Bab 4. SEDIH MELIHAT KEHIDUPAN ANAK DAN ISTRINYA
Sementara itu Rossa dan Abimanyu yang tampak tidak senang dengan sikap Darko melanjutkan kesibukannya menonton acara televisi. “Ayah kita bermain di luar saja yuk…”Tiba-tiba Faizi berkata sambil menggandeng tangan Darko dan menariknya keluar dari rumah. Sambil tersenyum Darko hanya bisa mengikuti apa yang diinginkan anaknya yang baru saja bertemu sejak dilahirkan. Ternyata Faizi mengajak Darko pergi ke halaman belakang rumahnya. meskipun rumah yang di tinggali Angeline sudah sangat tua dan kecil akan tetapi halamannya sangat luas. Di sekeliling rumah tua ini dipenuhi aneka ragam sayuran, dari kangkung, bayam, sawi, lombok, kacang panjang, tomat dan lainnya. Ternyata uang terakhir yang dimiliki Angeline di gunakan untuk membeli rumah tua yang mempunyai halaman luas setelah perusahaannya bangkrut. “Ayah, kenalin ini Boy, kelinci kesayangan Izi.” Faizi mengajak Darko pergi ke kandang kelinci kesayangannya dan memperkenalkan ke kelinci peliharaannya. Rasa lelah Darko seketika menghilang setelah melihat kegembiraan yang di perlihatkan Faizi. Tentu saja bagi anak kecil seusia Faizi, dia tidak terlalu memikirkan urusan orang dewasa. Anak balita yang berpikiran polos sangat suka dengan suasana yang menggembirakan. “Apa Izi suka dengan kelinci ini?” “Tentu saja Izi suka, Boy ini yang selalu menemani Izi setiap kali Izi dimarahi guru dan teman-teman di sekolah.” Perasaan Darko seakan hatinya di iris-iris begitu mendengar perkataan anak kesayangannya ini. Dia merasa sangat bersalah telah menelantarkan anak dan istrinya hingga menderita seperti ini. Saat ini juga dalam hati Darko berjanji, akan membuat bahagia anak dan istrinya apapun yang terjadi. Saking asiknya bermain di halaman belakang, tanpa di sadari Darko dan Faizi setengah jam telah berlalu. “Izi… ajak ayah masuk ke rumah untuk makan!”Terdengar teriakan Angeline dari pintu dapur sambil menjulurkan kepalanya keluar dari pintu sambil melambaikan tangannya ke arah mereka. “Baik bu. Ayah, ayo kita makan. Masakan ibu sangat enak, apalagi sayur jamur, Izi sangat suka seperti makan daging rasanya.” “Ayo kita masuk.”Darko segera menjawab ajakan Faizi, kemudian mereka berdua masuk kedalam rumah. Aroma masakan yang panas langsung tercium hidung Darko yang sangat tajam. “Masakan ini sepertinya benar-benar enak, apa Angeline bisa memasak seenak ini?”Darko merasa ragu dengan apa yang tercium oleh hidungnya, meskipun dia belum merasakan nikmatnya masakan yang dihidangkan. Baru setelah duduk mengelilingi meja makan dan menyuap sayur jamur yang di masak Angeline, seketika Darko bisa merasakan betapa lezatnya makanan ini. Darko segera menatap Angeline dengan rasa penasaran menggelayuti pikirannya, sejak kapan Angeline bisa memasak. Setahu dia, selama mereka menikah, Angeline sama sekali tidak bisa memasak. Saat itu yang memasak adalah Rossa, sedangkan Angeline sibuk pergi bekerja di perusahaan keluarganya dan kemudian bekerja di perusahaan yang didirikan Darko untuknya yaitu Angeline Diamond. “Ayah, seperti apa rasa sayur jamur ini? Seperti daging sapi kan?” Darko tersenyum mendengar celetukan Faizi yang sedang mengunyah makanannya di mulut dan terlihat sangat menggemaskan. “Iya, benar apa kata Izi. Masakan ibu benar-benar lezat.”Darko segera mengiyakan perkataan anaknya yang baru kali ini ditemui. Hati Darko seakan teriris sembilu mendengar perkataan Faizi, betapa sedihnya perasaan Darko mendengar anaknya menganggap sayur jamur seperti daging sapi. Darko segera menoleh kearah Angeline yang sedang menyantap makanannya tanpa menoleh ke arah Darko dan Faizi yang sedang makan sambil berbicara. Darko bisa melihat kalau wajah Angeline tampak berubah, saat Faizi mengatakan lezatnya sayur jamur masakan Angeline seperti daging sapi. “Memangnya Izi pernah makan daging sapi?”Darko bertanya dengan suara lembut sambil