“Sepertinya aku sudah mengganggumu pagi ini, tidak biasanya wajahmu terlihat sangat kusut seperti ini ketika aku datang kesini sepagi ini.” Tebak Erik.
“Memang!” Jawab Sagala ketus, “Sekarang cepatlah! Mau apa kau kesini sepagi ini? Jika bukan hal yang penting‒ aku akan memotong gaji mu bulan ini.” Sambungnya lagi. “Cih! Ancamanmu selalu saja seperti itu.” Ucap Erik Mahendra. “Cepatlah, Erik Mahendra! Aku belum mandi sekarang, kau jangan membuang-buang waktuku.” Ucap pria itu dan kali ini nada bicara nya penuh dengan penekanan dan ekspresi wajahnya sangat serius. “Oke-oke. Jadi aku sudah mencari tahu tentang pria itu, yang merupakan mantan kekasih perempuan itu‒ ternyata dia adalah seorang photografer perusahaan kita, dia juga photografer terbaik di kota ini.” Ujar Erik. “Sementara wanita yang bersama nya di hotel itu, dia adalah saudara tiri perempuan itu dan dia juga salah satu model di perusahaan kita‒ dia baru bergabung di perusahaan kita sekitar tiga bulan yang lalu atas rekomendasi dari pria itu.” Sambungnya lagi. Tatapannya yang tajam dan dingin membuat paras tampan Sagala semakin terlihat berwibawa, tetapi karena sebuah smirk yang tiba-tiba tercetak di bibirnya saat ini membuat semuanya menjadi terkesan sangat menakutkan. Beberapa detik kemudian, padangan pria itu beralih pada Erik, “Tahu kan apa yang harus kau lakukan setelah ini?!” tanya Sagala. “Tenang. Semuanya pasti beres hari ini juga.” Jawab Erik. Setelah mengatakan itu, Erik segera beranjak dari duduknya dan berpamitan pada Sagala sebelum dia di usir sang tuan rumah, dan dia juga akan segera melaksanakan perintah dari atasannya itu. ** Kalula sudah berpenampilan rapi, gadis itu berinisiatif untuk membantu Tika di dapur meskipun maid itu sudah berulang kali melarangnya karena takut jika tuannya sampai melihat, pria itu akan marah. “Nona Kalula lebih baik duduk saja di sana, biar ini saya yang selesaikan.” Ucap Tika. “Iya sebentar lagi, aku selesaikan dulu satu masakan ini. Setelah itu aku akan menuruti keinginanmu untuk duduk manis di sana.” Jawab Kalula. Gadis itu sedari tadi terus menerus di usir oleh maid itu, sehingga membuatnya sedikit kesal. “Ekhem!” “Apa yang sedang kau lakukan di dapur?” Terdengar suara deheman dari belakang Kalula dan juga Tika. Seketika mereka langsung berbalik badan. Melihat kedatangan Sagala, membuat Tika langsung menunduk ketakutan. Bagaimana dia tidak takut, karena bisa saja setelah ini dia mungkin akan kehilangan pekerjaan. “Kemarilah! Dan bantu aku!” ucap Sagala pada Kalula, “Dan kau‒ lanjutkan pekerjaanmu!” titah nya pada Tika. Setelah itu Kalula bergegas melangkahkan kakinya pada Sagala yang sedang berdiri di dekat meja makan. “Pasangkan dasiku sekarang.” Titah nya seraya mengulurkan sebuah dasi berwarna hitam pada Kalula dengan ekspresi wajah datar. Sementara Kalula menatap ke arah dasi itu dan juga Sagala secara bergantian, kenapa tiba-tiba pria itu memintanya untuk memasangkan dasinya. “Kenapa malah bengong? Cepatlah, aku harus segera pergi ke kantor sekarang.” Ucap pria itu dengan enteng seraya melihat jam di pergelangan tangan. “Kenapa harus aku? Memangnya kau tidak bisa memasangnya sendiri apa?!” ketus Kalula. “Aku tidak mau!” sambungnya lagi seraya menarik kursi dan duduk. Gadis itu tidak menyadari jika Sagala sedang menatapnya dengan tatapan sangat tajam. “Mulai saat ini, kau harus belajar menjadi kekasih yang baik dan perhatian. Termasuk memakaikan dasi ku setiap pagi.” Ujar Sagala bernada tegas. “Ck! Memangnya orang yang selama ini membantumu untuk memakai dasi kemana? Kenapa harus aku?!” tanya Kalula. Padahal Sagala sebenarnya tidak memerlukan bantuan siapapun untuk sekedar memakai dasi miliknya, tetapi entah kenapa pria itu ingin sekali rasanya selalu berdekatan dengan gadis itu. Dia mencoba