Bab 20. AYAHKU KAYA “Pak Polisi, mereka yang barusan membuat onar.”Salah seorang pelayan Mall berteriak sambil menunjuk ke arah kapten pengawal dan anak buahnya yang ada di seberang eskalator yang menuju ke lobi. Polisi yang sedang berdiri di eskalator menuju lantai dua, segera menatap kearah rombongan kapten pengawal. Seketika mereka tahu kalau enam pria kekar yang memakai pakaian serba hitam dan sedang berjalan sambil meringis kesakitan dengan tangan memegangi dada, segera saja membagi kelompok mereka menjadi dua. Satu kelompok naik ke lantai dua sedangkan yang kelompok kedua segera menuruni eskalator dengan berlari. Para Polisi ini juga sudah mencabut Pistol yang ada di pinggangnya dan langsung menodongkan moncongnya ke arah kapten pengawal dan anak buahnya. Senyum kecut seketika menghiasi sudut bibir kapten pengawal dan lima orang anak buahnya. “Angkat tangan kalian!”Salah seorang Polisi segera berteriak memerintahkan kapten pengawal dan anak bu
Bab 21. AIR MATA PENYESALAN SANG JENDRAL BESAR Memasak dan membersihkan rumah adalah kegiatan Darko sehari-hari, sehingga ketika saat ini Darko mengatakan akan memasak langsung mengingatkan Rossa memory lima tahun yang lalu. Tanpa menunggu persetujuan ibu mertuanya, Darko sudah menghilang masuk ke rumah. Angeline yang mendengar perkataan Darko juga tersenyum dan mengingat kenangan lima tahun yang lalu seperti halnya Rossa. Di dapur, Darko tampak sibuk menyiapkan perlengkapan memasak. Pada saat membuka lemari es dan lemari dapur, dia sama sekali tidak menemukan daging ataupun telur yang bisa digunakan untuk memasak. Di dalam lemari pendingin hanya ada sayur kangkung yang memang Angeline tanam di halaman rumah. Melihat peralatan masak di dapur hanya peralatan masak yang sudah usang, Darko tampak menghela nafas. “Sepertinya semua peralatan masak ini peninggalan pemilik rumah yang di beli Angeline. Saya benar-benar bersalah selama ini.” Darko tanpa
Bab 22. SUAMI YANG BERUNTUNG Darko tampak khawatir melihat apa yang dilakukan Faizi, dia segera mendekat dan melihat lidah anaknya yang dijulurkan berulang kali untuk mendinginkan rasa panas akibat makan daging rendang yang masih sangat panas. “Kamu ndak apa-apa? Coba ayah lihat lidah kamu, buka mulutmu lebar-lebar.”Faizi segera menuruti kata-kata Darko dengan membuka mulutnya lebar-lebar sambil menjulurkan lidahnya. Meskipun belum ada tanda-tanda kalau lidah Faizi ada yang melepuh, Darko segera menyuruh Faizi untuk berdiri sambil membuka mulutnya. Sementara dia segera membuka lemari pendingin untuk mengambil es batu.yang ada di cetakan plastik berbentuk segitiga. “Kamu masukkan es batu ini ke dalam mulut agar rasa panasnya menghilang. Kamu kulum terus ya sambil menunggu daging rendang ini benar-benar matang.” Faizi hanya menganggukkan kepalanya saja sebagai tanda kalau dia mengerti apa yang dikatakan ayahnya. Tentu saja Faizi tidak bisa berbicara ka
