Yola's POV
Menjalani profesiku yang sekarang memang tidaklah mudah dan sangatlah beresiko. Namun lewat profesiku inilah, aku tidak sengaja bertemu dengan pemuda itu. Bukan keinginanku untuk menjalani kehidupan seperti ini tapi keadaan lah yang memaksaku untuk menjalani profesi ini.***Pagi itu seorang gadis sedang berjalan di pasar tradisional sambil melihat-lihat keadaan sekelilingnya. Hari itu tampaknya dia sedang mencari mangsa."Gadis manis, kemari lah," panggil seorang kakek. Gadis itu pun menoleh dan mendekati kakek itu."Iya Kek, ada apa?" tanya gadis itu."Kakek minta kau berhentilah, profesi mu itu sangat beresiko." Kakek Rud menasehati."Aku sebenarnya ingin berhenti Kek, tapi————" ucapannya menggantung."Tapi apa, Nak?" Kakek Rud memandang gadis itu."Aku tidak mungkin bisa lepas dari mereka, Kek!" gadis itu tampak sedih."Semua pasti ada jalan keluarnya," kata Kakek Rud."Ketahuan kabur saja pasti akan dikejar dan kalau tertangkap akan dihajar, Kek!" tegas gadis itu tapi dengan mimik muka yang sedih."Kau itu masih muda, masa depanmu masih panjang. Jika diberi kesempatan untuk kabur, larilah sejauh mungkin. Kau berhak mendapatkan kebahagiaan, Nak." Kakek Rud membelai surai hitam gadis itu."Aku juga menginginkan itu, Kek. Aku juga ingin hidup bahagia, aku ingin melakukan hal yang bermanfaat." Gadis itu menunduk."Kau pasti bisa, Nak. Kakek percaya itu. Kau ini sebenarnya gadis yang baik. Kenapa kau bisa terjerumus masuk ke dalam komplotan mereka?" Kakek Rud duduk di samping gadis itu."Aku yang salah langkah Kek, mungkin aku yang bodoh. Aku sudah semakin jauh Kek, mau keluar pun mungkin sudah tidak bisa. Aku pun sudah lelah dengan semua ini." Gadis itu semakin merasa bersalah.Kakek Rud menyadari itu, dia berusaha untuk memberi semangat pada seorang gadis yang duduk di sampingnya itu. Seorang gadis yang selalu membantunya ketika sedang jualan."Kalau kau ingin menangis ... menangislah di dalam. Luapkan semua beban mu, Nak. Jujur setiap kau di sini kakek merasa terhibur, karena sejatinya kau itu adalah anak yang baik, hanya saja kau yang salah bergaul." Kakek Rud menepuk-nepuk pundak gadis itu. Tak terasa butiran bening jatuh di pipi gadis itu."Aku harus pergi, Kek," katanya sambil mengusap air matanya."Kau mau ke mana?" tanya kakek Rud."Aku tidak ingin kalau mereka sampai tahu jika aku sering berada di warung Kakek ini, mereka pasti tidak akan tinggal diam," jawab gadis manis itu."Apa kau mau mencopet lagi?" tanya Kakek Rud.Gadis itu hanya terdiam. Di satu sisi dia ingin berhenti mencopet tapi di sisi lain jika dia tidak mendapatkan setoran dia akan dihajar."Ehm ... aku akan berusaha mencari cara, Kek. Aku akan mencari cara agar bisa kabur dan terlepas dari komplotan pencuri-pencuri itu." Gadis manis itu tersenyum. Kakek Rud yang mendengar kalimat itu ikut tersenyum juga."Kakek yakin kau pasti bisa, Nak. Tatalah masa depanmu." Kakek Rud terus memberi semangat pada gadis manis itu. "Tunggu dulu, Nak," kata Kakek Rud. Tak lupa seperti biasa, Kakek Rud selalu menyempatkan untuk membungkus sarapan dan memberikannya pada gadis itu, tapi setiap kali gadis itu memberikan uang pada Kakek Rud, sang kakek selalu menolaknya secara halus."Kenapa kakek selalu menolak jika aku akan membayar nasi bungkus ini?" katanya."Kakek tidak mau menerima uang itu. Kakek akan menerima uang darimu jika kau sudah mendapatkan pekerjaan halal," jawab Kakek Rud dan memegang pipi gadis itu.Seolah tahu kode keras dari Kakek Rud, gadis itu selalu berusaha mencari cara agar bisa kabur."Sekali lagi terimakasih, Kek. Aku selalu merepotkan Kakek. Aku sudah banyak berhutang budi pada Kakek. Kakek sendiri tahu profesiku, tapi Kakek malah menganggap ku seperti cucu Kakek sendiri." Gadis itu akhirnya tak kuasa menahan tangis.Sudah ... sudah ... makin jelek kalau kau menangis. Hapus dulu air matamu itu," hibur Kakek Rud."Aku pergi dulu kek, jika ada waktu aku akan mampir lagi ke sini," ujarnya melangkah meninggalkan sang kakek.