Share

Bab 18. DIKEPUNG

Penulis: MN Rohmadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-05 21:38:27

Bab 18. DIKEPUNG

“Apa yang kalian tunggu lagi, cepat tangkap wanita itu dan hajar pria kurus yang bersamanya.”

Mucikari Ratna segera memerintahkan mereka untuk beraksi dan tidak terlalu banyak berpikir lagi.

Setelah mendapatkan dorongan dari mucikari Ratna, sepuluh pengawal dengan badan kekar segera menghadang Darko yang baru saja turun dari eskalator.

Darko yang sedari tadi sudah melihat mereka sama sekali tidak khawatir, berbeda dengan Angeline yang mengetahui kalau mucikari Ratna masih menunggu mereka.

Seketika Angeline memegangi lengan Darko dengan kencang, sebagai wanita biasa tentu saja dia ketakutan.

Apalagi Angeline yang sekarang bukanlah Angeline yang dulu dari keluarga Wibisono yang terkenal kaya sebagai pengusaha wanita yang sukses.

“Tenang saja, tidak akan ada apa-apa selama ada suamimu yang ganteng ini.”

Angeline seketika memandang wajah Darko ketika mendengar candaan Darko yang terdengar aneh, keningnya tampak berkerut dan bola matanya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 19. PANCARAN AURA KEMATIAN

    Bab 19. PANCARAN AURA KEMATIAN Setelah memberi pelajaran kepada anak buahnya mucikari Ratna, Darko segera menepuk telapak tangannya seakan sedang membersihkan debu yang menempel. Senyum mengembang menghiasi bibir Darko yang segera menghadap ke arah Faizi sambil berkata. “Faizi lihat apa yang baru saja ayah lakukan, apakah Faizi ingin kuat seperti ayah?” “Hebat… ayah benar-benar hebat, seperti film pendekar saja. Ayah Izi ingin kuat seperti ayah juga.” “Tentu, Faizi pasti bisa seperti ayah. Tugas Faizi mulai sekarang harus rajin belajar dan membantu ibu agar Faizi bisa menjadi orang yang kuat.” “Iya, Izi mulai sekarang akan rajin belajar.”Faizi tampak antusias ketika mendengar nasehat ayahnya. seketika hati Faizi semakin bahagia melihat ayah yang selama ini dirindukan ternyata sangat kuat dan jago, bisa mengalahkan sepuluh pria besar itu dengan sangat mudah. “Ayo kita pulang, ibu sudah capek.”Angeline segera menyela pembicaraan Darko dan Faizi.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-06
  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 20. AYAHKU KAYA

    Bab 20. AYAHKU KAYA “Pak Polisi, mereka yang barusan membuat onar.”Salah seorang pelayan Mall berteriak sambil menunjuk ke arah kapten pengawal dan anak buahnya yang ada di seberang eskalator yang menuju ke lobi. Polisi yang sedang berdiri di eskalator menuju lantai dua, segera menatap kearah rombongan kapten pengawal. Seketika mereka tahu kalau enam pria kekar yang memakai pakaian serba hitam dan sedang berjalan sambil meringis kesakitan dengan tangan memegangi dada, segera saja membagi kelompok mereka menjadi dua. Satu kelompok naik ke lantai dua sedangkan yang kelompok kedua segera menuruni eskalator dengan berlari. Para Polisi ini juga sudah mencabut Pistol yang ada di pinggangnya dan langsung menodongkan moncongnya ke arah kapten pengawal dan anak buahnya. Senyum kecut seketika menghiasi sudut bibir kapten pengawal dan lima orang anak buahnya. “Angkat tangan kalian!”Salah seorang Polisi segera berteriak memerintahkan kapten pengawal dan anak bu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-06
  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 21. AIR MATA PENYESALAN SANG JENDRAL BESAR

    Bab 21. AIR MATA PENYESALAN SANG JENDRAL BESAR Memasak dan membersihkan rumah adalah kegiatan Darko sehari-hari, sehingga ketika saat ini Darko mengatakan akan memasak langsung mengingatkan Rossa memory lima tahun yang lalu. Tanpa menunggu persetujuan ibu mertuanya, Darko sudah menghilang masuk ke rumah. Angeline yang mendengar perkataan Darko juga tersenyum dan mengingat kenangan lima tahun yang lalu seperti halnya Rossa. Di dapur, Darko tampak sibuk menyiapkan perlengkapan memasak. Pada saat membuka lemari es dan lemari dapur, dia sama sekali tidak menemukan daging ataupun telur yang bisa digunakan untuk memasak. Di dalam lemari pendingin hanya ada sayur kangkung yang memang Angeline tanam di halaman rumah. Melihat peralatan masak di dapur hanya peralatan masak yang sudah usang, Darko tampak menghela nafas. “Sepertinya semua peralatan masak ini peninggalan pemilik rumah yang di beli Angeline. Saya benar-benar bersalah selama ini.” Darko tanpa

