Bab 16. WANITA YANG SEDERHANA Terdengar teriakan yang menyayat hati hampir bersamaan, ketika jari jemari Darko dijentikkan kearah keenam orang pengawal yang akan menangkapnya. Kemudian keenam pria naas ini terbang seperti baru saja di hantam kepala seekor kerbau sejauh sepuluh meter dan jatuh menghantam rak-rak pakaian di Mall ini. Brak…! Prang…! Tentu saja keributan ini membuat panik para pengunjung Mall dan pelayan yang sedang berjaga. “Ada apa ini? Kenapa ada orang yang menghancurkan rak pakaian kita?”Suasana lantai dua Mall seketika menjadi heboh, karena ke enam orang ini terbang ke tempat yang berbeda dan mereka Sementara itu ke enam pengawal yang terbang setelah terkena jentikan energi sejati yang ditembakkan Darko tampak memegangi dadanya yang melesak dan dari sudut bibir mereka meneteskan darah segar. Mereka sama sekali tidak tahu siapa orang yang sudah melemparkan tubuh mereka hingga terbang sejauh sepuluh meter dengan tulang rusuk patah.
Bab 17. MANAJER NURAENI MINTA MAAF Setelah memberi perintah kepada kedua petugas keamanan Mall, Manajer Nuraeni kembali ke meja kasir untuk menunggu Darko. Tak lupa dia juga memerintahkan ke karyawannya untuk segera membereskan semua kekacauan yang ditimbulkan ke enam orang ini. “Apa yang kalian lakukan? Lepaskan tangan kotormu, apa kamu tidak tahu siapa kami?” Kapten pengawal langsung memaki petugas keamanan Mall yang akan memborgol tangannya. Keamanan Mall seketika mengkerut ketika di bentak kapten pengawal, karena tubuh keenam ini memang sangat kekar dan lebih besar dibandingkan kedua pengawal Mall. Meskipun dada keenam pengawal mucikari Ratna sudah terluka, mereka tetap merupakan pria kekar yang membuat orang biasa merasa ngeri saat melihatnya. Setelah satpam Mall mundur, kapten pengawal segera berusaha untuk berdiri meskipun dengan menahan rasa sakit di dadanya. Satpam Mall sama sekali tidak berani menangkap kapten pengawal dan anak buahny
Bab 18. DIKEPUNG “Apa yang kalian tunggu lagi, cepat tangkap wanita itu dan hajar pria kurus yang bersamanya.”Mucikari Ratna segera memerintahkan mereka untuk beraksi dan tidak terlalu banyak berpikir lagi. Setelah mendapatkan dorongan dari mucikari Ratna, sepuluh pengawal dengan badan kekar segera menghadang Darko yang baru saja turun dari eskalator. Darko yang sedari tadi sudah melihat mereka sama sekali tidak khawatir, berbeda dengan Angeline yang mengetahui kalau mucikari Ratna masih menunggu mereka. Seketika Angeline memegangi lengan Darko dengan kencang, sebagai wanita biasa tentu saja dia ketakutan. Apalagi Angeline yang sekarang bukanlah Angeline yang dulu dari keluarga Wibisono yang terkenal kaya sebagai pengusaha wanita yang sukses. “Tenang saja, tidak akan ada apa-apa selama ada suamimu yang ganteng ini.” Angeline seketika memandang wajah Darko ketika mendengar candaan Darko yang terdengar aneh, keningnya tampak berkerut dan bola matanya
Bab 19. PANCARAN AURA KEMATIAN Setelah memberi pelajaran kepada anak buahnya mucikari Ratna, Darko segera menepuk telapak tangannya seakan sedang membersihkan debu yang menempel. Senyum mengembang menghiasi bibir Darko yang segera menghadap ke arah Faizi sambil berkata. “Faizi lihat apa yang baru saja ayah lakukan, apakah Faizi ingin kuat seperti ayah?” “Hebat… ayah benar-benar hebat, seperti film pendekar saja. Ayah Izi ingin kuat seperti ayah juga.” “Tentu, Faizi pasti bisa seperti ayah. Tugas Faizi mulai sekarang harus rajin belajar dan membantu ibu agar Faizi bisa menjadi orang yang kuat.” “Iya, Izi mulai sekarang akan rajin belajar.”Faizi tampak antusias ketika mendengar nasehat ayahnya. seketika hati Faizi semakin bahagia melihat ayah yang selama ini dirindukan ternyata sangat kuat dan jago, bisa mengalahkan sepuluh pria besar itu dengan sangat mudah. “Ayo kita pulang, ibu sudah capek.”Angeline segera menyela pembicaraan Darko dan Faizi.