💘💘💘Hari sudah semakin siang, matahari berada tepat di atas kepala dan sinarnya sangat terik. Gadis itu masih setia duduk nongkrong di pasar. Dia duduk di bawah sebuah pohon sambil memikirkan kata-kata dari Kakek Rud. Sembari berpikir dia pun mengamati suasana pasar, pandanganya terfokus pada anak-anak yang pulang sekolah. Mereka bercanda bersama, ketawa ketiwi tanpa beban pikiran."Mereka sungguh sangat bahagia. Mungkin jika aku tidak salah langkah, aku pun bisa merasakan hal yang sama seperti mereka tanpa beban pikiran. Bebanku saat ini adalah mendapat target dan bisa menyetor. Kalau tidak aku bakal remuk lagi dihajar mereka." Pikirannya sudah melayang-layang memikirkan apa yang akan terjadi jika dia tidak memberi uang setoran.'Aaarrgghh! Sepertinya memang aku harus mencari cara untuk kabur,' 'beonya dalam hati."Kalau tidak, bisa-bisa aku mati muda karena sering dihajar mereka," imbuhnya."Kenapa mendadak aku jadi merinding tidak jelas seperti ini." Gadis itu mengusap-usap lengannya sendiri. "Ah ... atau jangan-jangan pohon ini ada penghuninya?" imbuhnya. "Haaiiisss ... kenapa aku jadi parno seperti ini?" Gadis itu memang merasa ada mata yang terus mengawasinya. "Ah ... tidak jelas sekali tempat ini, lebih baik aku pergi dari sini saja," katanya meninggalkan tempat itu."Bagaimana bos?" kata seorang lelaki."Terus saja awasi dia!" kata sang bos bermuka sangar dan berbrewok.Yola menapaki jalan di pasar tradisional, sesekali dia berhenti di stand aksesoris."Wah ... ini sangat cantik sekali." Yola terlihat sangat takjub.Dia melanjutkan langkahnya menyusuri setapak jalanan pasar tradisional sampai dia lupa akan tujuan utamanya untuk mencopet."Hei ... Yola!" teriak seorang pemuda yang membuatnya menoleh ke belakang."Ada apa?" tanya Yola."Bagaimana hari ini? Apa kau dapat banyak?" tanya seorang pemuda yang bernama Tegar."Tidak. Aku bahkan belum melancarkan aksiku," jawab Yola."Kenapa? Kau tidak takut pada Brewok?" tanya Tegar.Yola menghentikan langkahnya, terdiam sesaat dan menatap Tegar."Ada apa?" tanya Tegar."Ah ... tidak ada apa-apa," jawab Yola berjalan mendahului Tegar."Aku akan membantumu lagi," ucap Tegar berlari menghampiri Yola."Eh ... apa?" tanyanya tidak paham."Lihat ini, ya." Tegar mulai melancarkan aksinya.Tak butuh waktu lama, pemuda itu berhasil mengambil sebuah dompet dari tas seorang wanita. Nahasnya aksinya dipergoki seorang penjual sayur dan langsung meneriakinya."Maliiiiiiing!" Pengunjung pasar langsung menatap Tegar yang sedang memegang dompet berwarna biru muda dengan motif bunga.Seketika Tegar kaget dan langsung lari menyambar tangan Yola.Yola terkejut dan dia pun ikut lari. Di saat sedang lari, dia berpikir apa yang sedang dia lakukan?'Kenapa aku harus ikut lari? Bukan aku ini yang nyolong,' batin Yola.Yola berhenti dan menepis genggaman tangan Tegar."Hei ... apa yang kau lakukan? Kenapa kau berhenti? Kita bisa babak belur dihajar masa!" Tegar terlihat cemas."Kau yang nyolong dompet milih wanita itu bukan aku, kenapa aku harus ikut lari?" tegas Yola."Hei ... sekarang bukan saatnya berpikir seperti itu. Apalagi kau ikut