menatap Faizi dengan tatapan penuh kasih sayang. “Tentu saja Izi pernah makan daging sapi, saat lebaran idul adha kita mendapatkan banyak daging sapi dan daging kambing. Izi sangat senang saat hari raya korban.”Mata Faizi tampak berbinar-binar saat menceritakan kenangan saat hari raya idul adha. “Apa ibu pernah membelikan daging sapi?” Faizi tampak terdiam saat mendengar pertanyaan Darko, dia seperti sedang mengingat-ingat dalam benaknya kapan ibunya membelikan daging sapi. “Kalian berdua jangan banyak bicara, makan saja makanan yang ada di atas meja.”Angeline segera menghentikan percakapan Darko dan Faizi, karena dia tahu kalau sejak mereka tinggal di rumah tua ini, makan daging sapi merupakan makanan yang mewah dan tidak mampu mereka beli. Malam ini Darko tidur di lantai seperti dulu lagi seperti saat dia pertama kali menikah dengan Angeline. Hanya saja kali ini dia terpaksa tidur di lantai beralaskan tikar di karenakan tempat tidurnya hanya cukup untuk tidur Angeline dan Faizi. Tempat tidur ini adalah peninggalan pemilik rumah tua yang dibeli Angeline dengan harga dua ratus juta setelah perusahaan perhiasan pemberian Darko bangkrut. Sebenarnya jika saat itu Angeline meminta bantuan Siti Hardiyanti Rukmana atau ibu kandung Darko, tentu masalah perusahaannya bisa diselamatkan. Hanya saja Angeline tidak ingin merepotkan ibu mertuanya, sehingga dia merelakan perusahaannya diakuisisi perusahaan saingannya. Keesokan paginya Darko terbangun tepat jam tiga pagi, dengan mata yang masih sangat mengantuk dia melihat Angeline sedang menyisir rambutnya dan terlihat sedang merias tipis wajahnya dengan bedak murah. “Mau pergi kemana sepagi ini?”Darko langsung duduk di lantai dan menyapa Angeline yang sedang merias wajahnya. Angeline yang sedang merias wajahnya tampak kaget mendengar pertanyaan Darko, kemudian dia menoleh dan berkata lembut sambil tersenyum. “Tentu saja pergi kepasar untuk jualan sayur, memangnya mau apa lagi?” “Jualan sayur sepagi ini?”Darko seakan tidak percaya mendengar perkataan Angeline, segera saja Darko berdiri dan mencegah Angeline pergi ke pasar pagi untuk berjualan sayur. “Tidak perlu pergi ke pasar, saya kan sudah pulang? Untuk apa pergi ke pasar untuk berjualan sayur?” “Saya tidak bisa menuruti permintaanmu, di pasar saya punya langganan yang harus dilayani. Tidak baik kalau saya mengecewakan para langganan. Sudahlah, kamu istirahat saja menemani Faizi.”Setelah menolak permintaan Darko, Angeline segera keluar dari kamarnya dan pergi ke dapur. Darko yang di cuekin Angeline segera bangun dan pergi mengikuti istrinya. Seketika matanya menatap apa yang sedang di lakukan Angeline dengan perasaan tidak percaya. Di hadapannya dia melihat Angeline sedang mengangkat setumpuk ikatan besar sayur kangkung segar. Mata Darko seakan tidak percaya melihat pemandangan ini. Mana mungkin dia percaya seorang direktur wanita yang terhormat dan seorang wanita yang masuk dalam kriteria wanita tercantik di kota Mandiraja pada saat ini sedang mengangkat setumpuk sayur kangkung segar yang beratnya sekitar sepuluh kilogram. Darko segera menghentikan apa yang sedang dilakukan Angeline dan mengambil setumpuk daun kangkung di gendongannya. “Sini saya saja yang bawa sayurannya, istri cantikku tidak boleh bekerja kasar seperti ini.” Dengan tanpa daya Angeline melepaskan setumpuk sayur kangkung yang sedang di gendong di punggungnya seperti petani dari kampung. “Kamu ini, saya sudah biasa membawa sayuran sebanyak ini untuk jualan di pasar. Jadi kamu tidak perlu kaget seperti itu.” “Sudahlah, kalau kemarin kamu sudah terlalu capek membawa sayuran ini ke pasar sendirian. Sekarang saya sudah pulang, jadi biar saya menemani kamu berdagang di pasar.” “Ayo berangkat, saya juga ingin melihat seperti apa suasana pasar pagi.”Dikarenakan sudah waktunya untuk jualan di pasar pagi, Angeline tidak terlalu ingin