Bab 23. DI USIR DARI PASAR “Tunggu sebentar, uangnya biar saya yang ngasih.”Darko langsung menghentikan tangan Angeline yang sedang terulur ke arah bang Bimo dan mengambil uang lima ribu rupiah yang ada di tangannya. “Ini bang, uangnya.”Dengan sopan Darko menyerahkan uang keamanan yang hanya sebesar lima ribu rupiah kepada Bimo yang langsung menerimanya dengan wajah muram sambil berkata, “Bu Angeline mulai besok kamu tidak boleh jualan di pasar ini lagi.” “Loh kenapa saya tidak boleh jualan disini?”Tentu saja Angeline tidak terima, jika dilarang berjualan di pasar pagi ini lagi. Padahal berdagang sayur di pasar pagi selama ini tidak ada masalah, kenapa sekarang jadi berbeda. Tentu saja Angeline tidak tahu kalau apa yang dilakukan bang Bimo adalah bentuk ungkapan ketidak sukaannya kepada Darko yang datang menemani Angeline jualan sayur di pasar pagi ini yang berada di wilayah kekuasaannya. “Karena ada orang yang akan menempati lapak anda, saya harap bu A
Bab 23. MEMBERI PELAJARAN PREMAN PASAR Mendengar pertanyaan Darko seketika kelima anak buah bang Bimo saling pandang. Mereka tak tahu harus berkata apalagi, memang mereka tidak melihat secara langsung kapan Darko menampar bang Bimo. Akan tetapi di tempat ini hanya ada Darko dan Angeline selain mereka berenam termasuk bang Bimo. Sehingga mereka memastikan kalau yang barusan menampar bang Bimo adalah Darko. Akan tetapi setelah mendengar perkataan Darko mereka sepertinya telah salah orang saat menuduh Darko yang menampar bang Bimo. Padahal memang benar tebakan mereka, setelah saling pandang mereka berlima segera maju untuk menangkap Darko dan memberinya pelajaran. “Teman-teman cepat tangkap orang ini dan bawa Angeline untuk menghibur bang Bimo.”Angeline tampak panik melihat lima preman pasar pagi yang bertampang sangar mengepung Darko. “Kak Darko, cepat lari. Biar saya yang menangani mereka.” “Tenang saja, kamu tetap disitu biar suamimu yang ga
Bab 25. VILLA SURGA ALAM HIJAU “Ayah… Izi mau berangkat sekolah di temani ayah lagi. Ayah mau kan?”Faizi langsung lari mendekati Darko begitu mereka memasuki halaman rumah. “Tentu saja ayah mau mengantar Faizi berangkat sekolah, tapi sama ibu juga kan?”Darko melirik ke arah Angeline yang ada di dekatnya sambil tersenyum misterius. “Ibu, ibu harus menemani Izi pergi ke sekolah. Izi sayang ibu deh.”Faizi segera ganti memegang tangan Angeline agar ibunya mau mengantar dia sekolah. Padahal biasanya yang mengantar sekolah adalah tugas Rossa, karena Angeline ketika pulang Faizi sudah berangkat sekolah. Hanya saja sejak Darko kembali dari medan perang, dia sangat senang ketika kemarin di antar sekolah dan di ajak jalan-jalan ke Mall setelah pulang sekolah. “Boleh, tapi ibu ganti pakaian dulu ya? Lihat pakaian ibu bau sayuran.” “Hore… Izi akan berangkat sekolah diantar ayah dan ibu lagi…!”Faizi sangat senang mendengar perkataan Angeline kalau dia akan berangka
Bab 26. MEMBERI HUKUMAN PUSH UP Suasana serta pemandangannya juga sangat indah dan asri dengan taman bunga dan pohon palem yang berderet rapi di sepanjang jalan. Sebagai anak kecil yang terbiasa hidup dalam kesederhanaan tentu saja Faizi sangat kagum melihat keindahan yang terpampang di depannya. Bahkan Angeline yang sebelumnya berasal dari keluarga kelas dua di kota Mandiraja, juga ikut kagum dengan penataan kawasan Villa Surga Alam Hijau. “Bagaimana ini pak, kita tidak boleh masuk?”Sopir taksi menoleh ke arah Darko untuk memberi keputusan mau terus lanjut atau kembali dan tak jadi memasuki kawasan Villa Surga Alam Hijau ini. “Sudahlah, sebaiknya kita kembali saja. Jangan membuat onar dan bikin keributan di wilayah orang.”Angeline berbisik sambil menyentuh tangan Darko. Mendengar perkataan istrinya, Darko hanya tersenyum sambil memandangnya dan berkata, “Tenang saja, saya tidak bohong sama kamu. Saya memang punya rumah di tempat ini.” Setelah menghi
