Bab 5. ANGELINE DIGANGGU PREMAN PASAR
Saat ini semua orang memandang ke arah Darko yang berdiri di samping Angeline dengan ekspresi penuh dengan tanya. “Ehem… ehem… siapa ini? Sepertinya ada teman baru nih?”Salah seorang penumpang wanita tiba-tiba berkata setelah sebelumnya berdehem seakan sedang mengajak bercanda Angeline. Darko yang mendengar candaan teman-teman Angeline sesama pedagang sayur pasar pagi segera memperkenalkan diri. “Ibu-ibu perkenalkan saya Darko suaminya Angeline.” “Suaminya Angeline…?”Suara kaget dan wajah penuh dengan rasa heran menghiasi wajah semua penumpang mobil pick up yang membawa sayuran. Mereka memandangi Darko dengan tatapan penuh selidik, tatapannya seakan tidak percaya kalau suami Angeline begitu kurus dan pakaian yang dikenakannya juga terlihat sangat tua hingga warnanya sudah memudar. Semua orang memandang ke arah Darko dan Angeline silih berganti sambil menggelengkan kepalanya. Mereka merasa betapa malangnya nasib Angeline mempunyai suami yang kurus dan terlihat miskin. Meskipun mereka miskin akan tetapi saat melihat Angeline yang begitu cantik mempunyai suami yang kurus dan terlihat miskin, tentu saja mereka tidak rela. Sementara itu pengemudi mobil sayur sedang memperhatikan Angeline dari kaca spion, dia juga sedang menebak-nebak siapakah pria yang bersama dengannya. Semua orang sebelumnya menebak kalau Angeline adalah seorang janda kembang yang tidak mempunyai suami. Di pasar pagi, Angeline merupakan idola para pria yang datang untuk berdagang maupun membeli sayuran. Mungkin karena kecantikan Angeline yang sangat terkenal sehingga dagangannya sangat laris terjual ketika di jajakan di lapaknya. Tak lama kemudian mobil pick up yang dinaiki mereka sampai di pasar pagi, Darko segera menurunkan sayur kangkung bawaannya sedangkan Angeline membayar ongkos ke sopir mobil pick up yang sedang membantu menurunkan sayuran para penumpangnya. Sopir mobil pick up tiada henti melirik kearah Darko yang sedang berjalan di belakang Angeline, setelah turun dari mobilnya. “Bu Tati, siapa pria yang bersama bu Angeline?”Sopir mobil pick up bertanya kepada Tati sambil menurunkan sayuran miliknya. “Katanya sih suaminya, tahu itu benar atau tidak mana saya tahu.”Tentu saja mereka tidak begitu tahu apakah yang dikatakan Angeline beneran atau tidak, yang jelas mereka berdua terlihat bersama sejak dari rumah Angeline. Sementara itu Darko dan Angeline sudah meletakkan sayur kangkung yang dibawa nya di atas lapak milik Angeline. Hati Darko tampak trenyuh melihat betapa nestapanya lapak kios Angeline. Lapak Angeline tidak bisa di sebut kios, karena tempat jualannya berada di area tempat parkir yang dipenuhi para pedagang sayur pagi. Di depan Darko terlihat Angeline hanya menempatkan selembar karpet plastik yang dijadikan alas untuk menaruh barang dagangannya. Tak berapa lama setelah Angeline membuka ikatan besar sayur kangkung segar miliknya, satu persatu pengunjung pasar pagi mulai datang ke lapaknya dan membeli dagangannya. Dalam waktu singkat dagangan Angeline sudah habis terjual, pada saat akan menggulung karpet plastik alas dagangannya, tiba-tiba terdengar suara orang menyapa Angeline. “Wah wah wah… memang kalau yang jualan janda kembang baru semenit lapaknya di buka, semua dagangannya langsung ludes terjual.” “Benar sekali, tapi sayangnya wanita secantik ini harus susah-susah berjualan di pasar pagi menjual sayuran yang tidak seberapa hasilnya.” “Bang, apa abang tidak ingin meminang janda kembang ini untuk menjadi istri kedua abang?” “Eh.. kenapa kamu berkata