Bab 3. MEMBAYAR HUTANG DENGAN MUDAH
“Mmm… benar saya berhutang dua milyar kepada tuan Parijo itu sebelumnya?” “Dua milyar, baiklah biar saya lunasi dulu hutangnya biar brengsek itu tidak menggonggong dan mengganggu kita.”Setelah berkata, Darko segera berbalik dan perlahan berjalan ke arah ketua Rentenir yang sedang berdiri sambil memegangi wajahnya yang bengkak seperti balon. Sementara itu ketua Rentenir yang melihat Darko berjalan ke arahnya, tanpa sadar dia juga berjalan mundur untuk menjauhi Darko. Kekejaman dan kekuatan Darko yang sudah menamparnya tanpa terlihat dan menendang kedua anak buahnya hingga terlempar sejauh sepuluh meter telah membuat hatinya menciut. “Apa… apa yang akan kamu lakukan?”Dengan suara tergagap, ketua Rentenir berkata sambil memandang ke arah Darko dengan panik. “Berapa hutang istri saya?” “Hutang?”Ketua Rentenir menatap Darko dengan tatapan dipenuhi rasa tidak percaya. “Iya, berapa hutang istri saya?” “Empat milyar.”Ketua Rentenir menjawab pertanyaan Darko dengan suara mantap. Mendengar jawaban ketua Rentenir tentu saja kedua alis Darko bertaut, dia menatap ketua Rentenir dan Angeline yang sedang berdiri di kejauhan dengan bingung. Bukankah kata Angeline hutangnya sebesar dua milyar, kenapa sekarang menjadi empat milyar. “Apa tidak salah jumlah yang kamu katakan? Coba ingat-ingat lagi berapa hutang istri saya?”Darko menatap ketua Rentenir dengan tatapan tajam. Ditatap oleh sepasang mata Darko yang selayaknya mata harimau buas, seketika perasaan ketua Rentenir diliputi rasa takut yang tidak bisa diucapkan dengan kata-kata. “Sebenarnya hutangnya hanya dua milyar, akan tetapi Angelina sudah menunggak selama dua tahun sehingga ditambah bunga sekarang menjadi empat milyar.”Ketua Rentenir berkata sambil menatap kearah Darko dengan tatapan waspada. Mendengar perkataan ketua Rentenir, seketika Darko tahu permasalahannya. Mana mungkin orang yang memberi hutang tidak meminta bunga dari pinjaman yang mereka berikan. Kemudian tanpa banyak cakap, Darko segera menanyakan rekening Bank ketua Rentenir. “Berapa nomor rekening kamu?”Darko berkata setelah mengambil ponselnya yang berada di saku celananya. Ketua Rentenir hanya terdiam seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan Darko, dia menatapnya dengan tatapan curiga. “Cepat sebutkan nomor rekening Bank kamu, mau saya bayar apa tidak hutangnya?!”Darko mulai kesal melihat sikap ketua Rentenir yang menatapnya dengan wajah bingung. Setelah mendengar suara Darko yang menghardiknya, seketika ketua Rentenir tersadar. Kemudian ketua Rentenir mengambil ponselnya dan menunjukkan nomor rekening Banknya. Darko segera memindai kode QR milik ketua Rentenir, sekali klik dana empat milyar langsung masuk secara online ke rekening Bank ketua Rentenir. “Sudah, hutang istri saya sudah lunas. Saya ingatkan, kamu jangan sekali-kali berani macam-macam dan berniat buruk terhadap istri saya kalau nyawa kamu ingin tetap berada di tubuhmu.”Darko memberi pesan dengan nada dingin, ekspresi wajahnya juga seperti es saat menatap ketua Rentenir. Setelah mengingatkan ketua Rentenir, Darko segera berbalik dan berjalan ke arah Faizi dan Angeline kemudian dia tersenyum cerah seakan apa yang terjadi barusan hanyalah angin lalu saja. “Mari kita masuk, ayah kangen sama Izi. Anak ayah ternyata sudah besar, terimakasih Izi sudah jaga ibu dengan baik.”Darko berkata sambil menggendong Faizi, saat mereka masuk kedalam rumah reot yang di sewa Angeline. Sementara itu di dalam rumah reot yang di sewa Angeline, terlihat dua orang paruh baya yang