Bab 10. BERTELANJANG DADA Brak… Bugh! “Sialan… anak siapa ini? Bocah, kamu punya mata apa tidak? Kenapa kamu berlarian di Mall ini, dasar sialan!”Wanita paruh baya yang ditabrak Faizi wajahnya memerah saking marahnya, dia menunjuk ke arah Faizi yang pada saat ini sedang berdiri dengan wajah ketakutan. Angeline segera berlari mendekati wanita paruh baya ini dan berusaha membantunya untuk berdiri. Sementara Darko membantu merapikan belanjaannya yang berserakan, wanita itu belum menyadari kalau orang yang sedang membantunya berdiri adalah orang tua bocah yang menabraknya. Setelah merapikan semua tas belanjaan dan meletakkan di samping wanita paruh baya ini, Darko segera mendekati Faizi dan menghiburnya. “Jangan takut, sebagai pria minta maaflah jika sudah melakukan kesalahan. Faizi adalah anak yang tangguh, jangan takut ayah ada disini untuk menjagamu.” “Ayah… “Faizi memandang Darko dengan penuh keraguan, kemudian dia menoleh ke arah wanita paruh ba
Bab 11. AYAH YANG JANTAN DAN KEREN “Apa yang kamu lakukan?”Wanita paruh baya ini menggeram dan menatap Darko dengan emosi yang meluap seakan ingin memakan Darko bulat-bulat. Sepertinya wanita paruh baya ini sama sekali tidak merasa takut terhadap Darko, meskipun dia sudah berulang kali di tampar dia masih saja memelototkan matanya ke arah Darko sambil memaki. “Bisa diam tidak? Kalau tidak bisa diam saya cabut semua gigi mu!” Bentak Darko sambil menatap mata wanita paruh baya di depannya. Begitu mendengar ancaman Darko seketika wanita paruh baya ini terdiam, dia tidak berani berteriak memaki Dako, karena dia tahu kalau ancaman Darko pasti akan dibuktikan jika dia berani memaki nya lagi. Setelah wanita paruh baya ini diam, Darko segera melanjutkan langkahnya memasuki Mall. Sementara itu Faizi memandangi apa yang dilakukan Darko dengan tatapan penuh dengan semangat. “Ayah benar-benar jantan dan keren,” gumam Faizi lirih.Memang sebagai seorang anak lelak
Bab 12. HANTU Sementara itu Darko yang sedang asik menemani Faizi memilih pakaian, dikejutkan oleh suara pelayan yang berdiri di belakangnya. “Maaf tuan, sebaiknya tuan memakai pakaian terlebih dahulu sebelum berjalan-jalan di Mall ini. Bukannya apa-apa, sangatlah tidak baik, jika tuan bertelanjang dada seperti ini.” Darko segera menoleh ke arah sumber suara, seketika dia mendapati tatapan wanita pelayan di depannya sedang tertuju ke arah tubuhnya yang kekar. “Ehem…”Darko langsung berdehem yang secara otomatis mengagetkan pelayan wanita di depannya, seketika wajahnya memerah dan menundukkan kepalanya ketika tiba-tiba Darko berbalik tepat ke arahnya. Melihat pelayan wanita di depannya menundukkan kepala, Darko segera memandang dadanya yang bidang dan perutnya yang seperti barisan buah durian Bawor. Darko langsung tersenyum kecut setelah melihat keadaan tubuhnya, awalnya dia memang ingin membelikan pakaian untuk Faizi, sehingga dia melupakan keadaannya se
