Sungguh sangat aneh, dimana-mana orang itu akan suka dikasih boneka hello Kitty atau apapun itu yang terlihat imut sedikit. Akan tetapi, Anes malah sangat suka mengoleksi boneka monyet.
“Simpen dulu bonekanya di dalam tas lo, Nes. Ntar kalau keliatan sama dosen bisa ditangkap boneka lo,” bisik Zea sambil melirik ibu guru yang sedang menerangkan di depan kelas.Beruntung meja Zea dan Anes berada di barisan paling belakang dan letaknya juga terpojok. Jadi dosen yang sedang menerangkan materi di depan sana belum menyadari bahwa sejak tadi Anes tidak menyimak pelajaran melainkan memainkan boneka monyet.“Tas gue ‘kan kecil, Zea. Mana muat boneka imut ini dimasukkan ke sana.” Anes membandingkan ukuran bonekanya dengan tas yang ia bawa ke kampus.Zea jadi menyesal sendiri kenapa juga ia bawakan boneka Anes ke sekolah, akhirnya Zea yang mengambil alih boneka monyet itu untuk ia simpan di dalam tasnya yang kebetulan memiliki ukuran lebih besar daripada ta“Minggu depan kamu akan ujian kelulusan ‘kan?” Abraham bertanya sambil mengelus rambut panjang Zea.“Iya, Pa. Makanya Zea kesini mau minta tolong sama Papa buat menghadiri rapat besok, mungkin guru-guru mau bahas masalah ujian dan perpisahan sama wali murid,” ungkap Zea.Zea sengaja mengunjungi sang ayah di sore hari ditemani oleh Anes dan Alea untuk memberitahu soal rapat besok.Kenapa Zea tidak pergi bersama Natan?Jawaban adalah Natan masih di kantor, tentunya Zea sudah meminta izin untuk berkunjung ke rumah orang tuanya terlebih dahulu.Maka dari itu, nanti setelah pulang kantor Natan akan menyusul Zea ke sana.“Oke Papa akan datang meskipun sekarang wali kamu bukan lagi Papa, tapi suami kamu. Kamu sudah membicarakan hal ini dengan suami kamu?”“Udah, Pa. Mas Natan nggak masalah kalau besok Papa yang hadir, yang disuruh rapat ke sekolah itu orang tua, Pa. Bukan suami.” Zea memanyunkan bibirnya.Mana ada suami yang menjadi wali murid, pikirnya.“Bener itu, Pa. Yang dateng Papa aja,
Jika tebakan Zea benar, Zea bersumpah akan menyunat Natan sekali lagi, tidak ada tangis seperti wanita tersakiti seperti di suara hati istri. Hanya akan ada Zea yang bar-bar untuk balas dendam.Tentu saja Natan tidak akan tinggal diam mendengar tuduhan sang istri, pengusaha muda itu langsung menggeleng cepat. Bisa terancam ketentraman si rudal jika Zea sampai tantrum karena kesalahpahaman.“Tidak ... tidak begitu juga, Sayang. Aku mana berani selingkuh dari kamu.” Nathan menjawab cepat. “Apalagi menurut aku tidak ada wanita yang lebih menarik daripada kamu di dunia ini.”Bukannya melembut tatapan Zea malah semakin menajam. “Jadi nanti setelah aku udah gak menarik lagi kamu bakal pergi ninggalin aku, iya?” Zea langsung berdiri dengan kedua tangan ia letakkan di pinggang.Glek!Nathan menelan ludahnya dengan brutal. ‘Oh God! Kenapa dia tiba-tiba menyeramkan seperti ini?’ “Jawab aku, Mas Natan! Apa nanti setelah aku udah nggak