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 22. SUAMI YANG BERUNTUNG

    Bab 22. SUAMI YANG BERUNTUNG Darko tampak khawatir melihat apa yang dilakukan Faizi, dia segera mendekat dan melihat lidah anaknya yang dijulurkan berulang kali untuk mendinginkan rasa panas akibat makan daging rendang yang masih sangat panas. “Kamu ndak apa-apa? Coba ayah lihat lidah kamu, buka mulutmu lebar-lebar.”Faizi segera menuruti kata-kata Darko dengan membuka mulutnya lebar-lebar sambil menjulurkan lidahnya. Meskipun belum ada tanda-tanda kalau lidah Faizi ada yang melepuh, Darko segera menyuruh Faizi untuk berdiri sambil membuka mulutnya. Sementara dia segera membuka lemari pendingin untuk mengambil es batu.yang ada di cetakan plastik berbentuk segitiga. “Kamu masukkan es batu ini ke dalam mulut agar rasa panasnya menghilang. Kamu kulum terus ya sambil menunggu daging rendang ini benar-benar matang.” Faizi hanya menganggukkan kepalanya saja sebagai tanda kalau dia mengerti apa yang dikatakan ayahnya. Tentu saja Faizi tidak bisa berbicara ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 23. DI USIR DARI PASAR

    Bab 23. DI USIR DARI PASAR “Tunggu sebentar, uangnya biar saya yang ngasih.”Darko langsung menghentikan tangan Angeline yang sedang terulur ke arah bang Bimo dan mengambil uang lima ribu rupiah yang ada di tangannya. “Ini bang, uangnya.”Dengan sopan Darko menyerahkan uang keamanan yang hanya sebesar lima ribu rupiah kepada Bimo yang langsung menerimanya dengan wajah muram sambil berkata, “Bu Angeline mulai besok kamu tidak boleh jualan di pasar ini lagi.” “Loh kenapa saya tidak boleh jualan disini?”Tentu saja Angeline tidak terima, jika dilarang berjualan di pasar pagi ini lagi. Padahal berdagang sayur di pasar pagi selama ini tidak ada masalah, kenapa sekarang jadi berbeda. Tentu saja Angeline tidak tahu kalau apa yang dilakukan bang Bimo adalah bentuk ungkapan ketidak sukaannya kepada Darko yang datang menemani Angeline jualan sayur di pasar pagi ini yang berada di wilayah kekuasaannya. “Karena ada orang yang akan menempati lapak anda, saya harap bu A

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 24. PREMAN PASAR

    Bab 23. MEMBERI PELAJARAN PREMAN PASAR Mendengar pertanyaan Darko seketika kelima anak buah bang Bimo saling pandang. Mereka tak tahu harus berkata apalagi, memang mereka tidak melihat secara langsung kapan Darko menampar bang Bimo. Akan tetapi di tempat ini hanya ada Darko dan Angeline selain mereka berenam termasuk bang Bimo. Sehingga mereka memastikan kalau yang barusan menampar bang Bimo adalah Darko. Akan tetapi setelah mendengar perkataan Darko mereka sepertinya telah salah orang saat menuduh Darko yang menampar bang Bimo. Padahal memang benar tebakan mereka, setelah saling pandang mereka berlima segera maju untuk menangkap Darko dan memberinya pelajaran. “Teman-teman cepat tangkap orang ini dan bawa Angeline untuk menghibur bang Bimo.”Angeline tampak panik melihat lima preman pasar pagi yang bertampang sangar mengepung Darko. “Kak Darko, cepat lari. Biar saya yang menangani mereka.” “Tenang saja, kamu tetap disitu biar suamimu yang ga

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-10
  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 25. VILLA SURGA ALAM HIJAU

