Yola terpaksa harus keluar dari dalam mobil untuk menghindari hal yang mungkin akan terjadi. Namun, sebelum Yola turun dari mobil. Terlebih dulu Yola memberitahu pada Juna untuk menjaga Jelly. Yola pun melihat ekspresi putranya yang terlihat takut, begitu juga dengan Jelly. Yola memindahkan Jelly ke kursi belakang dekat dengan Juna. Yola turun dari mobil dan melangkah mendekati Jin. Yola menatap pria yang ada di depan Jin"Kau bisa menanyakan padanya," seru pria itu.Kedua tangan Yola memegang tangan kanan Jin sebagai kode. Beruntung Jin bisa menangkap kode itu."Tapi Yola----""Sudahlah. Tenang saja. Aku bisa mengatasinya," balas Yola menenangkan Jin yang sudah mulai khawatir.Yola melangkah maju mendekati pria itu dan tampak berbincang-bincang dengan serius. Sekilas Yola melihat Tegar di dalam mobil. Wanita itu sempat kaget, akan tetapi pada akhirnya Yola kembali di samping Jin."Kau bicara apa padanya?" Jin tampak penasaran. Yola menarik napas panjang dan mengembuskannya."Aku mem
Yola mulai kalang kabut. Pikirannya mulai tertuju pada Juna. Yola berpikir jika dia akan berbuat jahat pada Juna putranya. Yola masih merahasiakan hal itu pada Jin, akan tetapi suaminya itu selangkah lebih maju dari Yola.Ternyata Jin sudah menyebarkan orang-orang yang dia percaya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia pun menugaskan dua pengawal handalnya untuk mengawasi sang putra.Lantas apakah usaha Jin akan berhasil? Apakah keputusan yang diambil Yola tepat ataukah akan memperkeruh keadaan?Yola menitipkan Jelly pada Bibi Im. Tadinya Bibi Im melarang Yola untuk pergi keluar sendirian. Wanita tua itu menyarankan pada Yola untuk menunggu si empunya rumah pulang, tapi Yola beralasan waktu sudah mepet. Tanpa basi-basi Yola langsung bergegas pergi dari rumah besar itu. Tidak seperti biasanya Jelly hari itu menangis dengan keras sampai Bibi Im kewalahan menenangkan bocah kecil itu. Yola yang mendengarkan putri kecilnya menangis keras dengan terpaksa mengacuhkannya. Perempu
"Maling!" teriak seorang wanita.Begitulah suara teriakan dari seorang wanita paruh baya. Teriakan itu membuat seseorang yang memakai jaket hitam, topi, dan mengenakan masker penutup wajah langsung mengambil langkah seribu.Mendengar teriakan wanita itu, orang-orang yang ada di sekitar pasar berlari mengejar pencuri.Sosok yang mengenakan jaket hitam berlari begitu cepat dan dia langsung bersembunyi di balik semak-semak."Wah, benar-benar gila. Semua orang mengejarku," keluhnya.Dia bergegas melepas jaketnya dan membalikkan jaket yang dia kenakan. Jaket yang dikenakan Yola memang keren, jaket itu 2 in 1 bisa di bolak-balik dan Yola melepas topinya. Tergerailah rambut panjang milik Yola. Lantas dia melepas masker wajah yang dia pakai.Gadis cantik berperawakan tomboi berjalan pelan sambil melirik sebuah tas yang sedang ditenteng seorang ibu-ibu di pasar. Dia mengenakan sebuah topi berwarna hitam dan mulutnya tampak sedang menghisap sesuatu.Pasar siang itu memang tampak ramai. Semua or
Kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di kepala Yola. Bahkan memenuhi seisi ruangan yang ada di dalam otak Yola dan membuat Yola tidak nyenyak tidur. Hal itu membuat Yola semakin malas untuk mencari korban sasaran hingga membuat Yola sering menjadi bulan-bulanan si bos. Tegar, selaku sahabat Yola selalu menjadi pelindung untuk Yola. Saat Yola dianiaya bosnya, Tegar menjadi orang pertama yang melindungi Yola bahkan Tegar pun membantu Yola dalam mencari mangsanya.Yola sudah sering kali menolak kebaikan Tegar, tapi Tegar benar-benar keras kepala dan tetap membantu Yola karena Tegar suka dengan Yola. Tegar tidak tega jika Yola harus selalu dihajar oleh bosnya karena setoran selalu berkurang."Sudahlah, jangan terlalu banyak alasan ini dan itu. Kau cukup menurut padaku saja. Paham." Begitulah ucapan yang selalu dilontarkan dari bibir Tegar.Karena Yola sedang malas berdebat, dia memilih diam dan menuruti apa yang dikatakan oleh Tegar. Namun, dibalik itu semua, Yola juga memikirkan cara a