seperti itu, tidak baik kita bicara terlalu blak-blakan di depan semua orang.”Dua orang pria yang sedang berbicara di depan lapak Angeline adalah ketua preman pasar yang bernama Bimo dan anak buahnya. Kecantikan Angeline sebagai pedagang pasar pagi yang berstatus janda telah menjadi berita menarik di kalangan pengunjung maupun pedagang pasar pagi. Sebelumnya Angeline telah bercerita kepada teman sesama pedagang sayur pasar pagi, kalau suaminya adalah seorang tentara yang sedang berperang di garis depan selama lima tahun dan tidak pernah kembali atau memberi kabar kepadanya. Mungkin karena informasi inilah, orang-orang beranggapan kalau Angeline adalah seorang janda tentara yang mati di medan perang. Kedua preman pasar tampaknya tidak terlalu memperhatikan kehadiran Darko yang sedang berdiri tak jauh dari Angeline. Mereka berdua sibuk merayu Angeline, sementara itu Angeline terlihat sama sekali tidak merasa terganggu dengan candaan kedua preman ini. Sepertinya Angeline juga mengenali Bang Bimo sebagai ketua preman pasar pagi, karena setiap hari dia harus memberi uang keamanan sebanyak lima ribu rupiah kepada mereka. Darko menatap kedua preman itu dengan seksama, dia tidak melarang maupun mengusir mereka karena melihat sikap Angeline yang terlihat ramah dan seperti mengenali kedua pria ini juga. Saat ini Angeline memang sudah berubah menjadi wanita yang tegar dan kuat serta tidak terlalu terbawa perasaan, oleh godaan serta candaan para pria yang mencoba menarik perhatiannya. Diam-diam Darko sangat kagum dengan sikap Angeline pada saat ini. Darko sama sekali tidak menyangka wanita yang terbiasa hidup dalam kemewahan, sekarang menjadi wanita kelas bawah yang hidupnya sangat sederhana. Bahkan untuk membeli satu kilo daging sapi saja tidak mampu dan harus menunggu hari raya idul adha untuk mendapatkan gratisan dari orang yang berkorban. “Maaf bu Angeline, jangan di dengarkan omongan Pono. Dia memang suka asal ngomongnya. Tapi kalau bu Angeline mau menjadi istri kedua saya, tentu saja saya tidak akan menolaknya.” “Bu Angeline jangan khawatir, meskipun menjadi istri kedua, saya pastikan hidupmu akan enak jika bersama saya.” Ketua Preman menatap wajah Angeline dengan tatapan mesum sambil menyeringai dan membelai dagunya dengan senyuman seperti serigala kelaparan yang melihat daging segar. “Bang Bimo bisa saja, tapi saya tidak bisa menerima ajakan anda. Saya ini wanita yang mempunyai suami, tentu saja tidak pantas menerima ajakan menikah anda.”Angeline berkata dengan suara lembut, agar tidak menyinggung perasaan bang Bimo. Melihat sikap dan jawaban Angeline, bukannya mundur. Bang Bimo malah semakin berani, tampaknya tangannya sudah tidak tahan untuk membelai wajah cantik dan molek milik Angeline yang memakai riasan tipis. Tentu saja Angeline langsung menampik tangan bang Bimo dengan pelan yang mau membelai wajahnya “Ingat bang, tidak pantas abang berbuat seperti ini.” “Ha ha ha ha… kenapa tidak pantas, pasar ini berada dalam kekuasaan saya. Tentu saja tidak ada perkataan yang tidak pantas dengan tindakan saya. Sudahlah terima saja lamaran saya, saya jamin hidupmu akan nyaman.” Sementara itu Darko yang sedari tadi berdiri tak jauh dari tempat Angeline berada, dadanya seakan mau meledak melihat istrinya diganggu kedua preman ini. Perlahan Darko mulai mendekati Angeline yang sedang di ganggu bang Bimo dan Pono dengan tangan terkepal. Angeline sepertinya menyadari kedatangan Darko yang berjalan ke arahnya dengan mata menatap tajam kearah kedua preman. “Hei siapa kalian, kenapa kalian