terlihat lebih tua dari usia sebenarnya. Kedua orang paruh baya itu adalah Rossa dan Abimanyu, kedua orang tua Angeline. Setelah perusahaan Angeline Diamond bangkrut, kehidupan keluarga mereka langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Semua kemudahan dan berbisnis seketika menghilang, saat Darko dan orang-orang kepercayaannya ditarik kembali ke militer. Mereka dipanggil untuk melindungi negara dari serangan pemberontak, penghianat negara yang dilatih oleh militer negara persekutuan Godriel di wilayah timur Nusantara. “Nenek… kakek… lihat siapa yang sedang bersama Izi?!”Begitu memasuki rumah, Faizi langsung berteriak memanggil Rossa dan Angeline yang sedang duduk di sofa lapuk dengan ekspresi ketakutan. Sebelumnya mereka berdua juga tahu akan kedatangan ketua Rentenir dan anak buahnya yang menagih hutang Angeline. Mereka berdua yang dulunya sangat garang dan pemberani kini sudah berubah seperti anjing yang hanya bisa menyembunyikan ekornya. Memang kekayaan akan membuat seseorang menjadi arogan serta pemberani, sedangkan pada saat miskin dan tidak punya apapun yang bisa di banggakan, maka secara otomatis sikap mereka akan berubah. Begitu mendengar teriakan Faizi, seketika Rossa dan Abimanyu memandang kearah pintu. Seketika tubuh mereka bergetar tanpa di sadari, sedangkan mata mereka seakan mau keluar dari rongga matanya. “Darko…”Tenggorokan Rossa seakan tercekik ketika menyebut nama Darko, dia seakan melihat hantu di siang hari bolong. “Darko…”Demikian juga dengan Abimanyu, dia juga menatap kearah Darko dengan perasaan tidak percaya. Mereka berdua sebelumnya sudah pasrah dan tidak pernah mengharapkan menantu mereka ini bisa kembali hidup-hidup setelah pergi berperang selama lima tahun di garis depan. Bahkan sebelumnya Rossa dan Abimanyu sudah berulang kali menyuruh Angeline untuk menikah lagi agar kehidupan mereka menjadi lebih baik. Akan tetapi bujukan serta paksaan orang tuanya yang menyuruh Angeline untuk menikah lagi selalu di tolak oleh Angeline. Bagaimanapun juga sifat dan sikap Angeline sangat kukuh menjaga cinta dan kepercayaannya terhadap Darko. “Ayah, ibu.”Darko segera menghampiri Rossa serta Angeline serta menjabat tangan mereka berdua sambil mencium punggung tangan mereka berdua sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang dihormati. “Ka… ka… kamu masih hidup…?”Rossa masih tidak percaya kalau menantunya masih bisa kembali hidup-hidup setelah menghilang selama lima tahun dari medan perang. “Iya bu, Alhamdulillah Alloh masih menjaga Darko, hingga sampai sekarang masih diberi keselamatan.”Darko membalas perkataan Rossa sambil tersenyum, kemudian dia duduk di sofa lusuh yang sedang diduduki kedua mertuanya. Darko sangat miris melihat keadaan rumah reot yang di sewa istrinya, dia merasa sangat bersalah telah membuat istri dan anaknya hidup menderita. “Kalau kamu masih hidup, kenapa kamu tidak pernah menghubungi Angeline? Apa kamu tahu kalau Angeline berulang kali menghubungi kamu tapi ponselmu selalu mati?” Mendengar ucapan Rossa, Darko hanya bisa menatap Angeline dengan tatapan penuh dengan permohonan maaf. Darko tidak bisa berkata apa-apa, dia merasa bingung untuk menjawab pertanyaan Rossa. Sebenarnya ini jawaban yang mudah jika Darko bisa mengatakan apa adanya. Jika dia tidak bisa menghubungi Angeline dikarenakan situasi di medan perang benar-benar membutuhkan kondisi khusus, yang mengharuskan para prajurit melupakan urusan keluarga mereka. Melihat tatapan Darko yang seakan meminta bantuan dirinya untuk menjawab pertanyaan Rossa, seketika Angeline