.
Nicholas menatap punggung Malvino yang berjalan menjauh diikuti sekertarisnya, mengembuskan napas jengah—kesal sendiri karena tidak mampu berbuat apa-apa.
Ia hanya bisa mengingatkan tapi tidak ada satu pun nasihat yang diterima dengan baik oleh Malvino sampai akhirnya Nicholas memilih diam membiarkan sang kakak terlibat cinta terlarang bersama sekertarisnya.
Malvino telah menikah dengan seorang wanita cantik yang merupakan model terkenal Taiwan dan bersama wanita bernama Cindy Liu itu—Malvino telah memiliki dua orang anak perempuan.
Namun tetap saja, Malvino tidak puas dengan kesempurnaan rumah tangga yang dikaruniai Tuhan kepadanya.
“Pak,” sapa Ayara sambil menunduk ketika berpapasan di lorong dengan Malvino dan Sera yang hendak memasuki kamar di kabin belakang.
Pikiran Ayara mulai liar menduga-duga apa yang akan dilakukan Malvino bersama sekertarisnya di dalam sana.
“Lo dicariin Niko tuh,” ucap Malvino berdusta.
Ayara membulatkan matanya. “Saya, Pak?”
“Iya, buruan sana.” Malvino terlihat serius membuat Ayara percaya.
“Baik, Pak ... permisi.” Secepat kilat Ayara melangkah menuju kabin depan di mana sang tuan muda tampan berada.
Sementara itu Malvino dan Sera masuk ke dalam kamar untuk menghabiskan sisa perjalanan dengan bercinta.
“Ada yang bisa saya bantu, Pak?” Ayara bertanya satu detik setelah ia berada tepat di depan Nicholas.
Nicholas hanya melirikan matanya tanpa mengubah posisi menanggapi pertanyaan Ayara.
Kening pria itu juga berkerut karena bingung, beberapa saat keduanya hanya saling menatap tanpa suara.
Dan demi apapun, tatapan dingin Nicholas mampu membuat Ayara membeku sambil menahan napas.
“Pergi sana,” usir Nicholas dengan ekspresi terganggu.
Ayara mengerjap dengan wajah pias. “Tapi tadi Pak Malvino bilang kalau Pak Niko manggil saya.”
Tanpa seorang pun tahu, Nicholas membatin, kesal. Dia sudah menduga, ini adalah ulah Malvino untuk mengerjainya dan Ayara.
Namun, karena tak ingin membuat kondisi mereka semakin kaku, Nicholas pun akhirnya berkata, “Bawakan saya wine.” Kebetulan, dirinya juga haus.
Ayara tersenyum, “Baik, Pak. Sebentar.” Sebelum kemudian menghilang secepat kilat untuk mengabulkan permintaan Nicholas.
**
“Mau ngapain?” Elza bertanya saat melihat Ayara berhamburanke arahnya.“Pak Niko minta wine, yang mana katanya wine kesukaan dia?Cepetaaan.” Ayara membuka setiap kabinet di pantry berusaha mencari winefavorite sang tuan muda.“Cie, yang tadi dipangku pak Niko ... ampe stress ginipadahal cuma diminta bawaiin wine, nih wine-nya ... enggak kaliatan ya sakinggrogi.” Elza menyodorkan satu botol wine ke depan Ayara.Tim Ayara mendapat pelatihan khusus sebelum melayani sangowner sehingga mereka sudah mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai sipemilik perusahaan ini yang notabene terkadang keinginannya berbeda denganmanusia normal pada umumnya.Ayara langsung memeluk wine itu sambil mengembuskan napaslega.“Ini masalah hidup dan mati, Mbak ... kalau dia sampe kecewabisa diganti tim kita.”Hal ini sangat penting bagi Ayara karena menjadi air crewNicholas mendapatkan gaji dan bonus lebih besar dibanding air crew yangmelayani penyewa privat jet.“Ooooh, bukan karena ingin memika