mengganggu istri saya? Apa kalian sudah bosan hidup!”Darko segera menghardik kedua preman yang sedang mengganggu Angeline dengan menampakkan wajah sangar. Bang Bimo dan Pono seketika menoleh kearah Darko yang berdiri di samping Angeline dengan mata melotot sambil menunjuk ke arahnya. Kedua preman ini seketika murka begitu mendengar perkataan Darko, sebagai penguasa pasar tentu saja mereka sangat marah melihat ada orang yang berani menghardik mereka sambil menunjuk muka mereka dengan jarinya. “Siapa kamu, apa kamu tidak tahu siapa kami?”Bukannya menjawab pertanyaan Darko, Bang Bimo malah balik bertanya sambil menunjuk ke muka Darko dengan ekspresi garang. Tampaknya bang Bimo dan Pono tidak mendengar kalimat terakhir pertanyaan Darko, buktinya dia balik bertanya siapa Darko yang berani berkata kasar kepadanya. Angeline yang melihat keributan antara Darko dan bang Bimo segera melerainya, dia memegang tangan Darko yang sudah terkepal. “Kak… sudahlah, tidak perlu diladeni mereka berdua.”Angeline berbisik sambil menatap mata Darko sambil menggenggam dengan erat pergelangan tangan Darko. Seketika Darko mengendurkan emosinya setelah melihat ekspresi wajah Angeline yang memohon sambil berbisik kepadanya. Darko segera menghela nafas setelah mendengar bujukan Angeline, emosinya yang sudah mulai naik segera saja dia padamkan. “Baiklah.” “Bang Bimo, maafkan suami saya. Dia tidak tahu siapa bang Bimo, maklumlah dia baru saja pulang dari merantau.” “Apa? Dia suamimu? Bukankah suamimu sudah mati di medan perang?”Bang Bimo menatap kearah Angeline dan Darko silih berganti dengan ekspresi tidak percaya.Bab 6. JANDA KEMBANG PASAR PAGI Darko dan Angeline saling bertukar pandang saat mendengar perkataan bang Bimo, sepertinya desas-desus tentang kehidupannya sudah menyebar keseluruh pasar. Mana mungkin kehidupan Angeline yang begitu cantik tidak menyebar ke seluruh pedagang pasar, maupun pengunjung pasar. Sepertinya bang Bimo tidak mau menerima kenyataan kalau suami Angeline sudah kembali, dia memandang dengan sinis ke arah Darko seakan ingin membunuhnya. Sudah sejak lama bang Bimo ingin memperistri Angeline yang terkenal sebagai janda kembang pasar pagi. “Memang sebelumnya suami saya pergi ke medan perang untuk bertugas, tapi sekarang dia sudah kembali.”Angeline berkata sambil tersenyum dan menatap kearah Darko dengan tatapan penuh kasih sayang. Sementara itu Darko hanya diam sambil memperhatikan gerak-gerik bang Bimo, dia tahu seperti apa sifat seorang preman pasar. Akan tetapi karena di peringatkan oleh Angeline untuk tidak membuat keributan, se
Bab 7. AYAH YANG DIRINDUKAN “Kamu lihat, wanita secantik itu hanya membeli satu kilo beras yang berkualitas paling buruk, betapa kasihannya ibu Angeline itu.” Pedagang beras tampak berbisik pada suaminya setelah Angeline dan Darko pergi meninggalkan kios beras mereka. “Iya, padahal kalau Angeline mau tentu banyak pria yang ingin menjadi suaminya.” “Apa kamu tahu siapa pria kurus yang berjalan bersamanya?” “Eh iya, siapa ya? Setahu saya Angeline selalu sendirian setiap kali pergi ke pasar. Apakah pria itu suaminya yang katanya pergi ke medan perang?” “Mungkin juga, lihat saja matanya. Meskipun tubuhnya kurus dan kulitnya hitam, akan tetapi tatapan matanya sangat tajam seperti orang yang biasa dalam disiplin tinggi.” “Tapi apa iya, bukankah suaminya sudah mati sejak lima tahun lalu di medan perang, apa mungkin pria itu saudaranya?” “Sudahlah, kita tidak perlu membahasnya lagi. Lagian itu bukan urusan kita, yang penting bisnis kita tetap berjalan.”
