Bab 4. SEDIH MELIHAT KEHIDUPAN ANAK DAN ISTRINYA
Sementara itu Rossa dan Abimanyu yang tampak tidak senang dengan sikap Darko melanjutkan kesibukannya menonton acara televisi. “Ayah kita bermain di luar saja yuk…”Tiba-tiba Faizi berkata sambil menggandeng tangan Darko dan menariknya keluar dari rumah. Sambil tersenyum Darko hanya bisa mengikuti apa yang diinginkan anaknya yang baru saja bertemu sejak dilahirkan. Ternyata Faizi mengajak Darko pergi ke halaman belakang rumahnya. meskipun rumah yang di tinggali Angeline sudah sangat tua dan kecil akan tetapi halamannya sangat luas. Di sekeliling rumah tua ini dipenuhi aneka ragam sayuran, dari kangkung, bayam, sawi, lombok, kacang panjang, tomat dan lainnya. Ternyata uang terakhir yang dimiliki Angeline di gunakan untuk membeli rumah tua yang mempunyai halaman luas setelah perusahaannya bangkrut. “Ayah, kenalin ini Boy, kelinci kesayangan Izi.” Faizi mengajak Darko pergi ke kandang kelinci kesayangannya dan memperkenalkan ke kelinci peliharaannya. Rasa lelah Darko seketika menghilang setelah melihat kegembiraan yang di perlihatkan Faizi. Tentu saja bagi anak kecil seusia Faizi, dia tidak terlalu memikirkan urusan orang dewasa. Anak balita yang berpikiran polos sangat suka dengan suasana yang menggembirakan. “Apa Izi suka dengan kelinci ini?” “Tentu saja Izi suka, Boy ini yang selalu menemani Izi setiap kali Izi dimarahi guru dan teman-teman di sekolah.” Perasaan Darko seakan hatinya di iris-iris begitu mendengar perkataan anak kesayangannya ini. Dia merasa sangat bersalah telah menelantarkan anak dan istrinya hingga menderita seperti ini. Saat ini juga dalam hati Darko berjanji, akan membuat bahagia anak dan istrinya apapun yang terjadi. Saking asiknya bermain di halaman belakang, tanpa di sadari Darko dan Faizi setengah jam telah berlalu. “Izi… ajak ayah masuk ke rumah untuk makan!”Terdengar teriakan Angeline dari pintu dapur sambil menjulurkan kepalanya keluar dari pintu sambil melambaikan tangannya ke arah mereka. “Baik bu. Ayah, ayo kita makan. Masakan ibu sangat enak, apalagi sayur jamur, Izi sangat suka seperti makan daging rasanya.” “Ayo kita masuk.”Darko segera menjawab ajakan Faizi, kemudian mereka berdua masuk kedalam rumah. Aroma masakan yang panas langsung tercium hidung Darko yang sangat tajam. “Masakan ini sepertinya benar-benar enak, apa Angeline bisa memasak seenak ini?”Darko merasa ragu dengan apa yang tercium oleh hidungnya, meskipun dia belum merasakan nikmatnya masakan yang dihidangkan. Baru setelah duduk mengelilingi meja makan dan menyuap sayur jamur yang di masak Angeline, seketika Darko bisa merasakan betapa lezatnya makanan ini. Darko segera menatap Angeline dengan rasa penasaran menggelayuti pikirannya, sejak kapan Angeline bisa memasak. Setahu dia, selama mereka menikah, Angeline sama sekali tidak bisa memasak. Saat itu yang memasak adalah Rossa, sedangkan Angeline sibuk pergi bekerja di perusahaan keluarganya dan kemudian bekerja di perusahaan yang didirikan Darko untuknya yaitu Angeline Diamond. “Ayah, seperti apa rasa sayur jamur ini? Seperti daging sapi kan?” Darko tersenyum mendengar celetukan Faizi yang sedang mengunyah makanannya di mulut dan terlihat sangat menggemaskan. “Iya, benar apa kata Izi. Masakan ibu benar-benar lezat.”Darko segera mengiyakan perkataan anaknya yang baru kali ini ditemui. Hati Darko seakan teriris sembilu mendengar perkataan Faizi, betapa sedihnya perasaan Darko mendengar anaknya menganggap sayur jamur seperti daging sapi. Darko segera menoleh kearah Angeline yang sedang menyantap makanannya tanpa menoleh ke arah Darko dan Faizi yang sedang makan sambil berbicara. Darko bisa melihat kalau wajah Angeline tampak berubah, saat Faizi mengatakan lezatnya sayur jamur masakan Angeline seperti daging sapi. “Memangnya Izi pernah makan daging sapi?”Darko bertanya dengan suara lembut sambil