Home / Fantasi / Menantu sang Jendral Besar S2 / Bab 1. SANG JENDRAL BESAR

Share

Menantu sang Jendral Besar S2
Menantu sang Jendral Besar S2
Author: MN Rohmadi

Bab 1. SANG JENDRAL BESAR

Author: MN Rohmadi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bab 1. SANG JENDRAL BESAR

Seorang pria dengan pakaian militer yang lusuh tengah memandang ke arah ratusan ribu prajurit yang menyerukan namanya berkali-kali dengan gemuruh.

Selama lima tahun, Darko Mangkusadewo berhasil bertahan dan memukul mundur pasukan negara Godriel yang berusaha untuk mencaplok wilayah Nusantara.

Kemenangan besar ini tentu semakin mengharumkan nama Darko di mata militer Nusantara. Namun, walaupun diakui sebagai legenda perang, Darko tak pernah sekalipun membusungkan dadanya di depan orang banyak.

Bahkan, ia tak pernah sekalipun minta namanya dimunculkan sebagai pimpinan pasukan yang memenangkan peperangan dengan gemilang di setiap surat kabar dan televisi.

Setelah menyambut para pasukannya ini, tiba-tiba seorang tangan kanannya muncul sambil tergopoh-gopoh.

"Jendral! Ada kabar buruk..."

Senyum di wajah Darko seketika berubah. Ia menatap sang asisten dengan mengernyitkan dahinya seraya menunggu kabar buruk yang ia utarakan barusan.

"Saya tak bisa berkata-kata, Jendral. Lebih baik Jenderal sendiri yang melihatnya..."

Sang asisten segera menyerahkan sebuah tab yang tengah memutar sebuah video.

Wajah Darko masih mencari sesuatu dari Video itu, sampai akhirnya matanya tertahan pada sosok anak kecil yang baginya begitu familiar.

Wajah anak kecil itu lebam karena tengah dirundung oleh beberapa anak lain yang lebih tua darinya. Ia melihat beberapa guru yang ada di sana, namun para guru itu malah tidak melerai sedikitpun.

"Pembohong!"

"Dasar anak haram!"

"Hahaha! Kasihan! Ayahmu pasti miskin sampai harus meninggalkanmu!"

Cacian dan makian terlontar ke arah anak kecil yang menangis sambil berusaha melindungi kepala dan tubuhnya dari pukulan dan ludah orang-orang yang merundungnya.

"Tidak! Ayahku adalah pahlawan negara! Ayahku adalah Jenderal Darko!"

Deg!

Darko merasa dadanya begitu nyeri mendengar tuturan anak yang tengah dirundung itu.

“Aku... Ayahnya?”

Pertanyaan tersebut membekas di kepalanya, diiringi suara isak tangis anak kecil yang mengaku anaknya tersebut.

Perasaan Darko sangat tidak karuan saat mendengar kabar kalau dia sudah mempunyai anak laki-laki berusia empat tahun.

Ia awalnya tidak percaya kalau dia sudah punya anak, karena seingatnya dia baru satu kali berhubungan suami istri dengan Angeline.

Darko menatap asistennya yang langsung menunduk. Tentu saja, siapa yang berani melihat langsung mata jenderal besar Darko yang begitu marah.

"Jenderal... Bukan hanya itu saja..."

Darko tercekat, fakta menyedihkan apalagi yang akan ia tunjukkan?

"Istri anda... Nyonya Angeline... Kami melihatnya tengah berjualan sayur di pasar. Perusahaan anda telah disabotase oleh orang-orang yang ingin menyingkirkan saingan bisnis mereka..."

Darko masih terdiam. Ia menunggu asistennya itu melanjutkan perkataannya.

"Dua tahun setelah kepergian anda, beberapa pengusaha licik dan pejabat korup baru merasa perusahaan yang anda bangun mengancam eksistensi bisnis dan birokrasi mereka. Namun, mereka sepertinya sama sekali tidak tahu jika perusahaan yang mereka sabotase itu adalah milik keluarga anda."

Tangan Darko mengepal. Darah mengucur dari telapak tangannya.

Selama ia berperang melawan pasukan Godriel, keluarganya justru menderita dan tak dapat perlindungan yang seharusnya.

