Rafael tak mau dituduh akhirnya ikut bergabung dengan tua Benyamin. Dia segera menuju rumah Abhygael. Disana telah berkumpul Benyamin dan anak buahnya."Apa yang terjadi, dimana Abhygael ?" Tanya Rafael saat tiba di rumah mewah itu."Sekarang mereka sedang menuju ke sini," jawab Benyamin.Arafat dan Putera sedang berbincang di ruang tengah, mereka membicarakan hilangnya Leona."Kemungkinan besar ini ulah orang dekat. Aku butuh mediator. Dimana Mutia? Aku ingin mengetahui keberadaan dirinya."Putera segera berdiri mencari Mutia, isterinya sedang berada di lantai dua menjaga cucunya sehingga tak tahu apa yang terjadi."Kita ke atas saja."Arafat dan Putera menuju kamar bayi Abil. Nampak Mutia dan Karina sedang bermain dengan cucunya.Mutia memalingkan wajahnya tatkala melihat Arafat dan suaminya masuk dengan wajah tegang."Ada apa ?""Jangan bertanya dulu, berbaringlah, Karina tolong pindahkan bayi Abil ke boks."Mutia menurut, dia lalu berbaring dan memejamkan matanya. Jika tuan Arafat
Julit mulai curiga dengan tingkah anaknya, saat dia hendak menjodohkan dengan anak pemilik Restaurant, Aditia menolak. Gerak geriknya mencurigakan. Julit melihat anak semata wayangnya itu selalu pergi dengan Selena tetapi saat ditanya dia terus mengelak.Julit sempat mendengar pembicaraan anaknya tentang sebuah Vila dan direktur perusahaan Abhyleon. Dia tak ingin sesuatu terjadi pada anaknya. Dari informasi yang dia dapatkan, direktur itu punya seorang anak dari hasil perselingkuhannya dengan Abhygael. Pantas saja ponakannya itu tak lagi mencari Leona.Julit berjalan mondar mandir di kediamannya, jika anaknya menculik direktur itu tanpa pengawalan yang ketat maka akan berbahaya baginya. Seorang anak buah yang dipekerjakan anaknya berjalan tergesa-gesa."Santos kesini!"Laki-laki itu berhenti tatkala tuan besar memanggilnya."Ada apa tuan?""Ceritakan padaku apa yang dilakukan Aditia, dan Vila mana yang sering dia bicarakan."Santos ketakutan, dia teringat ancaman Aditia namun diapun t
Sesuai aba-aba, para petugas polisi mulai menjalankan misinya. Seorang petugas menggunakan teleskop megintai berapa jumlah bodyguard yang berada di Villa itu."Lapor dan, semuanya berjumlah enam belas orang bersenjata lengkap.""Segera, dan lumpuhkan."Para petugas mulai bergerak perlahan, targetnya dua bodyguard di lantai dua. Peluru karet melesat mengenai kedua pria yang berdiri di teras. Keduanya jatuh tak sadarkan diri. Sementara itu di dalam gudang, Aditia dan Mutia berpelukan erat dan menangis sesenggukan. Mereka tak menyadari jika seseorang membuka pintu.Julit terbelalak, ternyata putranya memeluk wanita yang harusnya dia singkirkan. Pistolnya diarahkan tepat ke punggung Mutia.Aditia mendengar bunyi pelatuk. Dia berbalik dan mendorong Mutia menjauh.Dorrr.....! Aditia melndungi Mutia, matanya terbelalak. Peluru melesat masuk menusuk hatinya yang paling dalam. Perih... ! Dia jatuh ke lantai bersimbah darah.Julit tersentak, "Tidak.....!" Dia mundur ke belakang. Kepalanya seras
Setelah masa kritis Aditia berlalu, dia dipindahkan ke rumah sakit swasta di Jakarta agar keluarga mudah membesuk. Aditia kini sudah sadar dan Mutia yang terus menunggunya dengan setia. Semua keperluan Aditia di siapkan Mutia. Dia benar-benar berperan sebagai ibu yang baik bagi anaknya"Tante...!" Panggil Aditia saat Mutia merapikan pakaian Aditia di lemari pakaian yang tersedia di ruang VVIP.Mutia menutup lemari dan menghampiri ponakannya lalu menarik kursi ke dekat ranjang."Ada yang bisa tante bantu ?""Saat itu tante sengaja membisikkan kata-kata itu agar aku bangun ?" Aditia menatap wajah cantik yang dirindukannya. Kini mereka begitu dekatnya, namun Aditia sadar dia tak mungkin memiliki isteri pamannya ini.Mutia tersenyum, "Cinta itu bukan hanya untuk pasangan tetapi cinta itu bisa untuk anaknya. Tante harap kau mau memahami tante. cinta yang bisa tante berikan padamu adalah cinta yang tante berikan juga pada Abhygael."Aditia terdiam cukup lama, lalu dia berkata, "Tante benar
