"Hei, Valerie! Cepat ambilkan minuman untukku!" ujar Ariel, adik angkat Valerie.
Valerie yang berpakaian lusuh hanya bisa mengangguk pelan sambil menatap lantai dan berjalan menuju dapur untuk mengambilkan minuman. Saat Valerie berjalan ke dapur, teriakan lain memanggil dirinya.
"Valerie! Cepat cuci bajuku!" teriak Ana, seorang janda yang memiliki dua anak kandung dan mengangkat Valerie sebagai anak angkat untuk dijadikan pembantu.
Valerie berjalan mendekati ibu angkatnya tersebut dan mengambil beberapa baju yang tergeletak di lantai untuk dicuci.
"Setelah cuci baju, jangan lupa memasak untuk makan siang," kata Ana, "makan siang hari ini harus daging sapi."
Sekali lagi, Valerie hanya bisa mengangguk dan tidak berani untuk menjawab perkataan Ana. Lalu, ia kembali berjalan dengan tubuhnya yang lemas itu menuju ruang mencuci. Sejak ia bangun tidur pagi tadi, ia belum sempat untuk meneguk air sedikitpun.
Setelah menaruh baju, Valerie bergegas pergi ke dapur untuk mengambilkan minuman. Ia mengambil segelas air dan beberapa biskuit lalu berlari ke ruangan Ariel.
"Kenapa lama sekali?" tanya Ariel sinis.
Valerie menjawab pelan, "Ibu memanggilku."
"Cih! Ya sudah, cepat pergi!" ujar Ariel ketus.
Valerie segera pergi dari tempat tersebut sebelum ia menjadi sasaran kekesalan Ariel. Ia bergegas menuju dapur dan memasak daging sapi untuk ibu dan saudara angkatnya. Valerie? Tentu saja hanya bisa memakan nasi dan telur. Itu pun sudah menjadi makanan mewah baginya, karena biasanya ia hanya memakan roti saja.
Tersisa waktu sejam sebelum makan siang, Valerie bergegas menyiapkan semuanya dari makanan pembuka hingga makanan penutup.
"Aku pulang!" teriak seseorang yang suaranya sangat dikenal oleh Valerie.
Suara itu adalah suara Hugo, kakak angkat Valerie. Hugo hanya pulang ke rumah jika tiba saatnya untuk makan, ia menghabiskan waktu untuk bermain dan menginap di rumah temannya.
"Hei, Valerie! Apa makan siang hari ini?" tanya Hugo.
"Daging sapi." jawab Valerie singkat.
"Bosan. Aku ingin roti sandwich." ujar Hugo.
Valerie mendelik kesal sambil memutar bola matanya, tentu saja sambil menunduk. Ia sudah menyiapkan tiga daging sapi untuk makan siang.
"Yah, kau bisa memakan bagianku kalau Ibu mengizinkan." ujar Hugo sambil berlalu.
Valerie tersenyum tipis. Ada sedikit rasa senang di hati Valerie. Ia membayangkan bagaimana rasanya memakan daging sapi yang empuk dan tebal itu. Semoga saja ibunya mengizinkan.
***
Ibu dan saudara angkat Valerie sudah berkumpul di meja makan. Valerie mambawa semua hidangan dan menyusunnya di atas meja.
Ana terlihat bingung dan berkata, "Mana daging untuk Hugo?"
"Tidak ada, Bu. Kakak ingin memakan sandwich." jawab Valerie pelan.
Wajah Ana memerah, "Tetap saja! Kau taruh di mana dagingnya? Bukankah kau sudah memasaknya sebelum Hugo pulang?"
Valerie bergidik. Keringat mengucur dari wajahnya. Karena Hugo akan memakan sandwich, daging tersebut disimpannya di dapur.
"D-di dapur, Bu." jawab Valerie tergagap.
"Cepat bawakan kesini!" perintah Ana.
Valerie segera pergi ke dapur untuk membawakan daging tersebut. Pupus sudah harapannya untuk memakan daging yang empuk itu.
Ana segera mengambil daging tersebut dan memberikannya kepada Olley, anjing peliharaan dari ras golden retriever milik mereka.
"Anak pintar." ucap Ana kepada Olley.