Bab 27. TIP MASING-MASING SERATUS JUTA RUPIAH Setelah mengucapkan terimakasih, kedua penjaga pintu gerbang kawasan komplek Villa Surga Alam Hijau segera melakukan push up setelah saling pandang satu dengan yang lainnya. Sebelum taksi yang di naiki Darko meninggalkan pintu gerbang menuju puncak bukit dimana Villanya berada, mata Darko sempat melihat ke arah kedua penjaga keamanan yang sudah mulai melaksanakan hukuman yang diberikan. “Ayah, apa yang sedang mereka lakukan? Kenapa mereka tengkurap dan sambil mengangkat tubuhnya berulang kali?”Faizi yang baru pertama kalinya melihat orang melakukan push up tampak keheranan sehingga bertanya kepada Darko. “Mereka sedang olahraga.” “Masa’ olahraga seperti itu?” “Itu namanya olahraga militer untuk menguatkan otot lengan dan otot perut. Kalau Faizi ingin menjadi tentara harus bisa melakukan push up seperti mereka dalam jumlah yang banyak dan cepat.” “Seperti itu ya Yah? Benar-benar seru dan menyenangkan. Faizi a
Bab 192. BERTEMU PRIA PARUH BAYA YANG DICARINYA “Bu Siti, apa yang membuat anda datang ke Rumah Sakit ini? Apakah anda bersama pak Darko?” “Saya datang sendiri ke Rumah Sakit ini, kemarin saya seperti mengenali seseorang yang ada di Rumah Sakit ini, sehingga saya ingin menghilangkan rasa penasaran saya.” “Ibu punya kenalan orang di Rumah Sakit ini? Apakah karyawan di tempat ini atau siapa?”Dokter Irawati tampak sangat serius mendengarkan apa yang dikatakan Siti. Bagaimanapun juga dia tidak ingin mengecewakan orang sekelas Siti dan Darko yang masih deposit uang perawatan untuk Angelina yang sisanya masih sangat banyak. “Saya tidak tahu, orang itu kerja di Rumah Sakit ini atau pasiennya. Tapi yang jelas saya penasaran dengan sosok pria yang saya lihat kemarin itu.” Dokter irawati tampak semakin bingung dengan perkataan Siti, kemudian dia minta informasi lebih lengkap tentang pria paruh baya yang dilihat Siti saat itu. Setelah Siti menceritakan ihwal
Bab 191. SITI MENCARI PRIA PARUH BAYA DI RUMAH SAKIT JIWA “Apa Darko? Bagaimana bisa pria tidak berguna itu membawa pergi Angelina.?”Rossa tampak sangat kesal begitu mendengar perkataan petugas resepsionis yang sedang melayaninya. Melihat dan mendengar perkataan Rossa, Resepsionis ini hanya bisa diam, baginya dia tidak tahu menahu masalah pasien maupun keluar masuknya pasien ke Rumah Sakit ini. Karena tugasnya hanya menerima tamu dan memberikan informasi sesuai data yang tersedia di komputernya. “Sudahlah bu, sebaiknya kita pulang saja. Kita tidak usah ribut-ribut di tempat ini.”Abimanyu yang masih mempunyai pikiran panjang, segera membujuk Rossa untuk kembali saja. Apalagi dari catatan yang terdokumentasi oleh komputer Rumah sakit di beritahukan kalau Angelina keluar dari Rumah Sakit bersama Darko. Meskipun dengan perasaan kesal, akhirnya Rossa tetap mengikuti perkataan Abimanyu untuk pulang tanpa bersama Angelina. Tak lama setelah Rossa dan Abim