tahu apa yang diinginkan suaminya ini. “Bu, sepertinya tidak pantas ibu menanyakan hal ini. Ibu juga tahu sendiri dan mengikuti berita di televisi situasi pertempuran di wilayah timur. Karena hal inilah kak Darko tidak ada waktu untuk mengabari kita.” “Ibu tahu, tapi masa tidak ada waktu untuk menelpon kamu barang semenit.”Rossa seakan tidak mau disalahkan atas pertanyaannya kepada Darko. Tentu saja Rossa sangat kesal dengan Darko, karena sejak menantunya ini dipanggil Kaisar, sejak saat itu pula Darko pergi tanpa kabar sedikitpun. “Sudahlah bu, kita tidak perlu membahas hal ini lagi. Yang penting sekarang kak Darko sudah pulang dari medan perang dalam keadaan sehat wal afiat.” “Nenek, Izi sekarang punya ayah. Hore… Izi punya ayah…! Ayah, besok ayah harus temani Faizi ke sekolah ya? Biar teman-teman Izi tahu kalau Izi bukan anak haram.” “Baiklah, tentu ayah akan menemani anak ayah ke sekolah. Ayah juga ingin tahu siapa orang yang berani mengganggu anak ayah yang baik ini.”Darko berkata dengan lembut sambil membelai kepala Faizi dengan penuh kasih sayang. Sementara itu Faizi yang sedang duduk di pangkuan Darko tentu saja sangat senang mendengar kesanggupan ayahnya untuk menemani pergi ke sekolah. Setelah suasana rumah lebih kondusif, Angeline segera minta ijin ke semuanya untuk pergi ke dapur untuk memasak. Sedangkan Darko asik bermain dengan Faizi setelah Angeline pergi ke dapur.Bab 4. SEDIH MELIHAT KEHIDUPAN ANAK DAN ISTRINYA Sementara itu Rossa dan Abimanyu yang tampak tidak senang dengan sikap Darko melanjutkan kesibukannya menonton acara televisi. “Ayah kita bermain di luar saja yuk…” Tiba-tiba Faizi berkata sambil menggandeng tangan Darko dan menariknya keluar dari rumah. Sambil tersenyum Darko hanya bisa mengikuti apa yang diinginkan anaknya yang baru saja bertemu sejak dilahirkan. Ternyata Faizi mengajak Darko pergi ke halaman belakang rumahnya. meskipun rumah yang di tinggali Angeline sudah sangat tua dan kecil akan tetapi halamannya sangat luas. Di sekeliling rumah tua ini dipenuhi aneka ragam sayuran, dari kangkung, bayam, sawi, lombok, kacang panjang, tomat dan lainnya. Ternyata uang terakhir yang dimiliki Angeline di gunakan untuk membeli rumah tua yang mempunyai halaman luas setelah perusahaannya bangkrut. “Ayah, kenalin ini Boy, kelinci kesayangan Izi.” Faizi mengajak Darko pergi ke kandang ke
Bab 5. ANGELINE DIGANGGU PREMAN PASAR Saat ini semua orang memandang ke arah Darko yang berdiri di samping Angeline dengan ekspresi penuh dengan tanya. “Ehem… ehem… siapa ini? Sepertinya ada teman baru nih?” Salah seorang penumpang wanita tiba-tiba berkata setelah sebelumnya berdehem seakan sedang mengajak bercanda Angeline. Darko yang mendengar candaan teman-teman Angeline sesama pedagang sayur pasar pagi segera memperkenalkan diri. “Ibu-ibu perkenalkan saya Darko suaminya Angeline.” “Suaminya Angeline…?” Suara kaget dan wajah penuh dengan rasa heran menghiasi wajah semua penumpang mobil pick up yang membawa sayuran. Mereka memandangi Darko dengan tatapan penuh selidik, tatapannya seakan tidak percaya kalau suami Angeline begitu kurus dan pakaian yang dikenakannya juga terlihat sangat tua hingga warnanya sudah memudar. Semua orang memandang ke arah Darko dan Angeline silih berganti sambil menggelengkan kepalanya. Mereka merasa betapa ma
