"Kita akan mulai dengan mendengarkan kesaksian dari saksi pertama. Silakan panggil saksi pertama, pihak penuntut."Hakim memimpin persidangan dengan tegas, memastikan bahwa proses hukum berjalan sesuai dengan aturan dan prosedur yang ditetapkan.Pengacara dari kedua belah pihak berusaha memberikan argumen terbaik mereka, sementara saksi-saksi memberikan kesaksian yang penting untuk mengungkap kebenaran."Terima kasih, Bapak Hakim Ketua. Kami memanggil Gilang Aji menjadi saksi," pinta Jaksa penuntut."Baiklah, silakan bersumpah sekarang."Gilang maju ke depan, berdiri di tempat saksi kemudian memberikan sumpah dengan tegas, dibantu oleh Tim yang bertugas."Saudara Gilang, bisakah Anda menceritakan secara rinci apa yang Anda alami selama ini?" tanya Penuntut."Begini ..."Gilang mulai menceritakan kronologi kejadian dengan jelas - sejak awal, sebagai persidangan yang dulu pernah dilakukan.Pengacara Hendra dan Ibra, yang merupakan Pengacara bantuan, mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaa
"Terima kasih, pengacara tergugat. Mari kita lanjutkan dengan pemeriksaan saksi pertama." Hakim Ketua memberikan waktu untuk saksi diajukan kembali dalam persidangan lanjutan."Saya bersumpah untuk memberikan kesaksian yang sebenarnya," ucap Saksi yang maju ke depan."Baik. Apakah Anda memiliki pengetahuan tentang ..." Pengacara Penggugat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun.Percakapan-percakapan antara pengacara, saksi, dan hakim dipenuhi dengan argumen hukum yang kompleks dan pertanyaan-pertanyaan yang tajam. Setiap kata terhitung, dan setiap argumen dipertimbangkan dengan serius.Ketegangan terus berlanjut hingga akhir sidang. Semua pihak menanti dengan napas tertahan keputusan dari hakim. Keputusan ini akan menentukan arah dari kehidupan semua pihak yang terlibat dalam kasus ini, membuat suasana di ruang sidang benar-benar memancarkan ketegangan yang mendebarkan."Setelah mempertimbangkan semua bukti dan keterangan yang diajukan dalam persidangan ini, Pengadilan mem
"Silahkan, Pak!" Seorang polisi, bertugas membawa Hendrawan kembali ke lapas dengan dikawal beberapa anggota polisi yang berjaga di luar kamar pasien.Setelah dirawat selama satu minggu di rumah sakit militer, Hendrawan dinyatakan sudah sembuh dan dibawa ke lapas untuk menjalani hukumannya. Tapi ia sadar, di lapas nantinya tidak bisa tenang sebab sekarang ini Ibra terang terangan memusuhinya. Tidak lagi ada rasa hormat dan sungkan seperti dulu, saat Ibra selalu patuh padanya meskipun itu adalah perintah untuk membunuh adiknya sendiri - Gilang pada masa itu.Setibanya di dalam lapas, Hendrawan merasa atmosfer yang berbeda. Ibra, yang dulu selalu tunduk padanya, kini berubah menjadi musuh yang terang-terangan memusuhi. Semua rasa hormat dan ketaatan telah sirna, digantikan oleh ketegangan dan permusuhan yang menyala-nyala. Hendrawan sadar bahwa masa hukumannya akan berlangsung dalam situasi yang sulit dan penuh tekanan.Di dalam sel yang suram, Hendrawan dan Ibra saling berhadapan. Wajah
