Ramadhan dan orang tua Rafael sepakat untuk meneruskan acaranya agar tidak menjadi kehebohan. Setelah tamu undangan satu persatu pulang, barulah Rafael muncul setelah dihubungi ibunya."Apa yang terjadi ?"Pembawa acara masih mendengar pertanyaan Rafael, tetapi dia sudah bergegas pergi. Aparat yang menyamar menjadi tamu setelah mendapat arahan segera meninggalkan tempat.Rafael menyandarkan tubuhnya di dinding. Dia mulai berpikir jangan-jangan ini perbuatannya Abhygael.Dia segera memerintahkan anak buahnya untuk memantau pergerakan Abhygael. Anak buahnya yang lain di perintahkan mengawasi bandara dan pelabuhan.Aiman dan mak Ijah kebingungan, tak tau harus melakukan apa. Dia menyuruh anak buah Rafael membawa kembali seserahan yang dibawa mereka.Malam itu Rafael segera melaporkan kasus penculikan kepada Polisi. Untuk tidak menimbulkan kecurigaan petugas yang sudah tahu masalahnya tetap datang ke lokasi. Mereka melakukan tugasnya sesuai prosedur.Sementara itu Leona sudah tiba di hote
Pagi itu Leona terpaksa memakai makeup macan tutulnya, mereka berangkat ke Bengkulu. Tapi rupanya Rafael melihat mereka. Dia sedikit bingung, wanita yang dilihatnya ini adalah Leona, lalu siapa wanita di rumah Abhygael ? Menurut informasi dari anak buahnya, jika Abhygael sedang berolah raga pagi dengan isterinya. Dia semakin penasaran, diam-diam dia mengikuti mereka ke Bengkulu.Benyamin melihat Rafael, mau mundur tidak bisa, sebaiknya maju saja. Dia harus bicara dengan Rafael. Jika dibiarkan berlarut-larut maka hanya akan menimbulkan masalah baru.Tiba di Bengkulu mereka memakai mobil bandara menuju hotel terdekat dari bandara. Benyamin sengaja menyebutkan nama hotel itu agar di dengar Rafael. Dia akan menunggu Rafael disana.Rafael yang mengikuti mereka sempat tertegun saat melihat bayi dalam gendongan Burman. Pakaian yang dikenakan bayi itu sangat di kenalnya.Rafael membiarkan mereka naik mobil menuju hotel terlebih dahulu. Dia sudah tahu kemana tujuan mereka.Sesampainya di hotel
Pesawat mendarat di bandar udara Fatmawati Soekarno Bengkulu. Regan dan Putera turun dari pesawat dengan tergesa-gesa. Mereka tak membawa bagasi. Nampak pula penumpang lain yang berjalan tergesa-gesa seperti mereka. Ada yang menyeret kopernya setengah berlari dan ada pula yang masih harus menunggu bagasi. Berdasarkan pesan yang dikirimkan Burman, mereka segera menuju hotel terdekat sesuai petunjuk. Mobil yang mereka tumpangi berhenti depan loby hotel. Burman dan tuan Benyamin segera menyambut mereka."Dimana menantu dan cucuku ?" Putera kelihatan sudah tidak sabar. Dia meninggalkan Regan yang sibuk membuka dompet untuk membayar mobil yang mereka tumpangi.Regan setengah berlari mengejar langkah ketiga pria di depannya.Saat tiba di depan kamar 101, mereka mengetuk pintunya.Leona terlihat baru saja menyusui bayinya, dia berusaha merapikan blouse longgar yang dia kenakan."Papa, Regan!" Leona mencium punggung tangan mertuanya, lalu menyalami Regan.Mereka berlima duduk di kursi sofa.