"Maafkan kami, Tuan. Peperangan dengan negara Godriel membuat fokus negara terpecah, dan keluarga anda jadi tidak mendapatkan pelayanan yang seharusnya. Selain itu, nyonya Angeline benar-benar tak ingin bergantung pada anda..."

Darko masih terpaku pada foto istrinya yang menjadi sangat kurus. Namun, kecantikan sosok Angeline tak pernah berubah sedikitpun.

"Kau tahu siapa saja orang yang bertanggung jawab atas kondisi istri dan anakku?"

Suara Darko yang menggelegar membuat sang asisten pucat pasi.

"Kami masih menyelidiki siapa saja orang-orang yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada istri dan anak anda Jenderal..."

"Aku mau dalam beberapa hari kedepan, semua data yang kuperlukan sudah terkumpul," ucap Darko seraya menatap langit sore yang mulai redup.

Perasaannya masih campur aduk. Rasa bersalah dan marah menggerogoti hatinya. Lantas, sambil mengepalkan tangan, ia bertekad akan membalaskan dendam anak dan istrinya yang selama bertahun-tahun ini telah ia tinggalkan demi sebuah tugas negara.

"Siapkan jet tempur! Aku ingin tiba di kota Mandiraja secepatnya!"

"Laksanakan, Jenderal!"

Sang asisten bergegas bersama beberapa anggota prajurit angkatan udara lain menyiapkan yang diperintahkan oleh Darko.

Tubuh mereka bergetar. Tak pernah sekalipun ia melihat jenderal besar mereka begitu marah dan mengeluarkan aura semenyeramkan ini, bahkan di medan perang sekalipun.

“Tunggu aku, istri dan anakku!"

***

"Mau sampai kapan lagi kau akan menunggak Nona!"

Di sebuah kontrakan kumuh, Angeline tengah mempertahankan rumahnya dari tiga orang rentenir yang tengah menagih hutang kepadanya.

Selama Darko pergi, Angeline telah melewati berbagai nasib buruk yang selalu mengikutinya kemanapun ia pergi.

Angeline telah berkali-kali menghubungi suaminya. Namun, selama lima tahun, Darko tak pernah memberikan kabar apapun padanya.

Sebagai istri, tentu wajar ia begitu kesal pada suaminya. Namun, ia tak bisa berbuat apa-apa. Toh, tugas yang diemban oleh Darko lebih besar dari sekedar mengurus keluarga.

Ia dijebak oleh para pengusaha licik dan korup baru, data anaknya ditolak karena dianggap tak memiliki kejelasan, dan ia harus meminjam sana-sini demi melanjutkan hidup semenjak perusahaannya bangkrut.

Belum lagi anaknya harus mendapatkan cacian sebab dianggap anak haram oleh orang-orang sekitarnya. Dijelaskan bagaimanapun, orang-orang yang mencacinya dan anaknya tidak akan percaya siapa mereka sebenarnya.

"Tolong beri waktu lagi, Tuan. Saya berjanji saya akan melunasi semua hutangnya..."

Angeline terduduk seraya memohon-mohon pada ketua rentenir itu yang menatapnya dengan licik.

Seraya bibirnya terangkat, ia berucap nakal, "Boleh saja, tapi kau harus melakukan sesuatu pada kami..."

"Melakukan apa, Tuan?" Angeline menatap mereka dengan harap.

Ditagih berkali-kali dengan senjata tajam dan barang-barang rumahnya semakin menipis membuatnya begitu frustasi. Ia berharap kali ini ia bisa memperpanjang waktu sampai jatuh tempo selanjutnya.

Dengan bibir terangkat, sang ketua rentenir menatap Angeline dengan penuh nafsu, "Layani kami bertiga, dan pembayaran hutangmu akan kami perpanjang."

Wajah Angeline memucat, ia lantas mundur.

"Ibu... Ada apa..."

Sesosok anak kecil keluar dari rumah dan menatap apa yang terjadi di halaman rumahnya.

"Faizi, masuk ke dalam kamar ya..."

Melihat anak kecil tersebut, para rentenir semakin menyeringai.

"Setelah mendapatkan ibunya, kita bisa mempergunakan anaknya, hahaha!"

Para rentenir itu segera merangsek masuk ke rumah kecil tersebut sambil menepuk-nepuk kayu yang mereka bawa.

"Bajingan! Berani masuk ke rumah itu, akan kubunuh kalian semua!"