Bab 8. MENGANTAR SEKOLAH Faizi menjawab pertanyaan gurunya dengan wajah penuh semangat dan penuh dengan kebanggan. Mendengar perkataan Faizi, para guru serta wali murid yang berada di sekitar sekolah Taman Kanak-Kanak segera menoleh ke arah Darko yang berdiri di dekat Angeline. “Dasar keluarga miskin tetap saja miskin, apanya yang tentara? Ternyata suami wanita jalang itu hanya prajurit kelas rendahan.” “Betul sekali, lihatlah pakaian yang dikenakannya benar-benar sangat jelek. Bahkan lebih jelek dari keset lantai di rumahku.” “Ha ha ha ha… benar sekali, saya sebenarnya kasihan dengan Angeline itu. Apa mata dan otaknya bermasalah, dia itu kan cantik. Masa mau menikah dengan pria miskin dan kurus seperti dia.” Cemoohan para wali murid meskipun tidak terlalu keras akan tetapi masih bisa didengar dengan jelas oleh Angeline dan Darko yang berdiri di depan pintu gerbang Sekolah Taman Kanak-Kanak, dimana Faizi belajar. Angeline yang sudah terbiasa mende
Bab 9. TEMBAKAN SENJATA RAHASIA “Tentu saja ayah punya uang, karena itulah ayah akan ajak Faizi ke Mall untuk beli mainan dan pakaian baru.” “Beli pakaian baru? Apa itu beneran Yah?” “Tentu saja beneran, untuk apa ayah bohong sama Faizi.”Sementara itu Angeline diam saja melihat interaksi antara ayah dan anak di depannya, tentu saja dia ingin menyenangkan Faizi. Hanya saja selama ini keadaannya sama sekali tidak baik-baik saja, padahal jika Angeline mau berbicara dengan mertuanya atau orang tua Darko tentu mereka akan membantunya. Akan tetapi sifat Angeline yang tidak ingin merepotkan mertuanya membuat kehidupannya serba kekurangan. Padahal Angeline juga tahu kalau orang tua Darko atau mertuanya adalah seorang milyader. Bahkan orang tua Darko merupakan bangsawan yang tinggal di Ibukota kekaisaran Nusantara. Angeline yang sudah terbiasa melihat keseharian Darko selama mereka menikah, sama sekali tidak curiga atau menanyakan apakah Darko punya ua
Bab 10. BERTELANJANG DADA Brak… Bugh! “Sialan… anak siapa ini? Bocah, kamu punya mata apa tidak? Kenapa kamu berlarian di Mall ini, dasar sialan!”Wanita paruh baya yang ditabrak Faizi wajahnya memerah saking marahnya, dia menunjuk ke arah Faizi yang pada saat ini sedang berdiri dengan wajah ketakutan. Angeline segera berlari mendekati wanita paruh baya ini dan berusaha membantunya untuk berdiri. Sementara Darko membantu merapikan belanjaannya yang berserakan, wanita itu belum menyadari kalau orang yang sedang membantunya berdiri adalah orang tua bocah yang menabraknya. Setelah merapikan semua tas belanjaan dan meletakkan di samping wanita paruh baya ini, Darko segera mendekati Faizi dan menghiburnya. “Jangan takut, sebagai pria minta maaflah jika sudah melakukan kesalahan. Faizi adalah anak yang tangguh, jangan takut ayah ada disini untuk menjagamu.” “Ayah… “Faizi memandang Darko dengan penuh keraguan, kemudian dia menoleh ke arah wanita paruh ba
Bab 11. AYAH YANG JANTAN DAN KEREN “Apa yang kamu lakukan?”Wanita paruh baya ini menggeram dan menatap Darko dengan emosi yang meluap seakan ingin memakan Darko bulat-bulat. Sepertinya wanita paruh baya ini sama sekali tidak merasa takut terhadap Darko, meskipun dia sudah berulang kali di tampar dia masih saja memelototkan matanya ke arah Darko sambil memaki. “Bisa diam tidak? Kalau tidak bisa diam saya cabut semua gigi mu!” Bentak Darko sambil menatap mata wanita paruh baya di depannya. Begitu mendengar ancaman Darko seketika wanita paruh baya ini terdiam, dia tidak berani berteriak memaki Dako, karena dia tahu kalau ancaman Darko pasti akan dibuktikan jika dia berani memaki nya lagi. Setelah wanita paruh baya ini diam, Darko segera melanjutkan langkahnya memasuki Mall. Sementara itu Faizi memandangi apa yang dilakukan Darko dengan tatapan penuh dengan semangat. “Ayah benar-benar jantan dan keren,” gumam Faizi lirih.Memang sebagai seorang anak lelak