Bab 13. TAMPARAN Ketika Darko dan pelayan Mall sedang berdiskusi tentang ganti rugi pakaian yang dijatuhkan Faizi, terlihat Angeline yang sebelumnya berada di outlet pakaian wanita sedang berjalan ke arah mereka. Sebelumnya Angeline memang sedang ragu untuk memilih pakaian wanita sebagai ganti pakaiannya yang di robek wanita paruh baya saat di lobi. Akan tetapi setelah melihat uangnya hanya sisa seratus ribu rupiah, seketika Angeline merasa ragu untuk membeli pakaian baru. Karena uang seratus ribu ini sebenarnya akan digunakan untuk kebutuhan mendesak di keluarganya seperti berobat dan membayar listrik. “Ada apa ini? Kenapa pakaiannya berantakan seperti ini?”Angeline langsung bertanya kepada Darko begitu sampai di dekatnya. Darko memandang kearah Angeline dan segera tersenyum untuk menenangkannya, kemudian berkata. “Tidak ada apa-apa, hanya pakaian ini tersenggol dan jatuh berserakan.” “Kenapa kalian sepertinya sedang saling berargumen?”Angeli
Bab 14. SIAPA ANDA “Apa yang kalian lakukan? Apa perusahaan membayar kalian untuk berkumpul dan ngobrol? Kalian bubar dan kembali ke pos kalian!”Ternyata orang yang membentak para pelayan adalah Nuraeni yang sebelumnya sedang menemani wanita paruh baya yang ada di lobi. Saat itu dia mendapatkan laporan dari salah seorang pelayan yang mengatakan kalau di lantai dua sedang ada keributan. Tentu saja Nuraeni langsung pergi ke lantai dua untuk melihat keributan apa yang sedang terjadi. Sebagai manajer yang bertanggung jawab atas operasional Mall ini, maka dia segera mendatangi lantai dua setelah mendapatkan laporan dari salah satu pelayannya. “Ini… ini… orang ini sudah membuat keributan dan menjatuhkan semua rak pakaian ini.” Nuraeni segera memandang kearah Darko dan Angeline, keningnya seketika mengerut melihat penampilannya. “Apa kalian yang sudah membuat keributan ini?” “Maafkan saya, saya akan bertanggung jawab atas semua kerusakan ini.”Darko seg
Bab 15. DIINCAR MUCIKARI Darko membelai kepala Faizi sambil tersenyum saat memberi nasehat dan dukungan atas cita-cita anak kesayangannya ini. Saat sedang menikmati kebahagiaan dengan Faizi, terdengar langkah kaki yang mendekat ke arahnya dan suara teriakan dari seseorang. Darko segera menoleh ke arah sumber suara, seketika senyum dingin menghiasi sudut bibirnya. Dia tahu kalau enam orang berbadan kekar dengan pakaian serba kekar ini pastilah orang yang dipanggil wanita paruh baya yang sebelumnya di tabrak tanpa sengaja oleh Faizi saat di lobi. “Sepertinya pria itu orang yang di maksud nyonya besar.” “Benar sekali, hanya pria itu yang bersama anak kecil dengan pakaian yang jelek.” “Kalian segera tangkap pria itu dan bawa ke hadapan nyonya besar.” “Baik.” “Hei… kamu bajingan yang tadi menampar Boss kami ya?!”Kapten pengawal langsung menghardik setibanya di depan Darko, tanpa sopan santun terlebih dahulu. Suara keras teriakan kapten
Bab 16. WANITA YANG SEDERHANA Terdengar teriakan yang menyayat hati hampir bersamaan, ketika jari jemari Darko dijentikkan kearah keenam orang pengawal yang akan menangkapnya. Kemudian keenam pria naas ini terbang seperti baru saja di hantam kepala seekor kerbau sejauh sepuluh meter dan jatuh menghantam rak-rak pakaian di Mall ini. Brak…! Prang…! Tentu saja keributan ini membuat panik para pengunjung Mall dan pelayan yang sedang berjaga. “Ada apa ini? Kenapa ada orang yang menghancurkan rak pakaian kita?”Suasana lantai dua Mall seketika menjadi heboh, karena ke enam orang ini terbang ke tempat yang berbeda dan mereka Sementara itu ke enam pengawal yang terbang setelah terkena jentikan energi sejati yang ditembakkan Darko tampak memegangi dadanya yang melesak dan dari sudut bibir mereka meneteskan darah segar. Mereka sama sekali tidak tahu siapa orang yang sudah melemparkan tubuh mereka hingga terbang sejauh sepuluh meter dengan tulang rusuk patah.
