Abhygael menghubungi Regan agar menunggunya di rumah sakit. Hal ini dilakukan Abhygael agar memberikan peluang bagi Regan untuk bicara dari hati ke hati dengan Adelia.Leona membuka tasnya, ingin rasanya dia membuang obat itu, tapi dia berpikir kembali, jika dia tidak berhasil merebut hati Abhygael maka tak ada seorangpun yang bisa memilikinya.Leona kembali menatap wajahnya di cermin, dia menutup sedikit bintik-bintik hitamnya dengan makeup. Berharap wajahnya bisa terlihat cantik. Tok...tok...! "Sudah siap belum sayang ?" Terdengar suara Abhygael di belakang pintu. Panggilan sayang membuat hati Leona berbunga-bunga.Dia membuka pintu kamar dan menguncinya, lalu dia mengapit tangan Abhygael. Mereka turun dari lantai dua, sambil bergandengan tangan.Mutia tersenyum melihatnya.Sementara itu Regan sudah tiba di rumah sakit, dia membawakan buah-buahan untuk Adelia. Tak ada buah tangan yang cocok dibawakan untuk orang sakit selain roti pastilah buah-buahan.Renata yang menunggui Adelia,
Sudah seminggu Leona tidak mengabari Aditia. Ditelepon tak pernah diangkat, pesan tak pernah dibalas. Aditia mulai ragu, apakah Leona mulai melupakan misi mereka yang sebenarnya ? Dia mulai uring-uringan. Harusnya Leona sudah menyampakan laporan perkembangannya.Julit memasuki ruangan Aditia."Papa mau bicara."Julit langsung duduk di depan meja kerja Aditia."Ada apa pa.""Papa mempelajari laporan keuangan kita, sepertinya banyak pengeluaran tak terduga, kau kemanakan uangnya ?" Julit mencurigainya.Aditia tidak suka diinterogasi seperti ini, perusahaan ini miliknya, jadi suka-suka dia mau diapakan uang itu."Sudah pasti aku gunakan untuk keperluan perusahaan, apa yang papa inginkan ?"Julit menatap anaknya tajam, dia tidak bisa lagi membiarkan Aditia dengan seenaknya menggunakan uang perusahaan untuk kepentingan pribadinya."Jangan bohong Aditia, hanya dalam sebulan papa lihat pengeluaranmu mencapai ratusan miliar, kau gunakan untuk apa uang itu ?"Aditia yang sedang kesal tentunya n
Sudah lama Burman memburu Rafael namun dia selalu kalah satu langkah. Rafael selalu saja menghilang, dia bahkan sudah mengerahkan hampir seluruh anak buahnya namun hasilnya nihil. Burman tak menyerah begitu saja, dia merasa bersalah pada Abhygael. Gara-gara sok tahunya membuat suami isteri itu belum juga bersatu. Burman takut jika kata-kata anak buah Rafael benar. Bagaimana jika mereka menikah ? Hei...tunggu, bagaimana Leona bisa sedekat itu dengan Rafael ? Apakah Leona tak memikirkan bagaimana suaminya yang terus mencarinya ?Teringat perkataan Regan jika dia menggunakan nama Nona saat melahirkan. Burman menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal. Hanya satu kesimpulannya, Leona pasti hilang ingatan. Dalam penantiannya, Burman melihat anak buah Rafael yang waktu itu ngobrol dengannya di rumah sakit, keluar dari rumah Rafael. Laki-laki itu terlihat terburu-buru.Burman turun dari mobil dan pura-pura tak sengaja bertemu."Hei..kau..oh..apakah kita pernah bertemu ?" Burman pura-pura
Benyamin tiba dengan penerbangan pertama, dia datang ditemani Syntia, Yang menguntungkan dari misi ini, tetangga terdekat Nona adalah orang tua Syntia. Rumah mereka akan digunakan sebagai tempat seserahan perlengkapan lamaran, mengingat rumah mereka dekat sehingga Rafael tak perlu jauh-jauh membawa seserahan.Burman memberikan informasi yang sangat lengkap, sehingga Benyamin membawa Syntia.Kedatangan Syntia disambut hangat kedua orang tuanya, karena tugas anaknya itu jarang pulang.Orang tuanya memperkenalkan Rafael pada Syntia, sehingga dengan mudahnya dia masuk ke rumah Nona untuk mempelajari situasi.Jika mereka menculik Nona harus melalui jendela, disebelah jendela adalah rumah orang tua Syntia, untuk menculik Nona, harus ada seseorang yang menunggunya di lantai dua rumah Syntia. "Apakah aku mengenalmu ?" Teguran Nona membuat Syntia terkejut."Oh maaf, saya puteri tuan Ramadan dan nyonya Inaya," Syntia memperkenalkan diriSyntia menatap Nona tak berkedip, di hadapannya benar-ben
