Malam panas pun sudah berlalu, mereka berdua melewati masa-masa perang yang terjadi saat malam itu. Karena kelelahan bergulat di atas ranjang, kini mereka tertidur bersama saling mendekap, kaki tumpang tindih, bantal dan selimut terjatuh di lantai.Pagi pun telat tiba, kedua pasutri itu tidur dalam keadaan posisi yang tidak beraturan. Mereka masih terlelap tidur akibat kelelahan bertempur semalam."Bau apa ini?" Yola mengendus-endus bau tidak sedap yang menusuk ke dalam hidungnya. Seketika matanya terbuka dan langsung memukul pantat HerJinot. Pukulan itu langsung membuat Jin terperanjat kaget. "Huek ... bau kentut," ujar Yola. "Beraninya kau buang kentut tepat di wajah istrimu sendiri," kesal Yola."Salah sendiri tidur ngedusel ke pantat orang. Jadi jangan salahkan pantatku dong. Kentut di pagi hari itu alamiah, sudah hal biasa setiap orang kentut di pagi hari," jelas Jin."Kebiasaan mu jika pagi hari selalu mengajak gelut," kesal Yola yang seketika bangun dari tidurnya."Ayo lah jika
Pasangan suami istri gaje itu kembali lagi melakukan aktivitasnya membereskan kamar. Suasana kembali sunyi senyap, keduanya sibuk sendiri-sendiri. Yola merapikan sprei ranjang, sedang Jin mengambil bantal dan guling yang berserakan di lantai. Tiba-tiba ada seekor kecoa yang mendekati kaki pria paling tamvan sejekardah itu."Ada kecoa!" teriak HerJinot kalang kabut. "Kecoa ... kecoa ... kecoa!" teriakannya semakin kencang dan lantang.Seribu kali suara Jin lantang. Pria itu langsung berlari naik ke atas ranjang dan mendekap istrinya."Apa-apaan sih dodol," kesal Yola yang melihat sprei nya kembali berantakan lagi."Ada kecoa!" pekik Jin histeris."Biasa saja kali Bang. Kecoa saja takut. Aku saja tidak takut sama anaconda mu," ujar Yola dengan santainya langsung menginjak kecoa itu sampai gepeng."Wah ... cocok jadi pembasmi kecoa. Kau hebat. Pertahankan prestasimu itu," ujar Jin menepuk pundak Yola."Suami macam apa kau ini? Bagaimana kau bisa melindungi istrimu ini?" Yola menatap sini
Matahari mulai tenggelam, pengunjung pantai pun mulai berkurang. Namun, ada beberapa yang masih menikmati sunset."Aku capek, tolong gendong aku," rengek Yola."Kenapa sekarang kau menjadi manja?" HerJinot berjalan meninggalkan Yola."Perasaan aku manja juga baru sekali ini. Pilih mana, manja sama suami sendiri atau manja sama pria lain?" Yola berjalan lebih cepat mendahului Jin."Hei ... kenapa kau meninggalkanku?" teriak Jin menyusul Yola."Mereka berdua kenapa, Jim?" tanya Juki yang heran melihat kedua kakaknya seperti sedang lomba jalan cepat."Mungkin mereka sedang berlomba jalan cepat," jawab Jimmy."Hadiahnya apa?" tanya Juki folos."Permen lolipop, Juk," jawab Jimmy ngasal."Ah ... benarkah? Kalau begitu aku juga ingin ikutan lomba." Juki ikut berlari mengejar Jin dan Yola."Lah bocah kenapa jadi ikutan o'on sih?" Jimmy merasa heran dengan adiknya. "Hei ... kalian bertiga," teriak Bantet alias Jimmy dengan keras dan lantang. "Kalian sebenarnya sedang apa? Lomba jalan cepat kah
Burung berkicau menyambut mentari pagi. Sinar matahari membangun pasangan suami istri yang begitu sangat kelelahan. Sang istri terbangun terlebih dulu."Bau jigong!" pekik wanita itu mendorong tubuh suaminya. Kang wor wet hensem langsung terbangun."Bau jigong ... bau jigong, kau sendiri tidur juga suka ngiler, wleekk!" Jin menjulurkan lidahnya."Hiss, sana pergi mandi." Yola mendorong tubuh Jin yang masih terbungkus selimut."Jangan pegang-pegang aku. Nanti sekali pegang langsung bangun berdiri, sinyal kuat, tegangan 1 juta volt. Kau yang akan repot." Jin melirik istrinya.Yola langsung menarik selimut dan menutupi dadanya."Lihat apa?" seru Yola dengan mata melotot."Apaan sih ... GR!" sahut Jin."Sudah ah. Aku mau mandi." Yola beranjak dari ranjang dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya."Eits, apa-apaan main narik selimut. Anaconda ku bisa masuk angin nanti." herJinot kembali menarik selimut. Seketika tubuh Yola ikut tertarik."Iih ... kau ini bisa tidak mengalah dengan istri
