Saat Leona tengah bernostalgia bersama ke tiga sahabatnya, terlihat seorang pria paruh baya menggandeng tangan seorang wanita paruh baya yang berwajah cantik. Leona sempat terpana tatkala kedua pasangan itu melewati tempat mereka duduk. Wajah pria itu mirip paman Julit, pikir Leona. "Kau kenapa menatap pria tadi seperti melihat hantu ?" tegur Wildan. Leona tergagap, "Oh..i.itu aku seperti mengenal pria itu." "Kalau aku tidak salah, dia dokter spesialis bedah plastik, wanita yang bersamanya adalah isterinya dengan profesi yang sama, aku pernah melakukan perawatan di kliniknya, beberapa wanita yang melakukan operasi plastik berhasil bahkan hasilnya diluar dugaan. Wanita buruk rupa bisa menjadi sangat cantik bagaikan Cinderella," tutur Arini. Jantung Leona berdegup sangat kencang, bukan karena keberhasilan dokter yang mampu merubah wanita menjadi cantik, tetapi lebih kepada ketidak nyamanan akan keberadaan mereka. Entah ini mengisyaratkan apa, Leona tak tahu. "Dimana tempat klinikny
Putera dan Arafat membahas sesuatu hal yang penting di gedung kantor. Mereka tak ingin membahasnya di rumah karena pesta baru saja usai sehingga keluarga masih banyak yang berkumpul di rumah. Putera membuka ruang rahasia yang ada dibalik lemari di ruangannya. Ruangan yang hanya dia dan ayahnya saja yang tahu. Bahkan Abhygael tak pernah menyadari jika di ruangan itu terdapat ruang rahasia. Arafat menyusul Putera yang telah masuk lebih dulu ke dalam. Sebelumnya dia menandai gantungan "no distrub" di pintu presdir dan menguncinya agar tak ada yang mengganggu mereka di dalam ruangan. Tak sia-sia Putera mempekerjakan guru Arafat, karena ternyata dia sangat penuh dengan kehati-hatian. "Kita perlu membuka brankas ini, disini banyak dokumen ayahku yang tersimpan rapi." Setelah berkata seperti itu Putera membuka brankas. Di dalamnya ada sebuah album foto yang telah usang, dan beberapa laporan kepolisian. Putera mengambil album foto dan laporan kepolisian itu dan menaruhnya di atas meja.
Kedatangan Putera dan Arafat yang sangat mendadak, tentu saja menimbulkan tanda tanya di benak Benyamin. Untung saja hari ini dia membatalkan perjalanannya ke Bandung sehingga masih bisa bertemu dengan mereka berdua. "Tumben mengunjungi ku sepagi ini, bukankah semalam kita baru saja bertemu, ada sesuatu yang penting ?" tanya tuan Benyamin dengan kening yang terangkat. Arafat menatap Putera lalu mengangkat keningnya. "Maaf mengganggu aktivitasnya, karena rasa ingin tahu kami yang besar makanya kami datang," Putera masih belum mengutarakan maksud kedatangan mereka. "Apakah ini menyangkut anakmu ?" tebak Benyamin. "Entahlah, semoga kekhawatiran kami tidak akan terbukti," gumam Putera. "Tak perlu bermain teka-teki denganku tuan, sudah lama kita sangat dekat bagaikan keluarga, katakanlah jika ada hal yang ingin di sampaikan," ucap tuan Benyamin. Lalu mengalirlah cerita Putera terkait pria yang mirip Julit dan wanita yang mirip isteri pertama ayahnya. "Hmm....Kasusnya sudah sangat la
Seakan semua sudah diatur, setelah pernikahan Aditia, seminggu kemudian pernikahan Regan. Tentu saja keluarga Pratama harus turun tangan, karena Regan adalah asisten mereka yang paling setia. Bagi keluarga Putra Pratama, pernikahan Regan bagaikan pernikahan anaknya sendiri. Regan yang sudah hidup cukup lama dengan mereka hari ini menikah,. tentu saja mereka tak tinggal diam apalagi Regan berasal dari Indonesia bagian Timur. Acara yang di gelar di Banten tempat mempelai wanita, berlangsung cukup meriah. Semua keluarga Pratama turut hadir, yang tidak hadir saat ini hanya Julit dan Aditia, namun mereka sudah diwakili Yolan dan Priska. Paman Julit dan Aditia sedang sibuk mempersiapkan kepindahan Aditia ke rumah barunya. Acara pernikahan belum berakhir, karena Regan berniat ingin menggelar resepsi di daerahnya yakni di Kota T kawasan Indonesia bagian Timur. Tentu saja Abhygael dan Leona harus ikut menghadiri acaranya. Hanya berselang sehari pasangan pengantin itu didampingi Abhygael dan
