Share

4. GUGUP

“Sepertinya aku sudah mengganggumu pagi ini, tidak biasanya wajahmu terlihat sangat kusut seperti ini ketika aku datang kesini sepagi ini.” Tebak Erik.

“Memang!” Jawab Sagala ketus, “Sekarang cepatlah! Mau apa kau kesini sepagi ini? Jika bukan hal yang penting‒ aku akan memotong gaji mu bulan ini.” Sambungnya lagi.

“Cih! Ancamanmu selalu saja seperti itu.” Ucap Erik Mahendra.

“Cepatlah, Erik Mahendra! Aku belum mandi sekarang, kau jangan membuang-buang waktuku.” Ucap pria itu dan kali ini nada bicara nya penuh dengan penekanan dan ekspresi wajahnya sangat serius.

“Oke-oke. Jadi aku sudah mencari tahu tentang pria itu, yang merupakan mantan kekasih perempuan itu‒ ternyata dia adalah seorang photografer perusahaan kita, dia juga photografer terbaik di kota ini.” Ujar Erik.

“Sementara wanita yang bersama nya di hotel itu, dia adalah saudara tiri perempuan itu dan dia juga salah satu model di perusahaan kita‒ dia baru bergabung di perusahaan kita sekitar tiga bulan yang lalu atas rekomendasi dari pria itu.” Sambungnya lagi.

Tatapannya yang tajam dan dingin membuat paras tampan Sagala semakin terlihat berwibawa, tetapi karena sebuah smirk yang tiba-tiba tercetak di bibirnya saat ini membuat semuanya menjadi terkesan sangat menakutkan.

Beberapa detik kemudian, padangan pria itu beralih pada Erik, “Tahu kan apa yang harus kau lakukan setelah ini?!” tanya Sagala.

“Tenang. Semuanya pasti beres hari ini juga.” Jawab Erik.

Setelah mengatakan itu, Erik segera beranjak dari duduknya dan berpamitan pada Sagala sebelum dia di usir sang tuan rumah, dan dia juga akan segera melaksanakan perintah dari atasannya itu.

**

Kalula sudah berpenampilan rapi, gadis itu berinisiatif untuk membantu Tika di dapur meskipun maid itu sudah berulang kali melarangnya karena takut jika tuannya sampai melihat, pria itu akan marah.

“Nona Kalula lebih baik duduk saja di sana, biar ini saya yang selesaikan.” Ucap Tika.

“Iya sebentar lagi, aku selesaikan dulu satu masakan ini. Setelah itu aku akan menuruti keinginanmu untuk duduk manis di sana.” Jawab Kalula. Gadis itu sedari tadi terus menerus di usir oleh maid itu, sehingga membuatnya sedikit kesal.

“Ekhem!”

“Apa yang sedang kau lakukan di dapur?”

Terdengar suara deheman dari belakang Kalula dan juga Tika. Seketika mereka langsung berbalik badan. Melihat kedatangan Sagala, membuat Tika langsung menunduk ketakutan. Bagaimana dia tidak takut, karena bisa saja setelah ini dia mungkin akan kehilangan pekerjaan.

“Kemarilah! Dan bantu aku!” ucap Sagala pada Kalula, “Dan kau‒ lanjutkan pekerjaanmu!” titah nya pada Tika.

Setelah itu Kalula bergegas melangkahkan kakinya pada Sagala yang sedang berdiri di dekat meja makan.

“Pasangkan dasiku sekarang.” Titah nya seraya mengulurkan sebuah dasi berwarna hitam pada Kalula dengan ekspresi wajah datar.

Sementara Kalula menatap ke arah dasi itu dan juga Sagala secara bergantian, kenapa tiba-tiba pria itu memintanya untuk memasangkan dasinya.

“Kenapa malah bengong? Cepatlah, aku harus segera pergi ke kantor sekarang.” Ucap pria itu dengan enteng seraya melihat jam di pergelangan tangan.

“Kenapa harus aku? Memangnya kau tidak bisa memasangnya sendiri apa?!” ketus Kalula.

“Aku tidak mau!” sambungnya lagi seraya menarik kursi dan duduk.

Gadis itu tidak menyadari jika Sagala sedang menatapnya dengan tatapan sangat tajam.

“Mulai saat ini, kau harus belajar menjadi kekasih yang baik dan perhatian. Termasuk memakaikan dasi ku setiap pagi.” Ujar Sagala bernada tegas.

“Ck! Memangnya orang yang selama ini membantumu untuk memakai dasi kemana? Kenapa harus aku?!” tanya Kalula.

Padahal Sagala sebenarnya tidak memerlukan bantuan siapapun untuk sekedar memakai dasi miliknya, tetapi entah kenapa pria itu ingin sekali rasanya selalu berdekatan dengan gadis itu. Dia mencoba untuk mencari berbagai cara agar bisa dekat dengannya.

Tanpa berkata lagi Sagala meletakkan kedua tangannya pada bahu Kalula. Kemudian menarik tubuh gadis itu hingga posisi mereka saat ini sangatlah dekat, lalu dia melepaskan satu tangannya dan memberikan dasi yang ada di tangannya itu pada Kalula.

“Sudah jangan banyak protes.” Ucapnya.

Kalula berusaha untuk tetap tenang. Kemudian tangannya terulur dan mulai sibuk membetulkan dasi milik Sagala. Karena sangking gugupnya, gadis itu sedari tadi belum juga selesai, karena tiba-tiba saja dia lupa caranya.

“Astaga! Kenapa aku jadi lupa caranya begini?” lirih Kalula tanpa sadar. Tiba-tiba gadis itu mendongakkan wajahnya karena tangan Sagala memegang kedua tangannya dan membantunya untuk memasang.