“Jangan tatap gue kayak gitu, Dio. Mau lo mata lo itu congkel?” Alea sangat ngeri ditatap tak berkedip seperti itu oleh manusia macam Dio.“Mata juga mata gue, kenapa lo yang sewot?” Dio si tengik itu tidak akan kehilangan akal itu menyahut yang akan membuat lawan bicaranya kesal.“Pergi ke bangku lo sana, pengawas ujian udah masuk tuh.” Saat Alea ingin mengusir Dio, pas sekali pengawas ujian sudah memasuki ruangan ujian.Mau tak mau si Dio harus bergerak ke bangku karena ujian akan segera dimulai.“Kenapa nggak di terima aja sih si Dio? Dia nggak jelek-jelek amat padahal.” Zea menyenggol lengan Alea yang tampak merenung setelah Dio pergi.Zea menebak sepupunya itu sedang memikirkan Dio yang akan menyatakan cinta padanya.“Sekali gue bilang nggak ya, enggak. Gue nggak sudi punya pacar bekas orang sinting kayak dia, paham ‘kan?” semprot Alea membuat Zea tertawa seketika.“Sensi amat, Beb. Inget, jangan terlalu benci. Gue udah berkali-kali peringatin kalau benci sama cinta itu beda tipi
Sebelum tangan Elena mencapai rambutnya, Zea lebih dulu menangkap tangan wanita licik itu.“Jangan harap bisa nyentuh saya, Tante.” Zea menunjukkan wajah tak kalah licik daripada Elena. “Saya bukan lawan sepadan untuk Anda.”Setelah mengucapkan kalimat-kalimat yang tentunya bisa membuat Elena kena mental, Zea langsung menutup pintu begitu saja.Akhirnya Zea benar-benar sudah berada di dalam ruangan kebesaran suaminya.Sedangkan berada di luar ruangan, Elena tak hentinya mengumpat karena lagi dan lagi dia merasa direndahkan oleh gadis berseragam SMA macam Zea.“Lihat saja nanti, aku akan balas gadis itu. Aku masih heran, kenapa bisa Natan malah jatuh cinta pada gadis setengah jadi itu.”Setengah jadi yang Elena maksud mungkin karena selama ini Zea menunjukkan sikap bar-bar nya. Lantas Elena merasa Zea itu tidak bisa anggun.“Sudah aku katakan jangan berurusan dengan tunggangannya Natan, kamu tidak akan pernah bisa mengalahkannya dari segi apapun.” Darren tiba-tiba saja sudah berada tep
Natan bersedia mengaku salah agar Zea tidak dalam mode senggol bacok terlalu lama.Cukup lama Zea mengomel dan Natan terus meladeni setiap celotehan sang istri, hingga sekarang Zea kelelahan sendiri dan berakhir terlelap dalam pangkuan Natan.Natan terkekeh kecil mendengar nafas Zea sudah teratur. “Dia kelelahan karena terus ngomong, kasian istriku.” Natan mengecup gemas ubun-ubun sang istri.Karena kasian Zea tidur tidak nyaman di pangkuannya, Natan memindahkan Zea ke dalam kamar kecil yang ada di dalam ruangannya. Kamar itu biasan Natan gunakan untuk beristirahat setiap kali lembur.“Tunggu sebentar lagi, Baby. Aku selesaikan semua pekerjaan ku dulu, setelah itu kita pulang.” Natan berbicara pada Zea yang tertidur, jelas dia tidak akan mendapatkan jawaban.Natan kembali mengerjakan semua pekerjaannya yang tersisa hari ini, hingga waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, barulah Natan benar-benar menyelesaikan semua pekerjaannya hari ini
Natan benar-benar menepati janjinya, pria itu benar-benar mengajak Zea jalan. Kali ini Natan tidak dengan mobil seperti biasanya, melainkan dengan motor sport sesuai dengan permintaan Zea.Tadi siang Zea sempat meminta ingin jalan-jalan keliling kota dengan motor sport. Tentu saja Natan langsung mengiyakan permintaan Zea daripada terjadi perdebatan lagi di antara mereka.“Ada yang salah dengan penampilan aku?” Natan menatap dirinya sendiri dari atas sampai bawah.Pria itu salah tingkah diperhatikan tanpa berkedip seperti sekarang oleh Zea.“Ini beneran kamu?” Zea masih saja terbengong sambil mengelilingi tubuh Natan.“Iya lah aku, emang kamu pikir aku ini siapa?” Natan semakin bingung melihat Zea yang terus saja memperhatikan dirinya dengan begitu intens.“KOK BISA BEDA?” Zea berteriak mengeluarkan suara oktafnya membuat Natan spontan menutup telinga. “Ini kayak bukan kamu tau nggak sih, Mas.” Zea berhenti tempat di hadapan Natan.“Aku terlihat aneh ya berbadan seperti ini.” Natan mem