Leona semalam tidak pulang, Aditia mengungkungnya di hotel yang sering mereka gunakan bersama. Aditia menghukumnya sampai sulit untuk bangun dari tempat tidur.Seluruh tubuh Leona terasa remuk karena Aditia tak memberinya jeda sedikitpun untuk sekedar mengistirahatkan area sensitifnya.Leona menggeliat, disebelahnya Aditia tidur mendengkur setelah mereka melewati malam penuh dengan desahan dan kenikmatan.Leona harus kembali pagi ini, dia sudah menyiapkan alasan yang tepat jika ditanya Abhygael.Pagi ini Abhygael tak ke kantor, dia menguhubungi sekretarisnya untuk membatalkan semua meeting dan menjadwalkannya kembali besok. Menghitung menit demi menit itu sungguh menyiksa. Abhygael sebentar duduk sebentar berdiri. Sesekali keluar lalu masuk lagi.Bibi Surti menyesalkan sikap Abhygael seperti itu."Wanita itu bukan nyonya Leona, mengapa tuan harus menunggunya dengan gelisah," gumamnya.Dia yang tahu Leona saat berenang di kolam renang, ingin memberitahukan hal itu pada Abhygael, tapi di
Benyamin menatap Leona tak berkedip lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. Semua yang berada di ruangan itu seakan menunggu komando dari atasannya.Abhygael terlihat menggeser duduknya agak menjauh dari Leona. Rara tertawa tanpa suara.Leona terlihat masam, "Kenapa kau menjauh dariku Abhy ? Apa karena direktur ini ? Ada apa dengan kalian ? Apa kau selingkuh ? Lalu bayi itu anak siapa ?"Rentetan pertanyaan Leona tak digubris Abhygael. Ayah satu anak ini mengangkat keningnya berharap tuan Benyamin memberikan solusi.Akhirnya Rara yang angkat bicara."Dengar ibu Leona atau siapapun dirimu. Aku adalah isteri sah Abhygael dan bayi itu anak kami, sebelum aku meminta polisi menangkapmu, segera angkat kaki dari sini."Leona berdiri, dia tau jika wanita ini hanyalah direktur di perusahaan Abhyleon. Makanya dia segera berkacak pinggang."Kau yang harus keluar dari rumah ini, kau sangat tidak tahu malu mengakui suamiku adalah suamimu. Papa, tolong katakan sesuatu, wanita ini sangat tidak tahu malu
Semenjak kembali dari Bengkulu, Rafael tetap beraktifitas seperti biasa. Dia menghilangkan stresnya dengan bekerja, orang tuanya memaklumi perubahan sikap anaknya.Pesan masuk dari Adelia kembali menghiasi layar ponselnya. Walau bagaimanapun Adelia pernah mengisi hari-harinya. Akhirnya dia membalas pesan Adelia."Aku akan ke rumahmu."Bagaikan mendapat durian runtuh, Adelia segera menghias dirinya di cermin. Memoles wajahnya dengan makeup tipis, membuatnya nampak cantik.Ibu dan ayahnya sedang duduk menonton televisi di ruang tamu. Adelia keluar dari kamar dengan pakaian rapi membuat kedua orang tuanya mendongak."Mau kemana ? Bukankah Abhygael telah memberimu cuti agar kau bisa beristirahat penuh sampai kau pulih ?"Adelia tersenyum, "Tenang ayah, aku tak akan kemana-mana, Rafael akan datang."Ayah dan ibunya manggut manggut, mereka sangat bersyukur, dengan kejadian yang menimpa anaknya membuatnya berubah lebih baik. Besar harapan mereka Adelia segera menemukan jodohnya.Orang tua dan