lari bersamaku!" Nada suara Tegar meninggi."Kau yang menarikku," balas Yola sedikit kesal.Di saat mereka berdua sibuk berdebat, kerumunan masa sudah semakin mendekati mereka. Karena gugup dan takut Tegar mengambil arah kiri, sedangkan Yola mengambil arah kanan. Dia berpikir massa tidak akan ikut mengejarnya, akan tetapi tebakan Yola salah. Gerombolan massa tetap mengejarnya.Di tempat lain, seorang pemuda yang memakai kemeja warna pink berlengan pendek dan bercelana putih sedang berdiri memainkan ponselnya. Dia terkejut ketika melihat sekerumunan massa berlari ke arahnya sambil berteriak maliiing ... maliiing!!!Yola yang melihat itu langsung meraih tangan pemuda yang tidak dia kenal sama sekali untuk berlari bersamanya. Pemuda yang tidak tahu apa-apa itu ikut berlari bersama Yola dan sesekali menengok ke belakang melihat kerumunan massa yang mengejarnya ... ah, tepatnya mengejar mereka berdua.Kerumunan massa yang ditangan mereka ada yang memegang kayu, ada juga yang memegang wajan teflon bahkan alat-alat penggorengan lainnya.Yola menggenggam erat tangan pemuda itu dan masih terus berlari menarik tangan sang pemuda. Yola berlari masuk gang dan bersembunyi di sebuah toilet umum bersama dengan pemuda berbaju pink. Keduanya mengatur napas dengan posisi si pemuda tampan berada di belakang Yola."Hei ... kau ini siapa? Kenapa asal sekali main tarik tangan orang sembarangan?" tanya pemuda berbaju pink. Namun, pertanyaannya tidak dijawab oleh Yola."Ssttt!" Mendadak tangan Yola langsung membekap mulut pemuda itu.Yola mengintip di sela-sela pintu, sang pemuda pun penasaran dan ikut mengintip. Terdengar suara riuh dari luar, tiba-tiba Yola melangkah mundur dan tubuhnya menabrak tubuh pemuda itu hingga tubuh pemuda berbaju pink tersebut menabrak dinding di belakangnya. Alhasil tubuh sang pemuda terhimpit antara dinding dan tubuh Yola.Tubuh Yola semakin menempel erat pada tubuh sang pemuda. Mendadak wajah sang pemuda menjadi merah dan merenggangkan kedua tangannya.Kedua telapak tangannya menempel di tembok dan jari jemarinya mencakar-cakar tembok ketika pusaka keramatnya tergesek-gesek dengan pantatnya Yola."Geledah semua tempat!" Sebuah teriakan terdengar dari luar.Yola semakin mundur ke belakang ketika terdengar teriakan suara dari luar. Pantatnya semakin menekan pusaka keramat sang pemuda. Sang pemuda semakin tidak karuan, dia membekap mulutnya sendiri dengan telapak tangannya. Dan tangan yang satunya masih menempel di dinding dan mencakar-cakarnya. Sang pemuda itu merasakan ngilu yang teramat sangat pada pusaka keramatnya.Selanjutnya apa yang terjadi pada keduanya? Ada yang bisa nebak?Di saat mereka berdua terjebak di sebuah ruang yang sangat sempit dengan keadaan si pinky boy sedang dalam keadaan listrik bertegangan tinggi.Di tempat lain, Tegar berhasil ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Dompet yang pemuda itu ambil kembali dengan selamat ke tangan si pemilik. Polisi pun mengintrogasi Tegar dengan berbagai pertanyaan dan harus dijawab jujur oleh Tegar agar tidak bertambah lagi bonyok-bonyok di mukanya.Kembali lagi ke toilet umum yang di dalam toilet tersebut si pinky boy masih berada di puncak ketegangan dimana pusaka keramatnya mulai bangun dari tidur panjangnya. Terlihat pinky boy mulai resah gelisah tidak karuan.'Kamvret ... Anacondaku berdiri,' batinnya yang masih menahan rasa ngilu membekap mulutnya sendiri dengan menggunakan tangan kirinya. 'Shiit! Kenapa langsung konek seperti ini sih?' Membatin merasakan anaconda nya semakin menegang dan keras. 'Gadis ini sengaja atau bagaimana sih? Tidak tahu apa jika aku sedang dalam keadaan konek dengan tegangan