berdebat dengan Darko. Setelah keluar dari rumah, Angeline berdiri di pinggir jalan menunggu kendaraan yang akan membawanya ke pasar pagi. Sementara itu Darko berdiri di samping Angeline tanpa tahu apa yang sedang dilakukan istrinya. Tak lama kemudian terlihat sebuah mobil pick up berjalan perlahan mendekat ke arah mereka. Saat mobil pick up itu mendekat, mata Darko segera melihat pemandangan yang aneh di depannya. Di bak belakang terlihat banyak wanita sedang duduk bercampur dengan aneka macam sayuran. Ternyata mobil pick up ini adalah mobil langganan para pedagang pasar pagi, yang mayoritas penumpangnya adalah wanita. “Bu Angeline sudah menunggu lama ya?”Terdengar suara ramah seorang wanita dari bak belakang mobil pengangkut sayuran. “Eh bu Tati, saya belum lama kok menunggu di sini.” “Kak masukkan sayur kangkung itu ke mobil, kita juga segera naik ke bak belakang.”Setelah menyahuti sapaan Tati, Angeline segera menyuruh Darko untuk naik kedalam mobil pembawa sayuran.Bab 5. ANGELINE DIGANGGU PREMAN PASAR Saat ini semua orang memandang ke arah Darko yang berdiri di samping Angeline dengan ekspresi penuh dengan tanya. “Ehem… ehem… siapa ini? Sepertinya ada teman baru nih?” Salah seorang penumpang wanita tiba-tiba berkata setelah sebelumnya berdehem seakan sedang mengajak bercanda Angeline. Darko yang mendengar candaan teman-teman Angeline sesama pedagang sayur pasar pagi segera memperkenalkan diri. “Ibu-ibu perkenalkan saya Darko suaminya Angeline.” “Suaminya Angeline…?” Suara kaget dan wajah penuh dengan rasa heran menghiasi wajah semua penumpang mobil pick up yang membawa sayuran. Mereka memandangi Darko dengan tatapan penuh selidik, tatapannya seakan tidak percaya kalau suami Angeline begitu kurus dan pakaian yang dikenakannya juga terlihat sangat tua hingga warnanya sudah memudar. Semua orang memandang ke arah Darko dan Angeline silih berganti sambil menggelengkan kepalanya. Mereka merasa betapa ma
Bab 6. JANDA KEMBANG PASAR PAGI Darko dan Angeline saling bertukar pandang saat mendengar perkataan bang Bimo, sepertinya desas-desus tentang kehidupannya sudah menyebar keseluruh pasar. Mana mungkin kehidupan Angeline yang begitu cantik tidak menyebar ke seluruh pedagang pasar, maupun pengunjung pasar. Sepertinya bang Bimo tidak mau menerima kenyataan kalau suami Angeline sudah kembali, dia memandang dengan sinis ke arah Darko seakan ingin membunuhnya. Sudah sejak lama bang Bimo ingin memperistri Angeline yang terkenal sebagai janda kembang pasar pagi. “Memang sebelumnya suami saya pergi ke medan perang untuk bertugas, tapi sekarang dia sudah kembali.”Angeline berkata sambil tersenyum dan menatap kearah Darko dengan tatapan penuh kasih sayang. Sementara itu Darko hanya diam sambil memperhatikan gerak-gerik bang Bimo, dia tahu seperti apa sifat seorang preman pasar. Akan tetapi karena di peringatkan oleh Angeline untuk tidak membuat keributan, se
Bab 7. AYAH YANG DIRINDUKAN “Kamu lihat, wanita secantik itu hanya membeli satu kilo beras yang berkualitas paling buruk, betapa kasihannya ibu Angeline itu.” Pedagang beras tampak berbisik pada suaminya setelah Angeline dan Darko pergi meninggalkan kios beras mereka. “Iya, padahal kalau Angeline mau tentu banyak pria yang ingin menjadi suaminya.” “Apa kamu tahu siapa pria kurus yang berjalan bersamanya?” “Eh iya, siapa ya? Setahu saya Angeline selalu sendirian setiap kali pergi ke pasar. Apakah pria itu suaminya yang katanya pergi ke medan perang?” “Mungkin juga, lihat saja matanya. Meskipun tubuhnya kurus dan kulitnya hitam, akan tetapi tatapan matanya sangat tajam seperti orang yang biasa dalam disiplin tinggi.” “Tapi apa iya, bukankah suaminya sudah mati sejak lima tahun lalu di medan perang, apa mungkin pria itu saudaranya?” “Sudahlah, kita tidak perlu membahasnya lagi. Lagian itu bukan urusan kita, yang penting bisnis kita tetap berjalan.”
