Tak terasa pernikahan Aditia hanya tinggal menghitung hari, rencananya acara akan digelar di Mansion keluarga Putra Pratama. Keluarga mempelai wanita setuju saja, mereka hanya akan menggelar akad nikah di rumah mempelai wanita dan resepsinya di rumah mempelai pria. Atas permintaan Putra, Aditia sementara ini tinggal di rumahnya sambil menunggu acara resepsi digelar. Julit dan Yolan juga terlihat sibuk di rumah yang dulu sempat mereka kuasai itu. Kebahagiaan menyelimuti keluarga itu, Abhygael dan Leona Pun tak tinggal diam. "Gordennya sedikit miring coba di pasang dengan benar," suara Yolan terdengar melengking tatkala melihat pekerjaan maid yang tidak rapi. "Kursinya taruh di sudut ruangan, meja yang tidak di pakai pindahkan ke belakang," paman Julit terlihat cukup sibuk. Leona yang tetap menjalani profesinya sebagai direktur itu, pulang kerja langsung menuju rumah mertuanya, dia ditemani Abhygael. Pasangan serasi ini baik di rumah maupun di kantor terlihat semakin mesra membuat o
Leona masih sulit mencerna apa yang disampaikan guru Arafat dan ayah mertuanya. Jika benar takdir bisa dirubah maka seharusnya tidak terjadi kecelakaan itu. "Papa tau kau masih bingung nak, apa yang dalam pikiranmu ada benarnya. Kecelakaan yang menimpa mama dan papa itu sudah kehendak Allah, kecelakaan itu sudah takdir tak bisa dicegah. Tetapi kecelakaan itu bisa tidak terjadi atas ijin Allah, itu yang namanya merubah takdir yang belum terjadi, kita bisa mencegahnya sebelum sesuatu terjadi," Putera menjelaskan dengan panjang lebar. Penuturan mertuanya malah semakin membuat otak Leona berputar tak karuan. "Pejamkan matamu dan lihatlah sesuatu yang menurutmu janggal dan katakan pada kami," ucap Arafat. Walau masih bingung, akhirnya Leona menurut. Arafat terlihat membaca sesuatu, mulutnya bergerak-gerak. Lalu dia segera memakai sarung tangan dan memegang tangan Leona yang terlihat bersandar di kursi sofa. Leona melihat acara yang sangat meriah, lalu tiba-tiba sebuah bayangan hitam me
Sementara itu di penjara wanita, mak Mius merekomendasikan kebebasan untuk Tania dengan jaminan dirinya. Tentu saja hal ini membuat tanda tanya besar di benak Lina teman satu selnya, namun karena takut, dia memendam sendiri rasa penasarannya. "Tumben Tania di bebaskan, ada hubungan apa di antara mereka? Jika aku protes nanti malah aku yang kena getahnya," gumam Lina. Kini Tania bebas dari penjara, sementara waktu dia tinggal di rumah mak Mius. Semua tahanan wanita hanya mampu melambaikan tangan tanpa bersuara sedikitpun, di benak mereka semua pastilah sama dengan apa yang ada dalam benak Lina namun tak berani mengungkapkannya "Sebentar lagi Junet akan menjemputmu, ingat hal-hal yang pernah aku katakan padamu, jangan gegabah," pesan mak Mius. "Baiklah mak, aku akan terus mengingatnya," ucap Tania dengan sungguh-sungguh. Tak ada yang tau apa yang tengah direncanakan kedua wanita itu. Tak berapa lama, sebuah mobil mewah berhenti di halaman. "Itu Junet!" kata mak Mius. Hati Tania be
Saat Leona tengah bernostalgia bersama ke tiga sahabatnya, terlihat seorang pria paruh baya menggandeng tangan seorang wanita paruh baya yang berwajah cantik. Leona sempat terpana tatkala kedua pasangan itu melewati tempat mereka duduk. Wajah pria itu mirip paman Julit, pikir Leona. "Kau kenapa menatap pria tadi seperti melihat hantu ?" tegur Wildan. Leona tergagap, "Oh..i.itu aku seperti mengenal pria itu." "Kalau aku tidak salah, dia dokter spesialis bedah plastik, wanita yang bersamanya adalah isterinya dengan profesi yang sama, aku pernah melakukan perawatan di kliniknya, beberapa wanita yang melakukan operasi plastik berhasil bahkan hasilnya diluar dugaan. Wanita buruk rupa bisa menjadi sangat cantik bagaikan Cinderella," tutur Arini. Jantung Leona berdegup sangat kencang, bukan karena keberhasilan dokter yang mampu merubah wanita menjadi cantik, tetapi lebih kepada ketidak nyamanan akan keberadaan mereka. Entah ini mengisyaratkan apa, Leona tak tahu. "Dimana tempat klinikny
Putera dan Arafat membahas sesuatu hal yang penting di gedung kantor. Mereka tak ingin membahasnya di rumah karena pesta baru saja usai sehingga keluarga masih banyak yang berkumpul di rumah. Putera membuka ruang rahasia yang ada dibalik lemari di ruangannya. Ruangan yang hanya dia dan ayahnya saja yang tahu. Bahkan Abhygael tak pernah menyadari jika di ruangan itu terdapat ruang rahasia. Arafat menyusul Putera yang telah masuk lebih dulu ke dalam. Sebelumnya dia menandai gantungan "no distrub" di pintu presdir dan menguncinya agar tak ada yang mengganggu mereka di dalam ruangan. Tak sia-sia Putera mempekerjakan guru Arafat, karena ternyata dia sangat penuh dengan kehati-hatian. "Kita perlu membuka brankas ini, disini banyak dokumen ayahku yang tersimpan rapi." Setelah berkata seperti itu Putera membuka brankas. Di dalamnya ada sebuah album foto yang telah usang, dan beberapa laporan kepolisian. Putera mengambil album foto dan laporan kepolisian itu dan menaruhnya di atas meja.
