Bab 5. ANGELINE DIGANGGU PREMAN PASAR
Saat ini semua orang memandang ke arah Darko yang berdiri di samping Angeline dengan ekspresi penuh dengan tanya. “Ehem… ehem… siapa ini? Sepertinya ada teman baru nih?”Salah seorang penumpang wanita tiba-tiba berkata setelah sebelumnya berdehem seakan sedang mengajak bercanda Angeline. Darko yang mendengar candaan teman-teman Angeline sesama pedagang sayur pasar pagi segera memperkenalkan diri. “Ibu-ibu perkenalkan saya Darko suaminya Angeline.” “Suaminya Angeline…?”Suara kaget dan wajah penuh dengan rasa heran menghiasi wajah semua penumpang mobil pick up yang membawa sayuran. Mereka memandangi Darko dengan tatapan penuh selidik, tatapannya seakan tidak percaya kalau suami Angeline begitu kurus dan pakaian yang dikenakannya juga terlihat sangat tua hingga warnanya sudah memudar. Semua orang memandang ke arah Darko dan Angeline silih berganti sambil menggelengkan kepalanya. Mereka merasa betapa malangnya nasib Angeline mempunyai suami yang kurus dan terlihat miskin. Meskipun mereka miskin akan tetapi saat melihat Angeline yang begitu cantik mempunyai suami yang kurus dan terlihat miskin, tentu saja mereka tidak rela. Sementara itu pengemudi mobil sayur sedang memperhatikan Angeline dari kaca spion, dia juga sedang menebak-nebak siapakah pria yang bersama dengannya. Semua orang sebelumnya menebak kalau Angeline adalah seorang janda kembang yang tidak mempunyai suami. Di pasar pagi, Angeline merupakan idola para pria yang datang untuk berdagang maupun membeli sayuran. Mungkin karena kecantikan Angeline yang sangat terkenal sehingga dagangannya sangat laris terjual ketika di jajakan di lapaknya. Tak lama kemudian mobil pick up yang dinaiki mereka sampai di pasar pagi, Darko segera menurunkan sayur kangkung bawaannya sedangkan Angeline membayar ongkos ke sopir mobil pick up yang sedang membantu menurunkan sayuran para penumpangnya. Sopir mobil pick up tiada henti melirik kearah Darko yang sedang berjalan di belakang Angeline, setelah turun dari mobilnya. “Bu Tati, siapa pria yang bersama bu Angeline?”Sopir mobil pick up bertanya kepada Tati sambil menurunkan sayuran miliknya. “Katanya sih suaminya, tahu itu benar atau tidak mana saya tahu.”Tentu saja mereka tidak begitu tahu apakah yang dikatakan Angeline beneran atau tidak, yang jelas mereka berdua terlihat bersama sejak dari rumah Angeline. Sementara itu Darko dan Angeline sudah meletakkan sayur kangkung yang dibawa nya di atas lapak milik Angeline. Hati Darko tampak trenyuh melihat betapa nestapanya lapak kios Angeline. Lapak Angeline tidak bisa di sebut kios, karena tempat jualannya berada di area tempat parkir yang dipenuhi para pedagang sayur pagi. Di depan Darko terlihat Angeline hanya menempatkan selembar karpet plastik yang dijadikan alas untuk menaruh barang dagangannya. Tak berapa lama setelah Angeline membuka ikatan besar sayur kangkung segar miliknya, satu persatu pengunjung pasar pagi mulai datang ke lapaknya dan membeli dagangannya. Dalam waktu singkat dagangan Angeline sudah habis terjual, pada saat akan menggulung karpet plastik alas dagangannya, tiba-tiba terdengar suara orang menyapa Angeline. “Wah wah wah… memang kalau yang jualan janda kembang baru semenit lapaknya di buka, semua dagangannya langsung ludes terjual.” “Benar sekali, tapi sayangnya wanita secantik ini harus susah-susah berjualan di pasar pagi menjual sayuran yang tidak seberapa hasilnya.” “Bang, apa abang tidak ingin meminang janda kembang ini untuk menjadi istri kedua abang?” “Eh.. kenapa kamu berkata