“Kamu kelihatan tambah cantik, Kalula.” Bisik Mario tepat di samping telinga Kalula seraya meletakkan dagu nya di pundak sebelah kanan gadis itu.
“Mario!” sentak Kalula. Gadis itu terkejut, cepat-cepat dia melepaskan kedua lengan Mario yang melingkar di perutnya, “Mario, lepasin!” ujarnya. “Enggak.. Aku kangen sama kamu, Kalula.” Ucap Mario dengan tidak tahu malunya setelah dia berselingkuh dari Kalula. Kalula benar-benar sudah sangat muak ketika mendengar ucapan yang keluar dari mulut pria itu, karena setelah pengkhianatan yang telah di lakukan oleh Mario‒ bagi Kalula saat ini apa yang keluar dari mulut pria itu hanyalah omong kosong. “Tolong lepasin! Aku gak mau orang lain jadi salah paham kalau melihat kita seperti ini, dan nanti akan menimbulkan gosip yang tidak-tidak.” Ucap Kalula. “Enggak! Aku gak akan lepasin kamu, aku masih sayang sama kamu, Kalula. Aku cuma cinta sama kamu, bukan sama dia‒ percaya sama aku.” Ujar Mario. “Sudahlah, Mario. Semuanya udah jelas, kalau kamu memang gak cinta sama dia gak mungkin kalian berkhianat di belakangku.” Ucap Kalula, “Jadi, aku mohon sama kamu sekarang kamu fokus aja sama pernikahan kalian dan jangan ganggu aku lagi.” sambungnya. Suaranya terdengar bergetar dan mulai melemah, air mata yang sedari tadi Kalula tahan tidak bisa lagi dia bendung. Cairan bening mulai berlomba jatuh membasahi pipi mulusnya, rasa kecewa, sakit hati dan sedih kembali menghampirinya. Sementara Mario masih kekeh tidak mau melepaskan pelukannya dan meminta Kalula untuk memberikan kesempatan lagi padanya, sampai akhirnya ada suara bariton seorang pria yang sangat tidak asing di pendengaran gadis itu‒ keduanya pun langsung menoleh ke arah sumber suara. “Apa yang sedang kau lakukan padanya?” tanya Sagala dengan nada dingin dan sorot kedua matanya sangat mengintimidasi. Mario segera melepaskan pelukannya dari tubuh mungil Kalula, tetapi tangannya masih setia menggenggam tangan mantan kekasihnya itu, meskipun Kalula berusaha menolaknya. Sagala paham jika Kalula tidak nyaman. Kemudian pria itu pun berjalan mendekat ke arah mereka berdua dengan raut wajah datar dan kedua tangan di masukkan ke dalam saku celana. “Lepaskan tangan kotormu dari tangan calon istriku!” Sagala mengucapkan kalimat tersebut dengan penuh keyakinan sambil melepas paksa dan menarik tangan Kalula dari tangan Mario. Seketika Mario di buat kaget, terlebih lagi dengan sang pemilik nama yang baru saja di sebut oleh Sagala itu. “Sekali lagi saya melihatmu mengganggu calon istri saya‒ maka saya tidak akan segan untuk mematahkan kedua tanganmu itu.” Ancam Sagala dengan nada penuh penekanan. “Hah! Apa yang dia katakan barusan?” batin Kalula tidak percaya. Gadis itu terdiam hingga mendengar suara Mario yang bertanya padanya. “Apa benar yang di katakan pria ini, Kalula?” tanya pria itu. Kalula terdiam. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Gadis itu saja tidak sempat terpikirkan sebelumnya jika Sagala akan mengatakan hal yang sangat mengejutkan seperti itu tadi. “Jawab, Kalula!” ucap Mario seraya tangannya hendak meraih tangan gadis itu, tetapi langsung di tepis oleh Sagala. “Untuk apa kau bertanya padanya? Apa ucapanku tadi tidak cukup jelas untukmu?!” tanya Sagala. “Apa saya perlu mengulanginya sekali lagi agar kau puas?” tanyanya lagi. Setelah itu kedua tangan Sagala memegang pundak Kalula, lalu memutar hingga menghadap padanya, "Kau tidak apa-apa kan? Apa pria ini menyakitimu?” tanya Sagala pada gadis itu dengan nada yang terkesan sangat perhatian padanya. Kalula menggelengkan kepala. Tiba-tiba Sagala menarik pinggang kecilnya itu hingga membuat Kalula terkejut. Pria itu menatap wajah Kalula, “Sungguh kau tidak apa-apa, sayang?” “Astaga! Apalagi yang pria ini katakan?” batin Kalula. Gadis itu masih terdiam seraya menelan ludahnya sendiri hingga kedua mata Sagala memberikan isyarat. “I-iya. Aku sungguh tidak apa-apa. Lebih baik sekarang kita kembali saja ke ruangan, lagi pula kopi nya juga sudah jadi.” Ujar Kalula seraya memaksakan diri untuk tersenyum. Dia sangat gugup sekali melihat ekpresi wajah Sagala yang tidak biasanya, ada sesuatu yang berbeda dari tatapan pria itu. Mario menatap tidak suka ke arah mereka berdua. Kedua tangannya mengepal, sepertinya dia benar-benar marah dan tidak terima. “Baiklah, kalau begitu. Kita kembali sekarang.” Kalula segera mengambil kopi yang sudah dia buat tadi, lalu kembali menghampiri Sagala. Setelah itu Sagala mengajak gadis itu kembali ke ruang kerja miliknya sembari tangannya setia merangkul pinggang kecil Kalula. “Sial!” Ujar Mario seraya mengepalkan kedua tangannya. Raut wajah pria itu terlihat sangat tidak terima. Setibanya di ruang kerja Sagala. Kalula berusaha melepaskan tangan pria itu yang masih setia merangkul pinggang miliknya sejak tadi. “Lepas tangan anda! Jangan mencari kesempatan dalam kesempitan!” ketus Kalula dan segera menjauhkan tubuhnya dari Sagala. Kalula segera meletakkan kopi buatannya tadi di meja kerja Sagala, “Ini kopi nya! Kalau ini masih salah, aku tidak mau lagi membuatnya, lebih baik kau buat sendiri!” ujar gadis itu kesal. Pria itu duduk di kursi kerjanya, lalu mencicipi kopi buatan Kalula. Sebenarnya sejak awal tidak ada yang salah dengan kopi buatan gadis itu, tetapi entah kenapa Sagala memiliki ide jahil untuk membuat gadisnya itu kesal. Tetapi, lama-lama dia juga merasa kasihan melihatnya. “Hmmm.. ini sudah pas rasanya.” Ucap Sagala. Suasana ruangan itu sangat hening untuk beberapa saat, sampai Sagala kembali berbicara, “Mmm.. Saya tadi tidak sengaja melihat sebuah undangan pernikahan di dalam tas mu, apa itu undangan dari pria brengsek tadi?” tanya Sagala. “Hmm iya.. tadi aku bertemu dengan mereka di depan lobby, dan mereka memberikan undangan itu.” Jawab Kalula. Sagala sadar‒ dari nada bicara gadis itu masih sangat terlihat sekali masih ada rasa sayang di dalam hatinya, “Apa kau masih sayang dengan pria itu?” tanya Sagala pada Kalula. Gadis itu menoleh ke arah Sagala, “Tidak! Semenjak dia mengkhianatiku, rasa sayang itu sudah hilang dari hatiku. Yang tersisa saat ini hanyalah kecewa dan sakit hati, sekaligus rasa benci." Bohong Kalula. Gadis itu memang tidak bisa memungkiri jika rasa sayang itu masih ada, meskipun hanya sedikit. “Kau memang bisa berbohong dengan siapapun, tetapi tidak dengan saya, Kalula! Saya tahu kau masih sayang dengan pria itu‒ dari ekspresi wajahmu itu sudah menunjukkan semuanya.” Ucap Sagala. Pria itu kesal karena Kalula tidak mau jujur padanya, artinya gadis itu masih menganggapnya sebagai orang