Hari ini Gilang mengajak Saras pindah ke rumah mereka sendiri, sudah dipersiapkan beberapa bulan setelah dia mengungkapkan jati dirinya yang sebenarnya.Saat Gilang mengajak Saras, dan meminta mama mertuanya untuk bisa ikut, Diana dengan lembut menggeleng. Sepertinya, Diana tidak mau mengganggu keharmonisan anaknya yang baru saja membaik."Terima kasih, Gilang. Tapi mama masih lebih nyaman tinggal di rumah sendiri untuk saat ini. Mama, akan baik-baik saja.""Baik, Ma. Kami menghormati keputusan, mama. Jika mama butuh bantuan apa pun, tinggal beri tahu kami." Gilang mengerti keputusan mama mertuanya."Kami akan selalu ada untuk, Mama. Jangan ragu untuk meminta bantuan jika membutuhkan. Dan untuk tawaran Mas Gilang, tolong pertimbangkan lagi, Ma."Diana mengangguk mengerti bagaimana keduanya yang membutuhkan privasi lebih dan tidak mendapatkan gangguan darinya.Saat mereka berangkat, Diana ikut mengantar. Ia duduk di belakang bersama Saras, sedangkan Gilang duduk di depan dengan Ryan ya
"Pak Gilang, kondisi mereka cukup serius. Mereka memerlukan perawatan intensif dan operasi mendesak." Dokter memberikan jawaban dengan menarik nafas berat."Apa? Apakah Anda yakin?" tanya Gilang terkejut."Ya, kami harus segera melakukan operasi untuk menyelamatkan nyawa mereka. Kita akan melakukan yang terbaik," terang dokter.Gilang gelisah setelah mendengar penjelasan tentang kondisi Kakak dan pamannya. Ia meminta supaya dokter melakukan apa saja yang diperlukan. Ia mempercayakan mereka berdua pada dokter, yang tentunya lebih tahu apa yang harus dilakukan."Saya akan segera mempersiapkan tim untuk operasi. Mohon doanya," ucap dokter - mengangguk."Terima kasih, dokter. Saya akan menunggu di sini," terang Gilang memastikan.Gilang merasa cemas dan tidak bisa berbuat banyak selain menunggu di luar ruang operasi. Ia berdoa semoga operasi berjalan lancar dan keluarganya bisa pulih dengan cepatRyan datang dan melihat keberadaan Gilang. Pria itu bertanya dengan nada khawatir, mengkhawati
"Selamat siang, Nona Gladis." Polisi yang bertugas menyapa."Selamat siang. Ya, saya sudah siap." Gladis dengan menggangguk."Kami perlu mengajukan beberapa pertanyaan terkait kasus yang berkaitan dengan kasus sebelumnya. Tolong berikan jawaban sejujurnya, ya." Polisi siap mengajukan pertanyaan untuk penyelidikan terhadap Gladis.Gladis sedang diperiksa secara detail oleh pihak kepolisian, terkait kasusnya yang memberikan keterangan atau kesaksian palsu serta manipulasi identitas saat mengatakan bahwa Gilang adalah anaknya Hendrawan. Tao pada kenyataannya, Gladis adalah sugar baby-nya Hendrawan yang telah memiliki hubungan kurang lebih selama 3 tahun.Gladis yang duduk di ruang interogasi, terlihat pucat dan matanya tampak hitam karena kurang tidur dan dalam keadaan cemas."Baiklah, mari kita mulai dari awal. Bisakah Anda ceritakan kembali kronologi peristiwa yang terjadi pada hari itu?" tanya polisi dengan nada biasa, tidak ada tekanan atau intimidasi di awal introgasi."Tentu, saya
"Saya rasa kita harus mempertimbangkan ulang kerjasama dengan Nona Tan. Setelah semua yang terjadi, saya khawatir itu akan memberikan risiko lebih besar pada perusahaan kita." Gilang memikirkan pertanyaan Ryan dengan serius."Saya setuju, Mas Gilang. Kita harus fokus pada proyek-proyek yang sudah ada dan memastikan semuanya berjalan dengan lancar. Mungkin kita bisa mencari mitra lain yang lebih dapat diandalkan." Ryan mengangguk setuju.Mereka melanjutkan diskusi, mengevaluasi setiap aspek dari rencana pengambilalihan usaha Mr Jhon. Mereka tahu bahwa keputusan ini tidak hanya akan memengaruhi proyek-proyek mereka, tetapi juga masa depan perusahaan.Keduanya merasa beban tanggung jawab yang berat, namun mereka siap menghadapinya dengan kepala dingin dan tekad kuat."Apa ada kabar tentang Mario, di lapas?" tanya Gilang, mengenai perkembangan kasus Mario."Kasusnya semakin bertambah setelah beberapa kejahatan di luar terungkap," jawab Ryan menerangkan.Gilang mengangguk saat menerima iPa