Bab 8. MENGANTAR SEKOLAH Faizi menjawab pertanyaan gurunya dengan wajah penuh semangat dan penuh dengan kebanggan. Mendengar perkataan Faizi, para guru serta wali murid yang berada di sekitar sekolah Taman Kanak-Kanak segera menoleh ke arah Darko yang berdiri di dekat Angeline. “Dasar keluarga miskin tetap saja miskin, apanya yang tentara? Ternyata suami wanita jalang itu hanya prajurit kelas rendahan.” “Betul sekali, lihatlah pakaian yang dikenakannya benar-benar sangat jelek. Bahkan lebih jelek dari keset lantai di rumahku.” “Ha ha ha ha… benar sekali, saya sebenarnya kasihan dengan Angeline itu. Apa mata dan otaknya bermasalah, dia itu kan cantik. Masa mau menikah dengan pria miskin dan kurus seperti dia.” Cemoohan para wali murid meskipun tidak terlalu keras akan tetapi masih bisa didengar dengan jelas oleh Angeline dan Darko yang berdiri di depan pintu gerbang Sekolah Taman Kanak-Kanak, dimana Faizi belajar. Angeline yang sudah terbiasa mende
Bab 9. TEMBAKAN SENJATA RAHASIA “Tentu saja ayah punya uang, karena itulah ayah akan ajak Faizi ke Mall untuk beli mainan dan pakaian baru.” “Beli pakaian baru? Apa itu beneran Yah?” “Tentu saja beneran, untuk apa ayah bohong sama Faizi.”Sementara itu Angeline diam saja melihat interaksi antara ayah dan anak di depannya, tentu saja dia ingin menyenangkan Faizi. Hanya saja selama ini keadaannya sama sekali tidak baik-baik saja, padahal jika Angeline mau berbicara dengan mertuanya atau orang tua Darko tentu mereka akan membantunya. Akan tetapi sifat Angeline yang tidak ingin merepotkan mertuanya membuat kehidupannya serba kekurangan. Padahal Angeline juga tahu kalau orang tua Darko atau mertuanya adalah seorang milyader. Bahkan orang tua Darko merupakan bangsawan yang tinggal di Ibukota kekaisaran Nusantara. Angeline yang sudah terbiasa melihat keseharian Darko selama mereka menikah, sama sekali tidak curiga atau menanyakan apakah Darko punya ua
Bab 10. BERTELANJANG DADA Brak… Bugh! “Sialan… anak siapa ini? Bocah, kamu punya mata apa tidak? Kenapa kamu berlarian di Mall ini, dasar sialan!”Wanita paruh baya yang ditabrak Faizi wajahnya memerah saking marahnya, dia menunjuk ke arah Faizi yang pada saat ini sedang berdiri dengan wajah ketakutan. Angeline segera berlari mendekati wanita paruh baya ini dan berusaha membantunya untuk berdiri. Sementara Darko membantu merapikan belanjaannya yang berserakan, wanita itu belum menyadari kalau orang yang sedang membantunya berdiri adalah orang tua bocah yang menabraknya. Setelah merapikan semua tas belanjaan dan meletakkan di samping wanita paruh baya ini, Darko segera mendekati Faizi dan menghiburnya. “Jangan takut, sebagai pria minta maaflah jika sudah melakukan kesalahan. Faizi adalah anak yang tangguh, jangan takut ayah ada disini untuk menjagamu.” “Ayah… “Faizi memandang Darko dengan penuh keraguan, kemudian dia menoleh ke arah wanita paruh ba
Bab 11. AYAH YANG JANTAN DAN KEREN “Apa yang kamu lakukan?”Wanita paruh baya ini menggeram dan menatap Darko dengan emosi yang meluap seakan ingin memakan Darko bulat-bulat. Sepertinya wanita paruh baya ini sama sekali tidak merasa takut terhadap Darko, meskipun dia sudah berulang kali di tampar dia masih saja memelototkan matanya ke arah Darko sambil memaki. “Bisa diam tidak? Kalau tidak bisa diam saya cabut semua gigi mu!” Bentak Darko sambil menatap mata wanita paruh baya di depannya. Begitu mendengar ancaman Darko seketika wanita paruh baya ini terdiam, dia tidak berani berteriak memaki Dako, karena dia tahu kalau ancaman Darko pasti akan dibuktikan jika dia berani memaki nya lagi. Setelah wanita paruh baya ini diam, Darko segera melanjutkan langkahnya memasuki Mall. Sementara itu Faizi memandangi apa yang dilakukan Darko dengan tatapan penuh dengan semangat. “Ayah benar-benar jantan dan keren,” gumam Faizi lirih.Memang sebagai seorang anak lelak
