Natan benar-benar telah berubah menjadi cantik, wajahnya yang tampan telah Zea rias dengan peralatan kosmetik miliknya sehingga sudah persis seperti seorang wanita.Finally, wajah Natan telah menjelma menjadi begitu cantik karena Zea menghiasnya tidak dengan asal-asalan.“Kenapa aku berubah menjadi seperti bencong begitu, Baby?” Natan terlihat takut untuk melihat wajahnya sendiri.Bahkan, cermin yang sempat Zea berikan padanya sudah pecah berkeping-keping karena dilempar ke lantai.“Tadi kamu bilang kayak setan, sekarang kamu bilang kayak bencong. Kamu sadar nggak sih Mas kalau yang lagi kamu katai itu wajah kamu sendiri?” Zea menatap Natan yang terlihat ketakutan sambil menahan tawa.Antara iri dan geli melihat wajah Natan saat ini berpadu menjadi satu dalam diri Zea.“Aku tidak menyangka aku bisa berubah menjadi semenyeramkan ini,” tutur Natan yang masih enggan melihat wajahnya yang sudah penuh dengan pewarna menurutnya.
Sungguh sangat aneh, dimana-mana orang itu akan suka dikasih boneka hello Kitty atau apapun itu yang terlihat imut sedikit. Akan tetapi, Anes malah sangat suka mengoleksi boneka monyet.“Simpen dulu bonekanya di dalam tas lo, Nes. Ntar kalau keliatan sama dosen bisa ditangkap boneka lo,” bisik Zea sambil melirik ibu guru yang sedang menerangkan di depan kelas.Beruntung meja Zea dan Anes berada di barisan paling belakang dan letaknya juga terpojok. Jadi dosen yang sedang menerangkan materi di depan sana belum menyadari bahwa sejak tadi Anes tidak menyimak pelajaran melainkan memainkan boneka monyet.“Tas gue ‘kan kecil, Zea. Mana muat boneka imut ini dimasukkan ke sana.” Anes membandingkan ukuran bonekanya dengan tas yang ia bawa ke kampus.Zea jadi menyesal sendiri kenapa juga ia bawakan boneka Anes ke sekolah, akhirnya Zea yang mengambil alih boneka monyet itu untuk ia simpan di dalam tasnya yang kebetulan memiliki ukuran lebih besar daripada ta
“Minggu depan kamu akan ujian kelulusan ‘kan?” Abraham bertanya sambil mengelus rambut panjang Zea.“Iya, Pa. Makanya Zea kesini mau minta tolong sama Papa buat menghadiri rapat besok, mungkin guru-guru mau bahas masalah ujian dan perpisahan sama wali murid,” ungkap Zea.Zea sengaja mengunjungi sang ayah di sore hari ditemani oleh Anes dan Alea untuk memberitahu soal rapat besok.Kenapa Zea tidak pergi bersama Natan?Jawaban adalah Natan masih di kantor, tentunya Zea sudah meminta izin untuk berkunjung ke rumah orang tuanya terlebih dahulu.Maka dari itu, nanti setelah pulang kantor Natan akan menyusul Zea ke sana.“Oke Papa akan datang meskipun sekarang wali kamu bukan lagi Papa, tapi suami kamu. Kamu sudah membicarakan hal ini dengan suami kamu?”“Udah, Pa. Mas Natan nggak masalah kalau besok Papa yang hadir, yang disuruh rapat ke sekolah itu orang tua, Pa. Bukan suami.” Zea memanyunkan bibirnya.Mana ada suami yang menjadi wali murid, pikirnya.“Bener itu, Pa. Yang dateng Papa aja,
Jika tebakan Zea benar, Zea bersumpah akan menyunat Natan sekali lagi, tidak ada tangis seperti wanita tersakiti seperti di suara hati istri. Hanya akan ada Zea yang bar-bar untuk balas dendam.Tentu saja Natan tidak akan tinggal diam mendengar tuduhan sang istri, pengusaha muda itu langsung menggeleng cepat. Bisa terancam ketentraman si rudal jika Zea sampai tantrum karena kesalahpahaman.“Tidak ... tidak begitu juga, Sayang. Aku mana berani selingkuh dari kamu.” Nathan menjawab cepat. “Apalagi menurut aku tidak ada wanita yang lebih menarik daripada kamu di dunia ini.”Bukannya melembut tatapan Zea malah semakin menajam. “Jadi nanti setelah aku udah gak menarik lagi kamu bakal pergi ninggalin aku, iya?” Zea langsung berdiri dengan kedua tangan ia letakkan di pinggang.Glek!Nathan menelan ludahnya dengan brutal. ‘Oh God! Kenapa dia tiba-tiba menyeramkan seperti ini?’ “Jawab aku, Mas Natan! Apa nanti setelah aku udah nggak