Sejak acara resepsi pernikahan itu, Leona semakin banyak diam. Ketika tiba di Jakarta, dia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk Abil anaknya. Ibadahnya Pun semakin di perbanyak, Abhygael yang merasa aneh melihat perubahan itu lalu membicarakan hal itu dengan ayah dan gurunya. "Akhir-akhir ini aku melihat Leona semakin aneh pa," adu Abhygael saat berkunjung ke rumah orang tuanya. "Aneh bagaimana ?" tanya Putera dan Arafat bersamaan. "Dia semakin tekun beribadah, bahkan selama ini dia yang tidak pernah terlihat mengaji, sekarang malah terus mengaji setiap selesai sholat lima waktu," tutur Abhygael dengan raut wajah yang sangat serius. "Lho, bukankah itu semakin bagus, orang beribadah kok dibilang aneh. Setiap manusia itu sudah saatnya untuk tekun beribadah. Itu namanya istrimu sekarang mulai hijrah hati, kau harusnya ikut beribadah bersamanya," nasehat guru Arafat. Abhygael terdiam, dia berusaha mencerna semua perkataan ayah dan guru Arafat. Mungkin perkataan mereka ada benarny
Untunglah Regan sudah kembali ke Jakarta sehingga saat menerima telepon Putera, saat itu juga dia segera datang ke mansion orang yang dia sudah anggap bagaikan orang tua kandungnya itu. Kedatangan Regan yang sangat tiba-tiba di ruang perpustakaan membuat mereka terkejut. "Pengantin baru kok bisa ada disini ? Katanya seminggu lagi baru masuk kantor," tegur Abhygael. "Masuk kantor benar seminggu lagi, tapi bukan berarti kau melarang ku untuk menemui kedua orang tuaku, bukankah begitu guru ?" Regan tak perduli dengan teguran Abhygael, dia lalu menyalami mereka semua yang ada di ruangan itu dan memilih duduk di samping guru Arafat. "Pertanyaan tuan besar tentang pamanku, membuatku penasaran. Ada apa ?" Regan mengutarakan rasa penasarannya. Saat menerima panggilan telepon dari ayah Abhygael membuatnya bertanya-tanya terus dalam hati, dia baru saja menikah dan semua orang tau hal itu namun permintaan tuan Putra untuk menemuinya membuatnya merasa sedikit aneh karena tidak seperti biasany
J Junet sedang merencanakan pertemuannya dengan Julit di kawasan selatan kota Jakarta. Hari libur adalah waktu yang tepat mempertemukan ibunya dengan Julit. Hal ini sudah di rencanakan sejak lama dan baru sekarang akan terwujud. Junet ingin memberikan hadiah di akhir masa tuanya, dia tahu keinginan terakhir ibunya adalah bertemu dengan anak kembarnya. Junet sudah menghubungi Julit, dia berharap Julit menepati janjinya untuk bertemu dengannya siang nanti di sebuah cafe yang tidak terlalu ramai dikunjungi orang. Magdalena yang dikabari Junet berdebar-debar, sudah sangat lama dia merindukan buah hatinya. Dia lalu mempersiapkan apa saja yang bisa dia perlihatkan kepada Julit sebagai bukti jika dia adalah ibu kandungnya. Dan ada sebuah rahasia lagi yang disimpannya dengan rapi akan dibeberkannya saat bertemu nanti. Bahkan Junet Pun tidak tahu hal itu. Menunggu waktu siang sesuai jam yang ditetapkan Junet terasa sangat lama bagi mak Mius. Berkali-kali dia membuka tasnya untuk sekedar mem
Julit melihat kemarahan dimata Magdalena maupun Junet namun saat ini dia belum ingin berpikir. Pikirannya buntu, jika semua yang dikatakan mereka benar betapa malunya dia yang terlalu berambisi ingin menguasai harta Budiawan padahal dia bukanlah keturunannya. "Keluarga Budiawan telah menyengsarakan kita, apakah kita masih harus berbaik hati pada mereka?" "Mereka telah membuat aku kehilangan kekasih yang paling kucintai, penyesalan terdalam ku karena Kenzo meninggal di penjara tanpa ku saksikan penguburannya." Junet dan mak Mius menghasutnya dan mengatakan semua keburukan keluarga Pratama. Saat ini Julit tak bisa berkata apa-apa, tak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Ada aura yang tidak baik dilihatnya dari sosok wanita di hadapannya ini, namun mau tidak mau dia harus menerima kenyataan jika wanita ini adalah ibu kandungnya, tanpa perlu melakukan tes DNA sekalipun, dokumen yang ada sudah menunjukkan hal itu. Saat pesanan mereka tiba, Julit mengambil pesanannya agar lebih dek