Bab 12. HANTU Sementara itu Darko yang sedang asik menemani Faizi memilih pakaian, dikejutkan oleh suara pelayan yang berdiri di belakangnya. “Maaf tuan, sebaiknya tuan memakai pakaian terlebih dahulu sebelum berjalan-jalan di Mall ini. Bukannya apa-apa, sangatlah tidak baik, jika tuan bertelanjang dada seperti ini.” Darko segera menoleh ke arah sumber suara, seketika dia mendapati tatapan wanita pelayan di depannya sedang tertuju ke arah tubuhnya yang kekar. “Ehem…”Darko langsung berdehem yang secara otomatis mengagetkan pelayan wanita di depannya, seketika wajahnya memerah dan menundukkan kepalanya ketika tiba-tiba Darko berbalik tepat ke arahnya. Melihat pelayan wanita di depannya menundukkan kepala, Darko segera memandang dadanya yang bidang dan perutnya yang seperti barisan buah durian Bawor. Darko langsung tersenyum kecut setelah melihat keadaan tubuhnya, awalnya dia memang ingin membelikan pakaian untuk Faizi, sehingga dia melupakan keadaannya se
Bab 192. BERTEMU PRIA PARUH BAYA YANG DICARINYA “Bu Siti, apa yang membuat anda datang ke Rumah Sakit ini? Apakah anda bersama pak Darko?” “Saya datang sendiri ke Rumah Sakit ini, kemarin saya seperti mengenali seseorang yang ada di Rumah Sakit ini, sehingga saya ingin menghilangkan rasa penasaran saya.” “Ibu punya kenalan orang di Rumah Sakit ini? Apakah karyawan di tempat ini atau siapa?”Dokter Irawati tampak sangat serius mendengarkan apa yang dikatakan Siti. Bagaimanapun juga dia tidak ingin mengecewakan orang sekelas Siti dan Darko yang masih deposit uang perawatan untuk Angelina yang sisanya masih sangat banyak. “Saya tidak tahu, orang itu kerja di Rumah Sakit ini atau pasiennya. Tapi yang jelas saya penasaran dengan sosok pria yang saya lihat kemarin itu.” Dokter irawati tampak semakin bingung dengan perkataan Siti, kemudian dia minta informasi lebih lengkap tentang pria paruh baya yang dilihat Siti saat itu. Setelah Siti menceritakan ihwal
Bab 191. SITI MENCARI PRIA PARUH BAYA DI RUMAH SAKIT JIWA “Apa Darko? Bagaimana bisa pria tidak berguna itu membawa pergi Angelina.?”Rossa tampak sangat kesal begitu mendengar perkataan petugas resepsionis yang sedang melayaninya. Melihat dan mendengar perkataan Rossa, Resepsionis ini hanya bisa diam, baginya dia tidak tahu menahu masalah pasien maupun keluar masuknya pasien ke Rumah Sakit ini. Karena tugasnya hanya menerima tamu dan memberikan informasi sesuai data yang tersedia di komputernya. “Sudahlah bu, sebaiknya kita pulang saja. Kita tidak usah ribut-ribut di tempat ini.”Abimanyu yang masih mempunyai pikiran panjang, segera membujuk Rossa untuk kembali saja. Apalagi dari catatan yang terdokumentasi oleh komputer Rumah sakit di beritahukan kalau Angelina keluar dari Rumah Sakit bersama Darko. Meskipun dengan perasaan kesal, akhirnya Rossa tetap mengikuti perkataan Abimanyu untuk pulang tanpa bersama Angelina. Tak lama setelah Rossa dan Abim