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Nona Tan yang masih terlihat ketakutan."Pertama-tama, tenang. Kami akan mencari tahu lebih lanjut tentang kejadian ini. Mas Gilang, apakah punya ide siapa yang mungkin terlibat?" Ryan, mengajukan pertanyaan pada Bos-nya yang ia ketahui memiliki kelebihan.Gilang merapatkan alisnya, mencoba untuk mencari tahu dengan memegang beberapa benda yang ada di kamar hotel ini.Tapi beberapa kali memegang barang yang tergeletak di lantai, Gilang tidak menemukan jawaban apapun kecuali bayangan-bayangan yang tidak jelas hingga ia mendesah.Pria itu kembali berpikir bahwa kemampuannya sudah tidak berfungsi lagi, sehingga tidak bisa menemukan bayangan yang pasti dari kejadian yang ingin dilihatnya."A-ku ... punya beberapa kecurigaan, tapi saya butuh waktu untuk memastikannya." Gilang tidak bisa memberikan jawaban yang pasti."Baik, bagaimana kalau untuk sementara Nona Tan kembali saja ke Singapura?" tanya Ryan mengusulkan."Ya, sepertinya itu ide yang
"Hai, tekan dada bagian jantungnya!" seru penjaga, pada napi yang berikan bantuan pertama."Egh! Eh, tetap gak bisa, pak!" teriak napi tersebut, merasa putus asa.Napi-napi lainnya berusaha memberikan pertolongan pertama pada Mario, tetapi sayangnya, kondisinya sudah terlalu parah.Meskipun upaya mereka lakukan sebaik mungkin, Mario akhirnya meregang nyawa dalam keadaan yang menyedihkan. Suasana sel berubah menjadi hening dan penuh duka cita.Pagi harinya, berita kematian Mario telah menyebar ke seluruh lapas. Para napi terkejut dan bingung dengan kejadian tersebut. Beberapa berbisik-bisik dan mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."Gak nyangka," kata napi yang memiliki kamar di seberangnya Mario."Tapi, apakah tidak ada yang mencurigakan sebelumnya?" tanya yang lain."Apa? Sepertinya tidak ada. Mario, bersikap seperti biasanya tidak ada yang terlihat aneh." Napi yang kebetulan satu ruangan dengan Mario, memberikan jawaban.Beberapa dari mereka mencoba mendekati Rico, yang
"Hai, Bos Mario. Saya mendengar Anda cukup terkenal di dunia ini," sapa Rico, yang mencoba mendekati Mario."Heh, siapa yang memberi tahu tentang itu, bocah?" sahut Mario dengan nada sombong."Oh, banyak orang di sini. Mereka bilang Anda punya reputasi yang hebat," terang Rico yang mulai berakting.Kekasih Diana itu memang sengaja menyanjung Mario, agar pria itu percaya padanya. Dengan demikian, ia bisa dengan mudah melakukan rencana yang sudah dibuat oleh Gilang untuknya.Gilang harus berhati-hati, karena rencananya melibatkan tindakan ilegal dan berbahaya. Langkah ini bisa memiliki konsekuensi serius, termasuk hukuman pidana bagi Gilang sendiri jika dia ketahuan terlibat dalam rencana tersebut.Tapi Gilang juga yakin jika Rico mampu melakukan semua hal yang sudah dipersiapkan untuk balas dendam pada Mario."Hm, tergantung perspektif orang sih. Bagaimana denganmu, bocah? Bagaimana kau bisa di sini?" Mario bertanya pada Rico."Hahaha ... Sama seperti banyak dari kita di sini, terjebak