Kedua keluarga itu kini sangat bahagia, mereka bahkan tak lagi bertanya apa dan mengapa. Melihat wajah imut bayi Abil membuat mereka lupa segalanya. Abil yang tadinya menangis kini diam walau dia harus berpindah tangan dari satu tangan ke tangan yang lain.Rafael sesekali mencuri pandang pada Leona, dia harus berusaha merelakan hatinya, apalagi melihat Leona yang begitu bahagianya bersama Abhygael.Untunglah Adelia terus menggenggam tangannya, hal itu membuatnya sedikit terhibur. Diapun ikut berbahagia bersama kedua keluarga itu. Dan yang membuatnya bahagia karena Leona memakai baju yang dia belikan.Regan datang bersama Sonia. Betapa banyaknya perlengkapan bayi yang mereka beli. Kamar yang tadinya dipakai Leona palsu kini disulap menjadi kamar bayi yang sangat indah.Rafael ikut terlibat dalam menyulap kamar itu, dia sudah menganggap bayi Abil seperti anaknya sendiri. Rupanya Abil mendekatkankannya dengan Abhygael. Laki-laki yang dia anggap musuh ternyata sangat baik. Dia bertekad ing
Leona teringat cerita Burman mengenai orang tua angkatnya, dia ingin menemui mereka. Setidaknya dia harus mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua pasangan itu.Mereka ke Lampung menggunakan pesawat pribadi, ikut dalam perjalanan itu Burman dan Regan. Abil di titipkan sementara pada ibu mertua, Leona menyiapkan susu formula untuk diminum anaknya. Berhubung asinya mulai mengering, dia mengantisipasinya dengan susu formula bayi usia nol sampai enam bulan.Seorang informan memberikan informasi berharga pada Aditia."Tuan, Abhygael dan direktur itu menuju bandara.""Terima kasih."Aditia tahu jika Abhygael kini punya pesawat pribadi jadi jalan satu-satunya menculik Rara itu di bandara. Jika hari ini dia kalah cepat maka dia harus menunggu mereka kembali.Setibanya di Lampung, mereka menyewa mobil menuju kampung nelayan. Burman menjadi penunjuk jalan, karena Leona lupa arahnya.Sebelumnya mereka mampir ke perumahan elit menemui orang tua Syntia.Orang tua Syntia sangat baha
Kehadiran Leona yang kembali sebagai direktur perusahaan disambut dengan gembira oleh para karyawan. Direktur cantik dan mempesona serta cerdas ini sangat di rindukan. Semua karyawan berdiri berjejer di sepanjang jalan, satpam dan cleaning service tak ketinggalan."Kau di sambut bagaikan seorang ratu, aku jadi cemburu," bisik Abhygael."Jangan terlalu berlebihan," Leona mencubit pinggang suaminya."Selamat pagi ibu direktur, selamat pagi presdir," sapa para karyawan."Selamat pagi," jawab Leona sambil tersenyum dengan hangat.Tak terlukiskan kebahagiaan para karyawan saat menyambut direktur kesayangan mereka. Direktur yang dikenal ramah dan suka membantu itu kini hadir seakan memberi semangat baru bagi para karyawan.Leona naik lift menuju ruangannya di susul Abhygael."Kali ini aku tak akan membiarkanmu di dekati para pria," ucap Abhygael serius."Apa maksudmu? Bukankah seharusnya kau yang perlu di khawatirkan di dekati para gadis?" protes Leona, dia tak terima dengan perkataan suamin
Diandra tak menyangka jika Leona kini sudah kembali ke rumah Abhygael. Dengan penuh percaya diri dia membawakan mainan dan makanan untuk Abil.Bibi Sultia tak tahu harus berkata apa saat Diandra menekan bel di sudut pintu rumah. Abhygael dan Leona sedang mandi di kolam renang bersama kedua anaknya."Maaf non, tuan dan nyonya sedang berada di kolam renang," ucap bibi Sultia saat membukakan pintu rumah."Nyonya?" tanya Diandra dengan kening berkerut."Iya non, kemarin tuan Abhygael menjemput isterinya untuk kembali ke rumah ini," jawab bibi Sultia dengan sopan.Diandra tak tahu harus bilang apa, namun dia ingin memastikan apakah Abhygael mencintai isterinya atau tidak."Biar saya menunggu di teras saja bi," kata Diandra.Tanpa di persilahkan, Diandra duduk di teras rumah. Bibi Sultia segera masuk ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Dia tak memberi tahu majikannya tentang kehadiran Diandra. Saat kedua majikannya masuk ke dalam rumah barulah dia mengatakan jika Diandra sedang duduk di tera
