Cahaya lampu gemerlap menghiasi acara resepsi yang digelar malam ini, semua kursi tertata dengan rapi, kesibukan nampak di halaman rumah yang sangat luas itu, pelayan melakukan tugasnya dengan baik, ada yang menyajikan minuman, ada yang bertugas menata meja makan dan ada pula yang sekedar mengecek apakah tamu sudah berdatangan atau belum.Pasangan kekasih sudah duduk di teras rumah yang sudah di dekorasi dengan indah. Regan bersama Sonia disisi kanan, Rafael dan Adelia di sisi kiri.Kedua orang tua Leona dan Abhygael berada di tengah-tengah seakan merekalah pengantinnya.Selang beberapa menit kemudian tamu mulai berdatangan, musik pun digelar. Penyanyi terkenal mengumandangkan lagu dengan merdunya.Tamu VIP kini sudah berdatangan, nampak beberapa menteri tiba di susul Gubernur dan wakilnya, lalu beberapa menit kemudian Oemar bersama para petinggi perusahaan memasuki halaman rumah yang sudah di dekorasi dengan indah. Semua tamu undangan menyalami kedua orang tua Abhygael dan Leona. Mer
Kegembiraan mewarnai keluarga Abhygael Pratama, berkumpulnya semua keluarga merupakan hadiah terindah bagi pasangan Abhygael dan Leona. Ini yang menjadi target keduanya. Putera dan Mutia yang tahu semua perbuatan Julit kini telah memaafkannya. Walau Putera tahu remnya blong atas perbuatan saudara tertuanya itu tapi dia memilih untuk melupakannya. Dan saat dia tahu ibunya juga diracuni atas perbuatan Julit, diapun tak mempersoalkannya. Semua sudah terjadi, jika masalah ini diekspos ke publik, nanti hanya akan mempengaruhi beban psikologi keluarganya. "Kita lupakan saja apa yang telah terjadi, aku hanya berharap Allah akan memberi mereka hidayah dengan apa yang telah mereka lakukan. Memang sangat sulit, tapi aku akan mencoba mengikhlaskannya," ucap Putra di depan Mutia dan Abhygael. Kini mereka sekeluarga berziarah ke makam kedua orang tua Putera. Memaafkan itu mudah namun meminta maaf itu terlalu sulit, Putera beserta isteri dan sanak keluarganya bersimpuh di kuburan mendiang kakek
Dear Readers, cerita ini masih berlanjut ke sesion 2. Semoga pembaca terhibur dengan ceritaku. Mohon dukungannya, komentarnya ditunggu ya ?******__________________________________ Julit bersama Yolan diberi kebebasan untuk tinggal di rumah kedua orang tuanya, namun karena rasa bersalah yang dalam membuat mereka ingin kembali ke rumah mereka sendiri. Aditia memilih tinggal di Villa yang dibogor. Dia memilih menjadi petani teh. Walau paman Putra tetap memberikan saham padanya tetapi dia menolak dan menyerahkan saham itu pada Leona. "Saham ini kuserahkan pada Leona saja karena sebenarnya dalam wasiat nenek, Leona berhak mendapatkan saham dua puluh persen," tolak Aditia ketika mereka membahas tentang kelanjutan perusahaan dan pembagian saham secara merata. Leona sempat terpana, ditatapnya wajah Aditia, lalu kemudian beralih ke arah paman Julit. Terlihat Julit sedang duduk menunduk. Leona masih ragu, apakah pamannya ini benar-benar bertaubat selamanya atau hanya sementara karena dalam
Tania membuang kertas yang telah diberikan Selena padanya. Saat ini dia tak ingin bersekutu dengan orang yang dia tak kenal sama sekali. Dia pernah mendengar model cantik itu tapi tidak terlalu tahu sepak terjangnya. Tania lebih tertarik pada sosok seorang wanita tua yang terlihat sangat tangguh dan disegani para tahanan wanita. "Aku lihat ada seorang wanita tua yang sering mengantar makanan untuk para tahanan. Siapa dia?" Tanya Tania pada teman satu selnya. "Wanita itu katanya empat puluh lima tahun yang lalu dia adalah tahanan wanita yang sangat cantik, menurut cerita yang kudengar, dia divonis dua puluh tahun penjara karena terlibat upaya pembunuhan berencana terhadap mertuanya," jawab Lina. Tania mendengarkan dengan cermat, entah mengapa dia sangat tertarik dengan wanita misterius itu. Perasaannya mengatakan jika wanita itu bisa mengeluarkannya dari penjara. "Bukankah masa tahanannya hanya dua puluh tahun, harusnya dia kan sudah bebas. Tapi mengapa dia sampai mendekam sebegitu
Tania akhirnya bisa tidur dengan tenang setelah menenangkan teman sekamarnya di tahanan. Dia terbayang saat wanita misterius itu menyeret tangannya sehingga membuatnya nyaris terjungkal saat melintasi deretan sel tahanan. "Mau dibawa kemana aku? Lepaskan!" pekiknya sambil menarik tangannya dari cengkeraman sang nenek tua. Semua mata tertuju padanya, bahkan tahanan yang sedang sakit ikut bangun dan berdiri dibalik jeruji. Siapa yang tidak mengenal wanita misterius itu. Wanita yang mereka sebut mak Mius singkatan dari misterius jarang tersenyum dan jarang bicara. Bahkan para tahanan pria yang berada di sebelah gedung penjara ini tahu siapa dia. "Lihatlah terus wajah wanita macan tutul itu karena besok kita akan menemukannya tak bernyawa!" ucap salah seorang tahanan. "Apa teman sekamarnya tak mengingatkannya? Tak ada yang bisa selamat dari wanita tua itu, aku sendiri heran bagaimana para penjaga tak bertindak," timpal salah seorang dari mereka. 'Hush! Jangan keras-keras ngomongnya!"