Bab 12. HANTU Sementara itu Darko yang sedang asik menemani Faizi memilih pakaian, dikejutkan oleh suara pelayan yang berdiri di belakangnya. “Maaf tuan, sebaiknya tuan memakai pakaian terlebih dahulu sebelum berjalan-jalan di Mall ini. Bukannya apa-apa, sangatlah tidak baik, jika tuan bertelanjang dada seperti ini.” Darko segera menoleh ke arah sumber suara, seketika dia mendapati tatapan wanita pelayan di depannya sedang tertuju ke arah tubuhnya yang kekar. “Ehem…”Darko langsung berdehem yang secara otomatis mengagetkan pelayan wanita di depannya, seketika wajahnya memerah dan menundukkan kepalanya ketika tiba-tiba Darko berbalik tepat ke arahnya. Melihat pelayan wanita di depannya menundukkan kepala, Darko segera memandang dadanya yang bidang dan perutnya yang seperti barisan buah durian Bawor. Darko langsung tersenyum kecut setelah melihat keadaan tubuhnya, awalnya dia memang ingin membelikan pakaian untuk Faizi, sehingga dia melupakan keadaannya se
Bab 13. TAMPARAN Ketika Darko dan pelayan Mall sedang berdiskusi tentang ganti rugi pakaian yang dijatuhkan Faizi, terlihat Angeline yang sebelumnya berada di outlet pakaian wanita sedang berjalan ke arah mereka. Sebelumnya Angeline memang sedang ragu untuk memilih pakaian wanita sebagai ganti pakaiannya yang di robek wanita paruh baya saat di lobi. Akan tetapi setelah melihat uangnya hanya sisa seratus ribu rupiah, seketika Angeline merasa ragu untuk membeli pakaian baru. Karena uang seratus ribu ini sebenarnya akan digunakan untuk kebutuhan mendesak di keluarganya seperti berobat dan membayar listrik. “Ada apa ini? Kenapa pakaiannya berantakan seperti ini?”Angeline langsung bertanya kepada Darko begitu sampai di dekatnya. Darko memandang kearah Angeline dan segera tersenyum untuk menenangkannya, kemudian berkata. “Tidak ada apa-apa, hanya pakaian ini tersenggol dan jatuh berserakan.” “Kenapa kalian sepertinya sedang saling berargumen?”Angeli
Bab 194. NAPAK TILAS KE UNIVERSITAS “Bu Siti, sepertinya ibu perlu membawa bapak Bambang ini ke tempat-tempat yang dulunya pernah disinggahi sebelum beliau lupa ingatan. Terapi kenangan masa lalunya sangat penting untuk memancing daya ingat otaknya.”Dokter spesialis otak yang memeriksa Bambang memberi saran kepada Siti setelah satu bulan lamanya dilakukan pemeriksaan otaknya dengan peralatan modern dan canggih tetap saja belum bisa menyembuhkan lupa ingatannya Bambang. Siti mendengarkan dengan serius saran dari dokter spesialis otak yang memeriksa Bambang. Setelah pemeriksaan otak Bambang selesai, Siti segera mengajak Bambang untuk jalan-jalan. Bambang hanya diam dan mengikuti kemanapun Siti membawanya pergi, bahkan ketika dia di ajak naik pesawat terbang Bambang tidak banyak bertanya. Akhirnya pesawat yang dinaiki Siti mendarat di bandar udara kota Mandiraja. Ekspresi wajah Bambang terlihat aneh begitu menginjakkan kaki di kota Mandiraja lagi? Bu
Bab 193. MASA LALU BAMBANG “Mas Tegar….”Terdengar suara parau dari mulut Siti ketika berhadapan dengan jarak yang sangat dekat dengan Bambang. Meskipun suara Siti tidak terlalu keras, akan tetapi bisa terdengar oleh pegawai Dinas Sosial yang ada di tempat ini. “Tegar? Kenapa wanita ini memanggil Bambang dengan nama Tegar?” “Mas Tegar, apakah kamu mas Tegar kan?” “Mas Tegar? Siapa mas tegar yang ibu maksud?”Bambang yang di panggil mas Tegar oleh Siti tampak bertanya balik dengan wajah penuh dengan kebingungan. “Mas Tegar, ini Siti. Apa mas Tegar lupa dengan Siti?” Mata Siti semakin berkaca-kaca setelah mendengar perkataan Bambang. Pada akhirnya Siti harus mempercayai perkataan pihak Rumah Sakit Jiwa yang sebelumnya merawat Bambang, kalau Bambang memang benar-benar sudah lupa ingatan. Melihat situasi yang kurang kondusif, pegawai Dinas Sosial segera menyuruh Bambang untuk duduk berhadapan dengan Siti hanya terhalang sebuah meja Jati.