Bab 190. ROSSA INGIN MEMBAWA PULANG ANGELINA Tanpa sadar Siti menggumamkan sebuah nama yang selama ini selalu tersimpan di hatinya. Siapakah mas Tegar itu? Mas Tegar adalah suami Siti sewaktu mereka muda dan masih kuliah di Universitas Mandiraja. Sedangkan Tegar itu sendiri adalah ayah biologis dari Darko sang tokoh utama yang selama ini belum pernah dilihatnya. “Tunggu….”Tiba-tiba Siti berkata dengan sedikit ragu-ragu tergambar jelas di raut wajahnya. “Sepertinya saya pernah melihat mas Tegar, tapi dimana ya?” “Betul sekali, pria itu.” “Pria yang ada di Rumah Sakit Jiwa tempat Angelina dirawat, wajahnya sangat mirip dengan mas Tegar.”Siti tampak sedang mengingat-ingat sosok pria paruh baya yang sedang duduk di bawah pohon yang sebelumnya di lihatnya. Semakin dipikirkan, Siti semakin penasaran dengan pria paruh baya itu yang ada di Rumah Sakit Jiwa. Pria paruh baya itu adalah gelandangan yang ditemukan petugas polisi kota di pi
Bab 189. PELUKAN MENGHARUKAN Kedatangan Darko yang mendadak bersama Angelina serta Siti tentu saja mengejutkan Widyawati dan George, demikian juga dengan Faizi yang sedang bersama kakek dan neneknya. “Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikum salam.” “Eh ada tamu agung datang mengunjungi gubuk kami yang reot ini.”Widyawati langsung menyambut kedatangan Siti dan Angelina dengan sebuah sapaan merendah sebagai sopan santun yang umum bagi masyarakat jawadwipa setelah sebelumnya menjawab salam mereka. Darko terlebih dahulu melakukan sungkem dengan menjabat tangan kedua orang tuanya dengan cara mencium punggung tangannya. Setelah itu barulah Widyawati serta George langsung menyambut kedatangan Siti dan Angelina. “Anakku… kamu juga ikut pulang kerumah ibu?”Widyawati segera memeluk tubuh Angelina yang terlihat kurus, sebelumnya kedua orang tuanya sudah tahu kalau hubungan Darko dan Angelina sudah bercerai karena permintaan keluarga Wibisono. Karena hal in
Bab 188. ANGELINA DIBAWA KE IBUKOTA Setelah melihat Darko menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengiyakan, seketika ekspresi panik Angelina pun menghilang. “Betul sekali, kamu tidak akan bertemu dengan Rossa dan Abimanyu. Kamu akan tinggal bersama kami, disana juga ada Faizi.” “Apa? Saya akan bertemu dengan Faizi?” “Betul sekali, untuk apa aku berkata bohong?” “Tapi… tapi bagaimana kalau Rossa tahu dan mencari kita?” “Kamu tidak usah khawatir, di tempat ini Rossa dan keluarga Wibisono tidak akan berani macam-macam lagi.” Setelah berbincang-bincang sebentar meluapkan rasa rindu dengan saling berpelukan, Darko segera mengajak semua orang untuk kembali. Tapi sebelum kembali Darko menghubungi Bambang untuk menyiapkan pakaian untuk Angelina, serta membawakan mobil yang cukup besar untuk membawa mereka bertiga, karena sebelumnya Darko membawa mobil sport yang hanya mempunyai dua kursi penumpang saja. Dan tak lupa Darko meminta Bambang untuk me
Bab 187. MEMBAWA PULANG ANGELINA “Apakah itu Angelina? Kenapa dia tinggal di tempat seperti ini?”Tanda tanya besar menghantui pikirannya setelah melihat Angelina yang berwajah pucat dan terlihat kerutan di keningnya. Maklumlah kalau Siti terkejut, karena dia sama sekali tidak menyangka kalau menantunya ternyata dalam kondisi yang cukup memprihatinkan. “Sayang, aku datang.”Darko berteriak ketika jaraknya tinggal lima puluh meter dari Angelina yang sedang asik dengan tanaman bunganya. Angelina segera menoleh ke arah sumber suara, seketika ekspresi wajahnya bersinar melihat Darko yang memanggilnya. “Kak Darko.”Angelina berbisik pelan memanggil nama Darko, karena saking gembiranya mengetahui kedatangan Darko, Angelina sampai mengabaikan keberadaan Siti yang berjalan di belakangnya. Sementara itu dokter Irawati hanya berdiri diam sambil tersenyum melihat interaksi antara Angelina dan Darko. Sebagai seorang dokter jiwa, tentu saja dokter Irawati tahu