“Flight attendant prepare for arrival.” Suara beratAbinawa yang mengalun merdu itu membuat Elza, Anya dan Ayara mengembuskan napaslega.Kurang lebih mereka mengudara selama lima belas jam, longhaul flight yang melelahkan.Akhirnya mereka tiba di sebuah pulau pribadi milik Lazuardyyang masih terletak di Asia Tenggara.Pulau yang cukup luas itu memiliki landasan pesawat terbangsendiri karena di sana terdapat resort mewah yang memiliki fasilitas di atashotel bintang lima, hanya mampu di sewa oleh artis terkenal, pengusaha suksesdan para pemimpin Negara juga para Sultan di Dunia.Flight attendant segera mengecek keadaan penumpang.Toilet beserta kamar di kabin belakang tidak luput daripengecekan.Malvino dan Sera keluar dari kabin kamar setelah Anyamengetuk pintunya.Malvino keluar sambil mengancingkan kemejanya dan raut wajahpria itu tampak kesal karena kegiatan bercintanya harus terganggu turbulance.“Flight attendant landing station.”Informasi dari Abinawa tersebut mengharus
Demi apapun suara berat itu masih mampu membuat Ayarameremang.Ingatan tentang masa indah ketika keduanya masih merajutkasih terlintas begitu saja dalam benak Ayara.Bagaimana cara Abinawa menciumnya, menyentuh hingga mengecupsekejur tubuhnya dengan bibir tebal pria itu yang menawan.Hanya saja Ayara belum sempat merasakan milik Abinawa yangberada di dalam celananya, yang kata banyak perempuan memiliki ukuran di luarnormal—mereka mengetahuinya meski baru pertama bertemu Abinawa.Entah sejak kapan para wanita melihat sesuatu yang bersarangdi dalam celana seorang pria sebagai first impression,bukan tampang jugaakhlaknya.Sentuhan di pundak membuat Ayara menghela kasar tanganAbinawa yang kini telah duduk di barstool di sampingnya.“Jangan sentuh,” kata Ayara dengan tatapan tajam.“Galak banget sih, Ay.”Ayara benci panggilan itu.Sang gadis tidak menanggapi, menghadapkan tubuhnya lurus kedepan menyaksikan pertunjukan musik yang dipersembahkan untuk si pemilik acaradan tamu unda
“Kenalin, pacar Niko.”Nicholas merangkul pundak Ayara hingga gadis yang sedang melongo bingung itu menempel tanpa jarak dengan tubuhnya.Tentu saja Nicholas langsung mendapat tatapan penuh tanya dari Ayara.Kening gadis itu berkerut dan bibir sensualnya terbuka sebagian.Nicholas meremat pundak Ayara memberi kode agar gadis itu menurut dengan apa yang sedang ia kondisikan.Ayara gadis yang cerdas sehingga bisa membaca kode dari Nicholas.“Enggak mungkin, kalian baru pertama kali ketemu hari ini,” tukas Malvino sanksi.Mana bisa Malvino percaya begitu saja, selama lima belas jam berada di pesawat bersama Nicholas—Malvino tidak melihat tanda-tanda sang adik flirting terhadap gadis yang katanya kekasihnya itu.“Gue yang minta Revan mengganti air crew dengan tim dia.” Nicholas yang lupa nama Ayara pun memberi alasan kemudian menatap Ayara lagi, mengendik sedikit memberi kode agar Ayara memperkenalkan diri.Perlahan—sedikit bergetar tangan Ayara terlulur. Mimpi apa dia semalam sampai har