Bab 192. BERTEMU PRIA PARUH BAYA YANG DICARINYA “Bu Siti, apa yang membuat anda datang ke Rumah Sakit ini? Apakah anda bersama pak Darko?” “Saya datang sendiri ke Rumah Sakit ini, kemarin saya seperti mengenali seseorang yang ada di Rumah Sakit ini, sehingga saya ingin menghilangkan rasa penasaran saya.” “Ibu punya kenalan orang di Rumah Sakit ini? Apakah karyawan di tempat ini atau siapa?”Dokter Irawati tampak sangat serius mendengarkan apa yang dikatakan Siti. Bagaimanapun juga dia tidak ingin mengecewakan orang sekelas Siti dan Darko yang masih deposit uang perawatan untuk Angelina yang sisanya masih sangat banyak. “Saya tidak tahu, orang itu kerja di Rumah Sakit ini atau pasiennya. Tapi yang jelas saya penasaran dengan sosok pria yang saya lihat kemarin itu.” Dokter irawati tampak semakin bingung dengan perkataan Siti, kemudian dia minta informasi lebih lengkap tentang pria paruh baya yang dilihat Siti saat itu. Setelah Siti menceritakan ihwal
Bab 191. SITI MENCARI PRIA PARUH BAYA DI RUMAH SAKIT JIWA “Apa Darko? Bagaimana bisa pria tidak berguna itu membawa pergi Angelina.?”Rossa tampak sangat kesal begitu mendengar perkataan petugas resepsionis yang sedang melayaninya. Melihat dan mendengar perkataan Rossa, Resepsionis ini hanya bisa diam, baginya dia tidak tahu menahu masalah pasien maupun keluar masuknya pasien ke Rumah Sakit ini. Karena tugasnya hanya menerima tamu dan memberikan informasi sesuai data yang tersedia di komputernya. “Sudahlah bu, sebaiknya kita pulang saja. Kita tidak usah ribut-ribut di tempat ini.”Abimanyu yang masih mempunyai pikiran panjang, segera membujuk Rossa untuk kembali saja. Apalagi dari catatan yang terdokumentasi oleh komputer Rumah sakit di beritahukan kalau Angelina keluar dari Rumah Sakit bersama Darko. Meskipun dengan perasaan kesal, akhirnya Rossa tetap mengikuti perkataan Abimanyu untuk pulang tanpa bersama Angelina. Tak lama setelah Rossa dan Abim
Bab 190. ROSSA INGIN MEMBAWA PULANG ANGELINA Tanpa sadar Siti menggumamkan sebuah nama yang selama ini selalu tersimpan di hatinya. Siapakah mas Tegar itu? Mas Tegar adalah suami Siti sewaktu mereka muda dan masih kuliah di Universitas Mandiraja. Sedangkan Tegar itu sendiri adalah ayah biologis dari Darko sang tokoh utama yang selama ini belum pernah dilihatnya. “Tunggu….”Tiba-tiba Siti berkata dengan sedikit ragu-ragu tergambar jelas di raut wajahnya. “Sepertinya saya pernah melihat mas Tegar, tapi dimana ya?” “Betul sekali, pria itu.” “Pria yang ada di Rumah Sakit Jiwa tempat Angelina dirawat, wajahnya sangat mirip dengan mas Tegar.”Siti tampak sedang mengingat-ingat sosok pria paruh baya yang sedang duduk di bawah pohon yang sebelumnya di lihatnya. Semakin dipikirkan, Siti semakin penasaran dengan pria paruh baya itu yang ada di Rumah Sakit Jiwa. Pria paruh baya itu adalah gelandangan yang ditemukan petugas polisi kota di pi
Bab 189. PELUKAN MENGHARUKAN Kedatangan Darko yang mendadak bersama Angelina serta Siti tentu saja mengejutkan Widyawati dan George, demikian juga dengan Faizi yang sedang bersama kakek dan neneknya. “Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikum salam.” “Eh ada tamu agung datang mengunjungi gubuk kami yang reot ini.”Widyawati langsung menyambut kedatangan Siti dan Angelina dengan sebuah sapaan merendah sebagai sopan santun yang umum bagi masyarakat jawadwipa setelah sebelumnya menjawab salam mereka. Darko terlebih dahulu melakukan sungkem dengan menjabat tangan kedua orang tuanya dengan cara mencium punggung tangannya. Setelah itu barulah Widyawati serta George langsung menyambut kedatangan Siti dan Angelina. “Anakku… kamu juga ikut pulang kerumah ibu?”Widyawati segera memeluk tubuh Angelina yang terlihat kurus, sebelumnya kedua orang tuanya sudah tahu kalau hubungan Darko dan Angelina sudah bercerai karena permintaan keluarga Wibisono. Karena hal in
