Share

3. TEMPAT TINGGAL BARU

Setelah melihat di dalam video tersebut, Mario kali ini benar-benar tidak bisa lagi mengelah dan mencari alasan untuk membela dirinya, karena bukti sudah sangat jelas sekali.

“Mau beralasan apalagi kamu sekarang, hah?!” tanya Kalula dengan nada yang rendah.

Perasaan gadis itu saat ini benar-benar sakit sekali, pria yang sudah dia kenal selama dua tahun terakhir ini‒ pria yang selalu baik dan perhatian, ternyata tega mengkhianati dengan saudara tirinya.

Berulang kali Kalula mengambil napas dalam-dalam seraya memejamkan matanya. Setelah itu, kakinya berjalan mundur dan mendongakkan kepalanya lagi menatap Mario, “Mulai saat ini, hubungan kita sudah benar-benar berakhir. Ini terkahir kalinya kita ketemu, aku tidak ingin melihatmu lagi dan jangan pernah ganggu aku setelah ini.” Tangis Kalula kembali pecah.

Setelah mengatakan itu, Kalula beranjak pergi meninggalkan semua orang yang ada di sana. Nimas beberapa kali memanggil namanya, tetapi tidak di hiraukan. Gadis itu berjalan menyusuri trotoar sambil menangis, dia tidak tahu akan ke mana, sekarang dia tidak memiliki tempat tinggal untuk pulang.

Kalula tiba di taman yang tampak sepi, tidak jauh dari toko tempatnya bekerja. Tiba-tiba saja hujan turun sangat deras, mengguyur seluruh tubuhnya hingga basah kuyup. Tetapi Kalula sama sekali tidak perduli, dan tetap diam duduk di tempatnya.

Sebuah mobil hitam milik Sagala berhenti tidak jauh dari taman itu, kedua pria yang berada di dalam mobil itu terus menatap lurus ke arah Kalula, “Kasihan sekali perempuan itu, sudah di selingkuhi kekasihnya dan harus berujung tidur denganmu.” Ucap Erik.

“Sialan kau!” Sagala menoyor kepala Erik, kedua pria itu memang sangat akrab karena mereka memang sudah bersahabat sejak kuliah, “Memangnya kenapa kalau tidur denganku, hah?! Aku ini tampan, dan aku juga seorang CEO, semua wanita sangat ingin tidur denganku tapi aku menolak mereka semua.” Sambungnya lagi.

“Ya ya ya.. kau memang selalu percaya diri sekali dari dulu, tidak pernah berubah sedikitpun.” Balas Erik.

“Ck.. perempuan itu ngapain sih kaya anak kecil banget, segala hujan-hujanan di sana.” Gerutu Sagala.

Sementara Kalula sedang menunduk, pundaknya bergetar kuat karena menangis. Namun, tiba-tiba dia tidak merasakan ada air hujan yang jatuh ke tubuhnya lagi. Kemudian Kalula mendongakkan wajahnya dan tatapan matanya bertemu dengan sorot mata milik Sagala‒ pria itu sedang memegang payung dan melindungi dirinya dari air hujan.

“Apa dengan cara hujan-hujan seperti ini semua masalah akan selesai?” tanya Sagala dengan nada datarnya, “Hujan-hujan di taman, kaya anak kecil.”

Kalula saat ini sangat tidak ingin sebenarnya bertemu lagi dengan pria yang ada di hadapannya ini, gadis itu mencibir, “Lalu apa urusannya denganmu? Dan untuk apa juga kau kesini?” ketus Kalula yang merasa kesal.

“Ck! Menyebalkan sekali perempuan ini.” Gumam Sagala.

Sagala mulai kesal. Tetatpi dia juga merasa kasihan karena tubuh Kalula karena terlihat sudah mulai kedinginan itu, langsung mengangkat tubuh mungil Kalula dengan satu tangan lalu menggendongnya seperti karung beras.

“Lepaskan aku!”

“Kau akan membawaku kemana?”

“Jangan teriak! Nanti ada orang yang lihat, di sangka aku mau menculikmu.” Ujar Sagala.

Pria itu segera menurunkan Kalula di jok mobil belakang dengan cukup keras, lalu Sagala juga ikut duduk di sebelahnya, “Pulang sekarang.” Titahnya pada Erik.

Kendaraan tidak terlalu banyak yang berlalu lalang di jalan, karena memang sudah malam di tambah lagi sedang hujan deras, pasti semua orang lebih memilih untuk berdiam diri di dalam rumah, tidak seperti Kalula yang justru masih kelayapan.