Cahaya lampu gemerlap menghiasi acara resepsi yang digelar malam ini, semua kursi tertata dengan rapi, kesibukan nampak di halaman rumah yang sangat luas itu, pelayan melakukan tugasnya dengan baik, ada yang menyajikan minuman, ada yang bertugas menata meja makan dan ada pula yang sekedar mengecek apakah tamu sudah berdatangan atau belum.Pasangan kekasih sudah duduk di teras rumah yang sudah di dekorasi dengan indah. Regan bersama Sonia disisi kanan, Rafael dan Adelia di sisi kiri.Kedua orang tua Leona dan Abhygael berada di tengah-tengah seakan merekalah pengantinnya.Selang beberapa menit kemudian tamu mulai berdatangan, musik pun digelar. Penyanyi terkenal mengumandangkan lagu dengan merdunya.Tamu VIP kini sudah berdatangan, nampak beberapa menteri tiba di susul Gubernur dan wakilnya, lalu beberapa menit kemudian Oemar bersama para petinggi perusahaan memasuki halaman rumah yang sudah di dekorasi dengan indah. Semua tamu undangan menyalami kedua orang tua Abhygael dan Leona. Mer
Kegembiraan mewarnai keluarga Abhygael Pratama, berkumpulnya semua keluarga merupakan hadiah terindah bagi pasangan Abhygael dan Leona. Ini yang menjadi target keduanya. Putera dan Mutia yang tahu semua perbuatan Julit kini telah memaafkannya. Walau Putera tahu remnya blong atas perbuatan saudara tertuanya itu tapi dia memilih untuk melupakannya. Dan saat dia tahu ibunya juga diracuni atas perbuatan Julit, diapun tak mempersoalkannya. Semua sudah terjadi, jika masalah ini diekspos ke publik, nanti hanya akan mempengaruhi beban psikologi keluarganya. "Kita lupakan saja apa yang telah terjadi, aku hanya berharap Allah akan memberi mereka hidayah dengan apa yang telah mereka lakukan. Memang sangat sulit, tapi aku akan mencoba mengikhlaskannya," ucap Putra di depan Mutia dan Abhygael. Kini mereka sekeluarga berziarah ke makam kedua orang tua Putera. Memaafkan itu mudah namun meminta maaf itu terlalu sulit, Putera beserta isteri dan sanak keluarganya bersimpuh di kuburan mendiang kakek
Dear Readers, cerita ini masih berlanjut ke sesion 2. Semoga pembaca terhibur dengan ceritaku. Mohon dukungannya, komentarnya ditunggu ya ?******__________________________________ Julit bersama Yolan diberi kebebasan untuk tinggal di rumah kedua orang tuanya, namun karena rasa bersalah yang dalam membuat mereka ingin kembali ke rumah mereka sendiri. Aditia memilih tinggal di Villa yang dibogor. Dia memilih menjadi petani teh. Walau paman Putra tetap memberikan saham padanya tetapi dia menolak dan menyerahkan saham itu pada Leona. "Saham ini kuserahkan pada Leona saja karena sebenarnya dalam wasiat nenek, Leona berhak mendapatkan saham dua puluh persen," tolak Aditia ketika mereka membahas tentang kelanjutan perusahaan dan pembagian saham secara merata. Leona sempat terpana, ditatapnya wajah Aditia, lalu kemudian beralih ke arah paman Julit. Terlihat Julit sedang duduk menunduk. Leona masih ragu, apakah pamannya ini benar-benar bertaubat selamanya atau hanya sementara karena dalam
Tania membuang kertas yang telah diberikan Selena padanya. Saat ini dia tak ingin bersekutu dengan orang yang dia tak kenal sama sekali. Dia pernah mendengar model cantik itu tapi tidak terlalu tahu sepak terjangnya. Tania lebih tertarik pada sosok seorang wanita tua yang terlihat sangat tangguh dan disegani para tahanan wanita. "Aku lihat ada seorang wanita tua yang sering mengantar makanan untuk para tahanan. Siapa dia?" Tanya Tania pada teman satu selnya. "Wanita itu katanya empat puluh lima tahun yang lalu dia adalah tahanan wanita yang sangat cantik, menurut cerita yang kudengar, dia divonis dua puluh tahun penjara karena terlibat upaya pembunuhan berencana terhadap mertuanya," jawab Lina. Tania mendengarkan dengan cermat, entah mengapa dia sangat tertarik dengan wanita misterius itu. Perasaannya mengatakan jika wanita itu bisa mengeluarkannya dari penjara. "Bukankah masa tahanannya hanya dua puluh tahun, harusnya dia kan sudah bebas. Tapi mengapa dia sampai mendekam sebegitu