lain. “Ck! Sudahlah tidak perlu membahas masalah ini lagi, aku sangat malas sekali. Lagi pula aku juga tidak akan datang ke pernikahan mereka.” Ujar Kalula, lalu jari jemarinya kembali menggeser-geser layar ponsel. “Kenapa? Apa kau tidak sanggup melihat pernikahan mantan kekasih dan saudara tirimu itu?” tanya pria itu, “Baru saja kau bilang jika sudah tidak menyayanginya lagi, tetapi kenapa kau seolah menghindar?” tanya nya lagi. “Kau ini kenapa sih?! Sudah ku bilang jangan membahasnya lagi! Jangan terlalu ikut campur dengan kehidupanku! Kau ini hanyalah orang asing yang baru saja mengenalku!” Kalula kesal karena menurutnya pria itu sudah terlalu mencampuri urusannya. Tidak terima dengan perkataan Kalula, pria itu mengepalkan kedua tangannya dengan sangat kuat sampai-sampai bulpoin yang ada di genggamannya pun patah. Setelah itu beranjak dari kursi, CEO tampan itu berjalan ke arah sofa‒ dimana gadis itu sedang duduk. Sagala mengunci tubuh Kalula. Kedua tangannya berada di sebelah kanan dan kiri gadis itu. Hanya tinggal sedikit saja, bibir keduanya bertemu. Tatapan mata pria itu membuatnya gugup. Dia merasakan ada sesuatu hal yang aneh dari tatapan mata sang CEO tampan itu. Tetapi, dia berusaha untuk mengalihkan pandangannya ke arah lain. “Saya tidak suka mendengar kau berbicara seperti tadi,” bisik Sagala. Bibirnya berada tepat di samping Kalula, hingga membuat gadis itu merinding‒ susah payah dia menelan ludahnya. “Ke-kenapa kau yang marah? Seharusnya aku yang marah, karena kau terlalu ikut campur dengan kehidupanku.” Kalula bertambah kesal. Bisa-bisanya pria itu malah marah padanya. “Saya tidak perduli. Yang harus kau ingat, jangan pernah berbicara seperti tadi lagi dengan saya, atau kau akan tahu apa yang akan saya lakukan.” Sagala mengingatkan dengan nada bicara yang terdengar begitu dingin. Keberanian Kalula seketika langsung menciut. Meskipun dia tidak terima, tapi tidak ada lagi bantahan yang berani dia keluarkan dari mulutnya. “I-iya. Maafkan aku.” Hanya kata maaf yang keluar dari mulutnya. Memangnya apa lagi? *** “Sudah sampai, Tuan.” Ucap sang sopir memberitahu. Mobil tersebut berhenti di depan sebuah hotel mewah. Tempat dimana acara pernikahan Mario dan Kiara akan di laksanakan. Kalula mengenakan midi dress berwarna putih dengan lengan panjang. Gadis itu mengeriting seluruh bagian rambutnya, mengepang sebagian rambut kanan dan kirinya, lalu menyatukan keduanya dan di tambah aksesoris bunga kecil berwarna putih sebagai sentuhan terakhir. Sementara Sagala mengenakan kemeja putih dengan tuxedo hitam, sangat terlihat serasi dengan baju yang di kenakan oleh Kalula. Pria itu menoleh ke arah Kalula, dia sangat paham sekali jika gadis itu merasa sangat tidak nyaman. “Kau tidak perlu takut, disini ada saya.” Ucap Sagala menenangkan seraya menggenggam tangan Kalula, “Sekarang, kita masuk.” “Kamu kuat, Kalula.” batin Kalula. Dia memejamkan matanya beberapa saat, kemudian membukanya kembali seraya mengambil napas dalam-dalam. Kalula dan Sagala turun dari mobil. Semua mata tertuju pada mereka, keduanya berjalan beriringan‒ tangan Sagala tidak lepas menggenggam tangan milik Kalula. Tiba-tiba Sagala menghentikan langkahnya ketika sudah sampai di depan lift, “Kau naiklah dulu, nanti saya akan