Yola's POVMenjalani profesiku yang sekarang memang tidaklah mudah dan sangatlah beresiko. Namun lewat profesiku inilah, aku tidak sengaja bertemu dengan pemuda itu. Bukan keinginanku untuk menjalani kehidupan seperti ini tapi keadaan lah yang memaksaku untuk menjalani profesi ini.***Pagi itu seorang gadis sedang berjalan di pasar tradisional sambil melihat-lihat keadaan sekelilingnya. Hari itu tampaknya dia sedang mencari mangsa."Gadis manis, kemari lah," panggil seorang kakek. Gadis itu pun menoleh dan mendekati kakek itu."Iya Kek, ada apa?" tanya gadis itu."Kakek minta kau berhentilah, profesi mu itu sangat beresiko." Kakek Rud menasehati."Aku sebenarnya ingin berhenti Kek, tapi————" ucapannya menggantung."Tapi apa, Nak?" Kakek Rud memandang gadis itu."Aku tidak mungkin bisa lepas dari mereka, Kek!" gadis itu tampak sedih."Semua pasti ada jalan keluarnya," kata Kakek Rud."Ketahuan kabur saja pasti akan dikejar dan kalau tertangkap akan dihajar, Kek!" tegas gadis itu tapi
Di saat mereka berdua terjebak di sebuah ruang yang sangat sempit dengan keadaan si pinky boy sedang dalam keadaan listrik bertegangan tinggi.Di tempat lain, Tegar berhasil ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Dompet yang pemuda itu ambil kembali dengan selamat ke tangan si pemilik. Polisi pun mengintrogasi Tegar dengan berbagai pertanyaan dan harus dijawab jujur oleh Tegar agar tidak bertambah lagi bonyok-bonyok di mukanya.Kembali lagi ke toilet umum yang di dalam toilet tersebut si pinky boy masih berada di puncak ketegangan dimana pusaka keramatnya mulai bangun dari tidur panjangnya. Terlihat pinky boy mulai resah gelisah tidak karuan.'Kamvret ... Anacondaku berdiri,' batinnya yang masih menahan rasa ngilu membekap mulutnya sendiri dengan menggunakan tangan kirinya. 'Shiit! Kenapa langsung konek seperti ini sih?' Membatin merasakan anaconda nya semakin menegang dan keras. 'Gadis ini sengaja atau bagaimana sih? Tidak tahu apa jika aku sedang dalam keadaan konek dengan tegangan
Menikah karena ketidaksengajaan masih membuat Jin dan Yola canggung. Mereka harus beradaptasi antara satu dengan yang lainnya. Karena sebelumnya, mereka sama sekali tidak saling mengenal. Bertemu pun dengan cara tidak sengaja dan melalui banyak drama. Bertemu hari itu juga dan langsung menikah.Belum genap sehari tinggal di rumah Jin si "pinky boy" alias kang wor wet hensem, Yola sudah mulai ketularan aneh. Apalagi kedua adik Herjinot yang benar-benar gesrek. Si Jimmy gesreknya tidak ketulungan. Sedang si Juki adik Jin yang paling bontot lumayan lah agak normal walaupun dia juga rada-rada aneh. Yang benar-benar normal adalah Bibi Im pelayan sepuh di situ.Herjinot tidur telentang di samping istrinya, Yola."Siapa laki-laki tadi?" tanya Jin."Hah? Laki-laki yang mana?" Yola balik bertanya."Laki-laki itu loh," balas Jin sambil memajukan bibirnya beberapa senti."Kalau bicara itu tidak usah setengah-setengah, muter-muter seperti kitiran alias kipas angin bikin pusing tahu." Yola melempa
HerJinot pulang membawa banyak barang belanjaan. Entah apa saja barang yang dibeli Jin untuk istrinya. Di ruang tamu, Jimmy dan Juki sedang duduk sambil makan cemilan."Wuih ... Kak, habis merampok di mana?" tanya si Jimmy sambil bercanda."Enak saja kau bilang merampok, ini habis ngeborong seisi mall," jawab Jin melangkah menaiki tangga menuju lantai dua."Kak, kita berdua tidak dibelikan oleh-oleh?" tanya si bontot Juki."Beli sendiri, bukannya kalian sudah ku beri uang jatah tiap bulan," seru Jin dari lantai dua.Jin langsung masuk ke kamar menaruh semua barang belanjaan. Yola yang melihat suaminya belanja begitu banyak auto langsung komen."Habis merampok ya, Bang?" tanya Yola."Enak sekali kau bilang merampok, ini beli pakai duit," jawab Jin."Yang bilang beli pakai daun siapa?" tanya Yola gregetan."Nih pilih sendiri, aku tidak tahu ukuran kacamatamu berapa? Aku borong semua," ucap Jin menyerahkan semua belanjaan pada Yola."Ya ya ya, orang kaya memang bebas, banyak duit, bisa b