Erangan tertahan Tania terdengar sampai keluar, mak Mius hanya menarik nafas dalam. Dia diam menunggu pergulatan ini selesai. Laki-laki di dalam yang sedang menuntaskan hasratnya itu adalah anaknya. "Kau sangat hebat, aku ingin kita melakukannya seminggu tiga kali," ucap pria itu. Dipandanginya wajah macan tutul di hadapannya. Sedikit menjijikkan, tapi ketika dilihat dari jarak dekat dia cantik. Biasanya Junet hanya tidur dengan para tahanan yang cantik sekali saja namun dengan Tania dia merasa ketagihan. Tania segera bangun dan merapikan pakaiannya yang berantakan. Pria yang menggaulinya walau cukup berumur namun cukup hebat di tempat tidur. Tania merasa seakan kembali bergairah seperti dulu, kebutuhan biologisnya terpenuhi, tak perlu menghayal atau memainkan sendiri dengan tangan, seminggu tiga kali rasanya cukup. "Bolehkah aku tahu siapa namamu ?" Tanya Tania setelah memastikan pakaiannya rapi. "Panggil aku Junet," junet memperkenalkan dirinya dengan bangga, seakan namanya menj
Begitu Tania pergi, sebelum membaringkan tubuhnya di kasur, Mak Mius menyalakan dupa beberapa saat lalu mengambil selimut dan mulai berusaha untuk tidur. Namun kehadiran Tania beberapa saat yang lalu membuatnya teringat lagi akan kisah hidupnya yang penuh dengan suka duka. Magdalena hanya tahu jika dia anak yang telah dibuang ibunya di sebuah kardus yang diletakkan di samping tong sampah. Tubuhnya dikerumuni semut dan lalat. Untunglah seorang pemulung menemukannya dan membawanya ke panti asuhan. Entah siapa wanita yang dengan tega menelantarkan anaknya seperti itu. Magdalena tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik jelita, sehingga begitu banyak pria yang ingin mempersuntingnya. Namun hatinya hanya terpaut pada seorang pria yang selalu datang bermain bersama anak-anak di panti asuhan. Namanya Kenzo. Dia dan Kenzo menjalin hubungan suka sama suka. Mereka berdua saling mencintai sehingga berniat akan menikah. Namun rencana mereka gagal karena seorang donatur tetap datang ke panti asuh
Sejak kedatangan Magdalena, Budiawan berangsur-angsur sembuh, namun yang membuat Ibu Susi berang karena Budiawan memaksa untuk menikah dengan Magdalena, padahal dia sudah dijodohkan dengan Mellinda anak dari sahabat Pratama. "Nak, mama hanya ingin kau tahu bahwa Magdalena itu tidak cocok untuk keluarga kita," bujuk ibu Susi. "Tidak cocok bagaimana ma, yang menikah itu aku bukan mama, apapun yang terjadi aku hanya ingin menikah dengan Magdalena," bantah Budiawan. Dia tetap ngotot untuk menikahi Magdalena, dia terlanjur jatuh cinta, sangat sulit baginya untuk mengganti wanita lain di hatinya. "Dengarkan mama nak, Melinda itu kurang apa, dia cantik dan keluarganya pun berasal dari keluarga baik-baik, mama dan papa sudah kenal lama dengan keluarga mereka!" Ibu Susi tetap berusaha membujuk anak semata wayangnya. "Aku tak ingin mendengar penolakan apapun ma, aku tetap akan menikahi Magdalena, mau keluarga pembunuh atau bukan aku tetap menginginkannya. Titik!" Melihat kegigihan Budiawan,