segera menyusul.” Ucap Sagala. “Memangnya kau akan kemana?” tanya Kalula. “Saya akan menelepon Erik sebentar,” jawab Sagala. Sebenarnya dia juga tidak tega membiarkan Kalula sendirian, dia melihat raut wajah gadis itu sendu, “Tidak akan terjadi apa-apa. Saya hanya sebentar saja kok.” “Hmmm... Baiklah, cepat menyusul.” Terpaksa Kalula harus masuk sendirian. Sagala membukakan lift untuk Kalula. Kemudian setelah gadis itu benar-benar hilang di balik pintu lift, pria itu pergi dan merogoh saku jas nya untuk mengambil ponsel miliknya.Pintu ruang aula terbuka. Kalula merasa gugup karena banyak pasang mata yang menatap ke arahnya. Gadis itu menarik napas dalam-dalam, kemudian berjalan masuk menuju pada keluarganya, di depan sudah ada papa, mama dan juga kedua calon mempelai.Mereka semua tengah meatap Kalula dengan tatapan tidak suka, terutama Kiara.'Wah.. dia cantik sekali! Bagaimana bisa pria itu menyia-nyiakan gadis secantik dia dan lebih memilih saudara tirinya itu.''Iya ya anda benar sekali. Sangat rugi menyiakan gadis seperti dia.''Wow... Bagaimana bisa ada gadis secantik ini?! Bahkan dia terlihat begitu anggun daripada calon mempelai wanitanya.'Terdengar banyak pujian pada Kalula. Tetapi, tidak sedikit juga yang menatapnya tidak suka dan membicarakan hal buruk tentangnya.'Bukankah itu mantan dari mempelai pria?''Iya, anda benar. Pasti dia sengaja ingin mengacaukan pernikahan saudara nya.'Sepanjang dia berjalan menuju depan, telinganya terus mendengar bisikan-bisikan yang di lontarkan oleh beberapa tamu
Kedua mata Kalula mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang masuk mengenai matanya. Dia memegangi kepalanya yang masih pusing. Sekujur tubuhnya sakit, apalagi di bagian berharga miliknya yang terasa ngilu juga perih. Gadis itu mengedarkan pandangannya dan baru menyadari jika kini dia tengah berada di sebuah kamar yang cukup luas dengan nuansa putih. “Aku dimana?” lirih Kalula, ketika akan beranjak dari atas ranjang dia baru menyadari jika ternyata tidak ada sehelai pun baju miliknya yang melekat pada tubuhnya. Pikirannya semakin di buat bingung. Tidak lama kemudian, terdengar sebuah suara dari arah pintu kamar mandi. Seketika Kalula menoleh dan buru-buru menutup tubuhnya dengan selimut ketika mendapati seorang pria dewasa memakai jubah mandi dengan tatapan datar lurus ke depan. Pria dengan rahang tegas, hidung mancung dan alis tebal. Tentu saja membuat wanita manapun akan terpesona, tapi tidak dengan Kalula‒ gadis itu justru sangat marah. “S-siapa kamu?” lirih Kalula dengan
Kalula bergegas masuk ke dalam ruang meeting bersama dengan salah satu Office Girl perusahaan ini. Sepi‒ tidak ada satu pun orang di dalamnya, hanya sebuah meja panjang dan beberapa kursi hitam serta map di atas meja yang tertata dengan sangat rapi. “Mau ada meeting ya, mbak?” tanya Kalula pada Office Girl tersebut sembari tangan lentiknya menata satu persatu roti di atas meja. “Iya, mbak. Makanya sekarang kita harus cepat sebelum pak bos datang.” Jawab Office Girl tersebut. Kalula menoleh dan mengerutkan alisnya, dia heran kenapa Office Girl tersebut sepertinya terdengar sangat takut sekali, apa bos nya sangat galak ya. Namun, belum sempat Kalula menyelesaikan pekerjaannya, rupanya pintu ruangan itu terbuka, kedua nya langsung menoleh ke arah pintu masuk. Kalula diam mematung, dadanya bergemuruh‒ gadis itu sangat tahu siapa pria yang berdiri di depannya saat ini. Dia tidak menyangka jika harus bertemu lagi dengan pria yang sudah merenggut kesuciannya itu dan meninggalka