seperti itu, tidak baik kita bicara terlalu blak-blakan di depan semua orang.”Dua orang pria yang sedang berbicara di depan lapak Angeline adalah ketua preman pasar yang bernama Bimo dan anak buahnya. Kecantikan Angeline sebagai pedagang pasar pagi yang berstatus janda telah menjadi berita menarik di kalangan pengunjung maupun pedagang pasar pagi. Sebelumnya Angeline telah bercerita kepada teman sesama pedagang sayur pasar pagi, kalau suaminya adalah seorang tentara yang sedang berperang di garis depan selama lima tahun dan tidak pernah kembali atau memberi kabar kepadanya. Mungkin karena informasi inilah, orang-orang beranggapan kalau Angeline adalah seorang janda tentara yang mati di medan perang. Kedua preman pasar tampaknya tidak terlalu memperhatikan kehadiran Darko yang sedang berdiri tak jauh dari Angeline. Mereka berdua sibuk merayu Angeline, sementara itu Angeline terlihat sama sekali tidak merasa terganggu dengan candaan kedua preman ini. Sepertinya Angeline juga mengenali Bang Bimo sebagai ketua preman pasar pagi, karena setiap hari dia harus memberi uang keamanan sebanyak lima ribu rupiah kepada mereka. Darko menatap kedua preman itu dengan seksama, dia tidak melarang maupun mengusir mereka karena melihat sikap Angeline yang terlihat ramah dan seperti mengenali kedua pria ini juga. Saat ini Angeline memang sudah berubah menjadi wanita yang tegar dan kuat serta tidak terlalu terbawa perasaan, oleh godaan serta candaan para pria yang mencoba menarik perhatiannya. Diam-diam Darko sangat kagum dengan sikap Angeline pada saat ini. Darko sama sekali tidak menyangka wanita yang terbiasa hidup dalam kemewahan, sekarang menjadi wanita kelas bawah yang hidupnya sangat sederhana. Bahkan untuk membeli satu kilo daging sapi saja tidak mampu dan harus menunggu hari raya idul adha untuk mendapatkan gratisan dari orang yang berkorban. “Maaf bu Angeline, jangan di dengarkan omongan Pono. Dia memang suka asal ngomongnya. Tapi kalau bu Angeline mau menjadi istri kedua saya, tentu saja saya tidak akan menolaknya.” “Bu Angeline jangan khawatir, meskipun menjadi istri kedua, saya pastikan hidupmu akan enak jika bersama saya.” Ketua Preman menatap wajah Angeline dengan tatapan mesum sambil menyeringai dan membelai dagunya dengan senyuman seperti serigala kelaparan yang melihat daging segar. “Bang Bimo bisa saja, tapi saya tidak bisa menerima ajakan anda. Saya ini wanita yang mempunyai suami, tentu saja tidak pantas menerima ajakan menikah anda.”Angeline berkata dengan suara lembut, agar tidak menyinggung perasaan bang Bimo. Melihat sikap dan jawaban Angeline, bukannya mundur. Bang Bimo malah semakin berani, tampaknya tangannya sudah tidak tahan untuk membelai wajah cantik dan molek milik Angeline yang memakai riasan tipis. Tentu saja Angeline langsung menampik tangan bang Bimo dengan pelan yang mau membelai wajahnya “Ingat bang, tidak pantas abang berbuat seperti ini.” “Ha ha ha ha… kenapa tidak pantas, pasar ini berada dalam kekuasaan saya. Tentu saja tidak ada perkataan yang tidak pantas dengan tindakan saya. Sudahlah terima saja lamaran saya, saya jamin hidupmu akan nyaman.” Sementara itu Darko yang sedari tadi berdiri tak jauh dari tempat Angeline berada, dadanya seakan mau meledak melihat istrinya diganggu kedua preman ini. Perlahan Darko mulai mendekati Angeline yang sedang di ganggu bang Bimo dan Pono dengan tangan terkepal. Angeline sepertinya menyadari kedatangan Darko yang berjalan ke arahnya dengan mata menatap tajam kearah kedua preman. “Hei siapa kalian, kenapa kalian