Ariel hanya tersenyum sinis sambil melirik Valerie, sedangkan Hugo mengabaikan Valerie dan sibuk memakan sandwich. Valerie bergetar dan hanya bisa menarik napas dalam. Ini juga bukan yang pertama kalinya.
Valerie berjalan menuju dapur untuk menyantap makan siangnya. Menu makan siangnya kali ini adalah nasi dan telur. Makanan mewah menurutnya.
"Valerie! Cepat kesini!" panggil Ariel.
Valerie segera pergi menuju ruang makan, walaupun ia sendiri belum menghabiskan santapan siangnya.
"Ada apa?" tanya Valerie dengan suara rendah.
"Tuangkan minuman untuk Ibu, Kakak, dan aku!" perintah Ariel.
Valerie segera menuangkan minuman untuk mereka. Belum sempat menuangkan untuk Ana, tiba-tiba saja Valerie merasa tubuhnya menjadi basah kuyup.
Ariel berpura-pura terkejut, "Ups! Aku tidak sengaja."
Semua orang pun tau bahwa hal tersebut disengaja. Gelas yang berisi air tadi sudah kosong di tangan Ariel. Tentu saja dialah pelakunya.
Valerie segera menyelesaikan tugasnya dan pergi ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menuju dapur untuk menghabiskan santap siangnya.
Rasanya, kehidupan sehari-hari Valerie sangat melelahkan. Ia sering berpikir kapan hal ini akan berakhir dan membayangkan kehidupan yang bahagia. Betapa indahnya jika terwujud.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Ini sudah saatnya untuk membereskan meja setelah makan siang tadi. Valerie segera mengelap meja dan mencuci peralatan makan. Setelah selesai, Valerie harus segera mencuci baju dan menjemurnya.
Jika sudah tidak ada lagi pekerjaan yang harus dilakukan, Valerie harus pergi ke luar rumah untuk bekerja. Biasanya, Valeria bekerja dari rumah ke rumah untuk membantu melakukan pekerjaan rumah, mengajarkan pelajaran kepada anak-anak, atau mengasuh anak kecil.
Siang ini, Valerie harus pergi ke rumah Maria, tetangganya yang mempunyai anak berumur dua tahun dan harus ditinggal karena harus bekerja.
Tok! Tok!
"Bi Maria! Aku datang!" ucap Valerie dengan semangat.
Valerie sangat senang jika sudah datang ke rumah Maria. Maria memperlakukannya dengan sangat baik seperti anaknya sendiri. Bahkan, sering kali Valerie diberi makanan atau uang jajan oleh Maria.
"Wah, sudah datang ya." ucap Maria sambil tersenyum hangat.
Maria segera membawa Valerie masuk untuk bertemu anaknya, Zelleine. Zelleine tersenyum senang melihat Valerie datang. Mereka berdua sudah akrab sekali seperti saudara.
"Hai, Zelly!" sapa Valerie dengan menggunakan panggilan kesayangan.
Zelleine berlari kepelukan Valerie. Ia menggerakkan tubuhnya dengan semangat dan mengoceh dengan kata-kata yang tidak bisa dimengerti.
"Kalau begitu, Bibi tinggal dulu ya." ujar Maria.
Valerie mengangguk dan berkata, "Baik Bi!"
"Oh iya, kalau kamu mau makan, bisa ambil saja di lemari pendingin. Bibi juga menaruh makanan dan camilan Zelleine disana." ucap Maria.
Valerie mengangguk dengan semangat dan beralih ke Zelleine yang sudah menunggunya untuk diajak bermain.
"Nah, sekarang waktunya bermain!" ucap Valerie.
Zelleine berjingkrak-jingkrak mendengar perkataan Valerie karena sudah pasti mereka akan bermain selama tiga jam sampai Maria pulang.
***
Dua jam sudah berlalu. Valerie merasa perutnya seperti teremas-remas. Sangat melelahkan bermain bersama Zelleine.
"Ayo kita ambil cemilan!" ujar Valerie.
Valerie menggendong Zelleine dan membuka lemari pendingin. Banyak sekali camilan yang bisa dimakan. Tidak hanya itu, ia diperbolehkan untuk makan semua camilan tersebut.
"Andai saja aku bisa makan camilan seperti ini di rumah." gumam Valerie sambil mengambil beberapa camilan utuknya dan juga untuk Zelleine.