Bab 17. MANAJER NURAENI MINTA MAAF Setelah memberi perintah kepada kedua petugas keamanan Mall, Manajer Nuraeni kembali ke meja kasir untuk menunggu Darko. Tak lupa dia juga memerintahkan ke karyawannya untuk segera membereskan semua kekacauan yang ditimbulkan ke enam orang ini. “Apa yang kalian lakukan? Lepaskan tangan kotormu, apa kamu tidak tahu siapa kami?” Kapten pengawal langsung memaki petugas keamanan Mall yang akan memborgol tangannya. Keamanan Mall seketika mengkerut ketika di bentak kapten pengawal, karena tubuh keenam ini memang sangat kekar dan lebih besar dibandingkan kedua pengawal Mall. Meskipun dada keenam pengawal mucikari Ratna sudah terluka, mereka tetap merupakan pria kekar yang membuat orang biasa merasa ngeri saat melihatnya. Setelah satpam Mall mundur, kapten pengawal segera berusaha untuk berdiri meskipun dengan menahan rasa sakit di dadanya. Satpam Mall sama sekali tidak berani menangkap kapten pengawal dan anak buahny
Bab 216. AKHIR BAHAGIA Kini Rossa dan Abimanyu baru tersadar kalau pesan kakek Wibisono ternyata sangat benar dan bukan omong kosong biasa. Akan tetapi kekecewaan dan penyesalan pasti selalu datang terlambat setelah semuanya terjadi dan terlewati, apalagi saat ini kebesaran keluarga besar Wibisono benar-benar sudah musne Pepatah asli dari Indonesia bisa mengungkapkan apa yang dialami keluarga besar Wibisono yaitu ‘Ibarat nasi sudah menjadi bubur’. Maka tidak ada yang bisa dilakukan keluarga besar Wibisono yang sudah hancur, sekarang yang ada hanya keluarga besar Mangkusadewo, karena Angelina sebagai generasi ketiga keluarga besar Wibisono sudah menjadi istri dan bagian dari keluarga besar Mangkusadewo. Kenapa menjadi keluarga Mangkusadewo bukannya keluarga besar Tegar dan Siti, hal ini disebabkan kedua orang tua kandung Darko tidak ingin merubah nama Darko yang memakai nama Mangkusadewo sejak kecil atau sejak mereka tinggalkan di depan pintu panti asuhan A
Bab 215. WASIAT KAKEK WIBISONO Keinginannya Rossa untuk membelot dan menolak permintaan Darko seketika menghilang setelah di bentak oleh pengawal yang bersama mereka. Dengan gugup dan dengan hati yang dipenuhi rasa penasaran mereka berdua berjalan memasuki Bandar udara kota Mandiraja tanpa tahu akan dibawa kemana oleh Darko. Hingga akhirnya ketika mereka melihat ada sebuah pesawat jet pribadi yang sangat indah berada di depan mata mereka, seketika rasa bingung dan shock mulai menghantui pikiran Rossa dan Abimanyu. Darko dan Angelina sama sekali tidak banyak bicara selama perjalan hingga memasuki jet pribadi milik Darko, hingga saking tidak sabarnya ingin tahu mereka akan dibawa kemana oleh Darko, Rossa memberanikan diri berbicara. “Darko, sebenarnya kami akan kamu bawa kemana? Dan kenapa kita naik jet pribadi yang begini bagus, apa maksudnya?” “Diamlah, jangan banyak bicara atau kalian akan saya lempar keluar dari pesawat.”Darko yang merasa kesal kep
