“Cukup!” Rara bangun dan membentak.
“Berarti benar, aku selama ini hanya dijadikan bahan pelampiasan amarah. Hidupku, nggak punya nilai, seperti sampah daur ulang nggak berguna di sini. Bara yang anak angkat saja dimuliakan layaknya anak kandung. Sedangkan aku, diperlakukan bagai anak tiri yang tiap hari disalah-salahkan!”
“Dasar anak tidak tahu diri!” Rara mengangkat tangannya ke atas, siap menampar Lisa.
“Apa, Ma? Apa? Mama mau nampar aku? Lakuin aja, Lisa rela ditampar Mama dan jadi bahan pelampiasan amarah Mama! Cepat, Ma, tampar Lisa biar Mama puas!?”
Tangis air mata seorang anak tidak bisa berbohong.
Rara, yang melihat Lisa menangis sesenggukan, seketika tersentuh hatinya. Amarahnya melunak. Dia mulai sadar, bahwa, selama ini, kedatangan Lisa di rumah hanya jadi bahan pelampiasan amarah dan ego keluarga.
“Mama nggak tahu seberapa sakitnya hatiku saat tahu aku hanya pe
Rara merasakan hal itu.Dia tahu, berada di posisi Lisa rasanya sangat sulit. Menyimpan eluh, sesak, dan perih yang begitu lama. Apalagi, diperlakukan tidak layak oleh orang tua sendiri, rasanya pasti sangat sakit. Dipojokkan dan terus dipojokkan. Tanpa pernah sekalipun diberi kesempatan untuk membuktikan.Rara merasakan hal itu.Dia benar-benar merasakannya.Walaupun air mata mengalir deras dari pipi perempuan paruh baya itu, anak semata wayangnya tetap tidak mau berhenti. Dia mengungkap semuanya, tanpa jeda, tanpa memberi sedikitpun Rara kesempatan untuk menjawab.“Mama, sama sekali nggak mau mengerti kemauanku dan perasaanku. Mama hanya peduli tentang uang, jabatan, kemewahan, dan segalanya. Asal Mama tahu, aku berjuang mati-matian demi Mama dan Papa!Tapi apa? Tidak ada satu pun ucapan selamat yang keluar dari mulut kalian! 21 tahun aku menunggu, tapi nggak ada sama sekali. Bahkan, kalian lupa ulang tahun Lisa sampai lima tahun belak
Davin menenangkan Lisa terlebih dahulu. Gadis itu masih syok setelah adu mulut dengan mamanya.Rara pun demikian, menangis tersedu-sedu di kamar, sadar kalau selama ini dia hanya menganggap Lisa sebagai anak tiri. Padahal, sebenarnya, Lisa adalah anak kandungnya.Trauma karena gagal dikaruniai bayi laki-laki membuat Rara dan Yudhistira terus memperlakukan Lisa tidak layak. Lebih-lebih, setelah Bara masuk ke rumah itu, merenggut semua kebahagiaan yang didapat Lisa saat masih belia.Sambil mengusap rambut Lisa, Davin terus memandangi gadis itu, tanpa berbicara sedikitpun.Dia tahu, perempuan tidak bisa didesak saat dia sedang bersedih.Davin masih menunggu Lisa cerita, mengungkap semua isi hatinya tentang kedua orang tuanya. Tapi, makin lama, suara sesenggukan itu hilang. Lisa tertidur dalam pangkuan Davin....Juta sampai di Skotlandia tepat setelah matahari terbenam. Dia turun, lalu meminta sopir mengantarnya ke Princes Street, jalana
“Oke, begini. Kita serang mereka sembunyi-sembunyi.”Kata-kata Andre membuat Tuan Besar Juta memuntahkan minumannya.“Maksudmu?”“Perlahan, orang-orang Lone Werewolf tahu siapa saja yang bekerja sama dengan kita. Menahan serangan, menurutku, juga percuma. Ada baiknya kita segera memberantas mereka. Ini. Lone Werewolf. Kita bisa menyuruh Gaga dan anak buahnya.”Victor geleng-geleng kepala.“Andre, bukannya aku meragukan ide-ide brilianmu. Tidak. Tidak sama sekali. Tapi, kasus ini, sedikit unik. Misal kita menyerang Lone Werewolf dan Serigala Merah dengan kekuatan penuh, seratus persen kita bisa memenangkannya. Nah, ada satu hal yang luput dari perhatianmu. Semua itu butuh waktu. Dan, itu tidak sebentar.”Menambahi ucapan Victor, Tuan Besar Juta kembali menegaskan. “Sementara, biarkan suasana reda. Pengalihan saham The Lyceum cukup membuat mereka ketar-ketir. Dan, jika kita buat masalah yan