menatap Faizi dengan tatapan penuh kasih sayang. “Tentu saja Izi pernah makan daging sapi, saat lebaran idul adha kita mendapatkan banyak daging sapi dan daging kambing. Izi sangat senang saat hari raya korban.”Mata Faizi tampak berbinar-binar saat menceritakan kenangan saat hari raya idul adha. “Apa ibu pernah membelikan daging sapi?” Faizi tampak terdiam saat mendengar pertanyaan Darko, dia seperti sedang mengingat-ingat dalam benaknya kapan ibunya membelikan daging sapi. “Kalian berdua jangan banyak bicara, makan saja makanan yang ada di atas meja.”Angeline segera menghentikan percakapan Darko dan Faizi, karena dia tahu kalau sejak mereka tinggal di rumah tua ini, makan daging sapi merupakan makanan yang mewah dan tidak mampu mereka beli. Malam ini Darko tidur di lantai seperti dulu lagi seperti saat dia pertama kali menikah dengan Angeline. Hanya saja kali ini dia terpaksa tidur di lantai beralaskan tikar di karenakan tempat tidurnya hanya cukup untuk tidur Angeline dan Faizi. Tempat tidur ini adalah peninggalan pemilik rumah tua yang dibeli Angeline dengan harga dua ratus juta setelah perusahaan perhiasan pemberian Darko bangkrut. Sebenarnya jika saat itu Angeline meminta bantuan Siti Hardiyanti Rukmana atau ibu kandung Darko, tentu masalah perusahaannya bisa diselamatkan. Hanya saja Angeline tidak ingin merepotkan ibu mertuanya, sehingga dia merelakan perusahaannya diakuisisi perusahaan saingannya. Keesokan paginya Darko terbangun tepat jam tiga pagi, dengan mata yang masih sangat mengantuk dia melihat Angeline sedang menyisir rambutnya dan terlihat sedang merias tipis wajahnya dengan bedak murah. “Mau pergi kemana sepagi ini?”Darko langsung duduk di lantai dan menyapa Angeline yang sedang merias wajahnya. Angeline yang sedang merias wajahnya tampak kaget mendengar pertanyaan Darko, kemudian dia menoleh dan berkata lembut sambil tersenyum. “Tentu saja pergi kepasar untuk jualan sayur, memangnya mau apa lagi?” “Jualan sayur sepagi ini?”Darko seakan tidak percaya mendengar perkataan Angeline, segera saja Darko berdiri dan mencegah Angeline pergi ke pasar pagi untuk berjualan sayur. “Tidak perlu pergi ke pasar, saya kan sudah pulang? Untuk apa pergi ke pasar untuk berjualan sayur?” “Saya tidak bisa menuruti permintaanmu, di pasar saya punya langganan yang harus dilayani. Tidak baik kalau saya mengecewakan para langganan. Sudahlah, kamu istirahat saja menemani Faizi.”Setelah menolak permintaan Darko, Angeline segera keluar dari kamarnya dan pergi ke dapur. Darko yang di cuekin Angeline segera bangun dan pergi mengikuti istrinya. Seketika matanya menatap apa yang sedang di lakukan Angeline dengan perasaan tidak percaya. Di hadapannya dia melihat Angeline sedang mengangkat setumpuk ikatan besar sayur kangkung segar. Mata Darko seakan tidak percaya melihat pemandangan ini. Mana mungkin dia percaya seorang direktur wanita yang terhormat dan seorang wanita yang masuk dalam kriteria wanita tercantik di kota Mandiraja pada saat ini sedang mengangkat setumpuk sayur kangkung segar yang beratnya sekitar sepuluh kilogram. Darko segera menghentikan apa yang sedang dilakukan Angeline dan mengambil setumpuk daun kangkung di gendongannya. “Sini saya saja yang bawa sayurannya, istri cantikku tidak boleh bekerja kasar seperti ini.” Dengan tanpa daya Angeline melepaskan setumpuk sayur kangkung yang sedang di gendong di punggungnya seperti petani dari kampung. “Kamu ini, saya sudah biasa membawa sayuran sebanyak ini untuk jualan di pasar. Jadi kamu tidak perlu kaget seperti itu.” “Sudahlah, kalau kemarin kamu sudah terlalu capek membawa sayuran ini ke pasar sendirian. Sekarang saya sudah pulang, jadi biar saya menemani kamu berdagang di pasar.” “Ayo berangkat, saya juga ingin melihat seperti apa suasana pasar pagi.”Dikarenakan sudah waktunya untuk jualan di pasar pagi, Angeline tidak terlalu ingin