Sebuah suara menggelegar mengagetkan semua orang, ketiga rentenir itu berhenti seketika.

Comments (5)
goodnovel comment avatar
MN Rohmadi
betul lanjutannya, selamat membaca.
goodnovel comment avatar
Ma Tibun
ini lanjutan nya, ya? yg prtama dulu ringan tapi bagus.
goodnovel comment avatar
MN Rohmadi
terimakasih atas support nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 2. AYAH

    Bab 2. AYAH Semua orang segera menoleh ke arah sumber suara, di hadapan mereka terlihat sesosok pria kurus tinggi dengan pakaian lusuh berjalan ke arah mereka. Wajah sosok pria ini sangat dingin, matanya begitu tajam menatap ke arah ketiga rentenir yang akan mengganggu Angeline, seakan ingin menelan mereka bertiga hidup-hidup. “Siapa kamu? Kalau ingin selamat pergilah!” Dengan suara kesal, ketua Rentenir balik membentak Darko. Ketua Rentenir sama sekali tidak merasa takut melihat wajah dingin Darko yang tiba-tiba datang mengganggu pekerjaan mereka. Mereka bertiga yang biasa bersikap arogan kepada siapapun, tentu saja memandang rendah Darko yang berpakaian kumal dan tampak kurus. Berbeda dengan ekspresi wajah Angeline ketika mendengar suara Darko, seketika ekspresi wajahnya tampak berseri dan jantungnya penuh dengan kebahagiaan. Apalagi setelah melihat sosok pria yang selama ini selalu di rindukannya. “Kak Darko…” Menden

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 3. MEMBAYAR HUTANG DENGAN MUDAH

    Bab 3. MEMBAYAR HUTANG DENGAN MUDAH “Mmm… benar saya berhutang dua milyar kepada tuan Parijo itu sebelumnya?” “Dua milyar, baiklah biar saya lunasi dulu hutangnya biar brengsek itu tidak menggonggong dan mengganggu kita.” Setelah berkata, Darko segera berbalik dan perlahan berjalan ke arah ketua Rentenir yang sedang berdiri sambil memegangi wajahnya yang bengkak seperti balon. Sementara itu ketua Rentenir yang melihat Darko berjalan ke arahnya, tanpa sadar dia juga berjalan mundur untuk menjauhi Darko. Kekejaman dan kekuatan Darko yang sudah menamparnya tanpa terlihat dan menendang kedua anak buahnya hingga terlempar sejauh sepuluh meter telah membuat hatinya menciut. “Apa… apa yang akan kamu lakukan?” Dengan suara tergagap, ketua Rentenir berkata sambil memandang ke arah Darko dengan panik. “Berapa hutang istri saya?” “Hutang?” Ketua Rentenir menatap Darko dengan tatapan dipenuhi rasa tidak percaya. “Iya, berapa hutang istri saya?” “

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 4. SEDIH MELIHAT KEHIDUPAN ANAK DAN ISTRINYA

    Bab 4. SEDIH MELIHAT KEHIDUPAN ANAK DAN ISTRINYA Sementara itu Rossa dan Abimanyu yang tampak tidak senang dengan sikap Darko melanjutkan kesibukannya menonton acara televisi. “Ayah kita bermain di luar saja yuk…” Tiba-tiba Faizi berkata sambil menggandeng tangan Darko dan menariknya keluar dari rumah. Sambil tersenyum Darko hanya bisa mengikuti apa yang diinginkan anaknya yang baru saja bertemu sejak dilahirkan. Ternyata Faizi mengajak Darko pergi ke halaman belakang rumahnya. meskipun rumah yang di tinggali Angeline sudah sangat tua dan kecil akan tetapi halamannya sangat luas. Di sekeliling rumah tua ini dipenuhi aneka ragam sayuran, dari kangkung, bayam, sawi, lombok, kacang panjang, tomat dan lainnya. Ternyata uang terakhir yang dimiliki Angeline di gunakan untuk membeli rumah tua yang mempunyai halaman luas setelah perusahaannya bangkrut. “Ayah, kenalin ini Boy, kelinci kesayangan Izi.” Faizi mengajak Darko pergi ke kandang ke

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 5. ANGELINE DIGANGGU PREMAN PASAR