untuk mencari berbagai cara agar bisa dekat dengannya. Tanpa berkata lagi Sagala meletakkan kedua tangannya pada bahu Kalula. Kemudian menarik tubuh gadis itu hingga posisi mereka saat ini sangatlah dekat, lalu dia melepaskan satu tangannya dan memberikan dasi yang ada di tangannya itu pada Kalula. “Sudah jangan banyak protes.” Ucapnya. Kalula berusaha untuk tetap tenang. Kemudian tangannya terulur dan mulai sibuk membetulkan dasi milik Sagala. Karena sangking gugupnya, gadis itu sedari tadi belum juga selesai, karena tiba-tiba saja dia lupa caranya. “Astaga! Kenapa aku jadi lupa caranya begini?” lirih Kalula tanpa sadar. Tiba-tiba gadis itu mendongakkan wajahnya karena tangan Sagala memegang kedua tangannya dan membantunya untuk memasang. Pandangan kedua mata mereka saling bertemu. Terlihat seperti sepasang kekasih yang sesungguhnya jika orang lain melihatnya. Tiba-tiba ponsel Sagala berdering dengan sangat keras. Tentu dia dan Kalula cukup terkejut. Gadis itu reflak menjauhkan diri dari Sagala. Kemudian dengan gerakan cepat Kalula pergi ke dapur untuk membantu maid membawa sarapan ke meja makan. Kalula mengusap dadanya beberapa kali. Kini dia bisa bernapas lega. “Wahh.. sepertinya tuan Sagala diam-diam menyukai anda, nona.” Seru Tika tiba-tiba. Reflek gadis itu menoleh dan mengerutkan dahinya, apa yang di pikirkan maid itu sehingga dia bisa berpikir seperti itu. “Kau ini bicara apa? Mana mungkin pria seperti itu bisa menyukai perempuan sepertiku ini.” Ucap Kalula. “Tidak ada yang tidak mungkin, nona.” Balas maid itu, “Selama saya bekerja di rumah ini, tidak pernah melihat tuan membawa seorang perempuan dan juga bersikap seperti tadi itu.” Sambungnya lagi. “Ah.. sudahlah. Kau ini bicara apa! Lebih baik sekarang kita cepat bawa ini ke meja makan, sebelum pria itu nanti marah.” Ucap Kalula seraya menoleh ke arah Sagala yang tengah berbicara di telfon. Setelah menata semuanya di meja makan. Kalula langsung saja mengambil nasi ke atas piring nya dan beberapa lauk tanpa menunggu Sagala terlebih dulu, karena dia sudah tidak ada waktu lain. Baru saja akan menyuapkan makanan ke dalam mulut, seketika berhenti saat mendengar suara Sagala, “Siapa yang menyuruhmu untuk sarapan lebih dulu, hmm?!” tanya Sagala. “Ambilkan dulu sarapan untukku, baru kau boleh sarapan.” Titahnya seraya mendudukkan diri tepat di samping kursi milik Kalula. Meskipun merasa kesal, gadis itu tetap saja menuruti perintah dari pria itu. “Pria ini kenapa ribet sekali hidupnya! Ngambil tinggal ngambil aja pakai segala acara minta di ambilin, lama-lama yang ada aku ini jadi babu nya.” Gerutu Kalula lirih. “Tidak usah mengomel!” Seru pria itu. *** Tepat pukul delapan pagi, Kalula telah sampai di tempat kerjanya. Hari ini dia tidak telat, dan pastinya dia tidak akan mendapat amukan dari atasannya lagi seperti kemarin. Gadis itu segera berganti dengan pakaian kerjanya dan membantu yang lain untuk bersih-bersih sebelum membuka toko. Namun, beberapa saat kemudian sang menejer pun datang memanggilnya. Pria itu berkacak pinggang dengan tatapan sangat serius. “Ada apa bapak memanggil saya? Apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Kalula dengan sopan. “Hari ini terakhir kamu masuk kerja di toko ini! Mulai besok, kamu gak perlu datang kesini lagi, Kalula.” ucap sang menejer. Semua karyawan yang mendengar itu pun kaget dan mulai saling bisik-bisik, mereka semua bertanya-tanya mengapa Kalula tiba-tiba di pecat, padahal gadis itu tidak pernah berbuat salah yang sangat fatal selama bekerja di toko itu termasuk juga Kalula. “Loh! Memangnya saya salah apa ya, pak? Kok tiba-tiba banget?” tanya Kalula. “Pokoknya kamu di pecat! Ini udah perintah dari pemilik toko ini!” ujar sang menejer, “Sekarang kamu bisa lanjutkan pekerjaan kamu!” sambungnya