    Bab 25. VILLA SURGA ALAM HIJAU “Ayah… Izi mau berangkat sekolah di temani ayah lagi. Ayah mau kan?”Faizi langsung lari mendekati Darko begitu mereka memasuki halaman rumah. “Tentu saja ayah mau mengantar Faizi berangkat sekolah, tapi sama ibu juga kan?”Darko melirik ke arah Angeline yang ada di dekatnya sambil tersenyum misterius. “Ibu, ibu harus menemani Izi pergi ke sekolah. Izi sayang ibu deh.”Faizi segera ganti memegang tangan Angeline agar ibunya mau mengantar dia sekolah. Padahal biasanya yang mengantar sekolah adalah tugas Rossa, karena Angeline ketika pulang Faizi sudah berangkat sekolah. Hanya saja sejak Darko kembali dari medan perang, dia sangat senang ketika kemarin di antar sekolah dan di ajak jalan-jalan ke Mall setelah pulang sekolah. “Boleh, tapi ibu ganti pakaian dulu ya? Lihat pakaian ibu bau sayuran.” “Hore… Izi akan berangkat sekolah diantar ayah dan ibu lagi…!”Faizi sangat senang mendengar perkataan Angeline kalau dia akan berangka

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-11
  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 26. MEMBERI HUKUMAN PUSH UP

    Bab 26. MEMBERI HUKUMAN PUSH UP Suasana serta pemandangannya juga sangat indah dan asri dengan taman bunga dan pohon palem yang berderet rapi di sepanjang jalan. Sebagai anak kecil yang terbiasa hidup dalam kesederhanaan tentu saja Faizi sangat kagum melihat keindahan yang terpampang di depannya. Bahkan Angeline yang sebelumnya berasal dari keluarga kelas dua di kota Mandiraja, juga ikut kagum dengan penataan kawasan Villa Surga Alam Hijau. “Bagaimana ini pak, kita tidak boleh masuk?”Sopir taksi menoleh ke arah Darko untuk memberi keputusan mau terus lanjut atau kembali dan tak jadi memasuki kawasan Villa Surga Alam Hijau ini. “Sudahlah, sebaiknya kita kembali saja. Jangan membuat onar dan bikin keributan di wilayah orang.”Angeline berbisik sambil menyentuh tangan Darko. Mendengar perkataan istrinya, Darko hanya tersenyum sambil memandangnya dan berkata, “Tenang saja, saya tidak bohong sama kamu. Saya memang punya rumah di tempat ini.” Setelah menghi

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-12

Bab terbaru

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 216. AKHIR BAHAGIA

    Bab 216. AKHIR BAHAGIA Kini Rossa dan Abimanyu baru tersadar kalau pesan kakek Wibisono ternyata sangat benar dan bukan omong kosong biasa. Akan tetapi kekecewaan dan penyesalan pasti selalu datang terlambat setelah semuanya terjadi dan terlewati, apalagi saat ini kebesaran keluarga besar Wibisono benar-benar sudah musne Pepatah asli dari Indonesia bisa mengungkapkan apa yang dialami keluarga besar Wibisono yaitu ‘Ibarat nasi sudah menjadi bubur’. Maka tidak ada yang bisa dilakukan keluarga besar Wibisono yang sudah hancur, sekarang yang ada hanya keluarga besar Mangkusadewo, karena Angelina sebagai generasi ketiga keluarga besar Wibisono sudah menjadi istri dan bagian dari keluarga besar Mangkusadewo. Kenapa menjadi keluarga Mangkusadewo bukannya keluarga besar Tegar dan Siti, hal ini disebabkan kedua orang tua kandung Darko tidak ingin merubah nama Darko yang memakai nama Mangkusadewo sejak kecil atau sejak mereka tinggalkan di depan pintu panti asuhan A

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 215. WASIAT KAKEK WIBISONO

    Bab 215. WASIAT KAKEK WIBISONO Keinginannya Rossa untuk membelot dan menolak permintaan Darko seketika menghilang setelah di bentak oleh pengawal yang bersama mereka. Dengan gugup dan dengan hati yang dipenuhi rasa penasaran mereka berdua berjalan memasuki Bandar udara kota Mandiraja tanpa tahu akan dibawa kemana oleh Darko. Hingga akhirnya ketika mereka melihat ada sebuah pesawat jet pribadi yang sangat indah berada di depan mata mereka, seketika rasa bingung dan shock mulai menghantui pikiran Rossa dan Abimanyu. Darko dan Angelina sama sekali tidak banyak bicara selama perjalan hingga memasuki jet pribadi milik Darko, hingga saking tidak sabarnya ingin tahu mereka akan dibawa kemana oleh Darko, Rossa memberanikan diri berbicara. “Darko, sebenarnya kami akan kamu bawa kemana? Dan kenapa kita naik jet pribadi yang begini bagus, apa maksudnya?” “Diamlah, jangan banyak bicara atau kalian akan saya lempar keluar dari pesawat.”Darko yang merasa kesal kep