mengganggu istri saya? Apa kalian sudah bosan hidup!”Darko segera menghardik kedua preman yang sedang mengganggu Angeline dengan menampakkan wajah sangar. Bang Bimo dan Pono seketika menoleh kearah Darko yang berdiri di samping Angeline dengan mata melotot sambil menunjuk ke arahnya. Kedua preman ini seketika murka begitu mendengar perkataan Darko, sebagai penguasa pasar tentu saja mereka sangat marah melihat ada orang yang berani menghardik mereka sambil menunjuk muka mereka dengan jarinya. “Siapa kamu, apa kamu tidak tahu siapa kami?”Bukannya menjawab pertanyaan Darko, Bang Bimo malah balik bertanya sambil menunjuk ke muka Darko dengan ekspresi garang. Tampaknya bang Bimo dan Pono tidak mendengar kalimat terakhir pertanyaan Darko, buktinya dia balik bertanya siapa Darko yang berani berkata kasar kepadanya. Angeline yang melihat keributan antara Darko dan bang Bimo segera melerainya, dia memegang tangan Darko yang sudah terkepal. “Kak… sudahlah, tidak perlu diladeni mereka berdua.”Angeline berbisik sambil menatap mata Darko sambil menggenggam dengan erat pergelangan tangan Darko. Seketika Darko mengendurkan emosinya setelah melihat ekspresi wajah Angeline yang memohon sambil berbisik kepadanya. Darko segera menghela nafas setelah mendengar bujukan Angeline, emosinya yang sudah mulai naik segera saja dia padamkan. “Baiklah.” “Bang Bimo, maafkan suami saya. Dia tidak tahu siapa bang Bimo, maklumlah dia baru saja pulang dari merantau.” “Apa? Dia suamimu? Bukankah suamimu sudah mati di medan perang?”Bang Bimo menatap kearah Angeline dan Darko silih berganti dengan ekspresi tidak percaya.Bab 6. JANDA KEMBANG PASAR PAGI Darko dan Angeline saling bertukar pandang saat mendengar perkataan bang Bimo, sepertinya desas-desus tentang kehidupannya sudah menyebar keseluruh pasar. Mana mungkin kehidupan Angeline yang begitu cantik tidak menyebar ke seluruh pedagang pasar, maupun pengunjung pasar. Sepertinya bang Bimo tidak mau menerima kenyataan kalau suami Angeline sudah kembali, dia memandang dengan sinis ke arah Darko seakan ingin membunuhnya. Sudah sejak lama bang Bimo ingin memperistri Angeline yang terkenal sebagai janda kembang pasar pagi. “Memang sebelumnya suami saya pergi ke medan perang untuk bertugas, tapi sekarang dia sudah kembali.”Angeline berkata sambil tersenyum dan menatap kearah Darko dengan tatapan penuh kasih sayang. Sementara itu Darko hanya diam sambil memperhatikan gerak-gerik bang Bimo, dia tahu seperti apa sifat seorang preman pasar. Akan tetapi karena di peringatkan oleh Angeline untuk tidak membuat keributan, se
Bab 7. AYAH YANG DIRINDUKAN “Kamu lihat, wanita secantik itu hanya membeli satu kilo beras yang berkualitas paling buruk, betapa kasihannya ibu Angeline itu.” Pedagang beras tampak berbisik pada suaminya setelah Angeline dan Darko pergi meninggalkan kios beras mereka. “Iya, padahal kalau Angeline mau tentu banyak pria yang ingin menjadi suaminya.” “Apa kamu tahu siapa pria kurus yang berjalan bersamanya?” “Eh iya, siapa ya? Setahu saya Angeline selalu sendirian setiap kali pergi ke pasar. Apakah pria itu suaminya yang katanya pergi ke medan perang?” “Mungkin juga, lihat saja matanya. Meskipun tubuhnya kurus dan kulitnya hitam, akan tetapi tatapan matanya sangat tajam seperti orang yang biasa dalam disiplin tinggi.” “Tapi apa iya, bukankah suaminya sudah mati sejak lima tahun lalu di medan perang, apa mungkin pria itu saudaranya?” “Sudahlah, kita tidak perlu membahasnya lagi. Lagian itu bukan urusan kita, yang penting bisnis kita tetap berjalan.”