    Bab 5. ANGELINE DIGANGGU PREMAN PASAR Saat ini semua orang memandang ke arah Darko yang berdiri di samping Angeline dengan ekspresi penuh dengan tanya. “Ehem… ehem… siapa ini? Sepertinya ada teman baru nih?” Salah seorang penumpang wanita tiba-tiba berkata setelah sebelumnya berdehem seakan sedang mengajak bercanda Angeline. Darko yang mendengar candaan teman-teman Angeline sesama pedagang sayur pasar pagi segera memperkenalkan diri. “Ibu-ibu perkenalkan saya Darko suaminya Angeline.” “Suaminya Angeline…?” Suara kaget dan wajah penuh dengan rasa heran menghiasi wajah semua penumpang mobil pick up yang membawa sayuran. Mereka memandangi Darko dengan tatapan penuh selidik, tatapannya seakan tidak percaya kalau suami Angeline begitu kurus dan pakaian yang dikenakannya juga terlihat sangat tua hingga warnanya sudah memudar. Semua orang memandang ke arah Darko dan Angeline silih berganti sambil menggelengkan kepalanya. Mereka merasa betapa ma

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 6. JANDA KEMBANG PASAR PAGI

    Bab 6. JANDA KEMBANG PASAR PAGI Darko dan Angeline saling bertukar pandang saat mendengar perkataan bang Bimo, sepertinya desas-desus tentang kehidupannya sudah menyebar keseluruh pasar. Mana mungkin kehidupan Angeline yang begitu cantik tidak menyebar ke seluruh pedagang pasar, maupun pengunjung pasar. Sepertinya bang Bimo tidak mau menerima kenyataan kalau suami Angeline sudah kembali, dia memandang dengan sinis ke arah Darko seakan ingin membunuhnya. Sudah sejak lama bang Bimo ingin memperistri Angeline yang terkenal sebagai janda kembang pasar pagi. “Memang sebelumnya suami saya pergi ke medan perang untuk bertugas, tapi sekarang dia sudah kembali.”Angeline berkata sambil tersenyum dan menatap kearah Darko dengan tatapan penuh kasih sayang. Sementara itu Darko hanya diam sambil memperhatikan gerak-gerik bang Bimo, dia tahu seperti apa sifat seorang preman pasar. Akan tetapi karena di peringatkan oleh Angeline untuk tidak membuat keributan, se

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 7. AYAH YANG DIRINDUKAN

    Bab 7. AYAH YANG DIRINDUKAN “Kamu lihat, wanita secantik itu hanya membeli satu kilo beras yang berkualitas paling buruk, betapa kasihannya ibu Angeline itu.” Pedagang beras tampak berbisik pada suaminya setelah Angeline dan Darko pergi meninggalkan kios beras mereka. “Iya, padahal kalau Angeline mau tentu banyak pria yang ingin menjadi suaminya.” “Apa kamu tahu siapa pria kurus yang berjalan bersamanya?” “Eh iya, siapa ya? Setahu saya Angeline selalu sendirian setiap kali pergi ke pasar. Apakah pria itu suaminya yang katanya pergi ke medan perang?” “Mungkin juga, lihat saja matanya. Meskipun tubuhnya kurus dan kulitnya hitam, akan tetapi tatapan matanya sangat tajam seperti orang yang biasa dalam disiplin tinggi.” “Tapi apa iya, bukankah suaminya sudah mati sejak lima tahun lalu di medan perang, apa mungkin pria itu saudaranya?” “Sudahlah, kita tidak perlu membahasnya lagi. Lagian itu bukan urusan kita, yang penting bisnis kita tetap berjalan.”

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 8. MENGANTAR SEKOLAH

    Bab 8. MENGANTAR SEKOLAH Faizi menjawab pertanyaan gurunya dengan wajah penuh semangat dan penuh dengan kebanggan. Mendengar perkataan Faizi, para guru serta wali murid yang berada di sekitar sekolah Taman Kanak-Kanak segera menoleh ke arah Darko yang berdiri di dekat Angeline. “Dasar keluarga miskin tetap saja miskin, apanya yang tentara? Ternyata suami wanita jalang itu hanya prajurit kelas rendahan.” “Betul sekali, lihatlah pakaian yang dikenakannya benar-benar sangat jelek. Bahkan lebih jelek dari keset lantai di rumahku.” “Ha ha ha ha… benar sekali, saya sebenarnya kasihan dengan Angeline itu. Apa mata dan otaknya bermasalah, dia itu kan cantik. Masa mau menikah dengan pria miskin dan kurus seperti dia.” Cemoohan para wali murid meskipun tidak terlalu keras akan tetapi masih bisa didengar dengan jelas oleh Angeline dan Darko yang berdiri di depan pintu gerbang Sekolah Taman Kanak-Kanak, dimana Faizi belajar. Angeline yang sudah terbiasa mende