Setelah melihat di dalam video tersebut, Mario kali ini benar-benar tidak bisa lagi mengelah dan mencari alasan untuk membela dirinya, karena bukti sudah sangat jelas sekali.“Mau beralasan apalagi kamu sekarang, hah?!” tanya Kalula dengan nada yang rendah. Perasaan gadis itu saat ini benar-benar sakit sekali, pria yang sudah dia kenal selama dua tahun terakhir ini‒ pria yang selalu baik dan perhatian, ternyata tega mengkhianati dengan saudara tirinya.Berulang kali Kalula mengambil napas dalam-dalam seraya memejamkan matanya. Setelah itu, kakinya berjalan mundur dan mendongakkan kepalanya lagi menatap Mario, “Mulai saat ini, hubungan kita sudah benar-benar berakhir. Ini terkahir kalinya kita ketemu, aku tidak ingin melihatmu lagi dan jangan pernah ganggu aku setelah ini.” Tangis Kalula kembali pecah. Setelah mengatakan itu, Kalula beranjak pergi meninggalkan semua orang yang ada di sana. Nimas beberapa kali memanggil namanya, tetapi tidak di hiraukan. Gadis itu berjalan menyusuri t
“Sepertinya aku sudah mengganggumu pagi ini, tidak biasanya wajahmu terlihat sangat kusut seperti ini ketika aku datang kesini sepagi ini.” Tebak Erik.“Memang!” Jawab Sagala ketus, “Sekarang cepatlah! Mau apa kau kesini sepagi ini? Jika bukan hal yang penting‒ aku akan memotong gaji mu bulan ini.” Sambungnya lagi.“Cih! Ancamanmu selalu saja seperti itu.” Ucap Erik Mahendra.“Cepatlah, Erik Mahendra! Aku belum mandi sekarang, kau jangan membuang-buang waktuku.” Ucap pria itu dan kali ini nada bicara nya penuh dengan penekanan dan ekspresi wajahnya sangat serius.“Oke-oke. Jadi aku sudah mencari tahu tentang pria itu, yang merupakan mantan kekasih perempuan itu‒ ternyata dia adalah seorang photografer perusahaan kita, dia juga photografer terbaik di kota ini.” Ujar Erik.“Sementara wanita yang bersama nya di hotel itu, dia adalah saudara tiri perempuan itu dan dia juga salah satu model di perusahaan kita‒ dia baru bergabung di perusahaan kita sekitar tiga bulan yang lalu atas rekomend
Setelah Kiara memberikan sebuah surat pada Kalula. Wanita itu langsung pergi meninggalkan gadis itu. Namun, Kalula tidak langsung membukanya. Dia lebih memilih memasukkan ke dalam tas, karena dia sangat malas sekali‒ apalagi jika sudah berkaitan dengan saudara tirinya itu.“Lebih baik aku langsung pulang aja sekarang. Lagian badanku rasanya udah pegel banget.” Ucap Kalula.Sesampainya di rumah Sagala. Terlihat sangat sepi‒ pikirnya semua orang sudah istirahat di dalam kamarnya masing-masing, karena memang hari sudah sangat malam. Kalula juga segera pergi ke kamarnya sendiri.Di dalam kamar, dia menutup pintu dan menguncinya rapat-rapat. Kemudian kakinya melangkah menuju balkon. Gadis itu merentangkan kedua tangannya seraya memejamkan matanya dan menghirup udara dalam-dalam untuk melepas sejenak semua beban dalam dirinya.Kalula membuka matanya, sembari melamun menatap lurus ke depan. Seperti ada sesuatu yang sangat mengganjal pikirannya, “Sekarang aku sudah kehilangan satu-satunya pek