Bab 8. MENGANTAR SEKOLAH Faizi menjawab pertanyaan gurunya dengan wajah penuh semangat dan penuh dengan kebanggan. Mendengar perkataan Faizi, para guru serta wali murid yang berada di sekitar sekolah Taman Kanak-Kanak segera menoleh ke arah Darko yang berdiri di dekat Angeline. “Dasar keluarga miskin tetap saja miskin, apanya yang tentara? Ternyata suami wanita jalang itu hanya prajurit kelas rendahan.” “Betul sekali, lihatlah pakaian yang dikenakannya benar-benar sangat jelek. Bahkan lebih jelek dari keset lantai di rumahku.” “Ha ha ha ha… benar sekali, saya sebenarnya kasihan dengan Angeline itu. Apa mata dan otaknya bermasalah, dia itu kan cantik. Masa mau menikah dengan pria miskin dan kurus seperti dia.” Cemoohan para wali murid meskipun tidak terlalu keras akan tetapi masih bisa didengar dengan jelas oleh Angeline dan Darko yang berdiri di depan pintu gerbang Sekolah Taman Kanak-Kanak, dimana Faizi belajar. Angeline yang sudah terbiasa mende
Bab 9. TEMBAKAN SENJATA RAHASIA “Tentu saja ayah punya uang, karena itulah ayah akan ajak Faizi ke Mall untuk beli mainan dan pakaian baru.” “Beli pakaian baru? Apa itu beneran Yah?” “Tentu saja beneran, untuk apa ayah bohong sama Faizi.”Sementara itu Angeline diam saja melihat interaksi antara ayah dan anak di depannya, tentu saja dia ingin menyenangkan Faizi. Hanya saja selama ini keadaannya sama sekali tidak baik-baik saja, padahal jika Angeline mau berbicara dengan mertuanya atau orang tua Darko tentu mereka akan membantunya. Akan tetapi sifat Angeline yang tidak ingin merepotkan mertuanya membuat kehidupannya serba kekurangan. Padahal Angeline juga tahu kalau orang tua Darko atau mertuanya adalah seorang milyader. Bahkan orang tua Darko merupakan bangsawan yang tinggal di Ibukota kekaisaran Nusantara. Angeline yang sudah terbiasa melihat keseharian Darko selama mereka menikah, sama sekali tidak curiga atau menanyakan apakah Darko punya ua
Bab 10. BERTELANJANG DADA Brak… Bugh! “Sialan… anak siapa ini? Bocah, kamu punya mata apa tidak? Kenapa kamu berlarian di Mall ini, dasar sialan!”Wanita paruh baya yang ditabrak Faizi wajahnya memerah saking marahnya, dia menunjuk ke arah Faizi yang pada saat ini sedang berdiri dengan wajah ketakutan. Angeline segera berlari mendekati wanita paruh baya ini dan berusaha membantunya untuk berdiri. Sementara Darko membantu merapikan belanjaannya yang berserakan, wanita itu belum menyadari kalau orang yang sedang membantunya berdiri adalah orang tua bocah yang menabraknya. Setelah merapikan semua tas belanjaan dan meletakkan di samping wanita paruh baya ini, Darko segera mendekati Faizi dan menghiburnya. “Jangan takut, sebagai pria minta maaflah jika sudah melakukan kesalahan. Faizi adalah anak yang tangguh, jangan takut ayah ada disini untuk menjagamu.” “Ayah… “Faizi memandang Darko dengan penuh keraguan, kemudian dia menoleh ke arah wanita paruh ba
Bab 11. AYAH YANG JANTAN DAN KEREN “Apa yang kamu lakukan?”Wanita paruh baya ini menggeram dan menatap Darko dengan emosi yang meluap seakan ingin memakan Darko bulat-bulat. Sepertinya wanita paruh baya ini sama sekali tidak merasa takut terhadap Darko, meskipun dia sudah berulang kali di tampar dia masih saja memelototkan matanya ke arah Darko sambil memaki. “Bisa diam tidak? Kalau tidak bisa diam saya cabut semua gigi mu!” Bentak Darko sambil menatap mata wanita paruh baya di depannya. Begitu mendengar ancaman Darko seketika wanita paruh baya ini terdiam, dia tidak berani berteriak memaki Dako, karena dia tahu kalau ancaman Darko pasti akan dibuktikan jika dia berani memaki nya lagi. Setelah wanita paruh baya ini diam, Darko segera melanjutkan langkahnya memasuki Mall. Sementara itu Faizi memandangi apa yang dilakukan Darko dengan tatapan penuh dengan semangat. “Ayah benar-benar jantan dan keren,” gumam Faizi lirih.Memang sebagai seorang anak lelak