Menikah karena ketidaksengajaan masih membuat Jin dan Yola canggung. Mereka harus beradaptasi antara satu dengan yang lainnya. Karena sebelumnya, mereka sama sekali tidak saling mengenal. Bertemu pun dengan cara tidak sengaja dan melalui banyak drama. Bertemu hari itu juga dan langsung menikah.Belum genap sehari tinggal di rumah Jin si "pinky boy" alias kang wor wet hensem, Yola sudah mulai ketularan aneh. Apalagi kedua adik Herjinot yang benar-benar gesrek. Si Jimmy gesreknya tidak ketulungan. Sedang si Juki adik Jin yang paling bontot lumayan lah agak normal walaupun dia juga rada-rada aneh. Yang benar-benar normal adalah Bibi Im pelayan sepuh di situ.Herjinot tidur telentang di samping istrinya, Yola."Siapa laki-laki tadi?" tanya Jin."Hah? Laki-laki yang mana?" Yola balik bertanya."Laki-laki itu loh," balas Jin sambil memajukan bibirnya beberapa senti."Kalau bicara itu tidak usah setengah-setengah, muter-muter seperti kitiran alias kipas angin bikin pusing tahu." Yola melempa
HerJinot pulang membawa banyak barang belanjaan. Entah apa saja barang yang dibeli Jin untuk istrinya. Di ruang tamu, Jimmy dan Juki sedang duduk sambil makan cemilan."Wuih ... Kak, habis merampok di mana?" tanya si Jimmy sambil bercanda."Enak saja kau bilang merampok, ini habis ngeborong seisi mall," jawab Jin melangkah menaiki tangga menuju lantai dua."Kak, kita berdua tidak dibelikan oleh-oleh?" tanya si bontot Juki."Beli sendiri, bukannya kalian sudah ku beri uang jatah tiap bulan," seru Jin dari lantai dua.Jin langsung masuk ke kamar menaruh semua barang belanjaan. Yola yang melihat suaminya belanja begitu banyak auto langsung komen."Habis merampok ya, Bang?" tanya Yola."Enak sekali kau bilang merampok, ini beli pakai duit," jawab Jin."Yang bilang beli pakai daun siapa?" tanya Yola gregetan."Nih pilih sendiri, aku tidak tahu ukuran kacamatamu berapa? Aku borong semua," ucap Jin menyerahkan semua belanjaan pada Yola."Ya ya ya, orang kaya memang bebas, banyak duit, bisa b
Kedua pasutri yang akan melakukan malam pertamanya itu masih terus-menerus dihadapkan dengan bermacam-macam gangguan dan rintangan yang harus dihadapi.Tok!!!Tok!!!Tok!!!"Kak Jin, apa malam ini akan ada gempa bumi?" Sebuah suara terdengar dari balik pintu."Ah ... dasar benalu, mengganggu orang yang sedang menikmati surga dunia," gerutu Jin yang masih berusaha melepas celananya.Tok!Tok!Tok!Suara ketokan pintu itu semakin keras dan teriakannya pun makin keras menggelegar."Kak Yola, apa Kak Jin berbuat kasar padamu? Biarkan aku masuk ke dalam dan aku bisa melindungi mu," teriak dari balik pintu."Hiss, dasar kutu kupret!" Jin terus mengumpat. "Kau tidak mau membuka pintunya?" Yola berusaha merayu Jin."Jika aku membukakan pintu, maka si udang rebon akan mengganggu malam pertama kita," kesal Jin.Tok!Tok!Tok!Kembali suara itu semakin menggelegar di balik pintu."Kak Yola, buka pintunya dong." Teriakannya semakin kencang dan keras."Dasar bocah tengil, kenapa makin keras saja
