Share

7. MILIKKU!

Pintu ruang aula terbuka. Kalula merasa gugup karena banyak pasang mata yang menatap ke arahnya. Gadis itu menarik napas dalam-dalam, kemudian berjalan masuk menuju pada keluarganya, di depan sudah ada papa, mama dan juga kedua calon mempelai.

Mereka semua tengah meatap Kalula dengan tatapan tidak suka, terutama Kiara.

'Wah.. dia cantik sekali! Bagaimana bisa pria itu menyia-nyiakan gadis secantik dia dan lebih memilih saudara tirinya itu.'

'Iya ya anda benar sekali. Sangat rugi menyiakan gadis seperti dia.'

'Wow... Bagaimana bisa ada gadis secantik ini?! Bahkan dia terlihat begitu anggun daripada calon mempelai wanitanya.'

Terdengar banyak pujian pada Kalula. Tetapi, tidak sedikit juga yang menatapnya tidak suka dan membicarakan hal buruk tentangnya.

'Bukankah itu mantan dari mempelai pria?'

'Iya, anda benar. Pasti dia sengaja ingin mengacaukan pernikahan saudara nya.'

Sepanjang dia berjalan menuju depan, telinganya terus mendengar bisikan-bisikan yang di lontarkan oleh beberapa tamu ketika melihat Kalula saat ini. Namun, gadis itu memilih untuk diam saja dan mengabaikannya.

Dari arah depan, Kiara berjalan menghampiri Kalula, “Ha ha ha... Gue pikir lo gak bakalan dateng ke pernikahan gue, ternyata nyali lo cukup berani juga, ya.” Seru Kiara.

“Kenapa aku harus tidak datang? Ini kan pernikahan saudara ku‒ tentu saja aku harus datang.” Ucap Kalula dengan santai. Gadis itu berusaha untuk tidak terlihat lemah di hadapan keluarganya dan mantan kekasihnya.

“Selamat, ya. Semoga pernikahan kalian bisa langgeng, dan jagain suami kamu biar gak suka ganggu kehidupan aku lagi.” Ucap Kalula lagi seraya melirik ke arah Mario yang juga tengah menatapnya.

“Ha ha ha... Mana mungkin Mario kaya gitu, lo gak usah halu dan terlalu percaya diri deh.” Kiara menertawakan Kalula, kedua tangannya di lipat di depan dada.

“Terserah mau kamu percaya atau enggak, karena pria yang tukang selingkuh akan selamanya menjadi tukang selingkuh dan tidak akan pernah berubah.” Kalula mengingatkan.

“Sekali lagi, selamat atas pernikahan kalian.”

Setelah mengatakan itu, Kalula memutar badannya hendak pergi dari sana. Namun, belum sempat gadis itu berhasil melangkahkan kakinya, terdengar suara bariton dari seorang pria paruh baya yang sangat tidak asing di telinganya.

Kalula memejamkan kedua matanya. Tangannya meremas kedua sisi gaunnya. Gadis itu mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk menghadapi pria paruh baya tersebut.

Di saat Kalula berbalik badan, dia sangat terkejut ketika pipi nya langsung mendapat tamparan dari pria paruh baya itu sampai membuat tubuhnya memutar ke samping karena sangking kerasnya tamparan itu, hingga menimbulkan rasa panas yang menjalar di pipi kirinya.

“Salah Kalula apa, pa? Kenapa tiba-tiba Kalula di tampar?” tanya gadis itu dengan nada rendah.

“Kamu pantas mendapatkan tamparan itu, karena sudah berani bicara kurang ajar pada Kiara!” ujar Teo.

“Pa... dimana lagi letak kesalahan, Kalula?! Kalula hanya mengatakan yang sebenarnya! Kenapa sih papa selalu menganggap Kalula ini salah? Sedikit pun papa gak pernah menganggap Kalula ini benar.” Seru gadis itu.

Air matanya tidak bisa di bendung lagi. Cairan bening dari kedua matanya saling berjatuhan satu persatu membasahi wajahnya yang sudah terpoles dengan riasan itu.

“Di mata saya, kamu itu selalu salah, Kalula! Dasar anak pembawa sial dan selalu bikin malu keluarga!” Ujar pria paruh baya itu.

Bugh!

Tubuh Kalula didorong oleh seorang wanita paru baya yang tidak lain adalah mama tirinya, membuat Kalula tersungkur di hadapan semua para tamu undangan yang datang. Jelas saja kejadian itu menjadi buah bibir mereka semua, kembali mereka mulai berbisik-bisik.

“Pergi dari sini! Kau ini datang hanya untuk menghancurkan saja acara pernikahan anak saya!” bentak wanita paru baya itu‒ Astrid, mama tirinya.

Kalula segera berdiri, menatap kedua orang tuanya bergantian dengan sorot mata marah.