Zea mematung mendengar pertanyaan sang suami yang mampu membuat jantungnya berdetak karuan. ‘Gue harus jawab apa? Kenapa mesti nanyain hal ini sekarang?’ batin Zea menjerit.Sungguh Zea bingung harus menjawab apa.“Apa hati kamu masih dikuasai pria itu?” Natan kembali bertanya karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari Zea setelah menunggu sekian menit lamanya.“Pria itu mana lagi, Mas?” tanya Zea bak orang bodoh.“Ya mantan kamu itulah, Baby. Siapa lagi memangnya?” Natan greget sendiri berbicara dengan Zea yang dalam mode polos bak Anes begini.“Kayaknya enggak deh, aku udah nggak pernah memikirkan dia lagi sekarang," jawab Zea tanpa pikir panjang.Dari jawaban Zea Natan seperti mendapatkan secercah harapan untuk masuk ke dalam hati istrinya sendiri.“Lalu bagaimana dengan aku?” Natan tak mengalihkan pandangan dari wajah ayu Zea yang sudah menjadi candunya selama ini.“Sebelum aku jawab pertanyaan kamu, boleh aku nanya sesuatu dulu?” Zea menatap mata tajam Natan tanpa rasa taku
Zea keluar dari dalam toilet dengan nafas yang memburu bak habis dikejar anjing gila, penemuannya di toilet kantin sekolah barusan sangat membuat Zea merasa shock.“Lo kenapa, Zea? Hantu orang yang bundir itu bener-bener datengin lo.” Isi otak Anes tidak lain dan tidak bukan adalah hantu penasaran orang yang bunuh diri di sekolah ini.Zea menggeleng dengan wajah pucat pasi.“Terus lo kenapa? Jangan bikin gue panik deh.” Alea sedikit membentak karena Zea yang tak kunjung bersuara.“I-ini gue nemuin ini.” Tangan Zea bergetar memperlihatkan sesuatu yang ia temukan di dalam toilet tadi.Dahi Anes dan Alea berkerut selama beberapa saat, sampai beberapa saat setelahnya, Alea dan Anes ikutan menegang melihat benda yang Zea tenteng.“Lo hamil, Zea?” Anes yang polos tentu saja mengira benda tipis tersebut milik Zea karena di sekolah ini hanya Zea satu-satunya siswi yang sudah punya suami.“Bukan, bego. Ini bukan punya gue, gue cuma nemu ini di toilet.” Zea langsung membantah keras karena benda
“A-air!”Deg!Zea menghentikan tangisnya mendengar suara yang tak asing di telinganya.Zea mengangkat kepala dan mengakibatkan menatap mata Natan yang mulai bergerak.“Mas! Kamu denger aku?” Zea berdiri dan memegang bahu Natan.“Ha-haus, aku butuh air.”Mata Natan mulai terbuka sempurna, suaranya terdengar sangat serak dan lirih.Zea menangis haru, Zea memencet tombol yang langsung terhubung pada Dokter yang selama ini menangani Natan.“Bentar ya, Mas. Sabar dulu, kita tunggu Dokter.” Zea mengusap punggung tangan Natan.Tangan Zea bergetar merasa terkejut dan sangat bahagia karena Natan akhirnya sadar juga.Natan tidak memberikan jawaban apa-apa, dia terlihat masih linglung.Akas dan Alea yang sejak tadi memang sudah berada di ruangan ICU dibuat terkejut melihat dokter dan dia orang suster berlari ke dalam ruangan yang sedang mereka jaga.“A-ada apa ini?” Alea terbata.
