"Maling!" teriak seorang wanita.Begitulah suara teriakan dari seorang wanita paruh baya. Teriakan itu membuat seseorang yang memakai jaket hitam, topi, dan mengenakan masker penutup wajah langsung mengambil langkah seribu.Mendengar teriakan wanita itu, orang-orang yang ada di sekitar pasar berlari mengejar pencuri.Sosok yang mengenakan jaket hitam berlari begitu cepat dan dia langsung bersembunyi di balik semak-semak."Wah, benar-benar gila. Semua orang mengejarku," keluhnya.Dia bergegas melepas jaketnya dan membalikkan jaket yang dia kenakan. Jaket yang dikenakan Yola memang keren, jaket itu 2 in 1 bisa di bolak-balik dan Yola melepas topinya. Tergerailah rambut panjang milik Yola. Lantas dia melepas masker wajah yang dia pakai.Gadis cantik berperawakan tomboi berjalan pelan sambil melirik sebuah tas yang sedang ditenteng seorang ibu-ibu di pasar. Dia mengenakan sebuah topi berwarna hitam dan mulutnya tampak sedang menghisap sesuatu.Pasar siang itu memang tampak ramai. Semua or
Kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di kepala Yola. Bahkan memenuhi seisi ruangan yang ada di dalam otak Yola dan membuat Yola tidak nyenyak tidur. Hal itu membuat Yola semakin malas untuk mencari korban sasaran hingga membuat Yola sering menjadi bulan-bulanan si bos. Tegar, selaku sahabat Yola selalu menjadi pelindung untuk Yola. Saat Yola dianiaya bosnya, Tegar menjadi orang pertama yang melindungi Yola bahkan Tegar pun membantu Yola dalam mencari mangsanya.Yola sudah sering kali menolak kebaikan Tegar, tapi Tegar benar-benar keras kepala dan tetap membantu Yola karena Tegar suka dengan Yola. Tegar tidak tega jika Yola harus selalu dihajar oleh bosnya karena setoran selalu berkurang."Sudahlah, jangan terlalu banyak alasan ini dan itu. Kau cukup menurut padaku saja. Paham." Begitulah ucapan yang selalu dilontarkan dari bibir Tegar.Karena Yola sedang malas berdebat, dia memilih diam dan menuruti apa yang dikatakan oleh Tegar. Namun, dibalik itu semua, Yola juga memikirkan cara a
Yola's POVMenjalani profesiku yang sekarang memang tidaklah mudah dan sangatlah beresiko. Namun lewat profesiku inilah, aku tidak sengaja bertemu dengan pemuda itu. Bukan keinginanku untuk menjalani kehidupan seperti ini tapi keadaan lah yang memaksaku untuk menjalani profesi ini.***Pagi itu seorang gadis sedang berjalan di pasar tradisional sambil melihat-lihat keadaan sekelilingnya. Hari itu tampaknya dia sedang mencari mangsa."Gadis manis, kemari lah," panggil seorang kakek. Gadis itu pun menoleh dan mendekati kakek itu."Iya Kek, ada apa?" tanya gadis itu."Kakek minta kau berhentilah, profesi mu itu sangat beresiko." Kakek Rud menasehati."Aku sebenarnya ingin berhenti Kek, tapi————" ucapannya menggantung."Tapi apa, Nak?" Kakek Rud memandang gadis itu."Aku tidak mungkin bisa lepas dari mereka, Kek!" gadis itu tampak sedih."Semua pasti ada jalan keluarnya," kata Kakek Rud."Ketahuan kabur saja pasti akan dikejar dan kalau tertangkap akan dihajar, Kek!" tegas gadis itu tapi