Beberapa menit berlalu. Mobil hitam yang di naiki oleh Kalula itu memasuki sebuah halaman rumah yang sangat luas sekali, bahkan lebih luas dari rumahnya. Matanya terlihat sangat takjub.

“Cepat turun!” ucap Sagala ketus, “Apa kau ingin tetap disini, hmm?!”

Dengan kesal Kalula pun turun dari dalam mobil, kemudian langkah kakinya mengikuti pria itu tepat di belakangnya. Sesampainya di dalam rumah, dia di buat melongo lagi dengan ruangan demi ruangan yang ada di rumah ini.

“Sunggah sangat kaya sekali pria ini, rumahnya aja semewah ini.” ucap Kalula tetapi hanya di dalam hati, “Sepertinya dia bukanlah orang yang sembarangan.” Sambungnya lagi, karena dia melihat beberapa orang pria yang memakai baju serba hitam sedang berjaga di beberapa titik sudut rumah ini.

“Tika! Tolong kamu bantu dia untuk bersih-bersih di kamar yang ada di sebelah kamar saya.” Titah Sagala pada salah satu maid nya.

“Baik, tuan.” Jawab Tika seraya membungkukkan tubuhnya dengan sopan, “Mari ikuti saya, nona.” Ajak wanita itu.

Tanpa membantah, Kalula pun segera mengikuti Tika menuju ke lantai dua, “Silahkan masuk, nona.” Tika membukakan pintu kamar tersebut, lalu mempersilahkan gadis itu untuk masuk terlebih dulu, setelah itu dia juga ikut masuk ke dalam.

“Kamar yang sangat indah.” Seru Kalula. Kedua matanya benar-benar sangat di manjakan dengan suasana kamar itu. Kamar yang cukup luas dengan nuansa putih dan sedikit sentuhan fitur dinding berwarna gold menambah kesan mewah.

Di tambah lagi memiliki jendela yang cukup lebar, sehingga membuat siapapun yang menempati kamar itu akan di suguhkan pemandangan yang indah di pagi hari.

“Silahkan, nona. Air hangatnya sudah siap, di dalam juga sudah ada handuk.” Ucap Tika, membuyarkan lamunan Kalula.

“Ah.. terimakasih, maaf sudah merepotkan.” Ucap Kalula.

“Sudah tugas saya untuk melayani anda, nona.” Jawab wanita itu, “Jika anda membutuhkan sesuatu lagi, bisa memanggil saya dengan memencet tombol yang ada di samping tempat tidur itu.” Tika menunjukkan sebuah tombol.

***

Keesokan harinya. Kedua mata Kalula mengerjap pelan menyesuiakan cahaya yang masuk mengenai matanya, “Nyenyak sekali tidurku semalam.” Ucapnya seraya meregangkan otot-otot tubuhnya.

Jam sudah menunjukkan pukul enam. Gadis itu segera turun dari tempat tidur, membersihkan diri di dalam kamar mandi. Baru keluar dari kamar mandi dan masih mengenakan handuk yang melilit tubuhnya sebatas paha itu, langsung berteriak karena di kejutkan oleh keberadaan Sagala.

“Ng-ngapain anda masuk ke kamar saya?!” seru Kalula. Gadis itu terlihat sekali sangat gugup, kedua tangannya memegang lilitan handuknya dengan sangat erat agar tidak terlepas.

“Kamar ini ada di rumah saya, jadi suka-suka saya ingin masuk ke kamar mana saja.” Pria itu menjawab dengan nada datar.

Dia tidak tahu apa, jika Kalula sudah sangat gugup. Jantungnya berdetak tidak beraturan saat ini, rasanya seperti akan melompat dari tempatnya.

“Cepatlah bicara, mau apa kau masuk ke sini?” tanya Kalula sudah mulai sedikit kesal, “Aku harus segera pergi ke dapur untuk membantu menyiapkan sarapan.”

“Mendekatlah,” ujar Sagala seraya menatap Kalula, “Lagipula saya mengajakmu ke sini tidak untuk menjadi pembantu.”

Sementara gadis itu terdiam kaku di tempatnya. Untuk apa pria itu menyuruhnya untuk mendekat, membuat takut dan berpikiran yang tidak-tidak saja.

“Kenapa masih berdiri disitu? Atau mau saya gendong lagi, hmm?!” ujarnya lagi.

“T-tidak perlu.” Kalula segera melangkah cepat dan berdiri di depan Sagala.

Pandangan mata keduanya saling bertemu. Gugup‒ itu sudah pasti Kalula rasakan saat ini, bahkan detak jantungnya pun berpacu sangat cepat dari biasanya.