“Sudah, om Teo. Malu di lihat sama para tamu.” Ucap Mario. Pria itu berjalan menghampiri pria paru baya itu dan berdiri di sampingnya.

Sementara Kalula yang melirik mantan kekasihnya itu, sangat muak sekali melihat Mario dengan berlagak sok baik di depan semua orang.

“Kamu juga, Kalula. Udah dong jangan bikin masalah lagi di acara pernikahan aku.” Kini Mario berganti menatap Kalula, “Kalau tahu kamu akan membuat masalah kaya gini, lebih baik kemarin aku gak usah undang kamu aja.” Sambungnya lagi.

“Lagi pula kamu sendiri kan yang udah ninggalin aku dan selingkuh sama pria lain, kenapa sekarang kamu gak seneng ngeliat aku menikah dengan Kiara?” Mario memasang wajahnya seakan dialah yang paling tersakiti disini.

Mendengar ucapan Mario, membuat Kalula mengerutkan keningnya, ‘Astaga... Kenapa bisa ada manusia semanipulatif ini? Benar-benar membuatku sangat jijik mendengar ucapannya.’

“Berhenti bicara omong kosong dan merasa paling tersakiti, Mario! Jelas-jelas kamu yang selingkuh dengan saudara tiriku, dan bahkan sekarang dia tengah hamil anak kamu!” ujar Kalula membuat Mario sedikit terkejut dan menoleh sebentar pada Kiara yang ada di belakangnya seraya memberikan kode melalui matanya.

“Lo ngomong apasih, Kal?! Siapa yang lagi hamil?” tanya Kiara.

Mereka semua memang sangat pandai sekali bersandiwara. Kalula benar-benar tidak habis pikir.

“Kamu sendiri yang memberitahu ku kemarin, Kiara. Kenapa sekarang kamu malah bertanya seperti itu.”

“Lo jangan fitnah dong. Gue gak pernah tuh bilang kalau lagi hamil.”

“Enggak, pa. Kiara gak lagi hamil kok. Dia aja emang yang iri dan gak suka melihat aku bahagia sama Mario.” Ucap Kiara pada Teo, “Kalula itu cuma malu aja mengakui kalau dia udah selingkuh dari Mario, makanya sekarang dia berusaha buat bikin malu aku di depan semua orang.”

“Iya, nak. Papa percaya sama kamu, udah ya gak perlu sedih‒ hari ini kan pernikahan kamu, jadi gak boleh sedih.” Ucap pria paru baya itu seraya mengusap kepala Kiara dengan penuh kasih sayang.

Kali ini Kiara menang lagi. Wanita itu tersenyum puas ke arah Kalula.

Perlakuan Teo pada Kiara sangat berbanding terbalik dengan perlakuan yang di berikan pada Kalula yang notabenya adalah anak kandungnya sendiri.

Tiba-tiba para tamu undangan riuh seraya melihat ke arah layar yang ada di depan. Karena penasaran, Teo pun berbalik badan dan melihat apa yang membuat semua orang riuh.

Tangannya mengepal dengan sorot kedua matanya memperlihatkan amarah yang sangat memuncak. Lalu pria paru baya itu kembali berbalik badan dan lagi-lagi tangannya mendarat dengan keras di pipi Kalula hingga menimbulkan bekas kemerahan.

“Lihat! Apalagi ini, Kalula!” bentak Teo seraya menuntun kepala Kalula untuk melihat ke arah layar, “Dasar anak sialan kamu!”

“Tidak ada hentinya kamu mempermalukan keluarga saya!”

“Jadi itu pria selingkuhanmu?!”

“Bukan, pa. Kalula beneran gak selingkuh, seperti apa yang di katakan oleh Mario.” Ucap Kalula.

“Percaya sama Kalula‒ Kalula beneran gak selingkuh.”

Kalula berusaha untuk membela diri. Meskipun dia tahu akan sia-sia saja, karena yang ada di dalam foto itu memanglah dirinya dengan seorang pria yang tengah merangkul pinggang nya. Mungkinkah yang mengambil foto dirinya itu adalah Mario?

“Mau ngelak apa lagi kamu, hah?! Bukti sudah sangat jelas!” ujar Mario.

“Astaga, Kalula. Gue gak nyangka banget, ternyata lo diem-diem pemain juga ya.” Sahut Kiara berjalan ke arah Kalula.

Teo sudah sangat naik pitam, dia langsung mengambil ancang-ancang untuk menampar Kalula.

Namun, sebelum tangannya mendarat di pipi gadis itu, suara seseorang terlebih dulu menghentikan.

“Jauhkan tangan kotormu itu dari milikku!” suara bariton yang terkesan berat namun begitu dingin dan mengintimidasi menggema di ruangan itu.

Penasaran, semua orang menoleh ke arah sumber suara‒ menatap seorang pria tampan tengah berdiri di ambang pintu masuk sembari memasukkan kedua tangan pada saku celananya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status