Tok! Tok!
Saat akan membuka camilan untuk Zelleine, Valerie mendengar ada dua orang mengetuk pintu dan memanggil Maria.
"Bi Maria! Bi Maria!"
Valerie segera membuka pintu sambil menggendong Zelleine. Ah, Valerie sangat mengenal dua orang tersebut. Mereka adalah Harley dan Hailey. Anak kembar tidak identik yang merupakan teman dekat Valerie.
"Ah! Valerie!!" teriak Harley dengan senang.
Hailey, adik kembar Harley langsung memeluk Valerie dengan erat dan membuat Valerie kesusahan karena sedang menggendong Zelleine.
"Wah, ada apa kalian kesini?" tanya Valerie.
"Sedang mencari Bibi Maria. Kami ingin meminta wortel di kebunnya yang berada di Long Village, kami akan pergi ke sana besok." jawab Hailey panjang lebar.
"Jadi begitu. Sayang sekali, Bi Maria sedang pergi bekerja. Bagaimana kalau kalian menunggu di sini sambil bermain bersama kami?" ujar Valerie.
"Dengan senang hati!" jawab si kembar dengan kompak.
Valerie merasa lega karena kehadiran si kembar yang bisa mengajak Zelleine bermain. Kehadiran mereka membuat Valerie tidak terlalu lelah bermain bersama Zelleine lantaran ia sudah lelah mengerjakan pekerjaan di rumah.
"Bu! Bu!" oceh Zelleine.
Valerie memperhatikan apa yang ingin disampaikan oleh Zelleine. Rupanya ia ingin memakan camilannya.
"Nah, ini dia!" ujar Valerie.
Tok! Tok!
"Zelleine, Ibu pulang!"
Suara yang sangat hangat itu langsung dikenali oleh Zelleine dan Valerie, sedangkan Harley dan Hailey sedang sibuk membuka camilan. Zelleine langsung berlari dan memeluk ibunya.
"Kalau begitu, Valerie pulang dulu ya Bi." ujar Valerie.
"Tunggu sebentar," kata Bi Maria sambil mengeluarkan beberapa uang kertas, "ini uang jajan untukmu."
"Wah, terima kasih Bi!" ujar Valerie sambil berlalu.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore hari yang berarti dua jam sebelum makan malam. Valerie bergegas pulang ke rumah untuk segera memasak.
Menu utama makan malam hari ini adalah sup jamur dengan makanan pembuka kue buah dan makanan penutup es krim cokelat.
"Jangan lupa buatkan aku puding!" perintah Ariel.
Valerie hanya mengangguk dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Tidak ada hal baik yang akan terjadi jika ia membantah perkataan Ariel.
Tiba saatnya makan malam, Valerie menyiapkan semua hidangan di atas meja makan. Tentu saja, Valerie akan menyantap makan malamnya di dapur. Menu makan malamnya hari ini adalah nasi, telur, dan sedikit kuah sup jamur.
"Valerie! Cepat bereskan meja!" perintah Ana.
Valerie yang baru saja selesai menyantap makan malamnya bergegas menuju ruang makan untuk membereskan meja makan. Lalu, seperti biasa ia akan mencuci semua peralatan makan.
Kegiatan Valerie setelah membereskan pekerjaan rumah ialah belajar. Valerie sangat senang belajar dan membaca buku. Setiap malam, ia pasti melakukan salah satu dari hobinya tersebut.
"Hari yang selalu melelahkan." gumam Valerie
Semua masalah yang dilaluinya hari ini, sirna begitu saja ketika ia sudah tenggelam di dunianya. Valerie mengakhiri hari-harinya dengan membaca buku dan belajar sebelum beranjak tidur.