Kedatangan Putera dan Arafat yang sangat mendadak, tentu saja menimbulkan tanda tanya di benak Benyamin. Untung saja hari ini dia membatalkan perjalanannya ke Bandung sehingga masih bisa bertemu dengan mereka berdua. "Tumben mengunjungi ku sepagi ini, bukankah semalam kita baru saja bertemu, ada sesuatu yang penting ?" tanya tuan Benyamin dengan kening yang terangkat. Arafat menatap Putera lalu mengangkat keningnya. "Maaf mengganggu aktivitasnya, karena rasa ingin tahu kami yang besar makanya kami datang," Putera masih belum mengutarakan maksud kedatangan mereka. "Apakah ini menyangkut anakmu ?" tebak Benyamin. "Entahlah, semoga kekhawatiran kami tidak akan terbukti," gumam Putera. "Tak perlu bermain teka-teki denganku tuan, sudah lama kita sangat dekat bagaikan keluarga, katakanlah jika ada hal yang ingin di sampaikan," ucap tuan Benyamin. Lalu mengalirlah cerita Putera terkait pria yang mirip Julit dan wanita yang mirip isteri pertama ayahnya. "Hmm....Kasusnya sudah sangat la
Seakan semua sudah diatur, setelah pernikahan Aditia, seminggu kemudian pernikahan Regan. Tentu saja keluarga Pratama harus turun tangan, karena Regan adalah asisten mereka yang paling setia. Bagi keluarga Putra Pratama, pernikahan Regan bagaikan pernikahan anaknya sendiri. Regan yang sudah hidup cukup lama dengan mereka hari ini menikah,. tentu saja mereka tak tinggal diam apalagi Regan berasal dari Indonesia bagian Timur. Acara yang di gelar di Banten tempat mempelai wanita, berlangsung cukup meriah. Semua keluarga Pratama turut hadir, yang tidak hadir saat ini hanya Julit dan Aditia, namun mereka sudah diwakili Yolan dan Priska. Paman Julit dan Aditia sedang sibuk mempersiapkan kepindahan Aditia ke rumah barunya. Acara pernikahan belum berakhir, karena Regan berniat ingin menggelar resepsi di daerahnya yakni di Kota T kawasan Indonesia bagian Timur. Tentu saja Abhygael dan Leona harus ikut menghadiri acaranya. Hanya berselang sehari pasangan pengantin itu didampingi Abhygael dan
Sejak acara resepsi pernikahan itu, Leona semakin banyak diam. Ketika tiba di Jakarta, dia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk Abil anaknya. Ibadahnya Pun semakin di perbanyak, Abhygael yang merasa aneh melihat perubahan itu lalu membicarakan hal itu dengan ayah dan gurunya. "Akhir-akhir ini aku melihat Leona semakin aneh pa," adu Abhygael saat berkunjung ke rumah orang tuanya. "Aneh bagaimana ?" tanya Putera dan Arafat bersamaan. "Dia semakin tekun beribadah, bahkan selama ini dia yang tidak pernah terlihat mengaji, sekarang malah terus mengaji setiap selesai sholat lima waktu," tutur Abhygael dengan raut wajah yang sangat serius. "Lho, bukankah itu semakin bagus, orang beribadah kok dibilang aneh. Setiap manusia itu sudah saatnya untuk tekun beribadah. Itu namanya istrimu sekarang mulai hijrah hati, kau harusnya ikut beribadah bersamanya," nasehat guru Arafat. Abhygael terdiam, dia berusaha mencerna semua perkataan ayah dan guru Arafat. Mungkin perkataan mereka ada benarny