Bab 12. HANTU Sementara itu Darko yang sedang asik menemani Faizi memilih pakaian, dikejutkan oleh suara pelayan yang berdiri di belakangnya. “Maaf tuan, sebaiknya tuan memakai pakaian terlebih dahulu sebelum berjalan-jalan di Mall ini. Bukannya apa-apa, sangatlah tidak baik, jika tuan bertelanjang dada seperti ini.” Darko segera menoleh ke arah sumber suara, seketika dia mendapati tatapan wanita pelayan di depannya sedang tertuju ke arah tubuhnya yang kekar. “Ehem…”Darko langsung berdehem yang secara otomatis mengagetkan pelayan wanita di depannya, seketika wajahnya memerah dan menundukkan kepalanya ketika tiba-tiba Darko berbalik tepat ke arahnya. Melihat pelayan wanita di depannya menundukkan kepala, Darko segera memandang dadanya yang bidang dan perutnya yang seperti barisan buah durian Bawor. Darko langsung tersenyum kecut setelah melihat keadaan tubuhnya, awalnya dia memang ingin membelikan pakaian untuk Faizi, sehingga dia melupakan keadaannya se
Bab 13. TAMPARAN Ketika Darko dan pelayan Mall sedang berdiskusi tentang ganti rugi pakaian yang dijatuhkan Faizi, terlihat Angeline yang sebelumnya berada di outlet pakaian wanita sedang berjalan ke arah mereka. Sebelumnya Angeline memang sedang ragu untuk memilih pakaian wanita sebagai ganti pakaiannya yang di robek wanita paruh baya saat di lobi. Akan tetapi setelah melihat uangnya hanya sisa seratus ribu rupiah, seketika Angeline merasa ragu untuk membeli pakaian baru. Karena uang seratus ribu ini sebenarnya akan digunakan untuk kebutuhan mendesak di keluarganya seperti berobat dan membayar listrik. “Ada apa ini? Kenapa pakaiannya berantakan seperti ini?”Angeline langsung bertanya kepada Darko begitu sampai di dekatnya. Darko memandang kearah Angeline dan segera tersenyum untuk menenangkannya, kemudian berkata. “Tidak ada apa-apa, hanya pakaian ini tersenggol dan jatuh berserakan.” “Kenapa kalian sepertinya sedang saling berargumen?”Angeli
Bab 216. AKHIR BAHAGIA Kini Rossa dan Abimanyu baru tersadar kalau pesan kakek Wibisono ternyata sangat benar dan bukan omong kosong biasa. Akan tetapi kekecewaan dan penyesalan pasti selalu datang terlambat setelah semuanya terjadi dan terlewati, apalagi saat ini kebesaran keluarga besar Wibisono benar-benar sudah musne Pepatah asli dari Indonesia bisa mengungkapkan apa yang dialami keluarga besar Wibisono yaitu ‘Ibarat nasi sudah menjadi bubur’. Maka tidak ada yang bisa dilakukan keluarga besar Wibisono yang sudah hancur, sekarang yang ada hanya keluarga besar Mangkusadewo, karena Angelina sebagai generasi ketiga keluarga besar Wibisono sudah menjadi istri dan bagian dari keluarga besar Mangkusadewo. Kenapa menjadi keluarga Mangkusadewo bukannya keluarga besar Tegar dan Siti, hal ini disebabkan kedua orang tua kandung Darko tidak ingin merubah nama Darko yang memakai nama Mangkusadewo sejak kecil atau sejak mereka tinggalkan di depan pintu panti asuhan A