Banyak mobil yang terparkir di halaman rumah tuan Hendrinata. Namun tuan Putera tetap berusaha mencari parkiran yang kosong di halaman."Sepertinya banyak tamu yang datang pagi-pagi," kata Mutia saat melihat kondisi pagi ini.Mutia melirik jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 07.00 pagi. Setelah Putera memarkir mobilnya di sudut halaman yang masih kosong, mereka lalu turun dan mengucapkan salam saat sudah tiba di pintu."Kakak Abil, sini sayang lihat adiknya," Priska berdiri menyongsong Abil. Semua ikut berdiri, rupanya Aditia beserta keluarga ikut berkunjung pagi ini, seakan sudah ada yang memberi tahu mereka jika Abhygael akan datang menjemput Leona.Mungkin karena melihat orang banyak, Abil bersembunyi di belakang ayahnya. Tangannya yang mungil mendekap erat kaki Abhygael sehingga dia tak bisa melangkah dan hanya berdiri saja sambil sebelah tangannya mendekap Abil dari belakang.Leona keluar dari kamar sambil menggendong bayi Arisha. Dia tertegun melihat Abhygael namun tatkala di
Leona membiarkan bayi Arisha dalam gendongan Abhygael, dia sibuk melayani tamu yag sudah mulai berpamitan pulang. Sesekali dia mencuri pandang ke arah Abhygael yang ternyata memandangnya juga.Diandra menghampiri Abhygael yang menggendong Arisha."Jika diperhatikan ternyata wajahnya mirip sekali denganmu," ucap Diandra."Bagaimana gak mirip, dia adalah ayahnya," sebuah suara membuat Diandra terdiam.Tau-tau Dian sudah berdiri di samping Abhygael dan mengambil Arisha."Maaf bayinya mengantuk," kata Dian sambil meraih Arisha dari gendongan Abhygael.Abhygael enggan melepaskan anaknya, namun melihat tatapan tajam Leona dari pelaminan akhirnya dia menyerahkannya juga."Cium ayah sayang," Dian mendekatkan wajah Arisha dan Abhygael pun menciumnya dengan haru."Benarkah itu anakmu?" tanya Diandra saat Dian sudah melangkah jauh dari meja VIP.Abhygael mengangguk, dia lalu berdiri dan menghampiri Leona. Dia harus mengakhiri kesalah pahaman ini. Dia bahkan tak menghiraukan Diandra yang memanggil
Oemar mengabari Abhygael jika dia akan datang ke Indonesia karena adiknya akan menikah. Kabar ini bukannya membuat Abhygael bahagia, dia semakin sedih karena Leona akan kembali dari kota T. Sudah bisa di pastikan jika Wildan akan menikah dengan Leona. Tapi dia tak akan membiarkan hal itu terjadi, Leona merupakan istri sahnya. Terpikir oleh Abhygael untuk mendiskusikan hal itu dengan kedua orang tuanya namun dia tak ingin melukai perasaan kedua orang yang di sayanginya.Regan menerima undangan pernikahan Wildan, dia tersenyum. Kini dia bisa lega karena Abhygael akan bertemu Leona. Namun dia tidak tahu jika Abhygael melemparkan undangan itu ke tong sampah tanpa melihatnya sama sekali. Dengan bersenandung ria, Regan datang ke rumah Abhygael. Dia berencana ingin menceritakan kebenaran pada sahabatnya itu."Abhy, aku ingin menceritakan sesuatu padamu," kata Regan dengan penuh percaya diri."Sudahlah, aku sudah tau semuanya," kata Abhygael tanpa menoleh sedikitpun."Benarkah? Jika begitu ki