Bab 6. JANDA KEMBANG PASAR PAGI Darko dan Angeline saling bertukar pandang saat mendengar perkataan bang Bimo, sepertinya desas-desus tentang kehidupannya sudah menyebar keseluruh pasar. Mana mungkin kehidupan Angeline yang begitu cantik tidak menyebar ke seluruh pedagang pasar, maupun pengunjung pasar. Sepertinya bang Bimo tidak mau menerima kenyataan kalau suami Angeline sudah kembali, dia memandang dengan sinis ke arah Darko seakan ingin membunuhnya. Sudah sejak lama bang Bimo ingin memperistri Angeline yang terkenal sebagai janda kembang pasar pagi. “Memang sebelumnya suami saya pergi ke medan perang untuk bertugas, tapi sekarang dia sudah kembali.”Angeline berkata sambil tersenyum dan menatap kearah Darko dengan tatapan penuh kasih sayang. Sementara itu Darko hanya diam sambil memperhatikan gerak-gerik bang Bimo, dia tahu seperti apa sifat seorang preman pasar. Akan tetapi karena di peringatkan oleh Angeline untuk tidak membuat keributan, se
Bab 7. AYAH YANG DIRINDUKAN “Kamu lihat, wanita secantik itu hanya membeli satu kilo beras yang berkualitas paling buruk, betapa kasihannya ibu Angeline itu.” Pedagang beras tampak berbisik pada suaminya setelah Angeline dan Darko pergi meninggalkan kios beras mereka. “Iya, padahal kalau Angeline mau tentu banyak pria yang ingin menjadi suaminya.” “Apa kamu tahu siapa pria kurus yang berjalan bersamanya?” “Eh iya, siapa ya? Setahu saya Angeline selalu sendirian setiap kali pergi ke pasar. Apakah pria itu suaminya yang katanya pergi ke medan perang?” “Mungkin juga, lihat saja matanya. Meskipun tubuhnya kurus dan kulitnya hitam, akan tetapi tatapan matanya sangat tajam seperti orang yang biasa dalam disiplin tinggi.” “Tapi apa iya, bukankah suaminya sudah mati sejak lima tahun lalu di medan perang, apa mungkin pria itu saudaranya?” “Sudahlah, kita tidak perlu membahasnya lagi. Lagian itu bukan urusan kita, yang penting bisnis kita tetap berjalan.”
Bab 8. MENGANTAR SEKOLAH Faizi menjawab pertanyaan gurunya dengan wajah penuh semangat dan penuh dengan kebanggan. Mendengar perkataan Faizi, para guru serta wali murid yang berada di sekitar sekolah Taman Kanak-Kanak segera menoleh ke arah Darko yang berdiri di dekat Angeline. “Dasar keluarga miskin tetap saja miskin, apanya yang tentara? Ternyata suami wanita jalang itu hanya prajurit kelas rendahan.” “Betul sekali, lihatlah pakaian yang dikenakannya benar-benar sangat jelek. Bahkan lebih jelek dari keset lantai di rumahku.” “Ha ha ha ha… benar sekali, saya sebenarnya kasihan dengan Angeline itu. Apa mata dan otaknya bermasalah, dia itu kan cantik. Masa mau menikah dengan pria miskin dan kurus seperti dia.” Cemoohan para wali murid meskipun tidak terlalu keras akan tetapi masih bisa didengar dengan jelas oleh Angeline dan Darko yang berdiri di depan pintu gerbang Sekolah Taman Kanak-Kanak, dimana Faizi belajar. Angeline yang sudah terbiasa mende
Bab 9. TEMBAKAN SENJATA RAHASIA “Tentu saja ayah punya uang, karena itulah ayah akan ajak Faizi ke Mall untuk beli mainan dan pakaian baru.” “Beli pakaian baru? Apa itu beneran Yah?” “Tentu saja beneran, untuk apa ayah bohong sama Faizi.”Sementara itu Angeline diam saja melihat interaksi antara ayah dan anak di depannya, tentu saja dia ingin menyenangkan Faizi. Hanya saja selama ini keadaannya sama sekali tidak baik-baik saja, padahal jika Angeline mau berbicara dengan mertuanya atau orang tua Darko tentu mereka akan membantunya. Akan tetapi sifat Angeline yang tidak ingin merepotkan mertuanya membuat kehidupannya serba kekurangan. Padahal Angeline juga tahu kalau orang tua Darko atau mertuanya adalah seorang milyader. Bahkan orang tua Darko merupakan bangsawan yang tinggal di Ibukota kekaisaran Nusantara. Angeline yang sudah terbiasa melihat keseharian Darko selama mereka menikah, sama sekali tidak curiga atau menanyakan apakah Darko punya ua