berdebat dengan Darko. Setelah keluar dari rumah, Angeline berdiri di pinggir jalan menunggu kendaraan yang akan membawanya ke pasar pagi. Sementara itu Darko berdiri di samping Angeline tanpa tahu apa yang sedang dilakukan istrinya. Tak lama kemudian terlihat sebuah mobil pick up berjalan perlahan mendekat ke arah mereka. Saat mobil pick up itu mendekat, mata Darko segera melihat pemandangan yang aneh di depannya. Di bak belakang terlihat banyak wanita sedang duduk bercampur dengan aneka macam sayuran. Ternyata mobil pick up ini adalah mobil langganan para pedagang pasar pagi, yang mayoritas penumpangnya adalah wanita. “Bu Angeline sudah menunggu lama ya?”Terdengar suara ramah seorang wanita dari bak belakang mobil pengangkut sayuran. “Eh bu Tati, saya belum lama kok menunggu di sini.” “Kak masukkan sayur kangkung itu ke mobil, kita juga segera naik ke bak belakang.”Setelah menyahuti sapaan Tati, Angeline segera menyuruh Darko untuk naik kedalam mobil pembawa sayuran.Bab 5. ANGELINE DIGANGGU PREMAN PASAR Saat ini semua orang memandang ke arah Darko yang berdiri di samping Angeline dengan ekspresi penuh dengan tanya. “Ehem… ehem… siapa ini? Sepertinya ada teman baru nih?” Salah seorang penumpang wanita tiba-tiba berkata setelah sebelumnya berdehem seakan sedang mengajak bercanda Angeline. Darko yang mendengar candaan teman-teman Angeline sesama pedagang sayur pasar pagi segera memperkenalkan diri. “Ibu-ibu perkenalkan saya Darko suaminya Angeline.” “Suaminya Angeline…?” Suara kaget dan wajah penuh dengan rasa heran menghiasi wajah semua penumpang mobil pick up yang membawa sayuran. Mereka memandangi Darko dengan tatapan penuh selidik, tatapannya seakan tidak percaya kalau suami Angeline begitu kurus dan pakaian yang dikenakannya juga terlihat sangat tua hingga warnanya sudah memudar. Semua orang memandang ke arah Darko dan Angeline silih berganti sambil menggelengkan kepalanya. Mereka merasa betapa ma
Bab 6. JANDA KEMBANG PASAR PAGI Darko dan Angeline saling bertukar pandang saat mendengar perkataan bang Bimo, sepertinya desas-desus tentang kehidupannya sudah menyebar keseluruh pasar. Mana mungkin kehidupan Angeline yang begitu cantik tidak menyebar ke seluruh pedagang pasar, maupun pengunjung pasar. Sepertinya bang Bimo tidak mau menerima kenyataan kalau suami Angeline sudah kembali, dia memandang dengan sinis ke arah Darko seakan ingin membunuhnya. Sudah sejak lama bang Bimo ingin memperistri Angeline yang terkenal sebagai janda kembang pasar pagi. “Memang sebelumnya suami saya pergi ke medan perang untuk bertugas, tapi sekarang dia sudah kembali.”Angeline berkata sambil tersenyum dan menatap kearah Darko dengan tatapan penuh kasih sayang. Sementara itu Darko hanya diam sambil memperhatikan gerak-gerik bang Bimo, dia tahu seperti apa sifat seorang preman pasar. Akan tetapi karena di peringatkan oleh Angeline untuk tidak membuat keributan, se
Bab 7. AYAH YANG DIRINDUKAN “Kamu lihat, wanita secantik itu hanya membeli satu kilo beras yang berkualitas paling buruk, betapa kasihannya ibu Angeline itu.” Pedagang beras tampak berbisik pada suaminya setelah Angeline dan Darko pergi meninggalkan kios beras mereka. “Iya, padahal kalau Angeline mau tentu banyak pria yang ingin menjadi suaminya.” “Apa kamu tahu siapa pria kurus yang berjalan bersamanya?” “Eh iya, siapa ya? Setahu saya Angeline selalu sendirian setiap kali pergi ke pasar. Apakah pria itu suaminya yang katanya pergi ke medan perang?” “Mungkin juga, lihat saja matanya. Meskipun tubuhnya kurus dan kulitnya hitam, akan tetapi tatapan matanya sangat tajam seperti orang yang biasa dalam disiplin tinggi.” “Tapi apa iya, bukankah suaminya sudah mati sejak lima tahun lalu di medan perang, apa mungkin pria itu saudaranya?” “Sudahlah, kita tidak perlu membahasnya lagi. Lagian itu bukan urusan kita, yang penting bisnis kita tetap berjalan.”