Diandra tak hilang harapan untuk terus berusaha mendekati Abhygael, berbagai cara dia lakukan. Dari sekedar bertamu sampai membawakan makanan untuk Abil.Abil yang sangat merindukan ibunya merasa gembira melihat Diandra. Balita mungil yang tak mengerti apa-apa sangat gembira ketika Diandra membawakannya mainan lalu bermain bersamanya.Semula Abhygael sangat marah melihat Diandra dengan tidak tahu malunya mendekatinya melalui Abil. Namun sekeras-kerasnya hatinya akhirnya luluh juga melihat ketulusan Diandra yang memperlakukan Abil bagaikan puteranya sendiri. "Wanita ini benar-benar tidak tahu malu!" gerutu Abhygael di dalam hati.Akhirnya entah berawal dari mana mereka kini mulai dekat. Kemana-mana mereka sering bersama, namun Abhygael tak pernah mengatakan apapun pada Diandra. Obrolan mereka hanya seputar persoalan bisnis dan tumbuh kembangnya Abil.Saat itu mereka berdua sedang duduk di sebuah cafe. Tak jauh dari mereka duduk pula pasangan Rafael dan Adelia. Saat ini Adelia sedang ha
Awalnya Abhygael enggan menghadiri acara selamatan yang diadakan sahabat ibunya di hotel berbintang lima itu. Namun kedatangan ibunya tadi pagi memintanya untuk ikut menghadirinya sebagai bentuk penghargaan terhadap sahabat. "Ibu Anita itu sahabat mama, tolong pikirkan kembali, mama tak ingin menyinggung perasaan mereka," begitu kata ibunya.Akhirnya malam ini Abhygael ke acara selamatan itu di temani Regan, dia datang tidak memakai pakaian formal seperti biasanya. Dia dan Regan memakai kemeja kotak-kotak yang senada dengan celana yang mereka kenakan."Lihatlah gadis itu, sepertinya dia terus menatapmu," bisik Regan."Dia gadis yang punya hajatan ini, tidak usah perduli kan. Toh kita sudah menghadiri acaranya," jawab Abhygael acuh tak acuh.Putera datang bersama Mutia, mereka menyalami pasangan pejabat itu dan anaknya.'Kenalkan ini Diandra, dia baru pulang dari Amerika," Ibu Anita memperkenalkan anaknya."Oh, anakmu cantik sekali," puji Mutia.Diandra tersipu malu mendengar pujian sa
Sudah seminggu Abhygael uring-uringan, ada-ada saja hal yang membuatnya marah. Laporan yang disodorkan tanpa titik dan koma saja dia berang. Regan bahkan sempat jengkel dengan tingkah Abhygael akhir-akhir ini."Aku tak ingin ada kesalahan lagi," kata Abhygael dengan tegas."Siap bos!" jawab Regan dengan rahang mengeras menahan marah, sudah beberapa kali dia harus memperbaiki dokumen."Satu lagi, jangan izinkan siapapun masuk ke ruangan ini tanpa seizinku," ucap Abhygael tanpa menoleh sedikitpun pada Regan. Dia benar-benar memposisikan diri sebagai atasan.Regan benar-benar heran dengan bosnya, keningnya berkerut, lalu dia menggeleng-gelengkan kepalanya."Bukankah selama ini memang seperti itu bos," sanggah Regan.Abhygael mengabaikan sanggahan Regan, memang benar apa yang dikatakannya namun Abhygael merasa akan ada seseorang yang datang namun dia tak tahu siapa. Mungkin ini hanya perasaannya saja.Selama ini dia selalu bermimpi di datangi seorang gadis cantik, dia sangat ketakutan. Dia
Cuaca pagi ini sangat cerah, pesawat Garuda mendarat dengan sempurna sesuai jadwal. Dian sudah menunggu ibu Renata sekitar setengah jam yang lalu.Tak berapa lama, ibu Renata muncul di pintu kedatangan sambil menenteng sebuah kopor."Selamat datang di kota T bu," sapa Dian lalu meraih koper dari tangan ibu Renata."Apa kau sendiri saja? Siapa yang menemani Leona?" tanya ibu Renata sambil melihat ke kiri dan kanan."Aku dan sopir grab bu, Leona di temani Wildan dan Arini," jawab Dian lalu menuju ke parkiran di susul ibu Renata.Hanya butuh waktu dua puluh menit untuk tiba lebih cepat di Rumah Sakit. Jalan di kota ini tak semacet kota Jakarta. Di kiri kanan jalan terdapat rumah-rumah penduduk dan beberapa sekolah dan rumah ibadah, juga pantai yang indah. Sopir grab mengemudikan mobilnya dengan perlahan sehingga ibu Renata masih bisa melihat pemandangan laut yang begitu tenang Begitu tiba di Rumah Sakit, Dian segera menuntun ibu Renata menuju ke ruangan VIP. Leona sedang duduk di atas ka