Siang itu sebuah kehebohan terjadi di istana Pink. Insiden boneka belalang membuat sang empunya rumah kang wor wet hensem lemas dan jatuh pingsan. Ini membuat kedua adiknya, Jimmy dan Juki tertawa terbahak-bahak."Yah, kenapa dia pingsan? Ini 'kan cuma boneka belalang," beo Yola menggaruk kepalanya heran karena melihat sang suami langsung pingsan."Nih, orang kenapa bisa pingsan, Kak?" Jimmy menghampiri Jin yang tergeletak di lantai."Sungguh memalukan," imbuh Juki."Betul ... betul ... betul, untung pingsan di rumah. Coba kalau di tempat umum, kita 'kan pasti malu," ujar Jimmy."Kak Ipar terus kita harus bagaimana?" Juki menimpali Jimmy."Di angkat lah, masa iya mau dibuang," ujar si bantet."Memang Kak Jin sampah?" sahut Juki."Sudah ... sudah ... ayo kita angkat tubuhnya," kata Yola."Badan segede ini kenapa takut sama boneka belalang?" Si bontot ngedumel."Kak ipar, mau dibawa ke mana ini?" tanya Jimmy."Baringkan saja di sofa, jika kalian tidak kuat membawanya ke lantai dua," ucap
Malam itu langit begitu indah, tampak bulan menampakkan wajahnya penuh di langit ditemani para bintang-bintang yang kelap-kelip.Dalam keadaan cahaya yang remang-remang, Yola berjalan menuju kamar dan langsung menjatuhkan dirinya di ranjang. Tangannya meraba-raba mencari tubuh sang suami. Ketika menemukan tubuh itu, dia langsung memeluknya, akan tetapi dia merasa aneh dengan aroma tubuh sang suami dan kenapa dia telanjang dada?"Tumben dia tidur telanjang dada? Biasanya jika dia seperti ini pasti akan minta jatah. Apalagi aroma tubuhnya juga sangat berbeda," ucap Yola dengan lirih. "Tapi maaf, aku capek dan sedang tidak bernafsu!" tangannya masih meraba-raba dada bidang itu, membuat yang empunya dada bidang itu terbangun."Kak ipar, kenapa memelukku dan meraba-raba dadaku?" Sebuah suara serak-serak basah itu mengagetkan Yola.Alangkah terkejutnya ketika Yola sadar. Matanya membulat sempurna."Hei ... Marjuki, kenapa kau tidur di kamarku?" pekik Yola yang langsung mendorong tubuh Juki
Siang yang begitu panas, teriknya sangat menusuk kulit. Jimmy dan Juki, kedua bocah tengil yang baru saja mendapatkan siraman rohani dari Kakak iparnya itu seperti biasa melakukan rutinitasnya yaitu mager alias rebahan di lantai yang hanya beralaskan karpet. Kedua bocah tengil tersebut terlihat sibuk main game dengan beberapa cemilan di samping tubuh mereka masing-masing.Yola menuruni anak tangga, hari itu dia berniat akan pergi ke pasar untuk membeli sayur-mayur dan bumbu dapur."Kak Ipar, mau ke mana?" tanya si bantet."Mau ke pasar, kenapa?" tanyanya balik."Ikut boleh?" tanya bantet lagi."Kita berdua ikut ya, Kak? Biar bisa menjaga Kak Ipar. Nanti jika terjadi apa-apa dengan Kak Ipar, kita berdua yang kenal omel Kak Jin," jelas si bontot dengan mulut manyunnya."Hmm ... betul sekali, Kak," timpal Jimmy."Iya ... kalian boleh ikut, tapi dengan satu catatan jangan rewel. Oke," pinta Yola."Rewel? Memangnya kita berdua bayi, Kak?" cicit Juki."Elu yang masih bayi, Juk," sahut Jimmy
Mereka berdua saling berhadapan dan menempelkan telinga mereka di daun pintu kamar yang berwarna pink itu. Namun, tidak ada suara atau aktivitas sama sekali di dalam kamar."Kau mendengar sesuatu tidak?" tanya Jimmy."Ho'oh ... aku mendengar suara sesuatu." jawabnya."Serius? Memang kau mendengar suara apa?" tanya Jimmy kepo karena dia sama sekali tidak mendengar suara apa-apa."Jangkrik bos," jawab Juki."Kalau ngomong yang benar." Jimmy menjitak kepala Juki."Lah memang benar. Aku cuma mendengar suara kriik ... kriik ... kriik ...," jawabnya."Kok aku tidak dengar suara apa-apa ya," ujar Jimmy."Iya lah dodol. Bagaimana bisa mendengarkan suara, jika headset masih nangkring di telinga lu." Juki menarik headseat di telinga Jimmy."Kenapa gue jadi bego banget," umpat Jimmy pada dirinya sendiri."Baru nyadar ya?" ujar Juki.Sudah bisa ditebak, pasti ada percekcokan sedikit di antara mereka berdua."Sstt!" Jimmy memberi kode."Lu juga jangan berisik," ujar Juki lirih..10 menit kemudian