Bab 8. MENGANTAR SEKOLAH Faizi menjawab pertanyaan gurunya dengan wajah penuh semangat dan penuh dengan kebanggan. Mendengar perkataan Faizi, para guru serta wali murid yang berada di sekitar sekolah Taman Kanak-Kanak segera menoleh ke arah Darko yang berdiri di dekat Angeline. “Dasar keluarga miskin tetap saja miskin, apanya yang tentara? Ternyata suami wanita jalang itu hanya prajurit kelas rendahan.” “Betul sekali, lihatlah pakaian yang dikenakannya benar-benar sangat jelek. Bahkan lebih jelek dari keset lantai di rumahku.” “Ha ha ha ha… benar sekali, saya sebenarnya kasihan dengan Angeline itu. Apa mata dan otaknya bermasalah, dia itu kan cantik. Masa mau menikah dengan pria miskin dan kurus seperti dia.” Cemoohan para wali murid meskipun tidak terlalu keras akan tetapi masih bisa didengar dengan jelas oleh Angeline dan Darko yang berdiri di depan pintu gerbang Sekolah Taman Kanak-Kanak, dimana Faizi belajar. Angeline yang sudah terbiasa mende
Bab 9. TEMBAKAN SENJATA RAHASIA “Tentu saja ayah punya uang, karena itulah ayah akan ajak Faizi ke Mall untuk beli mainan dan pakaian baru.” “Beli pakaian baru? Apa itu beneran Yah?” “Tentu saja beneran, untuk apa ayah bohong sama Faizi.”Sementara itu Angeline diam saja melihat interaksi antara ayah dan anak di depannya, tentu saja dia ingin menyenangkan Faizi. Hanya saja selama ini keadaannya sama sekali tidak baik-baik saja, padahal jika Angeline mau berbicara dengan mertuanya atau orang tua Darko tentu mereka akan membantunya. Akan tetapi sifat Angeline yang tidak ingin merepotkan mertuanya membuat kehidupannya serba kekurangan. Padahal Angeline juga tahu kalau orang tua Darko atau mertuanya adalah seorang milyader. Bahkan orang tua Darko merupakan bangsawan yang tinggal di Ibukota kekaisaran Nusantara. Angeline yang sudah terbiasa melihat keseharian Darko selama mereka menikah, sama sekali tidak curiga atau menanyakan apakah Darko punya ua
Bab 10. BERTELANJANG DADA Brak… Bugh! “Sialan… anak siapa ini? Bocah, kamu punya mata apa tidak? Kenapa kamu berlarian di Mall ini, dasar sialan!”Wanita paruh baya yang ditabrak Faizi wajahnya memerah saking marahnya, dia menunjuk ke arah Faizi yang pada saat ini sedang berdiri dengan wajah ketakutan. Angeline segera berlari mendekati wanita paruh baya ini dan berusaha membantunya untuk berdiri. Sementara Darko membantu merapikan belanjaannya yang berserakan, wanita itu belum menyadari kalau orang yang sedang membantunya berdiri adalah orang tua bocah yang menabraknya. Setelah merapikan semua tas belanjaan dan meletakkan di samping wanita paruh baya ini, Darko segera mendekati Faizi dan menghiburnya. “Jangan takut, sebagai pria minta maaflah jika sudah melakukan kesalahan. Faizi adalah anak yang tangguh, jangan takut ayah ada disini untuk menjagamu.” “Ayah… “Faizi memandang Darko dengan penuh keraguan, kemudian dia menoleh ke arah wanita paruh ba
Bab 11. AYAH YANG JANTAN DAN KEREN “Apa yang kamu lakukan?”Wanita paruh baya ini menggeram dan menatap Darko dengan emosi yang meluap seakan ingin memakan Darko bulat-bulat. Sepertinya wanita paruh baya ini sama sekali tidak merasa takut terhadap Darko, meskipun dia sudah berulang kali di tampar dia masih saja memelototkan matanya ke arah Darko sambil memaki. “Bisa diam tidak? Kalau tidak bisa diam saya cabut semua gigi mu!” Bentak Darko sambil menatap mata wanita paruh baya di depannya. Begitu mendengar ancaman Darko seketika wanita paruh baya ini terdiam, dia tidak berani berteriak memaki Dako, karena dia tahu kalau ancaman Darko pasti akan dibuktikan jika dia berani memaki nya lagi. Setelah wanita paruh baya ini diam, Darko segera melanjutkan langkahnya memasuki Mall. Sementara itu Faizi memandangi apa yang dilakukan Darko dengan tatapan penuh dengan semangat. “Ayah benar-benar jantan dan keren,” gumam Faizi lirih.Memang sebagai seorang anak lelak
