"Sepertinya ada potensi besar dalam kerjasama ini, ya?" tanya Saras dengan ramah, begitu acara makan selesai."Aku juga melihat peluang yang bagus, sayang. Tapi tentu saja, ada beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan secara detail." Gilang mengangguk setuju dengan pendapat Saras, karena ia juga tahu jika Saras mantan karyawan di kantor ini juga.Setelah membereskan peralatan dan sisa makanan, mereka pun memulai berdiskusi membahas berbagai aspek kerjasama yang diusulkan oleh Nona Tan.Semuanya terlihat serius dan berkomitmen untuk mencapai hasil yang terbaik. Suasana tetap profesional, namun tetap ramah dan kolaboratif.Saat sedang berbincang-bincang, Nona Tan secara sengaja memegang lengan Gilang dengan lembut, sambil tersenyum penuh arti. Wanita itu berusaha menciptakan situasi yang membuat Saras merasa tidak nyaman saat melihat perlakuan tersebut, berharap agar istrinya Gilang itu langsung merasa cemburu dan marah."Sayang," panggil Gilang pada istrinya, saat melihat Saras menat
Seminggu kemudian, Gilang datang menghadiri persidangan Gladis. Sedangkan jadwal persidangan untuk Mario, masih menunggu antrian. Apalagi penyelidikan kasus yang melibatkan Mario ini tersendat dengan berbagai alasan.Di persidangan Gladis, Gilang duduk tegak di bangku pengunjung. Wajahnya serius, penuh dengan perhatian untuk memastikan bahwa kebenaran akan terungkap. Ia memperhatikan setiap detail dari persidangan ini, siap untuk memberikan kesaksian jika diperlukan."Dalam kasus ini, kita akan mendengarkan kesaksian dari pihak tergugat terlebih dahulu. Silakan ajukan saksi pertama," pinta hakim."Terima kasih, Yang Mulia Bapak Hakim. Saksi pertama yang akan kami panggil adalah Nona Gladis," ujar Pengacara Tergugat mengangguk."Ya, Yang Mulia Bapak Hakim." Gladis berdiri di kotak saksi, siap untuk memberikan kesaksiannya.Sementara itu, Gilang menatap ke depan dengan masih memikirkan penyelidikan terhadap Mario, yang membuatnya semakin sulit untuk diatasi. Kepala penyidik terus mencar
"Jemput di butiknya mama, sayang. Kamu tahu tempatnya, kan?" tanya Saras pada suaminya."Tentu, sayang. Aku akan segera ke sana." Gilang cepat memberikan jawaban.Gilang segera berangkat menuju butik Diana untuk menjemput Saras, tapi tidak dengan Diana sebab mama mertuanya itu ingin pulang ke rumahnya sendiri.Di butiknya Diana mereka bertemu dan bersiap untuk pulang, sedangkan Diana masih menunggu beberapa menit ke belakang."Hai, sayang. Apakah kamu sudah siap untuk pulang?" tanya Diana, saat Saras datang bersama Gilang yang menjemputnya."Iya, Mama. Aku rasa sudah waktunya untuk pulang," terang Saras memberikan jawaban."Hati-hati di jalan, Gilang. Jangan ngebut," ujar Diana menasehati anak menantunya.Gilang tersenyum dan menganggukkan kepala kemudian pamit. Begitu juga dengan Saras, yang tipikal-tipis terlebih dahulu bersama mamanya.Sebenarnya mereka berdua menawarkan diri untuk membantu Diana menyelesaikan beberapa hal terakhir di butik sebelum akhirnya pulang bersama. Tapi Dia