Bab 10. BERTELANJANG DADA Brak… Bugh! “Sialan… anak siapa ini? Bocah, kamu punya mata apa tidak? Kenapa kamu berlarian di Mall ini, dasar sialan!”Wanita paruh baya yang ditabrak Faizi wajahnya memerah saking marahnya, dia menunjuk ke arah Faizi yang pada saat ini sedang berdiri dengan wajah ketakutan. Angeline segera berlari mendekati wanita paruh baya ini dan berusaha membantunya untuk berdiri. Sementara Darko membantu merapikan belanjaannya yang berserakan, wanita itu belum menyadari kalau orang yang sedang membantunya berdiri adalah orang tua bocah yang menabraknya. Setelah merapikan semua tas belanjaan dan meletakkan di samping wanita paruh baya ini, Darko segera mendekati Faizi dan menghiburnya. “Jangan takut, sebagai pria minta maaflah jika sudah melakukan kesalahan. Faizi adalah anak yang tangguh, jangan takut ayah ada disini untuk menjagamu.” “Ayah… “Faizi memandang Darko dengan penuh keraguan, kemudian dia menoleh ke arah wanita paruh ba
Bab 11. AYAH YANG JANTAN DAN KEREN “Apa yang kamu lakukan?”Wanita paruh baya ini menggeram dan menatap Darko dengan emosi yang meluap seakan ingin memakan Darko bulat-bulat. Sepertinya wanita paruh baya ini sama sekali tidak merasa takut terhadap Darko, meskipun dia sudah berulang kali di tampar dia masih saja memelototkan matanya ke arah Darko sambil memaki. “Bisa diam tidak? Kalau tidak bisa diam saya cabut semua gigi mu!” Bentak Darko sambil menatap mata wanita paruh baya di depannya. Begitu mendengar ancaman Darko seketika wanita paruh baya ini terdiam, dia tidak berani berteriak memaki Dako, karena dia tahu kalau ancaman Darko pasti akan dibuktikan jika dia berani memaki nya lagi. Setelah wanita paruh baya ini diam, Darko segera melanjutkan langkahnya memasuki Mall. Sementara itu Faizi memandangi apa yang dilakukan Darko dengan tatapan penuh dengan semangat. “Ayah benar-benar jantan dan keren,” gumam Faizi lirih.Memang sebagai seorang anak lelak
Bab 192. BERTEMU PRIA PARUH BAYA YANG DICARINYA “Bu Siti, apa yang membuat anda datang ke Rumah Sakit ini? Apakah anda bersama pak Darko?” “Saya datang sendiri ke Rumah Sakit ini, kemarin saya seperti mengenali seseorang yang ada di Rumah Sakit ini, sehingga saya ingin menghilangkan rasa penasaran saya.” “Ibu punya kenalan orang di Rumah Sakit ini? Apakah karyawan di tempat ini atau siapa?”Dokter Irawati tampak sangat serius mendengarkan apa yang dikatakan Siti. Bagaimanapun juga dia tidak ingin mengecewakan orang sekelas Siti dan Darko yang masih deposit uang perawatan untuk Angelina yang sisanya masih sangat banyak. “Saya tidak tahu, orang itu kerja di Rumah Sakit ini atau pasiennya. Tapi yang jelas saya penasaran dengan sosok pria yang saya lihat kemarin itu.” Dokter irawati tampak semakin bingung dengan perkataan Siti, kemudian dia minta informasi lebih lengkap tentang pria paruh baya yang dilihat Siti saat itu. Setelah Siti menceritakan ihwal
Bab 191. SITI MENCARI PRIA PARUH BAYA DI RUMAH SAKIT JIWA “Apa Darko? Bagaimana bisa pria tidak berguna itu membawa pergi Angelina.?”Rossa tampak sangat kesal begitu mendengar perkataan petugas resepsionis yang sedang melayaninya. Melihat dan mendengar perkataan Rossa, Resepsionis ini hanya bisa diam, baginya dia tidak tahu menahu masalah pasien maupun keluar masuknya pasien ke Rumah Sakit ini. Karena tugasnya hanya menerima tamu dan memberikan informasi sesuai data yang tersedia di komputernya. “Sudahlah bu, sebaiknya kita pulang saja. Kita tidak usah ribut-ribut di tempat ini.”Abimanyu yang masih mempunyai pikiran panjang, segera membujuk Rossa untuk kembali saja. Apalagi dari catatan yang terdokumentasi oleh komputer Rumah sakit di beritahukan kalau Angelina keluar dari Rumah Sakit bersama Darko. Meskipun dengan perasaan kesal, akhirnya Rossa tetap mengikuti perkataan Abimanyu untuk pulang tanpa bersama Angelina. Tak lama setelah Rossa dan Abim