Bab 190. ROSSA INGIN MEMBAWA PULANG ANGELINA Tanpa sadar Siti menggumamkan sebuah nama yang selama ini selalu tersimpan di hatinya. Siapakah mas Tegar itu? Mas Tegar adalah suami Siti sewaktu mereka muda dan masih kuliah di Universitas Mandiraja. Sedangkan Tegar itu sendiri adalah ayah biologis dari Darko sang tokoh utama yang selama ini belum pernah dilihatnya. “Tunggu….”Tiba-tiba Siti berkata dengan sedikit ragu-ragu tergambar jelas di raut wajahnya. “Sepertinya saya pernah melihat mas Tegar, tapi dimana ya?” “Betul sekali, pria itu.” “Pria yang ada di Rumah Sakit Jiwa tempat Angelina dirawat, wajahnya sangat mirip dengan mas Tegar.”Siti tampak sedang mengingat-ingat sosok pria paruh baya yang sedang duduk di bawah pohon yang sebelumnya di lihatnya. Semakin dipikirkan, Siti semakin penasaran dengan pria paruh baya itu yang ada di Rumah Sakit Jiwa. Pria paruh baya itu adalah gelandangan yang ditemukan petugas polisi kota di pi
Bab 189. PELUKAN MENGHARUKAN Kedatangan Darko yang mendadak bersama Angelina serta Siti tentu saja mengejutkan Widyawati dan George, demikian juga dengan Faizi yang sedang bersama kakek dan neneknya. “Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikum salam.” “Eh ada tamu agung datang mengunjungi gubuk kami yang reot ini.”Widyawati langsung menyambut kedatangan Siti dan Angelina dengan sebuah sapaan merendah sebagai sopan santun yang umum bagi masyarakat jawadwipa setelah sebelumnya menjawab salam mereka. Darko terlebih dahulu melakukan sungkem dengan menjabat tangan kedua orang tuanya dengan cara mencium punggung tangannya. Setelah itu barulah Widyawati serta George langsung menyambut kedatangan Siti dan Angelina. “Anakku… kamu juga ikut pulang kerumah ibu?”Widyawati segera memeluk tubuh Angelina yang terlihat kurus, sebelumnya kedua orang tuanya sudah tahu kalau hubungan Darko dan Angelina sudah bercerai karena permintaan keluarga Wibisono. Karena hal in
Bab 188. ANGELINA DIBAWA KE IBUKOTA Setelah melihat Darko menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengiyakan, seketika ekspresi panik Angelina pun menghilang. “Betul sekali, kamu tidak akan bertemu dengan Rossa dan Abimanyu. Kamu akan tinggal bersama kami, disana juga ada Faizi.” “Apa? Saya akan bertemu dengan Faizi?” “Betul sekali, untuk apa aku berkata bohong?” “Tapi… tapi bagaimana kalau Rossa tahu dan mencari kita?” “Kamu tidak usah khawatir, di tempat ini Rossa dan keluarga Wibisono tidak akan berani macam-macam lagi.” Setelah berbincang-bincang sebentar meluapkan rasa rindu dengan saling berpelukan, Darko segera mengajak semua orang untuk kembali. Tapi sebelum kembali Darko menghubungi Bambang untuk menyiapkan pakaian untuk Angelina, serta membawakan mobil yang cukup besar untuk membawa mereka bertiga, karena sebelumnya Darko membawa mobil sport yang hanya mempunyai dua kursi penumpang saja. Dan tak lupa Darko meminta Bambang untuk me