Di saat mereka berdua terjebak di sebuah ruang yang sangat sempit dengan keadaan si pinky boy sedang dalam keadaan listrik bertegangan tinggi.Di tempat lain, Tegar berhasil ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Dompet yang pemuda itu ambil kembali dengan selamat ke tangan si pemilik. Polisi pun mengintrogasi Tegar dengan berbagai pertanyaan dan harus dijawab jujur oleh Tegar agar tidak bertambah lagi bonyok-bonyok di mukanya.Kembali lagi ke toilet umum yang di dalam toilet tersebut si pinky boy masih berada di puncak ketegangan dimana pusaka keramatnya mulai bangun dari tidur panjangnya. Terlihat pinky boy mulai resah gelisah tidak karuan.'Kamvret ... Anacondaku berdiri,' batinnya yang masih menahan rasa ngilu membekap mulutnya sendiri dengan menggunakan tangan kirinya. 'Shiit! Kenapa langsung konek seperti ini sih?' Membatin merasakan anaconda nya semakin menegang dan keras. 'Gadis ini sengaja atau bagaimana sih? Tidak tahu apa jika aku sedang dalam keadaan konek dengan tegangan
Menikah karena ketidaksengajaan masih membuat Jin dan Yola canggung. Mereka harus beradaptasi antara satu dengan yang lainnya. Karena sebelumnya, mereka sama sekali tidak saling mengenal. Bertemu pun dengan cara tidak sengaja dan melalui banyak drama. Bertemu hari itu juga dan langsung menikah.Belum genap sehari tinggal di rumah Jin si "pinky boy" alias kang wor wet hensem, Yola sudah mulai ketularan aneh. Apalagi kedua adik Herjinot yang benar-benar gesrek. Si Jimmy gesreknya tidak ketulungan. Sedang si Juki adik Jin yang paling bontot lumayan lah agak normal walaupun dia juga rada-rada aneh. Yang benar-benar normal adalah Bibi Im pelayan sepuh di situ.Herjinot tidur telentang di samping istrinya, Yola."Siapa laki-laki tadi?" tanya Jin."Hah? Laki-laki yang mana?" Yola balik bertanya."Laki-laki itu loh," balas Jin sambil memajukan bibirnya beberapa senti."Kalau bicara itu tidak usah setengah-setengah, muter-muter seperti kitiran alias kipas angin bikin pusing tahu." Yola melempa
HerJinot pulang membawa banyak barang belanjaan. Entah apa saja barang yang dibeli Jin untuk istrinya. Di ruang tamu, Jimmy dan Juki sedang duduk sambil makan cemilan."Wuih ... Kak, habis merampok di mana?" tanya si Jimmy sambil bercanda."Enak saja kau bilang merampok, ini habis ngeborong seisi mall," jawab Jin melangkah menaiki tangga menuju lantai dua."Kak, kita berdua tidak dibelikan oleh-oleh?" tanya si bontot Juki."Beli sendiri, bukannya kalian sudah ku beri uang jatah tiap bulan," seru Jin dari lantai dua.Jin langsung masuk ke kamar menaruh semua barang belanjaan. Yola yang melihat suaminya belanja begitu banyak auto langsung komen."Habis merampok ya, Bang?" tanya Yola."Enak sekali kau bilang merampok, ini beli pakai duit," jawab Jin."Yang bilang beli pakai daun siapa?" tanya Yola gregetan."Nih pilih sendiri, aku tidak tahu ukuran kacamatamu berapa? Aku borong semua," ucap Jin menyerahkan semua belanjaan pada Yola."Ya ya ya, orang kaya memang bebas, banyak duit, bisa b
Kedua pasutri yang akan melakukan malam pertamanya itu masih terus-menerus dihadapkan dengan bermacam-macam gangguan dan rintangan yang harus dihadapi.Tok!!!Tok!!!Tok!!!"Kak Jin, apa malam ini akan ada gempa bumi?" Sebuah suara terdengar dari balik pintu."Ah ... dasar benalu, mengganggu orang yang sedang menikmati surga dunia," gerutu Jin yang masih berusaha melepas celananya.Tok!Tok!Tok!Suara ketokan pintu itu semakin keras dan teriakannya pun makin keras menggelegar."Kak Yola, apa Kak Jin berbuat kasar padamu? Biarkan aku masuk ke dalam dan aku bisa melindungi mu," teriak dari balik pintu."Hiss, dasar kutu kupret!" Jin terus mengumpat. "Kau tidak mau membuka pintunya?" Yola berusaha merayu Jin."Jika aku membukakan pintu, maka si udang rebon akan mengganggu malam pertama kita," kesal Jin.Tok!Tok!Tok!Kembali suara itu semakin menggelegar di balik pintu."Kak Yola, buka pintunya dong." Teriakannya semakin kencang dan keras."Dasar bocah tengil, kenapa makin keras saja
Hari kedua Yola tinggal di rumah HerJinot. Setelah sang suami dan kedua adiknya pergi. Rumah menjadi sepi, hanya ada Yola dan Bibi Ima serta beberapa pengawal yang sedang berjaga-jaga di luar.Yola membantu Bibi Ima di dapur. Bibi Ima yang biasa disapa dengan panggilan Bibi Im mengajak Yola untuk mengobrol."Nyonya muda, mau minum jus?" tawar Bibi Im."Boleh, Bi," jawab Yola.Setelah membuatkan jus untuk si Nyonya Muda, Bibi Im pun menemani Nyonya Mudanya itu duduk. "Bibi senang saat mendengar Tuan Muda akhirnya menikah," ujar Bibi Im."Kenapa memangnya, Bi?" tanya Yola."Orang tua Tuan Muda sudah lama meninggal. Tuan muda lah yang menjaga adik-adiknya. Bibi pun juga terkadang menginap di sini untuk membantu mengawasi mereka berdua jika Tuan Muda ada lembur," jelas Bibi Im."Hmm ... Bi, apa memang mereka semua selalu bersikap aneh seperti itu?" tanya Yola penasaran."Mereka sebenarnya anak-anak yang baik kok," jawab Bibi Im, "Lalu bagaimana Nyonya Muda bisa mengenal Tuan Muda? Bibi t
Yola mulai kalang kabut. Pikirannya mulai tertuju pada Juna. Yola berpikir jika dia akan berbuat jahat pada Juna putranya. Yola masih merahasiakan hal itu pada Jin, akan tetapi suaminya itu selangkah lebih maju dari Yola.Ternyata Jin sudah menyebarkan orang-orang yang dia percaya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia pun menugaskan dua pengawal handalnya untuk mengawasi sang putra.Lantas apakah usaha Jin akan berhasil? Apakah keputusan yang diambil Yola tepat ataukah akan memperkeruh keadaan?Yola menitipkan Jelly pada Bibi Im. Tadinya Bibi Im melarang Yola untuk pergi keluar sendirian. Wanita tua itu menyarankan pada Yola untuk menunggu si empunya rumah pulang, tapi Yola beralasan waktu sudah mepet. Tanpa basi-basi Yola langsung bergegas pergi dari rumah besar itu. Tidak seperti biasanya Jelly hari itu menangis dengan keras sampai Bibi Im kewalahan menenangkan bocah kecil itu. Yola yang mendengarkan putri kecilnya menangis keras dengan terpaksa mengacuhkannya. Perempu
Yola terpaksa harus keluar dari dalam mobil untuk menghindari hal yang mungkin akan terjadi. Namun, sebelum Yola turun dari mobil. Terlebih dulu Yola memberitahu pada Juna untuk menjaga Jelly. Yola pun melihat ekspresi putranya yang terlihat takut, begitu juga dengan Jelly. Yola memindahkan Jelly ke kursi belakang dekat dengan Juna. Yola turun dari mobil dan melangkah mendekati Jin. Yola menatap pria yang ada di depan Jin"Kau bisa menanyakan padanya," seru pria itu.Kedua tangan Yola memegang tangan kanan Jin sebagai kode. Beruntung Jin bisa menangkap kode itu."Tapi Yola----""Sudahlah. Tenang saja. Aku bisa mengatasinya," balas Yola menenangkan Jin yang sudah mulai khawatir.Yola melangkah maju mendekati pria itu dan tampak berbincang-bincang dengan serius. Sekilas Yola melihat Tegar di dalam mobil. Wanita itu sempat kaget, akan tetapi pada akhirnya Yola kembali di samping Jin."Kau bicara apa padanya?" Jin tampak penasaran. Yola menarik napas panjang dan mengembuskannya."Aku mem
Kelanggengan keluarga Adiwangsa semakin hari bertambah harmonis. Walaupun tidak lepas dari percekcokan di setiap harinya. Juna dan Jelly pun tumbuh menjadi pribadi yang aktif dan menyenangkan.Terlepas dari masa lalu Yola. Kini Yola begitu bahagia hidup dengan keluarga Adiwangsa. HerJinot pun sukses menjadi Ci Ai O muda berbakat. Begitu pula dengan Jimmy dan Juki. Mereka berdua lulus dengan predikat murid paling berprestasi."Ayah ...," teriak Juna. Namun, orang yang dipanggil tidak menyahut. Juna kembali berteriak memanggil pria itu."Ayahmu sudah berangkat kerja, sayang. Kenapa?" tanya Yola. Melangkah mendekati putranya dan berjongkok. Wanita itu mengusap lembut surai hitam Juna. Juna menggelengkan kepalanya, "Kalau begitu tidak jadi."Yola mengerutkan kedua alisnya saat mendengar respons putranya. Wanita itu tidak paham dengan apa yang dimaksud oleh Juna. Juna langsung berlalu dari hadapan Yola. Bocah itu duduk di sofa yang ada di ruang tengah. Dia duduk sambil berpangku dagu. Y
Tiga tahun kemudian.Kini keluarga kecil Adiwangsa dan Yola Asmara sudah lengkap. Setelah mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang cerdas, saat ini mereka juga mempunyai seorang anak perempuan.Juna genap berusia delapan tahun dan dia memiliki adik perempuan bernama Jelly Adiwangsa yang baru berusia dua tahun.Hari itu, cuaca begitu sangat cerah. Cuaca yang cocok untuk jalan-jalan. Di sebuah istana pink, rumah yang dominasi dengan warna pink, tampak sangat ramai dengan tangisan Jelly.Balita kecil itu menangis karena tidak ingin dipisahkan dari Ayahnya. Setiap kali balita kecil itu lepas dari tubuh Jin, dia akan langsung menangis."Kenapa dia tidak ingin lepas dariku?" pekik Jin."Gendong saja terus," jawab Yola. Jin beralih menatap istrinya, lalu kembali lagi menatap putri kecilnya yang tak mau lepas dari tubuhnya."Tumben nih bocah manja sekali," celetuk Jin. "Di mana Juna?" tanyanya."Dia ada di kamarnya," jawab Yola singkat sambil jari-jemarinya melipat satu-persatu baju yang
Bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Singkat cerita, Juna Adiwangsa telah genap berusia lima tahun. Namun, pada kenyataan Juna masih suka tidur di tengah-tengah Ayah dan Ibunya, walaupun Jin sendiri sudah membuatkan kamar untuk Juna."Sayang, Juna sudah genap lima tahun. Bolehlah jika kita buat adik untuknya?" Jin mendekati Yola. Sang istri hanya memandang suaminya. "Kenapa diam?" tanyanya menatap sang istri. "Jika diam itu tandanya berarti jawabanmu adalah iya," lanjutnya menarik pinggang Yola hingga menabrak tubuhnya."Iya, nanti kita cari waktu yang tepat untuk berduaan," jawabnya menatap Jin."Tidak ada kata penolakan lagi loh," ancam Jin."Iya bawel." Jin makin mengeratkan pelukannya."Hei, ini masih siang," protes Yola."Memangnya kenapa jika masih siang?" tanyanya mendekatkan kepalanya dan menempelkan hidungnya pada hidung Yola."Rumah kosong, hanya ada kita berdua," ucap Jin lirih. "Sudah lama kita tidak berduaan seperti ini."Mendadak Jin menempelkan bibirnya dan b
Kang wor wet hensem memberi kode pada sang istri, padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan."Mbeb, ini bagaimana?""Apanya yang bagaimana?" "Ini ...." Jin menunjuk pusaka keramatnya."Aku akan ke bawah. Sudah waktunya Juna kecil makan dan kau cepat pakai pakaianmu." Yola sambil menunjuk Jin.Muka Jin terlihat manyun, duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya. Yola mendekatinya dan mendudukkan Juna dipangkuannya. Balita tiga tahun itu langsung tersenyum menatap Ayahnya."Kenapa kau berikan dia padaku?" tanyanya."Dari pada kau hanya manyun seperti itu. Pergilah ajak main Juna.""Kau sendiri mau ngapain?" tanya Jin menatap sang istri."Aku mau olahraga," jawab sang istri singkat."Buat apa kau berolahraga?" tanyanya lagi."Aku ingin berat badanku kembali seperti semula." Yola melangkah keluar rumah, tiap hari memang dia menyempatkan diri untuk berolahraga selama lima belas menit. Berat badan Yola sekarang 50 kg."Kau ingin kurus berapa kilo lagi? Tubuhmu itu sudah langsing. Nanti pu
Tak terasa sudah genap sebulan sejak kelahiran Juna Adiwangsa, bayi laki-laki mungil itu membawa warna baru di istana pink. Tangisannya selalu mewarnai hari-hari keluarga Adiwangsa. Juna kecil selalu mengajak bergadang di malam hari dan akan tertidur pulas di siang hari. Setiap malam Juna kecil selalu membuat penghuni istana pink tidak nyenyak tidurnya."Kenapa makin malam, matanya makin melebar," gerutu Jin melihat mata Juna kecil, bayi mungil itu seperti mengajak sang Ayah untuk bermain."Tidurlah jika kau sudah mengantuk. Besok kau harus berangkat kerja." Yola menyuruh suaminya untuk tidur.Beranjak turun dari ranjangnya dan seketika dia berjengkit kaget karena kakinya seperti menginjak sesuatu. Dia melongokkan kepalanya melihat ke bawah ranjang."Kenapa bocah-bocah tengil ini masih tidur di bawah?" tanya Yola menatap Jin dan tangannya menunjuk Jimmy serta Juki yang tidur di lantai beralaskan karpet empuk."Mereka bilang ingin menjaga Juna kecil," sahut Jin membaringkan tubuhnya di
Mobil sampai di depan rumah sakit. Keributan masih terjadi antara ketiganya, tapi hal itu tidak berlangsung lama karena teriakan kesakitan dari Yola membuat Jin langung mengambil tindakan. Jin mengendong Yola dengan cepat saat sudah sampai. Dia menyuruh Jimmy memarkirkan mobil. Sementara Juki menemani mereka berdua ke resepsionis rumah sakit."Sudah bukaan berapa, Tuan?" tanya seoarang perawat yang menyuruh Jin membaringkan sang istri ke ranjang pasien darurat IGD."Aku tidak tahu," jawab Jin menggelengkan kepala meletakkan istrinya ke ranjang lalu mengelus kening istrinya. "Yang kuat sayang," ucapnya tak tega melihat istrinya yang biasanya bar-bar kini terus-terusan merapatkan gigi menahan sakit.Yola memejamkan mata terus menarik napas dan mengembuskan secara perlahan seperti sebelumnya. Menghitung menit demi menit dalam hati merasakan brankar dorong pasien semakin cepat didorong seiring dengan ringisannya yang berlanjut.Yola masih me
Senja pun tiba, bulatan matahari yang menguning telur dan semburat jingga saat senja seperti menghipnotis siapapun yang memandangnya. Hamparan langit yang menguning keemasan mempunyai daya tarik tersendiri.Tampak sangat riuh di ruang makan yang hanya diisi oleh empat orang saja. Yah, empat orang saja tapi suasana seperti berada di pasar bebek. "Kak, aku mau steaknya," teriak Jimmy."Kak, mana susu hangat punya Kookie?" teriak si bontot. Yola menggelengkan kepala dan tertawa kecil melihat suaminya pontang-panting. Kali ini Jin yang dibuat sibuk oleh mereka. Jin berhenti sejenak setelah menaruh sepiring steak untuk Jimmy dan segelas susu untuk Juki."Ternyata capek juga mengurus rumah. Apa begini rasanya jadi ibu rumah tangga?" tanyanya menoleh menatap Yola.Yola mengangkat bahu dan tersenyum."Kau ingin makan apa lagi atau tidak?" tanya Jin ketika melihat piring di depan istrinya sudah kosong.Yola menggeleng,