“Pak! Tunggu!” Ayara mengejar Nicholas yang melangkahkan kakinya lebar menuju sebuah cottage.Pria itu mengatakan bahwa Ayara harus mengikutinya tapi malah meninggalkannya.Saat ini Ayara menggunakan stiletto tinggi, susah payah ia berjalan menyusuri jalan dengan teksture tidak rata.Jangan harap Nicholas mau mendengar perintah Ayara, selama ini dirinya yang memerintah dan ia tidak pernah menerima perintah dari orang yang baru dikenalnya.“Ups!” Ayara nyaris keseleo jika saja Revan tidak segera menangkap pinggangnya.Ayara sendiri tidak mengetahui sejak kapan Revan berjalan di belakang mengikutinya.Ternyata ditengah-tengah acara, Nicholas memberi kode dengan tatapan mata kepada Revan agar pria itu mengikutinya ke cottage karena ada yang harus mereka bertiga bicarakan.“Maaf, Pak ...,” sesal Ayara sekaligus berterimakasih.“Enggak apa-apa, ayo saya bantu.” Revan menawarkan diri.“Enggak usah, Pak ... saya bisa.” Ayara menegakan tubuhnya lalu mulai melanjutkan langkah.Ternyata adegan
“Nama lengkapnya ... Ayara Savrinadeya, mendiang ayahnya yang bernama Robby paramudia adalah mantan Setda di kota Bogor yang menanggalkan status Pegawai Negri Sipil untuk mencalonkan diri sebagai Wali Kota ... beliau bergabung dengan salah satu partai besar tapi dana yang diberikan untuk kampanye tidak cukup sehingga harus menggadaikan seluruh asetnya ke Bank dan meminjam uang kepada rentenir juga kepada beberapa keluarga dan kerabat ....” Revan menjeda sebentar informasi yang ia dapatkan tadi malam tentang Ayara untuk melihat reaksi Nicholas. Sementara itu Nicholas duduk tenang di kursinya sambil membuka ipad berisi data Ayara dari semenjak gadis itu lahir ke dunia. Nicholas harus tau latar belakang gadis yang akan menjadi istrinya. “Pak Robby, mendiang ayah Ayara akhirnya bunuh diri setelah dinyatakan kalah dalam pemilu karena tidak mampu membayar hutang-hutangnya ... tapi Bank mengecualikan kematian pak Robby dengan alasan bunuh diri sehingga a
“Pagi Ay ....” Abinawa duduk tepat di depan Ayara, secangkir kopi dan satu piring kecil omlete diletakannya di atas meja. Ayara mendongak saat aroma parfum Abinawa seakan menarik seluruh impuls tubuhnya. Ya Tuhan, di hati Ayara masih tersisa rasa untuk Abinawa yang sedang mati-matian ia bunuh. Bertahun-tahun menjauh dari pria itu nyatanya tidak bisa membuat Ayara lupa dengan cinta yang pernah mereka miliki bersama. Masih teringat dengan jelas dalam benak Ayara bagaimana kedua lengan kekar itu memeluk tubuhnya dan bibir tebal Abinawa menyisir setiap jengkal wajah dan tubuhnya. Ayara pikir kisah mereka akan berakhir sempurna tapi kenyataan tidak berpihak padanya. Ketika dirinya sedang terpuruk dengan kegagalan sang ayah atas pencalonan wali kota disusul kepergian tragis beliau—Abinawa tidak ada di samping Ayara, pria itu sedang menikmati tubuh Melisa di apartemennya. FLASHBACK ONMas A
“Ay ... kamu ngelamun?” tegur Abinawa seraya menyentuh pipi Ayara. Ayara menolehkan wajahnya ke samping menepis tangan Abinawa. Kemudian bernapas dengan benar, berusaha menetralkan detak jantung usai kilasan cerita pedih itu melintas dalam benak begitu saja seperti kaset rusak. Tanpa berniat menjawab Ayara berdiri hendak pergi dari hadapan Abinawa. Ia menyesal bangun kesiangan sehingga terlambat sarapan sementara Elza dan Anya sudah lebih dulu sarapan tadi pagi. Abinawa jadi bisa seenaknya memaksa berkomunikasi padahal Ayara sudah tidak ingin bersosialisasi dengan pria laknat itu lagi. “Tunggu Ay, ada yang mau aku omongin.” Abinawa menahan tangan Ayara yang seketika itu juga sang gadis hempaskan. “Ngomong apa?” Ayara bertanya ketus. “Jadi ... kamu beneran sama Pak Niko?” Ayara tersenyum meledek, sepertinya ini kesempatan untuk balas dendam kepada pria itu. “Iya ...