Pandangan kedua mata mereka saling bertemu. Terlihat seperti sepasang kekasih yang sesungguhnya jika orang lain melihatnya. Tiba-tiba ponsel Sagala berdering dengan sangat keras. Tentu dia dan Kalula cukup terkejut. Gadis itu reflak menjauhkan diri dari Sagala. Kemudian dengan gerakan cepat Kalula pergi ke dapur untuk membantu maid membawa sarapan ke meja makan.

Kalula mengusap dadanya beberapa kali. Kini dia bisa bernapas lega.

“Wahh.. sepertinya tuan Sagala diam-diam menyukai anda, nona.” Seru Tika tiba-tiba.

Reflek gadis itu menoleh dan mengerutkan dahinya, apa yang di pikirkan maid itu sehingga dia bisa berpikir seperti itu.

“Kau ini bicara apa? Mana mungkin pria seperti itu bisa menyukai perempuan sepertiku ini.” Ucap Kalula.

“Tidak ada yang tidak mungkin, nona.” Balas maid itu, “Selama saya bekerja di rumah ini, tidak pernah melihat tuan membawa seorang perempuan dan juga bersikap seperti tadi itu.” Sambungnya lagi.

“Ah.. sudahlah. Kau ini bicara apa! Lebih baik sekarang kita cepat bawa ini ke meja makan, sebelum pria itu nanti marah.” Ucap Kalula seraya menoleh ke arah Sagala yang tengah berbicara di telfon.

Setelah menata semuanya di meja makan. Kalula langsung saja mengambil nasi ke atas piring nya dan beberapa lauk tanpa menunggu Sagala terlebih dulu, karena dia sudah tidak ada waktu lain.

Baru saja akan menyuapkan makanan ke dalam mulut, seketika berhenti saat mendengar suara Sagala, “Siapa yang menyuruhmu untuk sarapan lebih dulu, hmm?!” tanya Sagala.

“Ambilkan dulu sarapan untukku, baru kau boleh sarapan.” Titahnya seraya mendudukkan diri tepat di samping kursi milik Kalula.

Meskipun merasa kesal, gadis itu tetap saja menuruti perintah dari pria itu.

“Pria ini kenapa ribet sekali hidupnya! Ngambil tinggal ngambil aja pakai segala acara minta di ambilin, lama-lama yang ada aku ini jadi babu nya.” Gerutu Kalula lirih.

“Tidak usah mengomel!” Seru pria itu.

***

Tepat pukul delapan pagi, Kalula telah sampai di tempat kerjanya. Hari ini dia tidak telat, dan pastinya dia tidak akan mendapat amukan dari atasannya lagi seperti kemarin. Gadis itu segera berganti dengan pakaian kerjanya dan membantu yang lain untuk bersih-bersih sebelum membuka toko.

Namun, beberapa saat kemudian sang menejer pun datang memanggilnya. Pria itu berkacak pinggang dengan tatapan sangat serius.

“Ada apa bapak memanggil saya? Apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Kalula dengan sopan.

“Hari ini terakhir kamu masuk kerja di toko ini! Mulai besok, kamu gak perlu datang kesini lagi, Kalula.” ucap sang menejer.

Semua karyawan yang mendengar itu pun kaget dan mulai saling bisik-bisik, mereka semua bertanya-tanya mengapa Kalula tiba-tiba di pecat, padahal gadis itu tidak pernah berbuat salah yang sangat fatal selama bekerja di toko itu termasuk juga Kalula.

“Loh! Memangnya saya salah apa ya, pak? Kok tiba-tiba banget?” tanya Kalula.

“Pokoknya kamu di pecat! Ini udah perintah dari pemilik toko ini!” ujar sang menejer, “Sekarang kamu bisa lanjutkan pekerjaan kamu!” sambungnya lagi.

“B-baik, pak.” Balas Kalula. Kemudian gadis itu kembali bekerja, meskipun tidak sesemangat seperti tadi.

Semua rekan kerja nya termasuk Nimas juga langsung menghampiri gadis itu, “Eh.. Kenapa tuh si pak bos kok tiba-tiba banget pecat kamu? Emangnya kamu ada buat kesalahan lagi selain kemarin?” tanya Nimas.

Kalula menggeleng. Bagaimana mau menjawab, dia sendiri saja juga tidak tahu apa alasannya di pecat.

“Ya sudah.. Kamu yang sabar ya, gak usah terlalu di pikirin. Sebentar lagi kamu pasti bakalan dapat ganti pekerjaan yang lebih baik.” Nimas memberikan semangat untuk sahabatnya itu.

“Iya. Benar apa yang di omongin sama si Nimas, kamu gak usah terlalu mikir.” Sahut salah satu rekan kerja nya, “Lebih baik sekarang kita lanjutin aja pekerjaannya, biar pak bos gak marah.” Sambungnya lagi.

****

Jam menunjukkan pukul sembilan malam, dan toko sudah waktunya tutup. Itu artinya, Kalula waktunya pulang. Dia menyelesaikan pekerjaan di hari terakhirnya bekerja di toko itu dengan baik, meskipun dengan wajah lesu.

Semuanya sudah tertata rapi dan gadis itu juga sudah berganti baju nya sendiri, yang lainnya sudah pulang lebih dulu kini tinggal dia seorang diri. Setalah mengunci pintu dan membalikkan badan, gadis itu tersentak karena Kiara tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya.

“Mau apa lagi kamu menemuiku?” tanya Kalula sinis, “Masih belum puas kamu merebut semuanya?” sambungnya lagi.

“Ha ha ha... Gue puas banget ngeliat lo menderita kaya sekarang!” tawa Kiara seolah mengejek gadis itu.

“Tapi, semuanya belum cukup sebelum lo baca ini.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status