Bab 190. ROSSA INGIN MEMBAWA PULANG ANGELINA Tanpa sadar Siti menggumamkan sebuah nama yang selama ini selalu tersimpan di hatinya. Siapakah mas Tegar itu? Mas Tegar adalah suami Siti sewaktu mereka muda dan masih kuliah di Universitas Mandiraja. Sedangkan Tegar itu sendiri adalah ayah biologis dari Darko sang tokoh utama yang selama ini belum pernah dilihatnya. “Tunggu….”Tiba-tiba Siti berkata dengan sedikit ragu-ragu tergambar jelas di raut wajahnya. “Sepertinya saya pernah melihat mas Tegar, tapi dimana ya?” “Betul sekali, pria itu.” “Pria yang ada di Rumah Sakit Jiwa tempat Angelina dirawat, wajahnya sangat mirip dengan mas Tegar.”Siti tampak sedang mengingat-ingat sosok pria paruh baya yang sedang duduk di bawah pohon yang sebelumnya di lihatnya. Semakin dipikirkan, Siti semakin penasaran dengan pria paruh baya itu yang ada di Rumah Sakit Jiwa. Pria paruh baya itu adalah gelandangan yang ditemukan petugas polisi kota di pi
Bab 189. PELUKAN MENGHARUKAN Kedatangan Darko yang mendadak bersama Angelina serta Siti tentu saja mengejutkan Widyawati dan George, demikian juga dengan Faizi yang sedang bersama kakek dan neneknya. “Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikum salam.” “Eh ada tamu agung datang mengunjungi gubuk kami yang reot ini.”Widyawati langsung menyambut kedatangan Siti dan Angelina dengan sebuah sapaan merendah sebagai sopan santun yang umum bagi masyarakat jawadwipa setelah sebelumnya menjawab salam mereka. Darko terlebih dahulu melakukan sungkem dengan menjabat tangan kedua orang tuanya dengan cara mencium punggung tangannya. Setelah itu barulah Widyawati serta George langsung menyambut kedatangan Siti dan Angelina. “Anakku… kamu juga ikut pulang kerumah ibu?”Widyawati segera memeluk tubuh Angelina yang terlihat kurus, sebelumnya kedua orang tuanya sudah tahu kalau hubungan Darko dan Angelina sudah bercerai karena permintaan keluarga Wibisono. Karena hal in
Bab 188. ANGELINA DIBAWA KE IBUKOTA Setelah melihat Darko menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengiyakan, seketika ekspresi panik Angelina pun menghilang. “Betul sekali, kamu tidak akan bertemu dengan Rossa dan Abimanyu. Kamu akan tinggal bersama kami, disana juga ada Faizi.” “Apa? Saya akan bertemu dengan Faizi?” “Betul sekali, untuk apa aku berkata bohong?” “Tapi… tapi bagaimana kalau Rossa tahu dan mencari kita?” “Kamu tidak usah khawatir, di tempat ini Rossa dan keluarga Wibisono tidak akan berani macam-macam lagi.” Setelah berbincang-bincang sebentar meluapkan rasa rindu dengan saling berpelukan, Darko segera mengajak semua orang untuk kembali. Tapi sebelum kembali Darko menghubungi Bambang untuk menyiapkan pakaian untuk Angelina, serta membawakan mobil yang cukup besar untuk membawa mereka bertiga, karena sebelumnya Darko membawa mobil sport yang hanya mempunyai dua kursi penumpang saja. Dan tak lupa Darko meminta Bambang untuk me