Demi apa Nicholas tidak bisa mengenyahkan kejadian erotis singkat antara dirinya dan Ayara tadi malam. Gadis itu memang tantangan terbesar dalam hidupnya sekarang. Tantangan untuk ia hindari karena Ayara begitu menggoda dan seksi juga .... Nicholas menggelengkan kepala untuk mengenyahkan segala pikiran mesum yang ada di kepala. Pasalnya tadi malam bukan hanya bibirnya saja yang bertemu dengan bibir Ayara tapi dada bidangnya menekan dada Ayara yang besar hingga ia bisa merasakan puting Ayara di kulit dadanya. Ya, Tuhaaaan. Nicholas pasti sudah gila karena seharian ini memikirkan hal itu. “Pak ...,” panggil Revan yang ternyata sudah kesekian kalinya. Nicholas menoleh, netranya sedikit melebar karena terkejut. “Kapan kamu masuk?” tanya Nicholas dengan kening mengkerut. “Dari tadi Pak, malah tadi saya sempat mengetuk beberapa kali di depan.” Benar ‘kan kalau Nicholas s
Ayara ditarik paksa dari mimpi indahnya tatkala suara getaran ponsel yang memantul di atas nakas menembus indera pendengaran. “Emmmh.” Menggerakan tubuh menjadi terlentang lalu membuka mata lebar-lebar. Ia meraih ponselnya yang nyaris jatuh dari atas nakas karena getaran membuat benda tersebut bergerak. “Hallo.” Ayara menjawab dengan suara parau tanpa melihat nama yang tertera di layar. “Aya! Kamu masih tidur? Jam berapa ini Aya? Kamu enggak buatin sarapan buat nak Niko? Kamu lupa kalau kamu itu seorang istri ....” Aya melempar ponselnya ke bawah bantal lalu mengusap wajahnya enggan mendengar celotehan Kanjeng mami. Pernikahan dengan Nicholas hanya pura-pura dan pria itu sudah memberi ultimatum untuk tidak berkeliaran di depannya. Jadi, Ayara memang sengaja tidak memasang alarm agar bisa bangun siang karena tidak perlu menyiapkan segala sesuatu kebutuhan Nicholas. Ayara sadar sepenuhnya j
Ayara memindai keseliling apartemen Nicholas sangat luas dan mewah. Semua interiornya bisa Ayara pastikan bernilai fantastis karena terlihat luxury. Ayara pernah menjadi orang kaya, memiliki papi Setda tentu kemegahan bukanlah hal yang aneh baginya tapi semenjak mengenal Nicholas dan terjebak dengan sandiwara pria itu—Ayara selalu takjub terkagum-kagum mendapatkan fasilitas yang dimiliki Nicholas. “Mau sampai kapan kamu bengong di sana?” Suara berat Nicholas membuat Ayara terlonjak terkejut. “Ih ... Pak Niko, ngagetin aja!” seru Ayara seraya mengusap dada yang terdapat jantung sedang berdetak kencang. “Itu kamar kamu dan usahakan untuk enggak sering-sering muncul di hadapan saya!” titah pria itu dengan raut serius. “Kenapa? Pak Niko enggak suka ngeliat wajah saya?” Ayara menebak. “Bukan, lo bilang sendiri enggak pernah pake bra kalau mau tidur sedangkan gue sering pulang malem di saat manusia normal
Ayara mengerjap kemudian meringis tatkala rasa pengar menghantam kepalanya begitu hebat. Ingatannya ditarik paksa pada terakhir sebelum tidak sadarkan diri kemudian membuka mata lebar-lebar. “Sssshhh ....” Ayara meringis kembali sambil memegang kepala dengan kedua tangan. Perlahan membawa tubuhnya menegak berusaha bergerak turun karena jam yang terdapat di sisi nakas sudah menunjukan pukul sebelas siang. Ayara mengingat semuanya termasuk saat dirinya memutuskan untuk menjatuhkan wajah di atas meja di depan Nicholas karena sudah tidak mampu menguasai diri. Bisa dipastikan pria jutek itu akan marah besar kepadanya. Tapi sebentar, Ayara memindai sekitar—kamar ini bukan kamarnya, menurunkan pandangan ia mendapati kelopak bunga mawar di atas ranjang dan hiasan banyak bunga di sekeliling ranjang itu berarti ia sedang berada di kamar pengantin. Refleks Ayara menyilangkan kedua tangan di depan dada dengan ma