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 9. TEMBAKAN SENJATA RAHASIA

    Bab 9. TEMBAKAN SENJATA RAHASIA “Tentu saja ayah punya uang, karena itulah ayah akan ajak Faizi ke Mall untuk beli mainan dan pakaian baru.” “Beli pakaian baru? Apa itu beneran Yah?” “Tentu saja beneran, untuk apa ayah bohong sama Faizi.”Sementara itu Angeline diam saja melihat interaksi antara ayah dan anak di depannya, tentu saja dia ingin menyenangkan Faizi. Hanya saja selama ini keadaannya sama sekali tidak baik-baik saja, padahal jika Angeline mau berbicara dengan mertuanya atau orang tua Darko tentu mereka akan membantunya. Akan tetapi sifat Angeline yang tidak ingin merepotkan mertuanya membuat kehidupannya serba kekurangan. Padahal Angeline juga tahu kalau orang tua Darko atau mertuanya adalah seorang milyader. Bahkan orang tua Darko merupakan bangsawan yang tinggal di Ibukota kekaisaran Nusantara. Angeline yang sudah terbiasa melihat keseharian Darko selama mereka menikah, sama sekali tidak curiga atau menanyakan apakah Darko punya ua

Latest chapter

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 194. NAPAK TILAS KE UNIVERSITAS

    Bab 194. NAPAK TILAS KE UNIVERSITAS “Bu Siti, sepertinya ibu perlu membawa bapak Bambang ini ke tempat-tempat yang dulunya pernah disinggahi sebelum beliau lupa ingatan. Terapi kenangan masa lalunya sangat penting untuk memancing daya ingat otaknya.”Dokter spesialis otak yang memeriksa Bambang memberi saran kepada Siti setelah satu bulan lamanya dilakukan pemeriksaan otaknya dengan peralatan modern dan canggih tetap saja belum bisa menyembuhkan lupa ingatannya Bambang. Siti mendengarkan dengan serius saran dari dokter spesialis otak yang memeriksa Bambang. Setelah pemeriksaan otak Bambang selesai, Siti segera mengajak Bambang untuk jalan-jalan. Bambang hanya diam dan mengikuti kemanapun Siti membawanya pergi, bahkan ketika dia di ajak naik pesawat terbang Bambang tidak banyak bertanya. Akhirnya pesawat yang dinaiki Siti mendarat di bandar udara kota Mandiraja. Ekspresi wajah Bambang terlihat aneh begitu menginjakkan kaki di kota Mandiraja lagi? Bu

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 193. MASA LALU BAMBANG

    Bab 193. MASA LALU BAMBANG “Mas Tegar….”Terdengar suara parau dari mulut Siti ketika berhadapan dengan jarak yang sangat dekat dengan Bambang. Meskipun suara Siti tidak terlalu keras, akan tetapi bisa terdengar oleh pegawai Dinas Sosial yang ada di tempat ini. “Tegar? Kenapa wanita ini memanggil Bambang dengan nama Tegar?” “Mas Tegar, apakah kamu mas Tegar kan?” “Mas Tegar? Siapa mas tegar yang ibu maksud?”Bambang yang di panggil mas Tegar oleh Siti tampak bertanya balik dengan wajah penuh dengan kebingungan. “Mas Tegar, ini Siti. Apa mas Tegar lupa dengan Siti?” Mata Siti semakin berkaca-kaca setelah mendengar perkataan Bambang. Pada akhirnya Siti harus mempercayai perkataan pihak Rumah Sakit Jiwa yang sebelumnya merawat Bambang, kalau Bambang memang benar-benar sudah lupa ingatan. Melihat situasi yang kurang kondusif, pegawai Dinas Sosial segera menyuruh Bambang untuk duduk berhadapan dengan Siti hanya terhalang sebuah meja Jati.