Gilang datang ke lapas, memberitahukan kabar duka kematian Hendrawan pada kakaknya. Itu karena ia yakin, kakaknya tidak mengetahui atau mendengar berita tersebut.Dengan hati berat pria itu menyampaikan bahwa Hendrawan telah pergi selamanya. Ia mencoba untuk mengungkapkan kabar tersebut dengan sepelan mungkin, memahami bahwa ini adalah momen yang sulit bagi kakaknya karena dulunya mereka berdua sangat dekat."Maafkan aku, kak Ibra. Aku harus memberitahumu tentang, paman. Beliau telah meninggal dunia," ucap Gilang dengan suara pelan, mencoba memahami rasa kehilangan yang mungkin dirasakan oleh Ibra setelah ini."Oh," sahut Ibra pendek."Kak?" tanya Gilang dengan heran.Tanggapan Ibra ini jauh dari ekspresi Gilang. Kakaknya itu justru terkesan datar, bahkan tersenyum sinis, seakan-akan puas karena Hendrawan telah pergi selamanya.Wajah Ibra tidak menunjukkan rasa sedih sama sekali, seakan merasa jika kehancuran hidupnya adalah karena ulah pamannya yang selalu mencuci otaknya agar memben
"Kami meminta untuk memutuskan kerjasama ini tanpa adanya klaim ganti rugi dari pihak kami. Selain itu, kami juga ingin mempertahankan reputasi baik kami di industri ini." Nona Tan, mencoba untuk negosiasi dengan Gilang."Kami mengerti. Kami akan memastikan semua proses penyelesaian dilakukan dengan transparan, Nona Tan." Gilang mengangguk paham."Baiklah, jika begitu, saya akan mempersiapkan semua dokumen yang diperlukan." Nona Tan akhirnya setuju.Mereka mengakhiri pertemuan itu dengan saling memberikan tanggapan positif. Proses penyelesaian kerjasama pun dimulai dengan penuh keterbukaan dan itikad baik dari kedua belah pihak.Proses penyelesaian kerjasama berjalan lancar. Semua dokumen dan kesepakatan dibuat dengan jelas dan transparan. Setelah semua berkas ditandatangani, kerjasama antara Gilang dan Nona Tan resmi berakhir."Cukup sampai di sini, dan Nona Tan mengerti." Gilang, berkata penuh makna."Hm, padahal aku menginginkan hubungan ini menjadi lebih. Tapi, ya sudahlah." Nona
"Perhatian semuanya! Mulai hari ini, tolong perhatikan makanan yang tersedia di meja makan, buah yang segar dan sehat. Lalu, penuhi apapun yang diinginkan oleh Nyonya!""Biasanya juga begitu, Tuan. Ada apa, apakah kami melakukan kesalahan?" tanya kepala pelayan."Tidak, kalian tidak melakukan kesalahan apapun. Ini karena Nyonya sedang, hamil."Gilang memberitahu semua pelayannya untuk lebih memperhatikan Saras, juga menyiapkan makanan-makanan yang sehat untuk menjaga kesehatan istrinya yang sedang hamil.Mendengar jawaban dan penjelasan tuannya itu, semua pelayan ikut berbahagia atas kehamilan Nyonya mereka.Mereka mengucapkan selamat dan berjanji akan lebih memperhatikan asupan gizi yang dibutuhkan oleh ibu hamil. Apalagi ini adalah kehamilan pertama untuk Nyonya mereka."Tentu, Tuan Gilang! Kami akan memastikan Nyonya Saras mendapatkan perawatan terbaik selama kehamilan ini." Kepala Pelayan menyambutnya dengan senyum sumringah."Kami akan mempersiapkan makanan-makanan sehat dan berg
Saras kaget dan terkejut saat mendengar teriakan mamanya yang tiba-tiba datang. Ia cepat melepaskan diri dari pelukan Gilang dan berdiri dengan wajah pucat.Hati wanita itu berdebar keras, tidak menyangka bahwa mamanya akan datang begitu tiba-tiba, padahal dia belum menghubunginya untuk memberikan kabar.Gilang mencoba menenangkan Saras, merangkulnya dengan lembut. Meminta supaya istrinya itu tetap tenang."Saras, tenang ya. Kita temui mama sama-sama," bisik Gilang."Iya, