Hari kedua Yola tinggal di rumah HerJinot. Setelah sang suami dan kedua adiknya pergi. Rumah menjadi sepi, hanya ada Yola dan Bibi Ima serta beberapa pengawal yang sedang berjaga-jaga di luar.Yola membantu Bibi Ima di dapur. Bibi Ima yang biasa disapa dengan panggilan Bibi Im mengajak Yola untuk mengobrol."Nyonya muda, mau minum jus?" tawar Bibi Im."Boleh, Bi," jawab Yola.Setelah membuatkan jus untuk si Nyonya Muda, Bibi Im pun menemani Nyonya Mudanya itu duduk. "Bibi senang saat mendengar Tuan Muda akhirnya menikah," ujar Bibi Im."Kenapa memangnya, Bi?" tanya Yola."Orang tua Tuan Muda sudah lama meninggal. Tuan muda lah yang menjaga adik-adiknya. Bibi pun juga terkadang menginap di sini untuk membantu mengawasi mereka berdua jika Tuan Muda ada lembur," jelas Bibi Im."Hmm ... Bi, apa memang mereka semua selalu bersikap aneh seperti itu?" tanya Yola penasaran."Mereka sebenarnya anak-anak yang baik kok," jawab Bibi Im, "Lalu bagaimana Nyonya Muda bisa mengenal Tuan Muda? Bibi t
Pasutri yang bertemu secara tidak sengaja dan menikah secara mendadak ini gagal melakukan malam pertama sebanyak dua kali, yaitu malam ke satu dan malam ke dua.Seperti biasa, Yola membuka matanya terlebih dahulu. Posisi mereka masih sama seperti sebelum mereka berdua tidur. Jin tertidur dengan kepala menyandar di tembok, tangan kirinya memegang tangan sang istri. Yola beranjak bangun, akan tetapi pagi itu Yola langsung diberi hadiah spesial. Sebuah pemandangan yang cukup extrim saat melihat si bontot alias si Juki yang tidur dengan posisi telentang diranjangnya sudah dalam keadaan lepas landas.Lagi dan lagi teriakan itu terdengar di pagi hari hingga membuat semua penghuni rumah pink itu terbangun."Aaghh!" teriak Yola dan langsung menutup kedua matanya dan menabrakkan kepalanya ke dada sang suami."Ada apa sih? Masih pagi sudah teriak-teriak tidak jelas." HerJinot tersentak kaget."Suara Kakak Ipar sudah seperti jam beker," lanjut Jimmy yang tiba-tiba muncul di ambang pintu dengan p
Malam itu akan menjadi malam yang panjang untuk kedua pasangan suami istri yang selalu gagal melakukan malam pertama, akan tetapi ujian hidup mereka belum juga selesai. Ketukan pintu itu terdengar lagi."Kak!!" panggil si bontot menempelkan daun telinganya di pintu. "Apa malam ini akan ada gempa lagi?" lanjutnya."Kau sedang apa Kak di dalam sana? Kakak Ipar, apakah Kak Jin menyiksamu?" teriak Jimmy di balik pintu yang juga menempelkan daun telinganya di pintu kamar Jin."Kak!" panggil di Juki sekali lagi dengan posisi masih meraba-raba pintu dan telinga masih menempel di pintu.Teriakan kedua bocah tengil membuat aktivitas pasutri itu terjeda sebentar, akan tetapi Jin sama sekali tidak melepaskan pelukannya terhadap sang istri."Kau tidak mau membukanya?" kata Yola memandang wajah suaminya."Biarkan saja upil badak-upil badak itu menguping di luar sana, nanti juga mereka akan pergi dengan sendirinya," tegas Jin yang saat itu beradu pandang dengan sang istri dan lekat. Mendadak detak
Malam panas pun sudah berlalu, mereka berdua melewati masa-masa perang yang terjadi saat malam itu. Karena kelelahan bergulat di atas ranjang, kini mereka tertidur bersama saling mendekap, kaki tumpang tindih, bantal dan selimut terjatuh di lantai.Pagi pun telat tiba, kedua pasutri itu tidur dalam keadaan posisi yang tidak beraturan. Mereka masih terlelap tidur akibat kelelahan bertempur semalam."Bau apa ini?" Yola mengendus-endus bau tidak sedap yang menusuk ke dalam hidungnya. Seketika matanya terbuka dan langsung memukul pantat HerJinot. Pukulan itu langsung membuat Jin terperanjat kaget. "Huek ... bau kentut," ujar Yola. "Beraninya kau buang kentut tepat di wajah istrimu sendiri," kesal Yola."Salah sendiri tidur ngedusel ke pantat orang. Jadi jangan salahkan pantatku dong. Kentut di pagi hari itu alamiah, sudah hal biasa setiap orang kentut di pagi hari," jelas Jin."Kebiasaan mu jika pagi hari selalu mengajak gelut," kesal Yola yang seketika bangun dari tidurnya."Ayo lah jika
Pasangan suami istri gaje itu kembali lagi melakukan aktivitasnya membereskan kamar. Suasana kembali sunyi senyap, keduanya sibuk sendiri-sendiri. Yola merapikan sprei ranjang, sedang Jin mengambil bantal dan guling yang berserakan di lantai. Tiba-tiba ada seekor kecoa yang mendekati kaki pria paling tamvan sejekardah itu."Ada kecoa!" teriak HerJinot kalang kabut. "Kecoa ... kecoa ... kecoa!" teriakannya semakin kencang dan lantang.Seribu kali suara Jin lantang. Pria itu langsung berlari naik ke atas ranjang dan mendekap istrinya."Apa-apaan sih dodol," kesal Yola yang melihat sprei nya kembali berantakan lagi."Ada kecoa!" pekik Jin histeris."Biasa saja kali Bang. Kecoa saja takut. Aku saja tidak takut sama anaconda mu," ujar Yola dengan santainya langsung menginjak kecoa itu sampai gepeng."Wah ... cocok jadi pembasmi kecoa. Kau hebat. Pertahankan prestasimu itu," ujar Jin menepuk pundak Yola."Suami macam apa kau ini? Bagaimana kau bisa melindungi istrimu ini?" Yola menatap sini
Matahari mulai tenggelam, pengunjung pantai pun mulai berkurang. Namun, ada beberapa yang masih menikmati sunset."Aku capek, tolong gendong aku," rengek Yola."Kenapa sekarang kau menjadi manja?" HerJinot berjalan meninggalkan Yola."Perasaan aku manja juga baru sekali ini. Pilih mana, manja sama suami sendiri atau manja sama pria lain?" Yola berjalan lebih cepat mendahului Jin."Hei ... kenapa kau meninggalkanku?" teriak Jin menyusul Yola."Mereka berdua kenapa, Jim?" tanya Juki yang heran melihat kedua kakaknya seperti sedang lomba jalan cepat."Mungkin mereka sedang berlomba jalan cepat," jawab Jimmy."Hadiahnya apa?" tanya Juki folos."Permen lolipop, Juk," jawab Jimmy ngasal."Ah ... benarkah? Kalau begitu aku juga ingin ikutan lomba." Juki ikut berlari mengejar Jin dan Yola."Lah bocah kenapa jadi ikutan o'on sih?" Jimmy merasa heran dengan adiknya. "Hei ... kalian bertiga," teriak Bantet alias Jimmy dengan keras dan lantang. "Kalian sebenarnya sedang apa? Lomba jalan cepat kah
Burung berkicau menyambut mentari pagi. Sinar matahari membangun pasangan suami istri yang begitu sangat kelelahan. Sang istri terbangun terlebih dulu."Bau jigong!" pekik wanita itu mendorong tubuh suaminya. Kang wor wet hensem langsung terbangun."Bau jigong ... bau jigong, kau sendiri tidur juga suka ngiler, wleekk!" Jin menjulurkan lidahnya."Hiss, sana pergi mandi." Yola mendorong tubuh Jin yang masih terbungkus selimut."Jangan pegang-pegang aku. Nanti sekali pegang langsung bangun berdiri, sinyal kuat, tegangan 1 juta volt. Kau yang akan repot." Jin melirik istrinya.Yola langsung menarik selimut dan menutupi dadanya."Lihat apa?" seru Yola dengan mata melotot."Apaan sih ... GR!" sahut Jin."Sudah ah. Aku mau mandi." Yola beranjak dari ranjang dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya."Eits, apa-apaan main narik selimut. Anaconda ku bisa masuk angin nanti." herJinot kembali menarik selimut. Seketika tubuh Yola ikut tertarik."Iih ... kau ini bisa tidak mengalah dengan istri
Siang itu sebuah kehebohan terjadi di istana Pink. Insiden boneka belalang membuat sang empunya rumah kang wor wet hensem lemas dan jatuh pingsan. Ini membuat kedua adiknya, Jimmy dan Juki tertawa terbahak-bahak."Yah, kenapa dia pingsan? Ini 'kan cuma boneka belalang," beo Yola menggaruk kepalanya heran karena melihat sang suami langsung pingsan."Nih, orang kenapa bisa pingsan, Kak?" Jimmy menghampiri Jin yang tergeletak di lantai."Sungguh memalukan," imbuh Juki."Betul ... betul ... betul, untung pingsan di rumah. Coba kalau di tempat umum, kita 'kan pasti malu," ujar Jimmy."Kak Ipar terus kita harus bagaimana?" Juki menimpali Jimmy."Di angkat lah, masa iya mau dibuang," ujar si bantet."Memang Kak Jin sampah?" sahut Juki."Sudah ... sudah ... ayo kita angkat tubuhnya," kata Yola."Badan segede ini kenapa takut sama boneka belalang?" Si bontot ngedumel."Kak ipar, mau dibawa ke mana ini?" tanya Jimmy."Baringkan saja di sofa, jika kalian tidak kuat membawanya ke lantai dua," ucap