Bab 214. NYALI ROSSA MENCIUT Sebelum Rossa tersadar dengan apa yang terjadi, Angelina sudah ditarik Darko ke sisinya. Seketika wajah Rossa menjadi jelek mengetahui Angelina sudah berpindah tempat lebih tepatnya di samping menantu yang tidak berguna itu. Ekspresi wajah Angelina juga terlihat sangat terkejut ketika tiba-tiba tubuhnya bergeser kesamping Darko sesaat setelah terdengar suara Darko memanggil pengawal. Apalagi Rossa emosinya seakan meluap mengetahui Angelina sudah berdiri di samping Darko. Pada saat dia akan menarik tangan Angeline kembali, tiba-tiba ada sesosok tubuh kekar berdiri tepat di depannya seakan sebuah benteng yang kokoh sebagai pembatas antara dirinya dengan Angelina. “Minggir, jangan halangi jalanku.”Dengan kasar Rossa berusaha mendorong pengawal kekar yang diperintahkan Darko untuk melindungi Angelina. “Argh… Lepaskan.”Rossa menjerit kesakitan mengetahui tangan yang sebelumnya akan digunakan untuk mendorong pria kekar di depa
Bab 213. DOKUMEN DARI MAHKAMAH AGUNG Hal ini tentu saja menimbulkan kecurigaan di pihak kepolisian yang menyelidiki musibah kebakaran ini. Mereka sama sekali tidak tahu kalau sumber bencana itu ada didepan mereka, andai saja mereka tahu tentu Darko akan langsung ditangkap dan dimintai keterangan. Akan tetapi saat ini orang yang sudah membuat keonaran itu ekspresinya tampak datar dan tidak menunjukkan ekspresi wajah sedih maupun belasungkawa mengetahui salah satu kerabatnya mengalami musibah. Untungnya tidak ada yang mencurigai Darko, karena banyak juga warga sekitar yang menonton lokasi kebakaran dengan ekspresi datar seperti halnya Darko. Angelina menangis di pelukan Rossa seakan dia lupa kalau sebelumnya Rossa sangat jahat kepada dirinya. Bagi Angelina sejahat apapun Rossa dia sudah sangat memahami sifatnya yang seperti flamboyan selalu berubah-ubah mengikuti arah angin. Meskipun dia selalu tidak setuju dengan nasehat serta saran Rossa, sebag
Bab 212. PULANG KE KOTA MANDIRAJA Darko tetap diam tidak ada satu katapun keluar dari mulutnya setelah Widyawati menyuruhnya untuk pergi ke kota Mandiraja melihat situasi terkini keluarga Wibisono. Hal ini membuat Widyawati menatap tajam ke arahnya, sementara itu Angelina sudah menghentikan tangisannya dan mengusap air mata yang terus mengalir di pipinya sambil menunggu jawaban Darko dengan hati berdebar-debar. “Baiklah, saya akan mengajak Angelina menengok keluarga Wibisono. Ibu saya titip Faizi bersama kalian.”Setelah menghela nafas sebentar Darko menyetujui saran Widyawati untuk pergi ke kota Mandiraja, tak lupa dia menitipkan Faizi dalam pengawasan dua neneknya ini. Dengan mengatakan hal ini maka secara otomatis dia hanya ingin berdua saja tanpa mengajak Faizi maupun yang lainnya. “Kamu tenang saja, Faizi pasti akan kami jaga dengan baik. Pergilah, jangan lama-lama di rumah ingat kamu harus menjaga menantu ibu yang cantik ini dengan baik.” “Ba
Bab 211. PERINTAH WIDYAWATI Widyawati membelai punggung Angelina untuk menenangkannya sambil menghibur agar Angelina tidak khawatir dengan Darko. “Tapi ibu?”Angelina masih khawatir kalau Darko tidak mengizinkan dia pulang ke kota Mandiraja untuk melihat dan mencari informasi lebih jelas keadaan nyonya besar Wibisono. Karena Angelina tahu kalau Darko sangat membenci keluarga nya, lebih utamanya kepada nenek dan pamannya. Karena hal inilah dia merasa sangat tertekan dan hanya bisa menangis saja. Melihat Angelina tampak bersedih seakan perkataan Widyawati masih belum cukup untuk membuatnya tenang. Hal ini membuat Widyawati segera mengambil ponselnya dan menelepon seseorang. Angelina masih diam dengan air mata terus membasahi pipinya. Sebenci apapun dia kepada nenek dan pamannya sebagai bagian dari keluarga besar Wibisono, tentu saja hatinya akan merasa sedih melihat mereka mati terpanggang oleh kebakaran di villanya. Sedangkan