Bab 20. AYAHKU KAYA “Pak Polisi, mereka yang barusan membuat onar.”Salah seorang pelayan Mall berteriak sambil menunjuk ke arah kapten pengawal dan anak buahnya yang ada di seberang eskalator yang menuju ke lobi. Polisi yang sedang berdiri di eskalator menuju lantai dua, segera menatap kearah rombongan kapten pengawal. Seketika mereka tahu kalau enam pria kekar yang memakai pakaian serba hitam dan sedang berjalan sambil meringis kesakitan dengan tangan memegangi dada, segera saja membagi kelompok mereka menjadi dua. Satu kelompok naik ke lantai dua sedangkan yang kelompok kedua segera menuruni eskalator dengan berlari. Para Polisi ini juga sudah mencabut Pistol yang ada di pinggangnya dan langsung menodongkan moncongnya ke arah kapten pengawal dan anak buahnya. Senyum kecut seketika menghiasi sudut bibir kapten pengawal dan lima orang anak buahnya. “Angkat tangan kalian!”Salah seorang Polisi segera berteriak memerintahkan kapten pengawal dan anak bu
Bab 21. AIR MATA PENYESALAN SANG JENDRAL BESAR Memasak dan membersihkan rumah adalah kegiatan Darko sehari-hari, sehingga ketika saat ini Darko mengatakan akan memasak langsung mengingatkan Rossa memory lima tahun yang lalu. Tanpa menunggu persetujuan ibu mertuanya, Darko sudah menghilang masuk ke rumah. Angeline yang mendengar perkataan Darko juga tersenyum dan mengingat kenangan lima tahun yang lalu seperti halnya Rossa. Di dapur, Darko tampak sibuk menyiapkan perlengkapan memasak. Pada saat membuka lemari es dan lemari dapur, dia sama sekali tidak menemukan daging ataupun telur yang bisa digunakan untuk memasak. Di dalam lemari pendingin hanya ada sayur kangkung yang memang Angeline tanam di halaman rumah. Melihat peralatan masak di dapur hanya peralatan masak yang sudah usang, Darko tampak menghela nafas. “Sepertinya semua peralatan masak ini peninggalan pemilik rumah yang di beli Angeline. Saya benar-benar bersalah selama ini.” Darko tanpa
Bab 22. SUAMI YANG BERUNTUNG Darko tampak khawatir melihat apa yang dilakukan Faizi, dia segera mendekat dan melihat lidah anaknya yang dijulurkan berulang kali untuk mendinginkan rasa panas akibat makan daging rendang yang masih sangat panas. “Kamu ndak apa-apa? Coba ayah lihat lidah kamu, buka mulutmu lebar-lebar.”Faizi segera menuruti kata-kata Darko dengan membuka mulutnya lebar-lebar sambil menjulurkan lidahnya. Meskipun belum ada tanda-tanda kalau lidah Faizi ada yang melepuh, Darko segera menyuruh Faizi untuk berdiri sambil membuka mulutnya. Sementara dia segera membuka lemari pendingin untuk mengambil es batu.yang ada di cetakan plastik berbentuk segitiga. “Kamu masukkan es batu ini ke dalam mulut agar rasa panasnya menghilang. Kamu kulum terus ya sambil menunggu daging rendang ini benar-benar matang.” Faizi hanya menganggukkan kepalanya saja sebagai tanda kalau dia mengerti apa yang dikatakan ayahnya. Tentu saja Faizi tidak bisa berbicara ka
Bab 23. DI USIR DARI PASAR “Tunggu sebentar, uangnya biar saya yang ngasih.”Darko langsung menghentikan tangan Angeline yang sedang terulur ke arah bang Bimo dan mengambil uang lima ribu rupiah yang ada di tangannya. “Ini bang, uangnya.”Dengan sopan Darko menyerahkan uang keamanan yang hanya sebesar lima ribu rupiah kepada Bimo yang langsung menerimanya dengan wajah muram sambil berkata, “Bu Angeline mulai besok kamu tidak boleh jualan di pasar ini lagi.” “Loh kenapa saya tidak boleh jualan disini?”Tentu saja Angeline tidak terima, jika dilarang berjualan di pasar pagi ini lagi. Padahal berdagang sayur di pasar pagi selama ini tidak ada masalah, kenapa sekarang jadi berbeda. Tentu saja Angeline tidak tahu kalau apa yang dilakukan bang Bimo adalah bentuk ungkapan ketidak sukaannya kepada Darko yang datang menemani Angeline jualan sayur di pasar pagi ini yang berada di wilayah kekuasaannya. “Karena ada orang yang akan menempati lapak anda, saya harap bu A