lagi. “B-baik, pak.” Balas Kalula. Kemudian gadis itu kembali bekerja, meskipun tidak sesemangat seperti tadi. Semua rekan kerja nya termasuk Nimas juga langsung menghampiri gadis itu, “Eh.. Kenapa tuh si pak bos kok tiba-tiba banget pecat kamu? Emangnya kamu ada buat kesalahan lagi selain kemarin?” tanya Nimas. Kalula menggeleng. Bagaimana mau menjawab, dia sendiri saja juga tidak tahu apa alasannya di pecat. “Ya sudah.. Kamu yang sabar ya, gak usah terlalu di pikirin. Sebentar lagi kamu pasti bakalan dapat ganti pekerjaan yang lebih baik.” Nimas memberikan semangat untuk sahabatnya itu. “Iya. Benar apa yang di omongin sama si Nimas, kamu gak usah terlalu mikir.” Sahut salah satu rekan kerja nya, “Lebih baik sekarang kita lanjutin aja pekerjaannya, biar pak bos gak marah.” Sambungnya lagi. **** Jam menunjukkan pukul sembilan malam, dan toko sudah waktunya tutup. Itu artinya, Kalula waktunya pulang. Dia menyelesaikan pekerjaan di hari terakhirnya bekerja di toko itu dengan baik, meskipun dengan wajah lesu. Semuanya sudah tertata rapi dan gadis itu juga sudah berganti baju nya sendiri, yang lainnya sudah pulang lebih dulu kini tinggal dia seorang diri. Setalah mengunci pintu dan membalikkan badan, gadis itu tersentak karena Kiara tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya. “Mau apa lagi kamu menemuiku?” tanya Kalula sinis, “Masih belum puas kamu merebut semuanya?” sambungnya lagi. “Ha ha ha... Gue puas banget ngeliat lo menderita kaya sekarang!” tawa Kiara seolah mengejek gadis itu. “Tapi, semuanya belum cukup sebelum lo baca ini.”Setelah Kiara memberikan sebuah surat pada Kalula. Wanita itu langsung pergi meninggalkan gadis itu. Namun, Kalula tidak langsung membukanya. Dia lebih memilih memasukkan ke dalam tas, karena dia sangat malas sekali‒ apalagi jika sudah berkaitan dengan saudara tirinya itu.“Lebih baik aku langsung pulang aja sekarang. Lagian badanku rasanya udah pegel banget.” Ucap Kalula.Sesampainya di rumah Sagala. Terlihat sangat sepi‒ pikirnya semua orang sudah istirahat di dalam kamarnya masing-masing, karena memang hari sudah sangat malam. Kalula juga segera pergi ke kamarnya sendiri.Di dalam kamar, dia menutup pintu dan menguncinya rapat-rapat. Kemudian kakinya melangkah menuju balkon. Gadis itu merentangkan kedua tangannya seraya memejamkan matanya dan menghirup udara dalam-dalam untuk melepas sejenak semua beban dalam dirinya.Kalula membuka matanya, sembari melamun menatap lurus ke depan. Seperti ada sesuatu yang sangat mengganjal pikirannya, “Sekarang aku sudah kehilangan satu-satunya pek
“Kamu kelihatan tambah cantik, Kalula.” Bisik Mario tepat di samping telinga Kalula seraya meletakkan dagu nya di pundak sebelah kanan gadis itu.“Mario!” sentak Kalula. Gadis itu terkejut, cepat-cepat dia melepaskan kedua lengan Mario yang melingkar di perutnya, “Mario, lepasin!” ujarnya.“Enggak.. Aku kangen sama kamu, Kalula.” Ucap Mario dengan tidak tahu malunya setelah dia berselingkuh dari Kalula.Kalula benar-benar sudah sangat muak ketika mendengar ucapan yang keluar dari mulut pria itu, karena setelah pengkhianatan yang telah di lakukan oleh Mario‒ bagi Kalula saat ini apa yang keluar dari mulut pria itu hanyalah omong kosong.“Tolong lepasin! Aku gak mau orang lain jadi salah paham kalau melihat kita seperti ini, dan nanti akan menimbulkan gosip yang tidak-tidak.” Ucap Kalula. “Enggak! Aku gak akan lepasin kamu, aku masih sayang sama kamu, Kalula. Aku cuma cinta sama kamu, bukan sama dia‒ percaya sama aku.” Ujar Mario.“Sudahlah, Mario. Semuanya udah jelas, kalau kamu meman