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 192. BERTEMU PRIA PARUH BAYA YANG DICARINYA

    Bab 192. BERTEMU PRIA PARUH BAYA YANG DICARINYA “Bu Siti, apa yang membuat anda datang ke Rumah Sakit ini? Apakah anda bersama pak Darko?” “Saya datang sendiri ke Rumah Sakit ini, kemarin saya seperti mengenali seseorang yang ada di Rumah Sakit ini, sehingga saya ingin menghilangkan rasa penasaran saya.” “Ibu punya kenalan orang di Rumah Sakit ini? Apakah karyawan di tempat ini atau siapa?”Dokter Irawati tampak sangat serius mendengarkan apa yang dikatakan Siti. Bagaimanapun juga dia tidak ingin mengecewakan orang sekelas Siti dan Darko yang masih deposit uang perawatan untuk Angelina yang sisanya masih sangat banyak. “Saya tidak tahu, orang itu kerja di Rumah Sakit ini atau pasiennya. Tapi yang jelas saya penasaran dengan sosok pria yang saya lihat kemarin itu.” Dokter irawati tampak semakin bingung dengan perkataan Siti, kemudian dia minta informasi lebih lengkap tentang pria paruh baya yang dilihat Siti saat itu. Setelah Siti menceritakan ihwal

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 191. SITI MENCARI PRIA PARUH BAYA DI RUMAH SAKIT JIWA

    Bab 191. SITI MENCARI PRIA PARUH BAYA DI RUMAH SAKIT JIWA “Apa Darko? Bagaimana bisa pria tidak berguna itu membawa pergi Angelina.?”Rossa tampak sangat kesal begitu mendengar perkataan petugas resepsionis yang sedang melayaninya. Melihat dan mendengar perkataan Rossa, Resepsionis ini hanya bisa diam, baginya dia tidak tahu menahu masalah pasien maupun keluar masuknya pasien ke Rumah Sakit ini. Karena tugasnya hanya menerima tamu dan memberikan informasi sesuai data yang tersedia di komputernya. “Sudahlah bu, sebaiknya kita pulang saja. Kita tidak usah ribut-ribut di tempat ini.”Abimanyu yang masih mempunyai pikiran panjang, segera membujuk Rossa untuk kembali saja. Apalagi dari catatan yang terdokumentasi oleh komputer Rumah sakit di beritahukan kalau Angelina keluar dari Rumah Sakit bersama Darko. Meskipun dengan perasaan kesal, akhirnya Rossa tetap mengikuti perkataan Abimanyu untuk pulang tanpa bersama Angelina. Tak lama setelah Rossa dan Abim

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 190. ROSSA INGIN MEMBAWA PULANG ANGELINA

    Bab 190. ROSSA INGIN MEMBAWA PULANG ANGELINA Tanpa sadar Siti menggumamkan sebuah nama yang selama ini selalu tersimpan di hatinya. Siapakah mas Tegar itu? Mas Tegar adalah suami Siti sewaktu mereka muda dan masih kuliah di Universitas Mandiraja. Sedangkan Tegar itu sendiri adalah ayah biologis dari Darko sang tokoh utama yang selama ini belum pernah dilihatnya. “Tunggu….”Tiba-tiba Siti berkata dengan sedikit ragu-ragu tergambar jelas di raut wajahnya. “Sepertinya saya pernah melihat mas Tegar, tapi dimana ya?” “Betul sekali, pria itu.” “Pria yang ada di Rumah Sakit Jiwa tempat Angelina dirawat, wajahnya sangat mirip dengan mas Tegar.”Siti tampak sedang mengingat-ingat sosok pria paruh baya yang sedang duduk di bawah pohon yang sebelumnya di lihatnya. Semakin dipikirkan, Siti semakin penasaran dengan pria paruh baya itu yang ada di Rumah Sakit Jiwa. Pria paruh baya itu adalah gelandangan yang ditemukan petugas polisi kota di pi