Bab 188. ANGELINA DIBAWA KE IBUKOTA Setelah melihat Darko menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengiyakan, seketika ekspresi panik Angelina pun menghilang. “Betul sekali, kamu tidak akan bertemu dengan Rossa dan Abimanyu. Kamu akan tinggal bersama kami, disana juga ada Faizi.” “Apa? Saya akan bertemu dengan Faizi?” “Betul sekali, untuk apa aku berkata bohong?” “Tapi… tapi bagaimana kalau Rossa tahu dan mencari kita?” “Kamu tidak usah khawatir, di tempat ini Rossa dan keluarga Wibisono tidak akan berani macam-macam lagi.” Setelah berbincang-bincang sebentar meluapkan rasa rindu dengan saling berpelukan, Darko segera mengajak semua orang untuk kembali. Tapi sebelum kembali Darko menghubungi Bambang untuk menyiapkan pakaian untuk Angelina, serta membawakan mobil yang cukup besar untuk membawa mereka bertiga, karena sebelumnya Darko membawa mobil sport yang hanya mempunyai dua kursi penumpang saja. Dan tak lupa Darko meminta Bambang untuk me
Bab 187. MEMBAWA PULANG ANGELINA “Apakah itu Angelina? Kenapa dia tinggal di tempat seperti ini?”Tanda tanya besar menghantui pikirannya setelah melihat Angelina yang berwajah pucat dan terlihat kerutan di keningnya. Maklumlah kalau Siti terkejut, karena dia sama sekali tidak menyangka kalau menantunya ternyata dalam kondisi yang cukup memprihatinkan. “Sayang, aku datang.”Darko berteriak ketika jaraknya tinggal lima puluh meter dari Angelina yang sedang asik dengan tanaman bunganya. Angelina segera menoleh ke arah sumber suara, seketika ekspresi wajahnya bersinar melihat Darko yang memanggilnya. “Kak Darko.”Angelina berbisik pelan memanggil nama Darko, karena saking gembiranya mengetahui kedatangan Darko, Angelina sampai mengabaikan keberadaan Siti yang berjalan di belakangnya. Sementara itu dokter Irawati hanya berdiri diam sambil tersenyum melihat interaksi antara Angelina dan Darko. Sebagai seorang dokter jiwa, tentu saja dokter Irawati tahu
Bab 186. SITI MENJENGUK ANGELINA “Rumah Sakit Jiwa? Kenapa Darko membawaku ke Rumah Sakit Jiwa? Bukankah saya ingin bertemu dengan Angelina?”Kepala Siti langsung berdenyut ketika memikirkan apa yang sedang direncanakan Darko. Meskipun dia penasaran, Siti tetap diam tidak bertanya apa yang menjadi uneg-uneg dalam hatinya. “Mari turun bu.”Setelah sampai di tempat parkir, Darko keluar dari mobil sportnya terlebih dahulu, kemudian dia berjalan memutar untuk membuka pintu dimana Siti berada. Pemandangan ketika Darko membuka pintu dan mempersilahkan Siti keluar dari mobil sportnya tampak menarik perhatian masyarakat serta karyawan Rumah Sakit Jiwa yang sedang di lobi maupun di tempat parkir. “Coba lihat itu, Boss dari mana tuh yang datang ke Rumah Sakit Jiwa yang khusus untuk orang tidak waras?” “Iya, apa mungkin keluarga mereka ada yang sakit jiwa?” “Bisa saja, namanya orang gila itu bisa melanda siapapun tidak pandang orang kaya maupun orang mis