***
Untuk siapa pun yang menemukan surat ini, Saya adalah ibu dari bayi ini. Maafkan saya karena harus menitipkan anak saya. Saya harap, siapa pun yang menemukan anak saya, bisa merawatnya dengan sebaik mungkin. Saya juga berharap, anak saya bisa mendapatkan kasih sayang dan kebahagiaan. Dalam kotak ini, ada beberapa perlengkapan dan juga susu bayi. Tolong rawat dan besarkan anak saya. Terakhir, bayi ini saya beri nama Valerie. Valerie Houston. Catherine. *** "Valerie, ayo bermain!" teriak seorang anak bernama Elijah. Valerie kecil yang saat itu masih berumur sepuluh tahun berlarian ke arah lapangan dimana teman-temannya bermain. "Tunggu aku!" ujar Valerie. Suara tawa dan candaan anak-anak dari panti asuhan itu memenuhi lapangan. Kebahagiaan berkumpul disana. Mereka sudah bagaikan keluarga. "Anak-anak! Waktunya makan siang!" seru Maia, ibu panti
Perjalanan yang ditempuh selama empat jam membuat Valerie kecil tertidur. Selama perjalanan, Ana juga tidak berbicara dengan Valerie.Valerie kecil sampai di rumah barunya pada pukul empat sore. Rumah itu sangat mewah, tapi terlihat sangat suram. Seperti tidak ada kebahagiaan didalamnya."Apa kita sudah sampai, Ibu?" tanya Valerie.Ana tidak menjawab pertanyaan Valerie dan berjalan lurus menuju pintu rumah. Valerie kecil mengikutinya dari belakang dan membawa barang-barangnya.Pintu rumah yang besar terbuka. Valerie melihat ke sekeliling rumah itu. Langit-langitnya sangat tinggi, jauh dari lantai. Ruangan yang sangat banyak, sofa yang besar, kamar mandi lebih dari tiga, ruang tamu yang seperti aula, dan ruang makan yang cukup untuk semua teman-temannya di panti asuhan."Anak-anak, Ibu pulang!" ujar Ana.Dua anak turun dari lantai dua. Satu anak laki-laki yang lebih tua dari Valerie dan satu anak perempuan yang sepertinya le
Dewi malam muncul menggantikan raja siang. Valerie kecil terbangun dari tidur lelapnya. Saat ia turun ke lantai bawah, keluarga barunya tak kunjung pulang. Sepertinya benar yang dikatan Rocelyn, keluarganya tak akan pulang dalam beberapa hari. Tok! Tok! Terlihat Rocelyn yang berada di depan pintu dengan membawa makan malam Valerie. "Apakah sudah waktunya makan malam?" tanya Valerie. "Benar, Valerie. Menu makan malammu adalah sup daging. Aku harap kamu menyukainya." jawab Rocelyn. "Terima kasih, Rocelyn." ujar Valerie "Jangan terlalu sedih. Mungkin saja ibu dan kedua saudaramu akan pulang besok atau lusa." hibur Rocelyn. Valerie hanya bisa tersenyum. Ia terlalu sedih untuk mengobrol sekarang. Tapi kesedihannya itu sirna saat ia mencoba sesuap sup daging. Rasanya sangat lezat sampai ingin menangis. Andai saja ia bisa memakan sup daging ini setiap hari. "Apa yang harus aku la
"Nona, ayo bangun. Hari sudah semakin siang, Nona." ujar Josie membangunkan Valerie. Valerie membuka sedikit kelopak matanya dan melihat sinar matahari merambat masuk dari balik jendela kamar. "Aku masih mengantuk sekali, Josie." ujar Valerie. "Anda harus sarapan, Nona. Bukankah anda bilang ingin bermain bersama teman-teman anda di taman?" Seketika Valerie langsung bangun dari tidurnya. Ia baru ingat jika harus bangun pagi dan segera sarapan agar bisa bermain lebih lama di taman. "Anda ingin sarapan dimana, Nona?" tanya Josie. "Tolong bawakan saja ke kamarku, Josie. Aku akan mandi selama sarapanku dibuat." jawab Valerie. Josie turun ke lantai bawah untuk menyiapkan sarapan Valerie, sedangkan Valerie bergegas ke kamar mandi. Valerie menghabiskan waktunya dengan cepat di kamar mandi. Ia mempercepat gerakannya sehingga ia selesai lebih dulu daripada sarapannya yang sedang dibuat. "Josie!