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 214. NYALI ROSSA MENCIUT

    Bab 214. NYALI ROSSA MENCIUT Sebelum Rossa tersadar dengan apa yang terjadi, Angelina sudah ditarik Darko ke sisinya. Seketika wajah Rossa menjadi jelek mengetahui Angelina sudah berpindah tempat lebih tepatnya di samping menantu yang tidak berguna itu. Ekspresi wajah Angelina juga terlihat sangat terkejut ketika tiba-tiba tubuhnya bergeser kesamping Darko sesaat setelah terdengar suara Darko memanggil pengawal. Apalagi Rossa emosinya seakan meluap mengetahui Angelina sudah berdiri di samping Darko. Pada saat dia akan menarik tangan Angeline kembali, tiba-tiba ada sesosok tubuh kekar berdiri tepat di depannya seakan sebuah benteng yang kokoh sebagai pembatas antara dirinya dengan Angelina. “Minggir, jangan halangi jalanku.”Dengan kasar Rossa berusaha mendorong pengawal kekar yang diperintahkan Darko untuk melindungi Angelina. “Argh… Lepaskan.”Rossa menjerit kesakitan mengetahui tangan yang sebelumnya akan digunakan untuk mendorong pria kekar di depa

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 213. DOKUMEN DARI MAHKAMAH AGUNG

    Bab 213. DOKUMEN DARI MAHKAMAH AGUNG Hal ini tentu saja menimbulkan kecurigaan di pihak kepolisian yang menyelidiki musibah kebakaran ini. Mereka sama sekali tidak tahu kalau sumber bencana itu ada didepan mereka, andai saja mereka tahu tentu Darko akan langsung ditangkap dan dimintai keterangan. Akan tetapi saat ini orang yang sudah membuat keonaran itu ekspresinya tampak datar dan tidak menunjukkan ekspresi wajah sedih maupun belasungkawa mengetahui salah satu kerabatnya mengalami musibah. Untungnya tidak ada yang mencurigai Darko, karena banyak juga warga sekitar yang menonton lokasi kebakaran dengan ekspresi datar seperti halnya Darko. Angelina menangis di pelukan Rossa seakan dia lupa kalau sebelumnya Rossa sangat jahat kepada dirinya. Bagi Angelina sejahat apapun Rossa dia sudah sangat memahami sifatnya yang seperti flamboyan selalu berubah-ubah mengikuti arah angin. Meskipun dia selalu tidak setuju dengan nasehat serta saran Rossa, sebag

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 212. PULANG KE KOTA MANDIRAJA

    Bab 212. PULANG KE KOTA MANDIRAJA Darko tetap diam tidak ada satu katapun keluar dari mulutnya setelah Widyawati menyuruhnya untuk pergi ke kota Mandiraja melihat situasi terkini keluarga Wibisono. Hal ini membuat Widyawati menatap tajam ke arahnya, sementara itu Angelina sudah menghentikan tangisannya dan mengusap air mata yang terus mengalir di pipinya sambil menunggu jawaban Darko dengan hati berdebar-debar. “Baiklah, saya akan mengajak Angelina menengok keluarga Wibisono. Ibu saya titip Faizi bersama kalian.”Setelah menghela nafas sebentar Darko menyetujui saran Widyawati untuk pergi ke kota Mandiraja, tak lupa dia menitipkan Faizi dalam pengawasan dua neneknya ini. Dengan mengatakan hal ini maka secara otomatis dia hanya ingin berdua saja tanpa mengajak Faizi maupun yang lainnya. “Kamu tenang saja, Faizi pasti akan kami jaga dengan baik. Pergilah, jangan lama-lama di rumah ingat kamu harus menjaga menantu ibu yang cantik ini dengan baik.” “Ba