“Jangan tatap gue kayak gitu, Dio. Mau lo mata lo itu congkel?” Alea sangat ngeri ditatap tak berkedip seperti itu oleh manusia macam Dio.“Mata juga mata gue, kenapa lo yang sewot?” Dio si tengik itu tidak akan kehilangan akal itu menyahut yang akan membuat lawan bicaranya kesal.“Pergi ke bangku lo sana, pengawas ujian udah masuk tuh.” Saat Alea ingin mengusir Dio, pas sekali pengawas ujian sudah memasuki ruangan ujian.Mau tak mau si Dio harus bergerak ke bangku karena ujian akan segera dimulai.“Kenapa nggak di terima aja sih si Dio? Dia nggak jelek-jelek amat padahal.” Zea menyenggol lengan Alea yang tampak merenung setelah Dio pergi.Zea menebak sepupunya itu sedang memikirkan Dio yang akan menyatakan cinta padanya.“Sekali gue bilang nggak ya, enggak. Gue nggak sudi punya pacar bekas orang sinting kayak dia, paham ‘kan?” semprot Alea membuat Zea tertawa seketika.“Sensi amat, Beb. Inget, jangan terlalu benci. Gue udah berkali-kali peringatin kalau benci sama cinta itu beda tipi
Sebelum tangan Elena mencapai rambutnya, Zea lebih dulu menangkap tangan wanita licik itu.“Jangan harap bisa nyentuh saya, Tante.” Zea menunjukkan wajah tak kalah licik daripada Elena. “Saya bukan lawan sepadan untuk Anda.”Setelah mengucapkan kalimat-kalimat yang tentunya bisa membuat Elena kena mental, Zea langsung menutup pintu begitu saja.Akhirnya Zea benar-benar sudah berada di dalam ruangan kebesaran suaminya.Sedangkan berada di luar ruangan, Elena tak hentinya mengumpat karena lagi dan lagi dia merasa direndahkan oleh gadis berseragam SMA macam Zea.“Lihat saja nanti, aku akan balas gadis itu. Aku masih heran, kenapa bisa Natan malah jatuh cinta pada gadis setengah jadi itu.”Setengah jadi yang Elena maksud mungkin karena selama ini Zea menunjukkan sikap bar-bar nya. Lantas Elena merasa Zea itu tidak bisa anggun.“Sudah aku katakan jangan berurusan dengan tunggangannya Natan, kamu tidak akan pernah bisa mengalahkannya dari segi apapun.” Darren tiba-tiba saja sudah berada tep
Natan bersedia mengaku salah agar Zea tidak dalam mode senggol bacok terlalu lama.Cukup lama Zea mengomel dan Natan terus meladeni setiap celotehan sang istri, hingga sekarang Zea kelelahan sendiri dan berakhir terlelap dalam pangkuan Natan.Natan terkekeh kecil mendengar nafas Zea sudah teratur. “Dia kelelahan karena terus ngomong, kasian istriku.” Natan mengecup gemas ubun-ubun sang istri.Karena kasian Zea tidur tidak nyaman di pangkuannya, Natan memindahkan Zea ke dalam kamar kecil yang ada di dalam ruangannya. Kamar itu biasan Natan gunakan untuk beristirahat setiap kali lembur.“Tunggu sebentar lagi, Baby. Aku selesaikan semua pekerjaan ku dulu, setelah itu kita pulang.” Natan berbicara pada Zea yang tertidur, jelas dia tidak akan mendapatkan jawaban.Natan kembali mengerjakan semua pekerjaannya yang tersisa hari ini, hingga waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, barulah Natan benar-benar menyelesaikan semua pekerjaannya hari ini
Natan benar-benar menepati janjinya, pria itu benar-benar mengajak Zea jalan. Kali ini Natan tidak dengan mobil seperti biasanya, melainkan dengan motor sport sesuai dengan permintaan Zea.Tadi siang Zea sempat meminta ingin jalan-jalan keliling kota dengan motor sport. Tentu saja Natan langsung mengiyakan permintaan Zea daripada terjadi perdebatan lagi di antara mereka.“Ada yang salah dengan penampilan aku?” Natan menatap dirinya sendiri dari atas sampai bawah.Pria itu salah tingkah diperhatikan tanpa berkedip seperti sekarang oleh Zea.“Ini beneran kamu?” Zea masih saja terbengong sambil mengelilingi tubuh Natan.“Iya lah aku, emang kamu pikir aku ini siapa?” Natan semakin bingung melihat Zea yang terus saja memperhatikan dirinya dengan begitu intens.“KOK BISA BEDA?” Zea berteriak mengeluarkan suara oktafnya membuat Natan spontan menutup telinga. “Ini kayak bukan kamu tau nggak sih, Mas.” Zea berhenti tempat di hadapan Natan.“Aku terlihat aneh ya berbadan seperti ini.” Natan mem