"Mama!" Setu Saras, melihat keadaan mamanya yang tidak sadarkan diri."Sayang?" Rico ikutan panik.Situasi semakin rumit. Rico yang memberikan keputusan penting dalam hubungan percintaannya, membuat Diana terkejut dan akhirnya kehilangan kesadaran.Gilang dan Saras saling berpandangan, tak tahu harus berbuat apa. Mereka berdua sangat terpukul dengan kondisi Diana yang seperti ini, namun mereka tetap berusaha untuk menangani situasi dengan bijak.Mereka segera memanggil bantuan dan berusaha meredakan keadaan. Semua ini tidak mudah, tetapi mereka harus bersikap tenang dan bijaksana untuk menghadapi masalah ini.Setelah beberapa saat, Diana akhirnya sadar. Gilang dan Saras masih berusaha menjaga ketenangan."Mama Diana? Mama Diana?" panggil Gilang, mencoba menyadarkan Mama mertuanya."Ma, bangun, Ma!" lirih suara Saras, dengan menekan-nekan telapak tangan mamanya."Kita bawa ke rumah sakit, saja!" ajak Gilang, mengingat kondisi Diana.Saras hanya mengangguk lemah, masih terlihat terpukul
"Hai, sayang. Uluh-uluh ... Mama kangen sama kamu dan Rafi," ungkap Diana, Begitu tiba di rumah Gilang. Wanita itu datang keesokan harinya, setelah mendapatkan undangan dari Gilang kemarin. Diana dan kekasihnya datang ke rumah Gilang, sesuai dengan permintaan dari Gilang."Apa kabar, Ma? Bagaimana keadaan, Mama? Sudah benar-benar sehat?" tanya Saras."Emh ... Mama__""Ma, urusan dengan keluarga korban bagaimana? Mereka tidak mempermasalahkan lagi, kan?"Saras langsung mengajukan beberapa pertanyaan secara bersamaan, tidak memberikan kesempatan pada mamanya untuk menjawabnya satu persatu terlebih dahulu."Mari, kita duduk dulu! Aku juga ingin berbincang-bincang dengan kalian berdua," terang Gilang, mengajak kedua orang yang baru saja datang untuk duduk di ruang tamu."Tentang apa?" Kekasih Diana mengajukan pertanyaan - seperti merasakan tidak nyaman."Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin berbincang-bincang saja," terang Gilang menjelaskan agar Rico tidak curiga.Diana melirik ke arah Sa
"Sayang, mmmhhh ... aku ingin mencari tahu lebih mengenai kekasih muda mama. Aku merasa curiga dengan niatnya mau bersama dengan mama," terang Gilang."Ya, mas. Mungkin sebaiknya kita mencari tahu lebih lanjut agar tidak ada masalah di kemudian hari," jawab Saras, yang tidak pernah setuju dengan kelakuan mamanya.Mereka kemudian bekerja sama untuk mencari informasi mengenai kekasih muda Diana, untuk memastikan bahwa tidak ada yang akan merugikan mama mertuanya dalam hubungan tersebut.Mereka berhasil mengumpulkan beberapa informasi tentang kekasih muda Diana. Ternyata, pria tersebut memang seorang model yang cukup sukses. Namun, Gilang masih merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres."Sayang, aku masih merasa curiga. Mungkin sebaiknya aku bicara langsung dengan mama Diana, atau bagaimana ya?" Gilang meminta pendapat isterinya."Iya, mas. Aku rasa itu adalah langkah yang baik," ujar Saras setelah berpikir.Gilang kemudian menghubungi Diana dan meminta untuk bertemu dengan kekasih mudan
"Saat ini tim sedang melakukan riset pasar potensial, Mas. Kami akan segera menyusun strategi untuk memasuki pasar baru." Akhirnya Ryan memberikan jawaban."Bagus, Ryan. Pastikan kita memiliki rencana yang matang sebelum melangkah lebih jauh," puji Gilang dengan menepuk Bunda asistennya tersebut."Saya akan memastikan semuanya terencana dengan baik, Mas." Ryan mengangguk patuh.Begitulah Ryan, yang selalu melakukan tugas dari Gilang tanpa banyak protes. Ia akan berusaha untuk melakukan semuanya dengan sebaik mungkin.Gilang juga tidak pernah ragu, apalagi kecewa dengan kinerja Ryan selama ini. Asistennya itu adalah orang yang sangat setia dan jujur. Jadi, tentunya Gilang selalu bisa menjadikan Ryan sebagai andalannya."Bagus, Ryan. Teruskan kerja kerasmu. Kita harus terus berkembang dan menghadapi setiap tantangan dengan baik." Gilang berbicara dengan nada bangga."Tentu, Mas. Saya dan tim, siap untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan ini." Ryan menggangguk - memastikan.Gilang