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 211. PERINTAH WIDYAWATI

    Bab 211. PERINTAH WIDYAWATI Widyawati membelai punggung Angelina untuk menenangkannya sambil menghibur agar Angelina tidak khawatir dengan Darko. “Tapi ibu?”Angelina masih khawatir kalau Darko tidak mengizinkan dia pulang ke kota Mandiraja untuk melihat dan mencari informasi lebih jelas keadaan nyonya besar Wibisono. Karena Angelina tahu kalau Darko sangat membenci keluarga nya, lebih utamanya kepada nenek dan pamannya. Karena hal inilah dia merasa sangat tertekan dan hanya bisa menangis saja. Melihat Angelina tampak bersedih seakan perkataan Widyawati masih belum cukup untuk membuatnya tenang. Hal ini membuat Widyawati segera mengambil ponselnya dan menelepon seseorang. Angelina masih diam dengan air mata terus membasahi pipinya. Sebenci apapun dia kepada nenek dan pamannya sebagai bagian dari keluarga besar Wibisono, tentu saja hatinya akan merasa sedih melihat mereka mati terpanggang oleh kebakaran di villanya. Sedangkan

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 210. KEPANIKAN ANGELINA, ROSSA DAN ANGELINA

    Bab 210. KEPANIKAN ANGELINA, ROSSA DAN ABIMANYU Abimanyu yang sedang dalam keadaan shock menoleh ke arah Rossa dan menatapnya dengan tatapan sayu dengan mata memerah dan hanya bisa menganggukkan kepalanya saja untuk mengiyakan perkataan Rossa. “Ibu….” terdengar gumaman sendu dari bibir Abimanyu yang sedang dalam kondisi mental terendah dalam hidupnya. Meskipun selama ini dia sering direndahkan dan tidak dianggap oleh nyonya besar Wibisono, akan tetapi saat mendengar ibunya mati dengan cara mengenaskan tentu saja jiwanya langsung terpukul. Sebagai anak meskipun Abimanyu selalu dianggap sebagai anak yang tidak berguna, dia masih tetap menganggap nyonya besar Wibisono sebagai ibu kandungnya. Setelah mendapat persetujuan, pada akhirnya mereka berdua segera pergi mengunjungi villa keluarga Wibisono yang sudah menjadi abu. Sesampainya di Villa keluarga Wibisono, taksi yang mereka naiki ditahan petugas yang menjaga kawasan ini dan tidak membiarkan warga

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 209. TANGISAN ABIMANYU

    Bab 209. TANGISAN ABIMANYU Ekspresi wajah Darko tidak berubah dan tetap datar seakan tanpa ekspresi apapun, bagi Darko membunuh sudah menjadi pekerjaannya selama di medan perang. Meskipun dia sudah terbiasa membunuh di medan perang, tapi sekarang adalah pertama kalinya membunuh orang yang bukan musuh di medan perang tapi musuh yang sudah berulang kali menyakiti anak dan istrinya. Meskipun mereka masih keluarga Angelina tapi kelakuannya bukan seperti seorang keluarga, maka hukuman yang pantas adalah kematian. Sebelumnya Darko sudah pernah menghukum Rinto Wibisono atau pamannya Angelina yang sering mengganggu. Akan tetapi setelah penyakit yang disebabkan Darko sembuh, bukannya berhenti mengganggu Angeline, Rinto masih saja mengganggunya bahkan meminta Angelina bercerai dengan Darko. Karena hal inilah Darko tidak ingin kejadian serupa tidak terulang lagi terhadap Angelina dan Faizi. Dari keluarga besar Wibisono yang tersisa adalah Rossa dan Abimanyu

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 208. MUSNAHNYA KELUARGA BESAR WIBISONO

    Bab 208. MUSNAHNYA KELUARGA BESAR WIBISONO Setelah mengakhiri pengawal keluarga Wibisono yang bernasib sial, Darko segera melanjutkan langkahnya memasuki Villa. Namun teriakan pengawal yang sebelumnya yang menghardik Darko terdengar oleh rekan-rekannya, sehingga beberapa pengawal keluar dari Villa dengan rasa penasaran ingin tahu siapa orang yang memasuki Villa Wibisono ini. Begitu memasuki pintu Villa, Darko langsung berpapasan dengan beberapa pengawal yang mau keluar. “Siapa kamu? Kenapa kamu masuk ke Villa keluarga Wibisono begitu saja sebelum melaporkan kedatanganmu?” Prok prok prokDarko tidak buru-buru menanggapi pertanyaan para pengawal keluarga Wibisono, emosinya sudah meluap merasakan tekanan penderitaan yang selama ini diderita Angelina. Tanpa banyak bicara dia langsung melambaikan tangannya ke arah kepala para pengawal ini, dan seperti teman mereka yang sudah menjadi mayat, pengawal-pengawal ini juga langsung mati begitu saja dengan kepala

DMCA.com Protection Status