Bab 210. KEPANIKAN ANGELINA, ROSSA DAN ABIMANYU Abimanyu yang sedang dalam keadaan shock menoleh ke arah Rossa dan menatapnya dengan tatapan sayu dengan mata memerah dan hanya bisa menganggukkan kepalanya saja untuk mengiyakan perkataan Rossa. “Ibu….” terdengar gumaman sendu dari bibir Abimanyu yang sedang dalam kondisi mental terendah dalam hidupnya. Meskipun selama ini dia sering direndahkan dan tidak dianggap oleh nyonya besar Wibisono, akan tetapi saat mendengar ibunya mati dengan cara mengenaskan tentu saja jiwanya langsung terpukul. Sebagai anak meskipun Abimanyu selalu dianggap sebagai anak yang tidak berguna, dia masih tetap menganggap nyonya besar Wibisono sebagai ibu kandungnya. Setelah mendapat persetujuan, pada akhirnya mereka berdua segera pergi mengunjungi villa keluarga Wibisono yang sudah menjadi abu. Sesampainya di Villa keluarga Wibisono, taksi yang mereka naiki ditahan petugas yang menjaga kawasan ini dan tidak membiarkan warga
Bab 209. TANGISAN ABIMANYU Ekspresi wajah Darko tidak berubah dan tetap datar seakan tanpa ekspresi apapun, bagi Darko membunuh sudah menjadi pekerjaannya selama di medan perang. Meskipun dia sudah terbiasa membunuh di medan perang, tapi sekarang adalah pertama kalinya membunuh orang yang bukan musuh di medan perang tapi musuh yang sudah berulang kali menyakiti anak dan istrinya. Meskipun mereka masih keluarga Angelina tapi kelakuannya bukan seperti seorang keluarga, maka hukuman yang pantas adalah kematian. Sebelumnya Darko sudah pernah menghukum Rinto Wibisono atau pamannya Angelina yang sering mengganggu. Akan tetapi setelah penyakit yang disebabkan Darko sembuh, bukannya berhenti mengganggu Angeline, Rinto masih saja mengganggunya bahkan meminta Angelina bercerai dengan Darko. Karena hal inilah Darko tidak ingin kejadian serupa tidak terulang lagi terhadap Angelina dan Faizi. Dari keluarga besar Wibisono yang tersisa adalah Rossa dan Abimanyu
Bab 208. MUSNAHNYA KELUARGA BESAR WIBISONO Setelah mengakhiri pengawal keluarga Wibisono yang bernasib sial, Darko segera melanjutkan langkahnya memasuki Villa. Namun teriakan pengawal yang sebelumnya yang menghardik Darko terdengar oleh rekan-rekannya, sehingga beberapa pengawal keluar dari Villa dengan rasa penasaran ingin tahu siapa orang yang memasuki Villa Wibisono ini. Begitu memasuki pintu Villa, Darko langsung berpapasan dengan beberapa pengawal yang mau keluar. “Siapa kamu? Kenapa kamu masuk ke Villa keluarga Wibisono begitu saja sebelum melaporkan kedatanganmu?” Prok prok prokDarko tidak buru-buru menanggapi pertanyaan para pengawal keluarga Wibisono, emosinya sudah meluap merasakan tekanan penderitaan yang selama ini diderita Angelina. Tanpa banyak bicara dia langsung melambaikan tangannya ke arah kepala para pengawal ini, dan seperti teman mereka yang sudah menjadi mayat, pengawal-pengawal ini juga langsung mati begitu saja dengan kepala