“Kalula Anjani Putri, anak dari Teo Atmaja pemilik perusahaan TA Group.” Ujar Sagala membuat Kalula melongo, “Dan karena kejadian kemarin malam, kau di usir kan dari rumahmu oleh pria tua bangka itu.” Bagaimana bisa pria itu mengetahui identitasnya, siapa yang memberitahunya.

“Tidak perlu terkejut seperti itu. Mendapatkan informasi tentangmu itu bukanlah hal yang sulit bagi saya.” Ucap nya lagi.

“Cih... sombong sekali.” Cibir Kalula.

“Jika kau sudah mengetahui tentang identitasku, lalu apa yang kau inginkan dariku, hah?!” tanya Kalula ketus.

Terlihat pria itu menjelaskan apa saja yang harus di lakukan oleh Kalula. Sagala tampak serius dalam berbicara. Sementara Kalula hanya mendengarkan seraya menampilkan ekspresi terkejut. Jelas saja gadis itu terkejut, secara tiba-tiba Sagala memintanya untuk berpura-pura untuk menjadi kekasihnya.

“Bagaimana, Kalula? apakah kamu paham?” tanya Sagala setelah menjelaskan beberapa tugas gadis itu selama menjadi pacar pura-puranya.

“Ide gila macam apa ini? kenapa jadi tiba-tiba aku harus menjadi kekasihnya?” batin Kalula cukup terkejut, “Ck! Kekasih pura-pura, Kalula.” sambungnya lagi seraya memukul dahinya sendiri.

“Hmmm.. akan aku pikirkan lagi,” jawab gadis itu.

“Kalau sudah tidak ada yang mau di bicarakan lagi, anda boleh keluar sekarang karena saya akan berganti baju.” Usir Kalula.

Kalula mengantar Sagala sampai di depan pintu kamarnya, gadis itu segera memutar tubuhnya dengan cepat. Namun, baru saja dia akan menutup pintu terdengar suara Sagala memanggil lagi.

“Tunggu sebentar!”

Di saat Kalula berbalik badan, dia sangat terkejut karena posisi Sagala sangat dekat dengannya. Aroma tubuh pria itu menusuk indera penciumannya. Gadis itu teringat kembali dengan kejadian yang mereka alami kemarin malam.

“Kenapa bengong? Apa yang kau pikirkan?” ucap Sagala. Pria itu sedikit merendahkan kepalanya. Hingga terpaan nafasnya mengenai rambut gadis itu.

“S-siapa yang bengong?!”

Kalula dengan berani langsung mendongakkan kepalanya. Deru napas milik pria itu menerpa wajah milik Kalula, sehingga membuat gadis itu semakin gugup, “Situasi seperti apa ini, Kalula. Tenang, Kalula. Gak boleh kelihatan gugup.”

Baru saja Kalula hendak berbicara, tiba-tiba suara maid mengagetkan mereka berdua. Kalula dan Sagala reflek langsung saling menjauhkan diri. Kemudian dengan cepat, Kalula bersembunyi di belakang tubuh pria itu.

“Ada apa, Tika?” tanya Sagala dengan nada dingin.

“Mmmm.. itu tuan‒ di bawah ada yang mencari anda.” Jawab Tika gugup, karena dia tahu telah menganggu tuannya itu.

“Baiklah.. kau boleh kembali, dan katakan padanya untuk menungguku di ruang tamu.” Ucap pria itu.

Tanpa menjawab, Tika segera membungkukkan tubuhnya dengan sopan lalu berbalik dan kembali ke lantai bawah.

Setelah maid tadi pergi, Sagala kembali membalikkan badannya menghadapa Kalula yang masih bersembunyi di balik tubuhnya itu, “Kau kenapa masih disini? Kau tidak berniat untuk menggodaku dengan penampilanmu seperti ini kan?” bisik Sagala di dekat telingan gadis itu.

Pria itu sedikit merendahkan kepalanya. Hingga terpaan napas miliknya mengenai telinga Kalula dan sukses membuat tubuh gadis itu meremang.

“S-siapa juga yang ingin menggoda mu! Sudah pergi sana!” Kalula mendorong tubuh Sagala hingga pria itu melangkah mundur, setelah itu dengan cepat dia langsung menutup pintu kamarnya dengan sangat keras.

“Menyebalkan sekali. Kenapa sih pria itu senang sekali berbicara dengan jarak sedekat itu? Apa dia tidak tahu bagaimana keadaan jantungku jika dia seperti itu.” Gerutu Kalula.

Sementara di ruang tamu, Sagala sudah duduk di sofa tunggal seraya menampilkan ekspresi wajah datar.

“Ada apa kau kesini pagi-pagi sekali, hmm?!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status