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 189. PELUKAN MENGHARUKAN

    Bab 189. PELUKAN MENGHARUKAN Kedatangan Darko yang mendadak bersama Angelina serta Siti tentu saja mengejutkan Widyawati dan George, demikian juga dengan Faizi yang sedang bersama kakek dan neneknya. “Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikum salam.” “Eh ada tamu agung datang mengunjungi gubuk kami yang reot ini.”Widyawati langsung menyambut kedatangan Siti dan Angelina dengan sebuah sapaan merendah sebagai sopan santun yang umum bagi masyarakat jawadwipa setelah sebelumnya menjawab salam mereka. Darko terlebih dahulu melakukan sungkem dengan menjabat tangan kedua orang tuanya dengan cara mencium punggung tangannya. Setelah itu barulah Widyawati serta George langsung menyambut kedatangan Siti dan Angelina. “Anakku… kamu juga ikut pulang kerumah ibu?”Widyawati segera memeluk tubuh Angelina yang terlihat kurus, sebelumnya kedua orang tuanya sudah tahu kalau hubungan Darko dan Angelina sudah bercerai karena permintaan keluarga Wibisono. Karena hal in

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 188. ANGELINA DI BAWA KE IBUKOTA

    Bab 188. ANGELINA DIBAWA KE IBUKOTA Setelah melihat Darko menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengiyakan, seketika ekspresi panik Angelina pun menghilang. “Betul sekali, kamu tidak akan bertemu dengan Rossa dan Abimanyu. Kamu akan tinggal bersama kami, disana juga ada Faizi.” “Apa? Saya akan bertemu dengan Faizi?” “Betul sekali, untuk apa aku berkata bohong?” “Tapi… tapi bagaimana kalau Rossa tahu dan mencari kita?” “Kamu tidak usah khawatir, di tempat ini Rossa dan keluarga Wibisono tidak akan berani macam-macam lagi.” Setelah berbincang-bincang sebentar meluapkan rasa rindu dengan saling berpelukan, Darko segera mengajak semua orang untuk kembali. Tapi sebelum kembali Darko menghubungi Bambang untuk menyiapkan pakaian untuk Angelina, serta membawakan mobil yang cukup besar untuk membawa mereka bertiga, karena sebelumnya Darko membawa mobil sport yang hanya mempunyai dua kursi penumpang saja. Dan tak lupa Darko meminta Bambang untuk me

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 187. MEMBAWA PULANG ANGELINA

    Bab 187. MEMBAWA PULANG ANGELINA “Apakah itu Angelina? Kenapa dia tinggal di tempat seperti ini?”Tanda tanya besar menghantui pikirannya setelah melihat Angelina yang berwajah pucat dan terlihat kerutan di keningnya. Maklumlah kalau Siti terkejut, karena dia sama sekali tidak menyangka kalau menantunya ternyata dalam kondisi yang cukup memprihatinkan. “Sayang, aku datang.”Darko berteriak ketika jaraknya tinggal lima puluh meter dari Angelina yang sedang asik dengan tanaman bunganya. Angelina segera menoleh ke arah sumber suara, seketika ekspresi wajahnya bersinar melihat Darko yang memanggilnya. “Kak Darko.”Angelina berbisik pelan memanggil nama Darko, karena saking gembiranya mengetahui kedatangan Darko, Angelina sampai mengabaikan keberadaan Siti yang berjalan di belakangnya. Sementara itu dokter Irawati hanya berdiri diam sambil tersenyum melihat interaksi antara Angelina dan Darko. Sebagai seorang dokter jiwa, tentu saja dokter Irawati tahu

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 186. SITI MENJENGUK ANGELINA

    Bab 186. SITI MENJENGUK ANGELINA “Rumah Sakit Jiwa? Kenapa Darko membawaku ke Rumah Sakit Jiwa? Bukankah saya ingin bertemu dengan Angelina?”Kepala Siti langsung berdenyut ketika memikirkan apa yang sedang direncanakan Darko. Meskipun dia penasaran, Siti tetap diam tidak bertanya apa yang menjadi uneg-uneg dalam hatinya. “Mari turun bu.”Setelah sampai di tempat parkir, Darko keluar dari mobil sportnya terlebih dahulu, kemudian dia berjalan memutar untuk membuka pintu dimana Siti berada. Pemandangan ketika Darko membuka pintu dan mempersilahkan Siti keluar dari mobil sportnya tampak menarik perhatian masyarakat serta karyawan Rumah Sakit Jiwa yang sedang di lobi maupun di tempat parkir. “Coba lihat itu, Boss dari mana tuh yang datang ke Rumah Sakit Jiwa yang khusus untuk orang tidak waras?” “Iya, apa mungkin keluarga mereka ada yang sakit jiwa?” “Bisa saja, namanya orang gila itu bisa melanda siapapun tidak pandang orang kaya maupun orang mis

DMCA.com Protection Status