Bab 215. WASIAT KAKEK WIBISONO Keinginannya Rossa untuk membelot dan menolak permintaan Darko seketika menghilang setelah di bentak oleh pengawal yang bersama mereka. Dengan gugup dan dengan hati yang dipenuhi rasa penasaran mereka berdua berjalan memasuki Bandar udara kota Mandiraja tanpa tahu akan dibawa kemana oleh Darko. Hingga akhirnya ketika mereka melihat ada sebuah pesawat jet pribadi yang sangat indah berada di depan mata mereka, seketika rasa bingung dan shock mulai menghantui pikiran Rossa dan Abimanyu. Darko dan Angelina sama sekali tidak banyak bicara selama perjalan hingga memasuki jet pribadi milik Darko, hingga saking tidak sabarnya ingin tahu mereka akan dibawa kemana oleh Darko, Rossa memberanikan diri berbicara. “Darko, sebenarnya kami akan kamu bawa kemana? Dan kenapa kita naik jet pribadi yang begini bagus, apa maksudnya?” “Diamlah, jangan banyak bicara atau kalian akan saya lempar keluar dari pesawat.”Darko yang merasa kesal kep
Bab 214. NYALI ROSSA MENCIUT Sebelum Rossa tersadar dengan apa yang terjadi, Angelina sudah ditarik Darko ke sisinya. Seketika wajah Rossa menjadi jelek mengetahui Angelina sudah berpindah tempat lebih tepatnya di samping menantu yang tidak berguna itu. Ekspresi wajah Angelina juga terlihat sangat terkejut ketika tiba-tiba tubuhnya bergeser kesamping Darko sesaat setelah terdengar suara Darko memanggil pengawal. Apalagi Rossa emosinya seakan meluap mengetahui Angelina sudah berdiri di samping Darko. Pada saat dia akan menarik tangan Angeline kembali, tiba-tiba ada sesosok tubuh kekar berdiri tepat di depannya seakan sebuah benteng yang kokoh sebagai pembatas antara dirinya dengan Angelina. “Minggir, jangan halangi jalanku.”Dengan kasar Rossa berusaha mendorong pengawal kekar yang diperintahkan Darko untuk melindungi Angelina. “Argh… Lepaskan.”Rossa menjerit kesakitan mengetahui tangan yang sebelumnya akan digunakan untuk mendorong pria kekar di depa
Bab 213. DOKUMEN DARI MAHKAMAH AGUNG Hal ini tentu saja menimbulkan kecurigaan di pihak kepolisian yang menyelidiki musibah kebakaran ini. Mereka sama sekali tidak tahu kalau sumber bencana itu ada didepan mereka, andai saja mereka tahu tentu Darko akan langsung ditangkap dan dimintai keterangan. Akan tetapi saat ini orang yang sudah membuat keonaran itu ekspresinya tampak datar dan tidak menunjukkan ekspresi wajah sedih maupun belasungkawa mengetahui salah satu kerabatnya mengalami musibah. Untungnya tidak ada yang mencurigai Darko, karena banyak juga warga sekitar yang menonton lokasi kebakaran dengan ekspresi datar seperti halnya Darko. Angelina menangis di pelukan Rossa seakan dia lupa kalau sebelumnya Rossa sangat jahat kepada dirinya. Bagi Angelina sejahat apapun Rossa dia sudah sangat memahami sifatnya yang seperti flamboyan selalu berubah-ubah mengikuti arah angin. Meskipun dia selalu tidak setuju dengan nasehat serta saran Rossa, sebag
Bab 212. PULANG KE KOTA MANDIRAJA Darko tetap diam tidak ada satu katapun keluar dari mulutnya setelah Widyawati menyuruhnya untuk pergi ke kota Mandiraja melihat situasi terkini keluarga Wibisono. Hal ini membuat Widyawati menatap tajam ke arahnya, sementara itu Angelina sudah menghentikan tangisannya dan mengusap air mata yang terus mengalir di pipinya sambil menunggu jawaban Darko dengan hati berdebar-debar. “Baiklah, saya akan mengajak Angelina menengok keluarga Wibisono. Ibu saya titip Faizi bersama kalian.”Setelah menghela nafas sebentar Darko menyetujui saran Widyawati untuk pergi ke kota Mandiraja, tak lupa dia menitipkan Faizi dalam pengawasan dua neneknya ini. Dengan mengatakan hal ini maka secara otomatis dia hanya ingin berdua saja tanpa mengajak Faizi maupun yang lainnya. “Kamu tenang saja, Faizi pasti akan kami jaga dengan baik. Pergilah, jangan lama-lama di rumah ingat kamu harus menjaga menantu ibu yang cantik ini dengan baik.” “Ba
