Pesawat mendarat di bandar udara Fatmawati Soekarno Bengkulu. Regan dan Putera turun dari pesawat dengan tergesa-gesa. Mereka tak membawa bagasi. Nampak pula penumpang lain yang berjalan tergesa-gesa seperti mereka. Ada yang menyeret kopernya setengah berlari dan ada pula yang masih harus menunggu bagasi. Berdasarkan pesan yang dikirimkan Burman, mereka segera menuju hotel terdekat sesuai petunjuk. Mobil yang mereka tumpangi berhenti depan loby hotel. Burman dan tuan Benyamin segera menyambut mereka."Dimana menantu dan cucuku ?" Putera kelihatan sudah tidak sabar. Dia meninggalkan Regan yang sibuk membuka dompet untuk membayar mobil yang mereka tumpangi.Regan setengah berlari mengejar langkah ketiga pria di depannya.Saat tiba di depan kamar 101, mereka mengetuk pintunya.Leona terlihat baru saja menyusui bayinya, dia berusaha merapikan blouse longgar yang dia kenakan."Papa, Regan!" Leona mencium punggung tangan mertuanya, lalu menyalami Regan.Mereka berlima duduk di kursi sofa.
Leona semalam tidak pulang, Aditia mengungkungnya di hotel yang sering mereka gunakan bersama. Aditia menghukumnya sampai sulit untuk bangun dari tempat tidur.Seluruh tubuh Leona terasa remuk karena Aditia tak memberinya jeda sedikitpun untuk sekedar mengistirahatkan area sensitifnya.Leona menggeliat, disebelahnya Aditia tidur mendengkur setelah mereka melewati malam penuh dengan desahan dan kenikmatan.Leona harus kembali pagi ini, dia sudah menyiapkan alasan yang tepat jika ditanya Abhygael.Pagi ini Abhygael tak ke kantor, dia menguhubungi sekretarisnya untuk membatalkan semua meeting dan menjadwalkannya kembali besok. Menghitung menit demi menit itu sungguh menyiksa. Abhygael sebentar duduk sebentar berdiri. Sesekali keluar lalu masuk lagi.Bibi Surti menyesalkan sikap Abhygael seperti itu."Wanita itu bukan nyonya Leona, mengapa tuan harus menunggunya dengan gelisah," gumamnya.Dia yang tahu Leona saat berenang di kolam renang, ingin memberitahukan hal itu pada Abhygael, tapi di
Benyamin menatap Leona tak berkedip lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. Semua yang berada di ruangan itu seakan menunggu komando dari atasannya.Abhygael terlihat menggeser duduknya agak menjauh dari Leona. Rara tertawa tanpa suara.Leona terlihat masam, "Kenapa kau menjauh dariku Abhy ? Apa karena direktur ini ? Ada apa dengan kalian ? Apa kau selingkuh ? Lalu bayi itu anak siapa ?"Rentetan pertanyaan Leona tak digubris Abhygael. Ayah satu anak ini mengangkat keningnya berharap tuan Benyamin memberikan solusi.Akhirnya Rara yang angkat bicara."Dengar ibu Leona atau siapapun dirimu. Aku adalah isteri sah Abhygael dan bayi itu anak kami, sebelum aku meminta polisi menangkapmu, segera angkat kaki dari sini."Leona berdiri, dia tau jika wanita ini hanyalah direktur di perusahaan Abhyleon. Makanya dia segera berkacak pinggang."Kau yang harus keluar dari rumah ini, kau sangat tidak tahu malu mengakui suamiku adalah suamimu. Papa, tolong katakan sesuatu, wanita ini sangat tidak tahu malu
Semenjak kembali dari Bengkulu, Rafael tetap beraktifitas seperti biasa. Dia menghilangkan stresnya dengan bekerja, orang tuanya memaklumi perubahan sikap anaknya.Pesan masuk dari Adelia kembali menghiasi layar ponselnya. Walau bagaimanapun Adelia pernah mengisi hari-harinya. Akhirnya dia membalas pesan Adelia."Aku akan ke rumahmu."Bagaikan mendapat durian runtuh, Adelia segera menghias dirinya di cermin. Memoles wajahnya dengan makeup tipis, membuatnya nampak cantik.Ibu dan ayahnya sedang duduk menonton televisi di ruang tamu. Adelia keluar dari kamar dengan pakaian rapi membuat kedua orang tuanya mendongak."Mau kemana ? Bukankah Abhygael telah memberimu cuti agar kau bisa beristirahat penuh sampai kau pulih ?"Adelia tersenyum, "Tenang ayah, aku tak akan kemana-mana, Rafael akan datang."Ayah dan ibunya manggut manggut, mereka sangat bersyukur, dengan kejadian yang menimpa anaknya membuatnya berubah lebih baik. Besar harapan mereka Adelia segera menemukan jodohnya.Orang tua dan