Menjelang sore, setelah memastikan keamanan anak dan istrinya, terutama dari sisi psikis serta mental mereka, Javier kembali ke dekat reruntuhan kastil. Diantar dengan pengawalan ketat, dua mobil jeep melaju ke sana.Tepat di sisi kiri, ada dua orang penjaga yang memeriksa seluruh pakaian penghuni mobil.“Untuk apa ini? Orchid pasti memihak Nayama. Jangan seenaknya memeriksa bawahanku! Apalagi, mereka bawa tamu istimewa dari Washington Barat! Cepat, lepaskan mereka! Lepaskan!” Anneth segera memaki dua penjaga.“Ada keramaian apa ini?” Tuan Besar Juta keluar bersama Andre dan Victor.“Ini. Lihat bawahan Anda, Tuan, mereka tidak percaya dengan bawahanku. Memeriksa salah satu tangan kanan Orchid dan salah satu petingginya saat ingin masuk ke markas pusat Nayama, apa itu etis?”“Anneth, tenangkan dirimu.” Victor coba mengingatkan.“Ini tidak bisa dibiarkan. Orchid sudah bekerja sama dengan Na
Rara telaten sekali merawat anak semata wayangnya, hingga Davin datang membawa semangkuk bubur.“Enak...” Lisa bisa tersenyum. “A-aku baru tahu, kamu bisa masak.”“Yah ... hidup sebagai orang biasa menuntutku bisa melakukan banyak hal. Salah satunya masak, bertahan di tengah hiruk-piruk dan kerasanya kehidupan, juga belajar bagaimana jadi pemimpin yang merakyat. Begitulah, terlampau susah di awal. Tapi, jika sudah biasa, bergelimang harta seolah tidak berasa apa-apa.”“Benar juga katamu.” Lisa kemudian minta didudukkan sembari bersandar di ujung ranjang. “Apa aku harus menjalani hidup sepertimu dulu biar bisa lebih sabar menjalani kerasya hidup?”“Buat apa? Kamu udah punya semuanya, Lisa. Cara pandangmu tentang harta, sikapmu menghadapi keluargamu sendiri, juga kesabaran hatimu menahan ego dan amarah ... semua itu lebih dari cukup untuk membuktikan kalau kamu perempuan hebat.”
Davin tidak membawa apa-apa kecuali ponsel jadul yang biasa dia gunakan untuk telepon. Jam canggihnya juga ada di tangan Melvin.Berangkat ke sini tadi, dia diantar Boris yang sekarang sedang bersama Levy dan Melvin di luar negeri menyelesaikan proyek yang belum selesai.Terpaksa, Davin harus menyewa taksi untuk berangkat ke perbatasan.Tentu, agronya pasti lumayan mahal hingga membuat Davin harus membayar dengan sistem paylater : hutang dulu, dibayar belakangan.“Seingatku, ada bank di sana. Semoga saja mau menerima kartu hitam milik Nayama,” kata Davin, sembari terus berjalan keluar komplek. “Tapi, apa sopir taksi mau dibayar dengan sistem paylater? Ah, bodoamat. Aku harus segera menjalankan misi.”Terus berjalan sampai luar komplek villa, lalu menyetop sebuah taksi di pinggir jalan.Sopir taksi pertama tidak mau melayani Davin karena mengira Davin hanya pembantu komplek yang tidak memiliki uang sama sekali. Apalagi
“Cuma ngehina? Apa bedanya dengan sekarang? Nggak menguntungkan sama sekali, Blok! Aku mau taruhan yang lebih ekstrem, misal kencingi bajumu, kek, atau kencingi wajahmu kalau kamu mau!?” Sopir taksi menghentikan taksinya, menoleh ke belakang dengan tatapan benci.“Sepakat!” jawab Davin, tanpa basa-basi.Ujang terkejut bukan main. Awalnya, dia hanya bercanda soal itu, tapi, Davin malah mengiyakannya.“Eits, taruhanmu kan, udah, tinggal taruhanku,” ketus Davin tiba-tiba.Melihat keseriusan Davin, si sopir malah tertantang melakukan taruhan yang jauh lebih ekstrem. “Katakan! Aku udah nggak sabar mau ngencingin muka kamu, dasar tolol!”“Kesepakatannya, misal aku nggak bisa bayar, kamu ngencingin aku. Tapi, misal aku bisa bayar, kamu kutampar sepuluh kali, tepat di pipi kiri dan kanan. Bagaimana?”Glek!Ujang meneguk ludah.Tubuh Davin bak bodybuilder yang bisa men
Meski sepakat tidak bisa membayar akan dikencingi, Davin, juga memiliki rasa kemanusiaan. Pride-nya sebagai Tuan Muda seolah hilang gara-gara supir taksi. Apalagi, sopir taksi di daerah ibukota terkenal dengan ciri khas kejamnya dalam sirkel pertaksian.“Tutup mulut besarmu, Bangsat! Ini jadi bayar apa nggak? Jangan cuma bisa itu-itu aja tapi ujung-ujungnya tetap sama, bohong dan cuma bisa ngebual! Mau dibuat apa kartu itu? Setahuku, di ibukota, nggak ada satu pun yang bawa kartu tanpa merk sepertimu!”“Sudah, turuti saja! Aku bisa bayar. Aku janji. Jani seorang lelaki bisa dipegang, bukan?” Davin menjawabnya santai.“Awas sampai bohong! Lihat saja, aku nggak segan bunuh kamu!”“Lakukan saja jika kamu bisa! Toh, apa kamu yakin, dengan tubuh agak krempeng dan perut buncit seperti itu bisa melukai tubuhku yang masih gesit? Tidak, kan? Makannya, diam dan turuti permintaanku sebelum aku makin marah!”