Bab 12. HANTU Sementara itu Darko yang sedang asik menemani Faizi memilih pakaian, dikejutkan oleh suara pelayan yang berdiri di belakangnya. “Maaf tuan, sebaiknya tuan memakai pakaian terlebih dahulu sebelum berjalan-jalan di Mall ini. Bukannya apa-apa, sangatlah tidak baik, jika tuan bertelanjang dada seperti ini.” Darko segera menoleh ke arah sumber suara, seketika dia mendapati tatapan wanita pelayan di depannya sedang tertuju ke arah tubuhnya yang kekar. “Ehem…”Darko langsung berdehem yang secara otomatis mengagetkan pelayan wanita di depannya, seketika wajahnya memerah dan menundukkan kepalanya ketika tiba-tiba Darko berbalik tepat ke arahnya. Melihat pelayan wanita di depannya menundukkan kepala, Darko segera memandang dadanya yang bidang dan perutnya yang seperti barisan buah durian Bawor. Darko langsung tersenyum kecut setelah melihat keadaan tubuhnya, awalnya dia memang ingin membelikan pakaian untuk Faizi, sehingga dia melupakan keadaannya se
Bab 216. AKHIR BAHAGIA Kini Rossa dan Abimanyu baru tersadar kalau pesan kakek Wibisono ternyata sangat benar dan bukan omong kosong biasa. Akan tetapi kekecewaan dan penyesalan pasti selalu datang terlambat setelah semuanya terjadi dan terlewati, apalagi saat ini kebesaran keluarga besar Wibisono benar-benar sudah musne Pepatah asli dari Indonesia bisa mengungkapkan apa yang dialami keluarga besar Wibisono yaitu ‘Ibarat nasi sudah menjadi bubur’. Maka tidak ada yang bisa dilakukan keluarga besar Wibisono yang sudah hancur, sekarang yang ada hanya keluarga besar Mangkusadewo, karena Angelina sebagai generasi ketiga keluarga besar Wibisono sudah menjadi istri dan bagian dari keluarga besar Mangkusadewo. Kenapa menjadi keluarga Mangkusadewo bukannya keluarga besar Tegar dan Siti, hal ini disebabkan kedua orang tua kandung Darko tidak ingin merubah nama Darko yang memakai nama Mangkusadewo sejak kecil atau sejak mereka tinggalkan di depan pintu panti asuhan A
Bab 215. WASIAT KAKEK WIBISONO Keinginannya Rossa untuk membelot dan menolak permintaan Darko seketika menghilang setelah di bentak oleh pengawal yang bersama mereka. Dengan gugup dan dengan hati yang dipenuhi rasa penasaran mereka berdua berjalan memasuki Bandar udara kota Mandiraja tanpa tahu akan dibawa kemana oleh Darko. Hingga akhirnya ketika mereka melihat ada sebuah pesawat jet pribadi yang sangat indah berada di depan mata mereka, seketika rasa bingung dan shock mulai menghantui pikiran Rossa dan Abimanyu. Darko dan Angelina sama sekali tidak banyak bicara selama perjalan hingga memasuki jet pribadi milik Darko, hingga saking tidak sabarnya ingin tahu mereka akan dibawa kemana oleh Darko, Rossa memberanikan diri berbicara. “Darko, sebenarnya kami akan kamu bawa kemana? Dan kenapa kita naik jet pribadi yang begini bagus, apa maksudnya?” “Diamlah, jangan banyak bicara atau kalian akan saya lempar keluar dari pesawat.”Darko yang merasa kesal kep