Kedua keluarga itu kini sangat bahagia, mereka bahkan tak lagi bertanya apa dan mengapa. Melihat wajah imut bayi Abil membuat mereka lupa segalanya. Abil yang tadinya menangis kini diam walau dia harus berpindah tangan dari satu tangan ke tangan yang lain.Rafael sesekali mencuri pandang pada Leona, dia harus berusaha merelakan hatinya, apalagi melihat Leona yang begitu bahagianya bersama Abhygael.Untunglah Adelia terus menggenggam tangannya, hal itu membuatnya sedikit terhibur. Diapun ikut berbahagia bersama kedua keluarga itu. Dan yang membuatnya bahagia karena Leona memakai baju yang dia belikan.Regan datang bersama Sonia. Betapa banyaknya perlengkapan bayi yang mereka beli. Kamar yang tadinya dipakai Leona palsu kini disulap menjadi kamar bayi yang sangat indah.Rafael ikut terlibat dalam menyulap kamar itu, dia sudah menganggap bayi Abil seperti anaknya sendiri. Rupanya Abil mendekatkankannya dengan Abhygael. Laki-laki yang dia anggap musuh ternyata sangat baik. Dia bertekad ing
Leona teringat cerita Burman mengenai orang tua angkatnya, dia ingin menemui mereka. Setidaknya dia harus mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua pasangan itu.Mereka ke Lampung menggunakan pesawat pribadi, ikut dalam perjalanan itu Burman dan Regan. Abil di titipkan sementara pada ibu mertua, Leona menyiapkan susu formula untuk diminum anaknya. Berhubung asinya mulai mengering, dia mengantisipasinya dengan susu formula bayi usia nol sampai enam bulan.Seorang informan memberikan informasi berharga pada Aditia."Tuan, Abhygael dan direktur itu menuju bandara.""Terima kasih."Aditia tahu jika Abhygael kini punya pesawat pribadi jadi jalan satu-satunya menculik Rara itu di bandara. Jika hari ini dia kalah cepat maka dia harus menunggu mereka kembali.Setibanya di Lampung, mereka menyewa mobil menuju kampung nelayan. Burman menjadi penunjuk jalan, karena Leona lupa arahnya.Sebelumnya mereka mampir ke perumahan elit menemui orang tua Syntia.Orang tua Syntia sangat baha
Rafael tak mau dituduh akhirnya ikut bergabung dengan tua Benyamin. Dia segera menuju rumah Abhygael. Disana telah berkumpul Benyamin dan anak buahnya."Apa yang terjadi, dimana Abhygael ?" Tanya Rafael saat tiba di rumah mewah itu."Sekarang mereka sedang menuju ke sini," jawab Benyamin.Arafat dan Putera sedang berbincang di ruang tengah, mereka membicarakan hilangnya Leona."Kemungkinan besar ini ulah orang dekat. Aku butuh mediator. Dimana Mutia? Aku ingin mengetahui keberadaan dirinya."Putera segera berdiri mencari Mutia, isterinya sedang berada di lantai dua menjaga cucunya sehingga tak tahu apa yang terjadi."Kita ke atas saja."Arafat dan Putera menuju kamar bayi Abil. Nampak Mutia dan Karina sedang bermain dengan cucunya.Mutia memalingkan wajahnya tatkala melihat Arafat dan suaminya masuk dengan wajah tegang."Ada apa ?""Jangan bertanya dulu, berbaringlah, Karina tolong pindahkan bayi Abil ke boks."Mutia menurut, dia lalu berbaring dan memejamkan matanya. Jika tuan Arafat
Julit mulai curiga dengan tingkah anaknya, saat dia hendak menjodohkan dengan anak pemilik Restaurant, Aditia menolak. Gerak geriknya mencurigakan. Julit melihat anak semata wayangnya itu selalu pergi dengan Selena tetapi saat ditanya dia terus mengelak.Julit sempat mendengar pembicaraan anaknya tentang sebuah Vila dan direktur perusahaan Abhyleon. Dia tak ingin sesuatu terjadi pada anaknya. Dari informasi yang dia dapatkan, direktur itu punya seorang anak dari hasil perselingkuhannya dengan Abhygael. Pantas saja ponakannya itu tak lagi mencari Leona.Julit berjalan mondar mandir di kediamannya, jika anaknya menculik direktur itu tanpa pengawalan yang ketat maka akan berbahaya baginya. Seorang anak buah yang dipekerjakan anaknya berjalan tergesa-gesa."Santos kesini!"Laki-laki itu berhenti tatkala tuan besar memanggilnya."Ada apa tuan?""Ceritakan padaku apa yang dilakukan Aditia, dan Vila mana yang sering dia bicarakan."Santos ketakutan, dia teringat ancaman Aditia namun diapun t