Hari kedua Yola tinggal di rumah HerJinot. Setelah sang suami dan kedua adiknya pergi. Rumah menjadi sepi, hanya ada Yola dan Bibi Ima serta beberapa pengawal yang sedang berjaga-jaga di luar.Yola membantu Bibi Ima di dapur. Bibi Ima yang biasa disapa dengan panggilan Bibi Im mengajak Yola untuk mengobrol."Nyonya muda, mau minum jus?" tawar Bibi Im."Boleh, Bi," jawab Yola.Setelah membuatkan jus untuk si Nyonya Muda, Bibi Im pun menemani Nyonya Mudanya itu duduk. "Bibi senang saat mendengar Tuan Muda akhirnya menikah," ujar Bibi Im."Kenapa memangnya, Bi?" tanya Yola."Orang tua Tuan Muda sudah lama meninggal. Tuan muda lah yang menjaga adik-adiknya. Bibi pun juga terkadang menginap di sini untuk membantu mengawasi mereka berdua jika Tuan Muda ada lembur," jelas Bibi Im."Hmm ... Bi, apa memang mereka semua selalu bersikap aneh seperti itu?" tanya Yola penasaran."Mereka sebenarnya anak-anak yang baik kok," jawab Bibi Im, "Lalu bagaimana Nyonya Muda bisa mengenal Tuan Muda? Bibi t
Pasutri yang bertemu secara tidak sengaja dan menikah secara mendadak ini gagal melakukan malam pertama sebanyak dua kali, yaitu malam ke satu dan malam ke dua.Seperti biasa, Yola membuka matanya terlebih dahulu. Posisi mereka masih sama seperti sebelum mereka berdua tidur. Jin tertidur dengan kepala menyandar di tembok, tangan kirinya memegang tangan sang istri. Yola beranjak bangun, akan tetapi pagi itu Yola langsung diberi hadiah spesial. Sebuah pemandangan yang cukup extrim saat melihat si bontot alias si Juki yang tidur dengan posisi telentang diranjangnya sudah dalam keadaan lepas landas.Lagi dan lagi teriakan itu terdengar di pagi hari hingga membuat semua penghuni rumah pink itu terbangun."Aaghh!" teriak Yola dan langsung menutup kedua matanya dan menabrakkan kepalanya ke dada sang suami."Ada apa sih? Masih pagi sudah teriak-teriak tidak jelas." HerJinot tersentak kaget."Suara Kakak Ipar sudah seperti jam beker," lanjut Jimmy yang tiba-tiba muncul di ambang pintu dengan p
Malam itu akan menjadi malam yang panjang untuk kedua pasangan suami istri yang selalu gagal melakukan malam pertama, akan tetapi ujian hidup mereka belum juga selesai. Ketukan pintu itu terdengar lagi."Kak!!" panggil si bontot menempelkan daun telinganya di pintu. "Apa malam ini akan ada gempa lagi?" lanjutnya."Kau sedang apa Kak di dalam sana? Kakak Ipar, apakah Kak Jin menyiksamu?" teriak Jimmy di balik pintu yang juga menempelkan daun telinganya di pintu kamar Jin."Kak!" panggil di Juki sekali lagi dengan posisi masih meraba-raba pintu dan telinga masih menempel di pintu.Teriakan kedua bocah tengil membuat aktivitas pasutri itu terjeda sebentar, akan tetapi Jin sama sekali tidak melepaskan pelukannya terhadap sang istri."Kau tidak mau membukanya?" kata Yola memandang wajah suaminya."Biarkan saja upil badak-upil badak itu menguping di luar sana, nanti juga mereka akan pergi dengan sendirinya," tegas Jin yang saat itu beradu pandang dengan sang istri dan lekat. Mendadak detak
Malam panas pun sudah berlalu, mereka berdua melewati masa-masa perang yang terjadi saat malam itu. Karena kelelahan bergulat di atas ranjang, kini mereka tertidur bersama saling mendekap, kaki tumpang tindih, bantal dan selimut terjatuh di lantai.Pagi pun telat tiba, kedua pasutri itu tidur dalam keadaan posisi yang tidak beraturan. Mereka masih terlelap tidur akibat kelelahan bertempur semalam."Bau apa ini?" Yola mengendus-endus bau tidak sedap yang menusuk ke dalam hidungnya. Seketika matanya terbuka dan langsung memukul pantat HerJinot. Pukulan itu langsung membuat Jin terperanjat kaget. "Huek ... bau kentut," ujar Yola. "Beraninya kau buang kentut tepat di wajah istrimu sendiri," kesal Yola."Salah sendiri tidur ngedusel ke pantat orang. Jadi jangan salahkan pantatku dong. Kentut di pagi hari itu alamiah, sudah hal biasa setiap orang kentut di pagi hari," jelas Jin."Kebiasaan mu jika pagi hari selalu mengajak gelut," kesal Yola yang seketika bangun dari tidurnya."Ayo lah jika