Bab 211. PERINTAH WIDYAWATI Widyawati membelai punggung Angelina untuk menenangkannya sambil menghibur agar Angelina tidak khawatir dengan Darko. “Tapi ibu?”Angelina masih khawatir kalau Darko tidak mengizinkan dia pulang ke kota Mandiraja untuk melihat dan mencari informasi lebih jelas keadaan nyonya besar Wibisono. Karena Angelina tahu kalau Darko sangat membenci keluarga nya, lebih utamanya kepada nenek dan pamannya. Karena hal inilah dia merasa sangat tertekan dan hanya bisa menangis saja. Melihat Angelina tampak bersedih seakan perkataan Widyawati masih belum cukup untuk membuatnya tenang. Hal ini membuat Widyawati segera mengambil ponselnya dan menelepon seseorang. Angelina masih diam dengan air mata terus membasahi pipinya. Sebenci apapun dia kepada nenek dan pamannya sebagai bagian dari keluarga besar Wibisono, tentu saja hatinya akan merasa sedih melihat mereka mati terpanggang oleh kebakaran di villanya. Sedangkan
Bab 210. KEPANIKAN ANGELINA, ROSSA DAN ABIMANYU Abimanyu yang sedang dalam keadaan shock menoleh ke arah Rossa dan menatapnya dengan tatapan sayu dengan mata memerah dan hanya bisa menganggukkan kepalanya saja untuk mengiyakan perkataan Rossa. “Ibu….” terdengar gumaman sendu dari bibir Abimanyu yang sedang dalam kondisi mental terendah dalam hidupnya. Meskipun selama ini dia sering direndahkan dan tidak dianggap oleh nyonya besar Wibisono, akan tetapi saat mendengar ibunya mati dengan cara mengenaskan tentu saja jiwanya langsung terpukul. Sebagai anak meskipun Abimanyu selalu dianggap sebagai anak yang tidak berguna, dia masih tetap menganggap nyonya besar Wibisono sebagai ibu kandungnya. Setelah mendapat persetujuan, pada akhirnya mereka berdua segera pergi mengunjungi villa keluarga Wibisono yang sudah menjadi abu. Sesampainya di Villa keluarga Wibisono, taksi yang mereka naiki ditahan petugas yang menjaga kawasan ini dan tidak membiarkan warga
Bab 209. TANGISAN ABIMANYU Ekspresi wajah Darko tidak berubah dan tetap datar seakan tanpa ekspresi apapun, bagi Darko membunuh sudah menjadi pekerjaannya selama di medan perang. Meskipun dia sudah terbiasa membunuh di medan perang, tapi sekarang adalah pertama kalinya membunuh orang yang bukan musuh di medan perang tapi musuh yang sudah berulang kali menyakiti anak dan istrinya. Meskipun mereka masih keluarga Angelina tapi kelakuannya bukan seperti seorang keluarga, maka hukuman yang pantas adalah kematian. Sebelumnya Darko sudah pernah menghukum Rinto Wibisono atau pamannya Angelina yang sering mengganggu. Akan tetapi setelah penyakit yang disebabkan Darko sembuh, bukannya berhenti mengganggu Angeline, Rinto masih saja mengganggunya bahkan meminta Angelina bercerai dengan Darko. Karena hal inilah Darko tidak ingin kejadian serupa tidak terulang lagi terhadap Angelina dan Faizi. Dari keluarga besar Wibisono yang tersisa adalah Rossa dan Abimanyu
Bab 208. MUSNAHNYA KELUARGA BESAR WIBISONO Setelah mengakhiri pengawal keluarga Wibisono yang bernasib sial, Darko segera melanjutkan langkahnya memasuki Villa. Namun teriakan pengawal yang sebelumnya yang menghardik Darko terdengar oleh rekan-rekannya, sehingga beberapa pengawal keluar dari Villa dengan rasa penasaran ingin tahu siapa orang yang memasuki Villa Wibisono ini. Begitu memasuki pintu Villa, Darko langsung berpapasan dengan beberapa pengawal yang mau keluar. “Siapa kamu? Kenapa kamu masuk ke Villa keluarga Wibisono begitu saja sebelum melaporkan kedatanganmu?” Prok prok prokDarko tidak buru-buru menanggapi pertanyaan para pengawal keluarga Wibisono, emosinya sudah meluap merasakan tekanan penderitaan yang selama ini diderita Angelina. Tanpa banyak bicara dia langsung melambaikan tangannya ke arah kepala para pengawal ini, dan seperti teman mereka yang sudah menjadi mayat, pengawal-pengawal ini juga langsung mati begitu saja dengan kepala