Bab 214. NYALI ROSSA MENCIUT Sebelum Rossa tersadar dengan apa yang terjadi, Angelina sudah ditarik Darko ke sisinya. Seketika wajah Rossa menjadi jelek mengetahui Angelina sudah berpindah tempat lebih tepatnya di samping menantu yang tidak berguna itu. Ekspresi wajah Angelina juga terlihat sangat terkejut ketika tiba-tiba tubuhnya bergeser kesamping Darko sesaat setelah terdengar suara Darko memanggil pengawal. Apalagi Rossa emosinya seakan meluap mengetahui Angelina sudah berdiri di samping Darko. Pada saat dia akan menarik tangan Angeline kembali, tiba-tiba ada sesosok tubuh kekar berdiri tepat di depannya seakan sebuah benteng yang kokoh sebagai pembatas antara dirinya dengan Angelina. “Minggir, jangan halangi jalanku.”Dengan kasar Rossa berusaha mendorong pengawal kekar yang diperintahkan Darko untuk melindungi Angelina. “Argh… Lepaskan.”Rossa menjerit kesakitan mengetahui tangan yang sebelumnya akan digunakan untuk mendorong pria kekar di depa
Bab 213. DOKUMEN DARI MAHKAMAH AGUNG Hal ini tentu saja menimbulkan kecurigaan di pihak kepolisian yang menyelidiki musibah kebakaran ini. Mereka sama sekali tidak tahu kalau sumber bencana itu ada didepan mereka, andai saja mereka tahu tentu Darko akan langsung ditangkap dan dimintai keterangan. Akan tetapi saat ini orang yang sudah membuat keonaran itu ekspresinya tampak datar dan tidak menunjukkan ekspresi wajah sedih maupun belasungkawa mengetahui salah satu kerabatnya mengalami musibah. Untungnya tidak ada yang mencurigai Darko, karena banyak juga warga sekitar yang menonton lokasi kebakaran dengan ekspresi datar seperti halnya Darko. Angelina menangis di pelukan Rossa seakan dia lupa kalau sebelumnya Rossa sangat jahat kepada dirinya. Bagi Angelina sejahat apapun Rossa dia sudah sangat memahami sifatnya yang seperti flamboyan selalu berubah-ubah mengikuti arah angin. Meskipun dia selalu tidak setuju dengan nasehat serta saran Rossa, sebag
Bab 212. PULANG KE KOTA MANDIRAJA Darko tetap diam tidak ada satu katapun keluar dari mulutnya setelah Widyawati menyuruhnya untuk pergi ke kota Mandiraja melihat situasi terkini keluarga Wibisono. Hal ini membuat Widyawati menatap tajam ke arahnya, sementara itu Angelina sudah menghentikan tangisannya dan mengusap air mata yang terus mengalir di pipinya sambil menunggu jawaban Darko dengan hati berdebar-debar. “Baiklah, saya akan mengajak Angelina menengok keluarga Wibisono. Ibu saya titip Faizi bersama kalian.”Setelah menghela nafas sebentar Darko menyetujui saran Widyawati untuk pergi ke kota Mandiraja, tak lupa dia menitipkan Faizi dalam pengawasan dua neneknya ini. Dengan mengatakan hal ini maka secara otomatis dia hanya ingin berdua saja tanpa mengajak Faizi maupun yang lainnya. “Kamu tenang saja, Faizi pasti akan kami jaga dengan baik. Pergilah, jangan lama-lama di rumah ingat kamu harus menjaga menantu ibu yang cantik ini dengan baik.” “Ba