“Mana keluarga pasien atas nama Zea Veronica Zibrano?”Abraham langsung berdiri. “Saya ayah, Dok.”“Suaminya ke mana? Kami butuh berbicara dengan suaminya.” Dokter itu malah menanyakan Natan.“Suami putri saya dengan sakit, Dok. Dia koma dan tidak bisa datang ke sini, jadi saya yang akan menjadi wali putri saya.” Abraham menjawab dengan tegas.Dokter kandungan itu mengangguk, tadi sempat terjadi kehebohan karena Zea jatuh pingsan. Tidak hanya itu, Zea juga mengalami pendarahan hebat yang membaut semua orang cemas bukan main.“Karena darahnya masih terus keluar tapi pasien belum juga sadarkan diri, maka kami menyarankan untuk melakukan operasi Caesar. Detak jantung bayinya sudah melemah, sebaiknya bayinya segera dikeluarkan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.Deg!Tubuh Abraham langsung melemas mendengar itu.Cobaan apalagi yang sudah Tuhan persiapan untuk Zea, pikirnya.“Lakukan apapun asalkan
Malam ini Nathan benar-benar menepati janjinya untuk membawa sang istri jalan-jalan di sekitar kompleks Mansion mereka.Sampai tiba di taman Mansion yang sudah disulap menjadi begitu indah oleh Natan sebelumnya, data mengajak Zea untuk duduk berdua di sana."Gimana? Kamu suka kejutan dari aku?" tanya Natan kepada Zea yang sejak tadi tidak banyak bersuara karena terlalu terpesona dengan keindahan kelap-kelip lampu di taman belakang mansion mereka."Suka banget, Mas. Ini wow banget, kenapa bisa Mas kepikiran sulap taman belakang jadi sebagus ini?" Zea bertanya sambil tak bosan-bosannya untuk memperhatikan keadaan sekitar."Itu tidak penting, Baby. Yang terpenting bagi aku itu kamu sudah suka dengan kejutan yang aku buat," bisik Natan.Nathan menatap lekat mata indah yang membuatnya tertarik pada Zea pada pandangan pertama."Kamu cantik sekali malam ini, bahkan bunga-bunga di sana kalah cantiknya sama kamu." Natan merasa tidak bosan
Semakin lama penyakit yang Natan derita semakin parah, Natan sudah melakukan berbagai pengobatan selama empat bulan ini meskipun masih ia rahasiakan dari Zea.“Saran saya segera beritahu keluarga Anda, Tuan. Ini bukanlah sesuatu yang wajar untuk dirahasiakan lagi, kita tidak tau sampai kapan Anda bisa bertahan dari penyakit ini.” Dokter Johan yang merawat Natan selama ini memberi saran terbaik untuk Natan.“Justru itu yang saya takutkan, Dok. Saya tidak ingin istri saya yang sebentar lagi akan melahirkan malah harus stress memikirkan saya.” Natan bimbang sekarang.Dokter Johan juga tampak diam. “Atau beritahu saja Tuan Pradipta dan juga keluarga angkat Anda.” Dokter benar-benar menyarankan agar penyakit Natan diketahui oleh keluarga terdekatnya.“Saya akan pikirkan itu nanti, jadi kapan proses pengobatan saya yang selanjutnya?” tanya Natan setelah diam agak lama.“Dua Minggu lagi dari sekarang, ini sangat beresiko. Kemungkinannya hanya ada dua, selamat atau—”“Cukup, saya tidak ingin
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, Anes sudah tampil cantik dengan gaun pengantin berwarna Navy pilihannya.Pada akhirnya, akad nikah lah yang menjadi akhir dari kata-kata Darren yang selalu mengatakan tidak menyukai gadis kecil yang merepotkan.“Selamat, Nes. Sekarang lo udah jadi istri orang, kurangin dikit bego lo kalau bisa. Takutnya Kak Darren bisa mati muda gara-gara kelak lo,” ucap Alea.“Nggak usah ngatain gue sekarang, Lea. Gue nggak akan berubah semudah itu, ya kali sifat yang udah tumbuh dari lama bisa gue ubah gitu aja.” Anes mengerucutkan bibirnya.Anes merasa Alea seperti meledek dirinya.“Jangan ribut sekarang, waktunya kita foto-foto.” Zea menengahi perdebatan kedua sahabatnya.“Mas, sini!” Dengan senyum lebarnya, Zea memanggil Nathan untuk mendekat ke tempat pengantin.Begitu pula dengan Alea, dia ikut memanggil Akas untuk berfoto bersama dengan mereka.Sekarang mereka bertiga sudah bukan