Bab 186. SITI MENJENGUK ANGELINA “Rumah Sakit Jiwa? Kenapa Darko membawaku ke Rumah Sakit Jiwa? Bukankah saya ingin bertemu dengan Angelina?”Kepala Siti langsung berdenyut ketika memikirkan apa yang sedang direncanakan Darko. Meskipun dia penasaran, Siti tetap diam tidak bertanya apa yang menjadi uneg-uneg dalam hatinya. “Mari turun bu.”Setelah sampai di tempat parkir, Darko keluar dari mobil sportnya terlebih dahulu, kemudian dia berjalan memutar untuk membuka pintu dimana Siti berada. Pemandangan ketika Darko membuka pintu dan mempersilahkan Siti keluar dari mobil sportnya tampak menarik perhatian masyarakat serta karyawan Rumah Sakit Jiwa yang sedang di lobi maupun di tempat parkir. “Coba lihat itu, Boss dari mana tuh yang datang ke Rumah Sakit Jiwa yang khusus untuk orang tidak waras?” “Iya, apa mungkin keluarga mereka ada yang sakit jiwa?” “Bisa saja, namanya orang gila itu bisa melanda siapapun tidak pandang orang kaya maupun orang mis
Bab 185. KEDATANGAN SITI Airmata kebahagiaan bercampur dengan kesedihan tiada henti membasahi pipi Siti yang sedang terlarut dalam euforia yang sama sekali tidak pernah disangka-sangkanya. Hingga pada akhirnya dia menghela nafas berat setelah memandangi foto Faizi di ponselnya. “Sebaiknya saya menemui cucuku ini, daripada selalu rindu dan bersalah tidak bisa membahagiakan Darko saat kecil.”Setelah bergumam dan menentukan pilihan apa yang akan dilakukan, Siti segera bangkit dari duduknya dan merapikan semua barang yang ada di atas meja kerja. Kemudian Siti pulang lebih awal, dia berpesan kepada sekretaris dan bawahannya kalau dia akan pergi ke Nusantara untuk beberapa hari. Siti sudah berada di bandar udara Internasional kota Parigi untuk menuju negara Nusantara. Siti dikawal lima orang pengawal kepercayaannya selama bepergian ke Nusantara. Akhirnya pesawat yang ditunggu pun tiba, Siti dan kelima pengawalnya menaiki pesawat yang akan terbang men
Bab 184. KELUH KESAH SITI HARDIYANTI RUKMANA Setelah menyampaikan apa yang perlu disampaikan kepada peserta rapat, tanpa sengaja Darko melihat kedua anak buah kepercayaannya saling pandang dengan senyum masam terlihat di wajah mereka. Segera saja Darko tahu apa yang sedang mereka pikirkan, kemudian dia berkata untuk menghibur kedua orang kepercayaannya ini. “Satu lagi yang perlu saya umumkan, ada dua orang yang akan mendapatkan bonus masing-masing sebanyak dua ratus milyar rupiah dan liburan satu minggu bagi pak Bambang dan pak Slamet yang telah membantu saya selama ini menjaga perusahaan dan memilih para karyawan yang bertalenta seperti kalian.” Suasana ruang rapat yang sebelumnya sudah dipenuhi dengan bisik-bisik kegembiraan, sekali lagi terdengar suara ucapan selamat yang ditujukan kepada Bambang dan Slamet disusul suara tepuk tangan yang meriah. Bambang dan Slamet yang sebelumnya tersenyum masam seketika wajah mereka berseri-seri setelah mendengar peng