Bab 187. MEMBAWA PULANG ANGELINA “Apakah itu Angelina? Kenapa dia tinggal di tempat seperti ini?”Tanda tanya besar menghantui pikirannya setelah melihat Angelina yang berwajah pucat dan terlihat kerutan di keningnya. Maklumlah kalau Siti terkejut, karena dia sama sekali tidak menyangka kalau menantunya ternyata dalam kondisi yang cukup memprihatinkan. “Sayang, aku datang.”Darko berteriak ketika jaraknya tinggal lima puluh meter dari Angelina yang sedang asik dengan tanaman bunganya. Angelina segera menoleh ke arah sumber suara, seketika ekspresi wajahnya bersinar melihat Darko yang memanggilnya. “Kak Darko.”Angelina berbisik pelan memanggil nama Darko, karena saking gembiranya mengetahui kedatangan Darko, Angelina sampai mengabaikan keberadaan Siti yang berjalan di belakangnya. Sementara itu dokter Irawati hanya berdiri diam sambil tersenyum melihat interaksi antara Angelina dan Darko. Sebagai seorang dokter jiwa, tentu saja dokter Irawati tahu
Bab 186. SITI MENJENGUK ANGELINA “Rumah Sakit Jiwa? Kenapa Darko membawaku ke Rumah Sakit Jiwa? Bukankah saya ingin bertemu dengan Angelina?”Kepala Siti langsung berdenyut ketika memikirkan apa yang sedang direncanakan Darko. Meskipun dia penasaran, Siti tetap diam tidak bertanya apa yang menjadi uneg-uneg dalam hatinya. “Mari turun bu.”Setelah sampai di tempat parkir, Darko keluar dari mobil sportnya terlebih dahulu, kemudian dia berjalan memutar untuk membuka pintu dimana Siti berada. Pemandangan ketika Darko membuka pintu dan mempersilahkan Siti keluar dari mobil sportnya tampak menarik perhatian masyarakat serta karyawan Rumah Sakit Jiwa yang sedang di lobi maupun di tempat parkir. “Coba lihat itu, Boss dari mana tuh yang datang ke Rumah Sakit Jiwa yang khusus untuk orang tidak waras?” “Iya, apa mungkin keluarga mereka ada yang sakit jiwa?” “Bisa saja, namanya orang gila itu bisa melanda siapapun tidak pandang orang kaya maupun orang mis
Bab 185. KEDATANGAN SITI Airmata kebahagiaan bercampur dengan kesedihan tiada henti membasahi pipi Siti yang sedang terlarut dalam euforia yang sama sekali tidak pernah disangka-sangkanya. Hingga pada akhirnya dia menghela nafas berat setelah memandangi foto Faizi di ponselnya. “Sebaiknya saya menemui cucuku ini, daripada selalu rindu dan bersalah tidak bisa membahagiakan Darko saat kecil.”Setelah bergumam dan menentukan pilihan apa yang akan dilakukan, Siti segera bangkit dari duduknya dan merapikan semua barang yang ada di atas meja kerja. Kemudian Siti pulang lebih awal, dia berpesan kepada sekretaris dan bawahannya kalau dia akan pergi ke Nusantara untuk beberapa hari. Siti sudah berada di bandar udara Internasional kota Parigi untuk menuju negara Nusantara. Siti dikawal lima orang pengawal kepercayaannya selama bepergian ke Nusantara. Akhirnya pesawat yang ditunggu pun tiba, Siti dan kelima pengawalnya menaiki pesawat yang akan terbang men
Bab 184. KELUH KESAH SITI HARDIYANTI RUKMANA Setelah menyampaikan apa yang perlu disampaikan kepada peserta rapat, tanpa sengaja Darko melihat kedua anak buah kepercayaannya saling pandang dengan senyum masam terlihat di wajah mereka. Segera saja Darko tahu apa yang sedang mereka pikirkan, kemudian dia berkata untuk menghibur kedua orang kepercayaannya ini. “Satu lagi yang perlu saya umumkan, ada dua orang yang akan mendapatkan bonus masing-masing sebanyak dua ratus milyar rupiah dan liburan satu minggu bagi pak Bambang dan pak Slamet yang telah membantu saya selama ini menjaga perusahaan dan memilih para karyawan yang bertalenta seperti kalian.” Suasana ruang rapat yang sebelumnya sudah dipenuhi dengan bisik-bisik kegembiraan, sekali lagi terdengar suara ucapan selamat yang ditujukan kepada Bambang dan Slamet disusul suara tepuk tangan yang meriah. Bambang dan Slamet yang sebelumnya tersenyum masam seketika wajah mereka berseri-seri setelah mendengar peng