"Bangun, Nona. Nyonya Ana, Tuan Hugo, dan Nona Ariel sudah pulang." ujar Josie membangunkan Valerie. Valerie menahan rasa kantuknya dan memaksakan diri untuk duduk. Ia sudah menunggu kehadiran keluarganya. Rasa tidak sabar membuat Valerie berlarian ke lantai bawah mengenakan pakaian tidur. "Ibu?" Valerie berkeliling lantai bawah untuk mencari Ana, ibunya. Matanya sibuk melihat kesana kemari, tetapi tidak membuahkan hasil. Ia tak melihat batang hidung ibunya. "Ibu tidak ada di rumah." suara itu adalah suara Ariel, adik angkat Valerie. Ariel masih berusia sembilan tahun, setahun lebih muda dari Valerie. Ia memiliki rambut berwarna merah terang dan mata yang juga berwarna merah. Tidak lebih tinggi daripada Valerie, tetapi terlihat jauh lebih sehat dari Valerie. "Kapan kalian pulang, Ariel? Di mana Ibu dan Kakak?" tanya Valerie antusias. Ariel memutar bola matanya, "Tak usah kau pikirkan. Kau uru
Valerie membuka mata dan melihat langit-langit kamarnya yang berwarna ungu. Kebisingan sudah lalu lalang di depan kamarnya dari pagi tadi. Entah kenapa seperti ramai sekali orang di rumahnya hari ini. Pintu kamar yang memiliki ukiran dan terlihat mahal itu diketuk oleh seseorang tak lama setelah Valerie terbangun. Ketika pintu itu terbuka, terlihat Josie yang berdiri di ambang pintu dengan berlinangan air mata. Sudah lama sekali Valerie tidak melihat Josie. Akhir-akhir ini, Josie bahkan tak menemaninya bermain di taman. Banyak pekerjaan yang harus dilakukan para pelayan ketika ibu dan kedua saudaranya berada di rumah. Josie berjalan menuju Valerie sembari menyeka air matanya. Selangkah lagi menuju Valerie, Josie langsung berlari memeluk Valerie. Air matanya tumpah dari mata yang berwarna kuning dan memiliki bulu mata yang sangat panjang itu. "Ada apa denganmu, Josie?" tanya Valerie sembari membantu Josie menyeka air matanya.&nb
Udara dingin membangunkan Valerie yang tertidur lelap. Hujan turun sangat deras saat dini hari. Valerie menarik selimutnya yang tebal untuk menutupi seluruh tubuhnya yang kecil itu. Malam yang panjang terasa sangat menakutkan bagi Valerie. Di rumah yang besar ini, tak ada siapapun selain dirinya dan Rocelyn. Rasa kesepian dan keheningan memenuhi seluruh ruangan. Valerie bahkan bisa mendengar detak jantungnya sendiri.Bagi anak yang berusia sepuluh tahun, hal ini pasti sangat menakutkan. Sendirian di dalam ruangan yang besar tanpa ada yang menemani. Keluar dari kamar pun tak membuatnya merasa lebih aman, atau bahkan menjadi lebih buruk. Bayangkan saja, jika ia keluar dari kamar dan harus menuruni tangga dengan keadaan gelap karena lampu dimatikan. Lalu, ia harus keluar ke belakang rumah di malam hari hanya untuk bertemu Rocelyn. Memikirkannya saja sudah mengerikan bukan? Harus keluar rumah di tengah malam yang sunyi. Hal inilah yang membuat Valerie memutuskan untuk berse
Rasa lembab dan dingin menyelimuti badan Valerie pagi ini. Di luar sedang hujan deras hingga terdengar suara gemuruh. Aneh, padahal hujannya berada di luar, tetapi badannya terasa lembab seperti habis di siram air. "Hei, mau sampai kapan kau tidur nyenyak seperti itu? Dasar pemalas!" ah, suara yang sangat Valerie kenal. Ariel membangunkan Valerie di pagi hari dengan siraman air dingin. Padahal, biasanya Valerie mencuci wajah dengan air hangat di pagi hari, apalagi jika cuaca sedang sangat dingin seperti minggu ini. Valerie melihat ke arah jam kamarnya yang besar dan berdiri seperti lemari. Waktu menunjukkan pukul lima pagi, masih sangat pagi untuk bangun tidur. Valerie biasanya bangun jam tujuh atau delapan pagi. Valerie terpaksa duduk karena badannya menjadi lembab, "Ada apa, Ariel? Bukankah ini masih terlalu pagi?" "Aku lapar, cepat buatkan aku makanan!" perintah Ariel. "Mengapa kau tidak meminta kepada