"Hm, kita harus mencari tahu apa motif di balik ini. Apakah ada pihak lain yang memang ingin mencelakai Ibra atau mungkin ada konflik internal di dalam lapas?" Gilang mengangguk setuju dengan pertanyaan Ryan yang tadi."Saya akan meminta tim keamanan lapas untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut. Semua harus dipastikan tidak adanya ancaman serius terhadap Ibra." Ryan menambahkan.Gilang dan Ryan berusaha untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan teliti dan mengambil langkah-langkah tegas untuk melindungi Ibra, meskipun itu di dalam lapas.Setelah berdiskusi dengan Ryan, Gilang juga memutuskan untuk menghubungi pihak kepolisian untuk memberikan informasi tambahan dan meminta bantuan dalam penyelidikan kasus makanan dan minuman beracun di dalam lapas.Sementara itu, Ryan akan segera mengatur pertemuan dengan ahli untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan di lapas sudah diperketat. Mereka juga akan melakukan audit internal untuk memastikan tidak ada celah yang bisa dimanfa
"Halo, siapa ini?" tanya Gilang, saat ada nomor tak dikenal menghubungi ponselnya."Halo, maaf. Saya dari Lapas ingin memberitahukan bahwa kakak Anda, Ibra, sedang mengalami kondisi kesehatan yang memburuk. Kami akan segera membawanya ke rumah sakit." Orang di seberang, menjawab dengan memberikan kabar."Apa? Bagaimana bisa ini terjadi? Segera berikan alamat rumah sakitnya, saya akan datang secepatnya."Gilang sigap saat mendengar jawaban tersebut. Ia tidak mau jika terjadi sesuatu pada kakaknya, meskipun selama ini Ibra tidak pernah bersikap baik padanya.Karena kabar ini juga tiba-tiba, Gilang tidak ada persiapan apapun. Tapi ia memutuskan untuk segera pergi ke rumah sakit dan menemui kakaknya.Tapi sekarang ini pria itu tidak lagi memiliki keluarga lain, selain kakaknya itu - di luar keluarga kecilnya yang sekarang."Baik, alamatnya adalah rumah sakit pemerintah, yang ada di seberang lapas. Mohon segera datang," pinta orang tersebut."Terima kasih, saya akan segera menuju ke sana."
Gilang tiba di kantor lagi bersama dengan Ryan. Ia menggerutu dengan kegagalannya bertemu klien dari Meksiko, tapi justru nona Tan yang datang.Pria itu masih ingat betul bagaimana Nona Tan yang menyapanya dengan senyum yang memiliki arti tersembunyi."Selamat bertemu lagi, Tuan Gumilang. Maaf jika datang tiba-tiba. Saya melihat kalian, dan ...""Ya, itu benar. Tapi sepertinya pertemuan itu gagal terlaksana," sahut Gilang tersenyum kecut."Sayang sekali. Mungkin saya bisa membantu Anda mengatasi masalah ini. Saya memiliki beberapa kontak dengan pengusaha Eropa atau Amerika, yang mungkin bisa membantu." Nona Tan justru memberikan penawaran.Ryan melihat dengan tidak suka, sebab ia tahu jika Gilang juga merasa tidak nyaman dengan kehadiran Nona Tan di antara mereka berdua saat seperti ini.Gilang sendiri terlihat jelas jika sedang kesal. Ia tidak pernah menyangka jika bertemunya kali ini akan gagal bahkan terasa seperti sedang terkena sial, sebab bertemu dengan Nona Tan juga."Ini sungg