Sesuai dengan permintaan Zea, Akas benar-benar menepati janji untuk bertanggung jawab.Dengan berani, Akas membawa kedua orang tuanya ke rumah Alea dan mengakui kesalahannya pada kedua orang tua Alea.Awalnya tentu saja Surya dan Reni marah, tapi memikirkan Deva yang sedang berbadan dua, akhirnya mereka setuju untuk menikahkan Akas dengan Alea.Dan saat ini, Akas dan Alea sudah resmi menjadi sepasang suami istri. Baru saja Akas melantunkan ijab kabul di depan penghulu dan para saksi pernikahannya.“Jangan nangis lagi, sekarang lo juga udah jadi istri orang. Gue nggak nyangka bentar lagi kita bakal jadi ibu bareng-bareng.” Zea memeluk Alea yang tidak berhenti menangis sejak tadi.“Lo nggak marah sama gue?”“Enggak, Lea. Gue udah punya Mas Natan, Akas udah nggak ada lagi di hati gue.” Zea tersenyum tanpa beban agar Alea tidak terus kepikiran.“Gue nggak dipeluk?” Anes mengerucutkan bibirnya.Gadis polos itu muncul
"Ngaku sekarang, Alea. Yang tidur bareng gue di kode waktu itu benar-benar lo 'kan? tanya Akas langsung to the point."Nggak usah ngarang deh lo, dia nggak tahu apa-apa soal itu." Alea mengalihkan wajah.Alea tidak berani menatap mata Akas secara langsung."Kalau emang bukan elo, terus kenapa lu nggak berani natap mata gue? Tatap mata gue, Alea. Bilang sama gue kalau cewek yang waktu itu bukan Allah!" tekan Akas membuat Alea semakin tersudutkan.Alea diam, dia tidak menatap wajah Akas tapi tangannya terkepal di belakang punggungnya."Nggak usah menghindar lagi, Lea. Gue udah tahu semuanya, gue udah cari tahu sendiri. Dari CCTV lobby kamar hotel itu, cuma lo satu-satunya cewek yang yang masuk ke dalam kamar yang sama dengan kamar yang gue tempati waktu itu."Deg!Alea memegang, ia tak menyangka bahwa Akas bisa mengetahui semuanya dalam jangka waktu secepat itu. 'Sial, gue nggak kepikiran soal CCTV itu,' rutuk A
Tidur Natan terganggu karena dia merasa ada pergerakan di dekatnya, perlahan-lahan matanya yang sayu itu mulai terbuka dan terkejut melihat istri yang amat sangat ia rindukan ada di sampingnya.“Baby, kamu sudah pulang?” Suara serak Natan nan begitu lemah tak bertenaga membuat tangis Zea tak terbendung lagi.“Maaf, Mas. Maaf, gara-gara aku pergi Mas Natan jadi sakit begini,” sesalnya.Bak mendapatkan asupan tenaga, Natan yang tadinya lemah tidak kuat untuk bangun sendiri langsung bisa duduk tanpa bantuan orang lain.“Aku baik-baik saja, Sayang. Jangan menangis lagi.”Akas dan Darren melongo melihat aksi Natan, mereka saling tatap sesaat sebelum akhirnya mereka melongos.“Dasar kang bucin,” maki Akas.Sejak tadi ia direpotkan mengurus Natan yang seperti orang yang akan mati besok, eh tahunya sekarang pas di depan istrinya Natan malah sok kuat padahal aslinya masih lemah.“Tembok kalua dikasih nyawa ya begitu, man
Diam-diam Alea mengaktifkan ponselnya dibagi buta, baru 1 menit Alea mengaktifkan ponselnya. Benda tersebut dan sumber bunyi sehingga Alea harus bergerak pergi meninggalkan kamar hotel agar kedua sahabatnya tidak memarahi nya habis-habisan karena mengaktifkan ponsel.“Apa?” tanya Alea langsung to the point. “Akhirnya nomer lo aktif juga.” Alea bisa mendengar jelas helaan nafas lega seseorang dari seberang sana. “Kalian di mana? Semua orang sibuk nyariin kalian yang menghilang tiba-tiba.”“Bukan urusan lo.” Alea membalas dengan sinis. “Lo kenapa gini sih sama gue? Pulang, Lea. Kalian bikin semua orang khawatir tau nggak?” Suara Akas melembut.Dia tidak ingin menyakiti hati Alea meskipun sedang dalam keadaan kesal.“Nggak akan, dan satu lagi. Gue harap gue pulang nanti lo nggak pingsan pas denger kabar yang gue bawa.”Tut.Alea mematikan ponselnya kembali, ia tidak ingin keberadaan mereka bisa dilacak oleh