Bab 187. MEMBAWA PULANG ANGELINA “Apakah itu Angelina? Kenapa dia tinggal di tempat seperti ini?”Tanda tanya besar menghantui pikirannya setelah melihat Angelina yang berwajah pucat dan terlihat kerutan di keningnya. Maklumlah kalau Siti terkejut, karena dia sama sekali tidak menyangka kalau menantunya ternyata dalam kondisi yang cukup memprihatinkan. “Sayang, aku datang.”Darko berteriak ketika jaraknya tinggal lima puluh meter dari Angelina yang sedang asik dengan tanaman bunganya. Angelina segera menoleh ke arah sumber suara, seketika ekspresi wajahnya bersinar melihat Darko yang memanggilnya. “Kak Darko.”Angelina berbisik pelan memanggil nama Darko, karena saking gembiranya mengetahui kedatangan Darko, Angelina sampai mengabaikan keberadaan Siti yang berjalan di belakangnya. Sementara itu dokter Irawati hanya berdiri diam sambil tersenyum melihat interaksi antara Angelina dan Darko. Sebagai seorang dokter jiwa, tentu saja dokter Irawati tahu
Bab 186. SITI MENJENGUK ANGELINA “Rumah Sakit Jiwa? Kenapa Darko membawaku ke Rumah Sakit Jiwa? Bukankah saya ingin bertemu dengan Angelina?”Kepala Siti langsung berdenyut ketika memikirkan apa yang sedang direncanakan Darko. Meskipun dia penasaran, Siti tetap diam tidak bertanya apa yang menjadi uneg-uneg dalam hatinya. “Mari turun bu.”Setelah sampai di tempat parkir, Darko keluar dari mobil sportnya terlebih dahulu, kemudian dia berjalan memutar untuk membuka pintu dimana Siti berada. Pemandangan ketika Darko membuka pintu dan mempersilahkan Siti keluar dari mobil sportnya tampak menarik perhatian masyarakat serta karyawan Rumah Sakit Jiwa yang sedang di lobi maupun di tempat parkir. “Coba lihat itu, Boss dari mana tuh yang datang ke Rumah Sakit Jiwa yang khusus untuk orang tidak waras?” “Iya, apa mungkin keluarga mereka ada yang sakit jiwa?” “Bisa saja, namanya orang gila itu bisa melanda siapapun tidak pandang orang kaya maupun orang mis
Bab 185. KEDATANGAN SITI Airmata kebahagiaan bercampur dengan kesedihan tiada henti membasahi pipi Siti yang sedang terlarut dalam euforia yang sama sekali tidak pernah disangka-sangkanya. Hingga pada akhirnya dia menghela nafas berat setelah memandangi foto Faizi di ponselnya. “Sebaiknya saya menemui cucuku ini, daripada selalu rindu dan bersalah tidak bisa membahagiakan Darko saat kecil.”Setelah bergumam dan menentukan pilihan apa yang akan dilakukan, Siti segera bangkit dari duduknya dan merapikan semua barang yang ada di atas meja kerja. Kemudian Siti pulang lebih awal, dia berpesan kepada sekretaris dan bawahannya kalau dia akan pergi ke Nusantara untuk beberapa hari. Siti sudah berada di bandar udara Internasional kota Parigi untuk menuju negara Nusantara. Siti dikawal lima orang pengawal kepercayaannya selama bepergian ke Nusantara. Akhirnya pesawat yang ditunggu pun tiba, Siti dan kelima pengawalnya menaiki pesawat yang akan terbang men
Bab 184. KELUH KESAH SITI HARDIYANTI RUKMANA Setelah menyampaikan apa yang perlu disampaikan kepada peserta rapat, tanpa sengaja Darko melihat kedua anak buah kepercayaannya saling pandang dengan senyum masam terlihat di wajah mereka. Segera saja Darko tahu apa yang sedang mereka pikirkan, kemudian dia berkata untuk menghibur kedua orang kepercayaannya ini. “Satu lagi yang perlu saya umumkan, ada dua orang yang akan mendapatkan bonus masing-masing sebanyak dua ratus milyar rupiah dan liburan satu minggu bagi pak Bambang dan pak Slamet yang telah membantu saya selama ini menjaga perusahaan dan memilih para karyawan yang bertalenta seperti kalian.” Suasana ruang rapat yang sebelumnya sudah dipenuhi dengan bisik-bisik kegembiraan, sekali lagi terdengar suara ucapan selamat yang ditujukan kepada Bambang dan Slamet disusul suara tepuk tangan yang meriah. Bambang dan Slamet yang sebelumnya tersenyum masam seketika wajah mereka berseri-seri setelah mendengar peng