Bab 211. PERINTAH WIDYAWATI Widyawati membelai punggung Angelina untuk menenangkannya sambil menghibur agar Angelina tidak khawatir dengan Darko. “Tapi ibu?”Angelina masih khawatir kalau Darko tidak mengizinkan dia pulang ke kota Mandiraja untuk melihat dan mencari informasi lebih jelas keadaan nyonya besar Wibisono. Karena Angelina tahu kalau Darko sangat membenci keluarga nya, lebih utamanya kepada nenek dan pamannya. Karena hal inilah dia merasa sangat tertekan dan hanya bisa menangis saja. Melihat Angelina tampak bersedih seakan perkataan Widyawati masih belum cukup untuk membuatnya tenang. Hal ini membuat Widyawati segera mengambil ponselnya dan menelepon seseorang. Angelina masih diam dengan air mata terus membasahi pipinya. Sebenci apapun dia kepada nenek dan pamannya sebagai bagian dari keluarga besar Wibisono, tentu saja hatinya akan merasa sedih melihat mereka mati terpanggang oleh kebakaran di villanya. Sedangkan
Bab 210. KEPANIKAN ANGELINA, ROSSA DAN ABIMANYU Abimanyu yang sedang dalam keadaan shock menoleh ke arah Rossa dan menatapnya dengan tatapan sayu dengan mata memerah dan hanya bisa menganggukkan kepalanya saja untuk mengiyakan perkataan Rossa. “Ibu….” terdengar gumaman sendu dari bibir Abimanyu yang sedang dalam kondisi mental terendah dalam hidupnya. Meskipun selama ini dia sering direndahkan dan tidak dianggap oleh nyonya besar Wibisono, akan tetapi saat mendengar ibunya mati dengan cara mengenaskan tentu saja jiwanya langsung terpukul. Sebagai anak meskipun Abimanyu selalu dianggap sebagai anak yang tidak berguna, dia masih tetap menganggap nyonya besar Wibisono sebagai ibu kandungnya. Setelah mendapat persetujuan, pada akhirnya mereka berdua segera pergi mengunjungi villa keluarga Wibisono yang sudah menjadi abu. Sesampainya di Villa keluarga Wibisono, taksi yang mereka naiki ditahan petugas yang menjaga kawasan ini dan tidak membiarkan warga
Bab 209. TANGISAN ABIMANYU Ekspresi wajah Darko tidak berubah dan tetap datar seakan tanpa ekspresi apapun, bagi Darko membunuh sudah menjadi pekerjaannya selama di medan perang. Meskipun dia sudah terbiasa membunuh di medan perang, tapi sekarang adalah pertama kalinya membunuh orang yang bukan musuh di medan perang tapi musuh yang sudah berulang kali menyakiti anak dan istrinya. Meskipun mereka masih keluarga Angelina tapi kelakuannya bukan seperti seorang keluarga, maka hukuman yang pantas adalah kematian. Sebelumnya Darko sudah pernah menghukum Rinto Wibisono atau pamannya Angelina yang sering mengganggu. Akan tetapi setelah penyakit yang disebabkan Darko sembuh, bukannya berhenti mengganggu Angeline, Rinto masih saja mengganggunya bahkan meminta Angelina bercerai dengan Darko. Karena hal inilah Darko tidak ingin kejadian serupa tidak terulang lagi terhadap Angelina dan Faizi. Dari keluarga besar Wibisono yang tersisa adalah Rossa dan Abimanyu
Bab 208. MUSNAHNYA KELUARGA BESAR WIBISONO Setelah mengakhiri pengawal keluarga Wibisono yang bernasib sial, Darko segera melanjutkan langkahnya memasuki Villa. Namun teriakan pengawal yang sebelumnya yang menghardik Darko terdengar oleh rekan-rekannya, sehingga beberapa pengawal keluar dari Villa dengan rasa penasaran ingin tahu siapa orang yang memasuki Villa Wibisono ini. Begitu memasuki pintu Villa, Darko langsung berpapasan dengan beberapa pengawal yang mau keluar. “Siapa kamu? Kenapa kamu masuk ke Villa keluarga Wibisono begitu saja sebelum melaporkan kedatanganmu?” Prok prok prokDarko tidak buru-buru menanggapi pertanyaan para pengawal keluarga Wibisono, emosinya sudah meluap merasakan tekanan penderitaan yang selama ini diderita Angelina. Tanpa banyak bicara dia langsung melambaikan tangannya ke arah kepala para pengawal ini, dan seperti teman mereka yang sudah menjadi mayat, pengawal-pengawal ini juga langsung mati begitu saja dengan kepala