Suara pertemuan antar kulit terdengar menggema diiringi desahan Anya yang menghangatkan malam. Bukan hanya Anya, Edgar pun tidak berhenti menggeram penuh nikmat ketika menghentak gadis yang baru ditemuinya di pesta pernikahan sang sahabat.“You are so sexy,” bisik Edgar dengan suara parau.Zefanya Alodia memang selalu beruntung, ia tidak pernah kesulitan mendapat teman kencann satu malam dan di antara mereka semua pasti good looking.Beruntungnya ia yang malam ini mendapat teman kencan kerabat Lazuardy.Anya menggigit bibir bagian bawahnya lalu membusungkan dada, ia tersenyum sambil menarik tengkuk Edgar lalu melumat bibir tebal pria itu.Anya berharap, bukan hanya hasrat seksualnya yang terpuaskan tapi juga esok pagi sang Taipan tampan ini akan menuliskan cek dengan nominal besar untuknya.“Eeemmmhhhh.” Anya mendesah manja di telinga Edgar membuat hujaman pria itu kian kencang.Demi apa, Anya menyukainya. Pria bernama Edgar Milo ini ternyata sungguh luar biasa padahal pria itu melak
Ayara mundur selangkah, melepaskan pertautan tangannya dengan Abinawa, menghentikan dansa mereka. Abinawa benar-benar pria brengsek, dulu seenaknya pria itu menyakiti hatinya dan sekarang ketika mengetahui dirinya sudah dimiliki pria lain—seakan ingin merebutnya kembali, apakah pria itu merasa tertantang bersaing dengan Nicholas. “Kamu tuh nyebelin, Mas ....” Ayara menunjukan ekspresi kesal sekaligus terluka. “Ayara, mau berdansa dengan Grandpa?” tanya Bagaskara yang sudah berdiri dengan jarak dua meter dari Ayara dan Abinawa. “Mau,” balas Ayara cepat lantas mendekat ke arah Bagaskara sambil mengangkat gaunnya meninggalkan Abinawa begitu saja. Abinawa sempat mematung beberapa saat hingga akhirnya pergi dari lantai dansa membawa banyak penyesalan di hatinya. Ia tidak pernah tau jika Ayara begitu berharga sampai gadis itu benar-benar meninggalkannya—menjadi istri orang lain. “Siapa pria itu?” tanya Bag
“Delapan Milyar enggak worthed ... lo harus bayar lebih kalau dia masih perawan, unboxing dulu entar malem.” Suara Edgar teredam nyanyian yang dibawakan homeband sehingga tidak sampai ke telinga Ayara. Edgar menegadahkan kedua tangannya di depan dada seraya melirik Ayara lalu menggerakan sepuluh jarinya memberi tau Nicholas jika Ayara memiliki buah dada yang besar. Lidah Nicholas berdecak kesal, melepas lipatan tangan di dada—ia lantas membuka jasnya. “Aya!” panggil Nicholas. “Ya?” Ayara mendongak. “Tutup dada kamu.” Nicholas melempar jasnya ke depan Ayara. “Gileeee ... posesif banget elo, Bro!” Edgar tergelak seraya bertepuk tangan bersikap berlebihan. “Lo tau Aya, dulu aja Vania pernah pose bugil untuk sebuah brand sabun terkenal tapi si Niko enggak protes padahal dilihat sama seluruh Indonesia.” Ayara tersenyum sinis. “Saya bukan Vania, jadi tolong jangan samakan saya denga
“Selamat malam Tante,” sapa Alana kepada sang calon ibu mertua harapannya. Paramitha menoleh kemudian tersenyum. “Selamat malam, kamu Al ... Al siapa ya tadi Tante lupa padahal baru tadi pagi kita kenalan.” Paramitha sudah diperkenalkan kepada seluruh anggota keluarga Lazuardy ketika upacara Agama pernikahan Nicholas dan Ayara pagi tadi. “Alana, Tante ....” “Ah, ya ... Alana, maklum Tante udah tua jadi pelupa.” Alana tersenyum menanggapi. “Ka Radhi mana Tante?” “Tau tuh, bukannya nemenin Tante malah ngelengos gitu aja ... tapi, kamu kenal Radhika di mana?” Alana duduk di samping Paramitha untuk menjelaskan pertanyaan calon ibu mertua harapannya itu. “Ka Radhi senior Alana di kampus.” “Ooo ... pantesan kamu akrab sama Radhika.” Alana mengangguk lagi. “Kak Radhi juga pacar Alana,” ucap Alana malu-malu.
“Lebay lo mah, Fer ... Capt.Abi aja yang mantan tunangannya, santai ya Capt.?” cetus Anya kurangajar membuat Abinawa melirik kesal ke arahnya.“Masih cinta enggak sama Ayara?” Elza bertanya hati-hati kepada sang Captain.“Masih ... malah tambah cinta,” jawab Abinawa kemudian beranjak berdiri lalu pergi meninggalkan timnya yang sedang melongo bingung.Tidak jauh dari meja mereka tepatnya di meja pihak keluarga—seorang gadis celingukan mencari keberadaan sang pujaan hati.“Ngapain sih dari tadi celingukan gitu, enggak bisa diem!” seru Ivanka merasa terganggu.Bibir Alana mencebik, menunjukan tatapan tidak bersahabat kepada Ivanka—sang kakak sepupu.“Nyari pacar aku, kenapa?” tantang Alana nyolot.Arsenio—kakak dari Ivanka malah mengusap kepala Alana bukannya membela sang adik.“Memangnya Alana udah punya pacar?” tanya Arsenio yang mendapat anggukan Alana dengan matanya masih memindai ke segala arah.“Siapa pria kurangajar yang menjadi kekasih kamu?” Edgar bertanya tidak santai dengan ra