Ramadhan dan orang tua Rafael sepakat untuk meneruskan acaranya agar tidak menjadi kehebohan. Setelah tamu undangan satu persatu pulang, barulah Rafael muncul setelah dihubungi ibunya."Apa yang terjadi ?"Pembawa acara masih mendengar pertanyaan Rafael, tetapi dia sudah bergegas pergi. Aparat yang menyamar menjadi tamu setelah mendapat arahan segera meninggalkan tempat.Rafael menyandarkan tubuhnya di dinding. Dia mulai berpikir jangan-jangan ini perbuatannya Abhygael.Dia segera memerintahkan anak buahnya untuk memantau pergerakan Abhygael. Anak buahnya yang lain di perintahkan mengawasi bandara dan pelabuhan.Aiman dan mak Ijah kebingungan, tak tau harus melakukan apa. Dia menyuruh anak buah Rafael membawa kembali seserahan yang dibawa mereka.Malam itu Rafael segera melaporkan kasus penculikan kepada Polisi. Untuk tidak menimbulkan kecurigaan petugas yang sudah tahu masalahnya tetap datang ke lokasi. Mereka melakukan tugasnya sesuai prosedur.Sementara itu Leona sudah tiba di hote
Pagi itu Leona terpaksa memakai makeup macan tutulnya, mereka berangkat ke Bengkulu. Tapi rupanya Rafael melihat mereka. Dia sedikit bingung, wanita yang dilihatnya ini adalah Leona, lalu siapa wanita di rumah Abhygael ? Menurut informasi dari anak buahnya, jika Abhygael sedang berolah raga pagi dengan isterinya. Dia semakin penasaran, diam-diam dia mengikuti mereka ke Bengkulu.Benyamin melihat Rafael, mau mundur tidak bisa, sebaiknya maju saja. Dia harus bicara dengan Rafael. Jika dibiarkan berlarut-larut maka hanya akan menimbulkan masalah baru.Tiba di Bengkulu mereka memakai mobil bandara menuju hotel terdekat dari bandara. Benyamin sengaja menyebutkan nama hotel itu agar di dengar Rafael. Dia akan menunggu Rafael disana.Rafael yang mengikuti mereka sempat tertegun saat melihat bayi dalam gendongan Burman. Pakaian yang dikenakan bayi itu sangat di kenalnya.Rafael membiarkan mereka naik mobil menuju hotel terlebih dahulu. Dia sudah tahu kemana tujuan mereka.Sesampainya di hotel
Pesawat mendarat di bandar udara Fatmawati Soekarno Bengkulu. Regan dan Putera turun dari pesawat dengan tergesa-gesa. Mereka tak membawa bagasi. Nampak pula penumpang lain yang berjalan tergesa-gesa seperti mereka. Ada yang menyeret kopernya setengah berlari dan ada pula yang masih harus menunggu bagasi. Berdasarkan pesan yang dikirimkan Burman, mereka segera menuju hotel terdekat sesuai petunjuk. Mobil yang mereka tumpangi berhenti depan loby hotel. Burman dan tuan Benyamin segera menyambut mereka."Dimana menantu dan cucuku ?" Putera kelihatan sudah tidak sabar. Dia meninggalkan Regan yang sibuk membuka dompet untuk membayar mobil yang mereka tumpangi.Regan setengah berlari mengejar langkah ketiga pria di depannya.Saat tiba di depan kamar 101, mereka mengetuk pintunya.Leona terlihat baru saja menyusui bayinya, dia berusaha merapikan blouse longgar yang dia kenakan."Papa, Regan!" Leona mencium punggung tangan mertuanya, lalu menyalami Regan.Mereka berlima duduk di kursi sofa.
Leona semalam tidak pulang, Aditia mengungkungnya di hotel yang sering mereka gunakan bersama. Aditia menghukumnya sampai sulit untuk bangun dari tempat tidur.Seluruh tubuh Leona terasa remuk karena Aditia tak memberinya jeda sedikitpun untuk sekedar mengistirahatkan area sensitifnya.Leona menggeliat, disebelahnya Aditia tidur mendengkur setelah mereka melewati malam penuh dengan desahan dan kenikmatan.Leona harus kembali pagi ini, dia sudah menyiapkan alasan yang tepat jika ditanya Abhygael.Pagi ini Abhygael tak ke kantor, dia menguhubungi sekretarisnya untuk membatalkan semua meeting dan menjadwalkannya kembali besok. Menghitung menit demi menit itu sungguh menyiksa. Abhygael sebentar duduk sebentar berdiri. Sesekali keluar lalu masuk lagi.Bibi Surti menyesalkan sikap Abhygael seperti itu."Wanita itu bukan nyonya Leona, mengapa tuan harus menunggunya dengan gelisah," gumamnya.Dia yang tahu Leona saat berenang di kolam renang, ingin memberitahukan hal itu pada Abhygael, tapi di