Pintu ruang aula terbuka. Kalula merasa gugup karena banyak pasang mata yang menatap ke arahnya. Gadis itu menarik napas dalam-dalam, kemudian berjalan masuk menuju pada keluarganya, di depan sudah ada papa, mama dan juga kedua calon mempelai.Mereka semua tengah meatap Kalula dengan tatapan tidak suka, terutama Kiara.'Wah.. dia cantik sekali! Bagaimana bisa pria itu menyia-nyiakan gadis secantik dia dan lebih memilih saudara tirinya itu.''Iya ya anda benar sekali. Sangat rugi menyiakan gadis seperti dia.''Wow... Bagaimana bisa ada gadis secantik ini?! Bahkan dia terlihat begitu anggun daripada calon mempelai wanitanya.'Terdengar banyak pujian pada Kalula. Tetapi, tidak sedikit juga yang menatapnya tidak suka dan membicarakan hal buruk tentangnya.'Bukankah itu mantan dari mempelai pria?''Iya, anda benar. Pasti dia sengaja ingin mengacaukan pernikahan saudara nya.'Sepanjang dia berjalan menuju depan, telinganya terus mendengar bisikan-bisikan yang di lontarkan oleh beberapa tamu
Kedua mata Kalula mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang masuk mengenai matanya. Dia memegangi kepalanya yang masih pusing. Sekujur tubuhnya sakit, apalagi di bagian berharga miliknya yang terasa ngilu juga perih. Gadis itu mengedarkan pandangannya dan baru menyadari jika kini dia tengah berada di sebuah kamar yang cukup luas dengan nuansa putih. “Aku dimana?” lirih Kalula, ketika akan beranjak dari atas ranjang dia baru menyadari jika ternyata tidak ada sehelai pun baju miliknya yang melekat pada tubuhnya. Pikirannya semakin di buat bingung. Tidak lama kemudian, terdengar sebuah suara dari arah pintu kamar mandi. Seketika Kalula menoleh dan buru-buru menutup tubuhnya dengan selimut ketika mendapati seorang pria dewasa memakai jubah mandi dengan tatapan datar lurus ke depan. Pria dengan rahang tegas, hidung mancung dan alis tebal. Tentu saja membuat wanita manapun akan terpesona, tapi tidak dengan Kalula‒ gadis itu justru sangat marah. “S-siapa kamu?” lirih Kalula dengan
Kalula bergegas masuk ke dalam ruang meeting bersama dengan salah satu Office Girl perusahaan ini. Sepi‒ tidak ada satu pun orang di dalamnya, hanya sebuah meja panjang dan beberapa kursi hitam serta map di atas meja yang tertata dengan sangat rapi. “Mau ada meeting ya, mbak?” tanya Kalula pada Office Girl tersebut sembari tangan lentiknya menata satu persatu roti di atas meja. “Iya, mbak. Makanya sekarang kita harus cepat sebelum pak bos datang.” Jawab Office Girl tersebut. Kalula menoleh dan mengerutkan alisnya, dia heran kenapa Office Girl tersebut sepertinya terdengar sangat takut sekali, apa bos nya sangat galak ya. Namun, belum sempat Kalula menyelesaikan pekerjaannya, rupanya pintu ruangan itu terbuka, kedua nya langsung menoleh ke arah pintu masuk. Kalula diam mematung, dadanya bergemuruh‒ gadis itu sangat tahu siapa pria yang berdiri di depannya saat ini. Dia tidak menyangka jika harus bertemu lagi dengan pria yang sudah merenggut kesuciannya itu dan meninggalka
Setelah melihat di dalam video tersebut, Mario kali ini benar-benar tidak bisa lagi mengelah dan mencari alasan untuk membela dirinya, karena bukti sudah sangat jelas sekali.“Mau beralasan apalagi kamu sekarang, hah?!” tanya Kalula dengan nada yang rendah. Perasaan gadis itu saat ini benar-benar sakit sekali, pria yang sudah dia kenal selama dua tahun terakhir ini‒ pria yang selalu baik dan perhatian, ternyata tega mengkhianati dengan saudara tirinya.Berulang kali Kalula mengambil napas dalam-dalam seraya memejamkan matanya. Setelah itu, kakinya berjalan mundur dan mendongakkan kepalanya lagi menatap Mario, “Mulai saat ini, hubungan kita sudah benar-benar berakhir. Ini terkahir kalinya kita ketemu, aku tidak ingin melihatmu lagi dan jangan pernah ganggu aku setelah ini.” Tangis Kalula kembali pecah. Setelah mengatakan itu, Kalula beranjak pergi meninggalkan semua orang yang ada di sana. Nimas beberapa kali memanggil namanya, tetapi tidak di hiraukan. Gadis itu berjalan menyusuri t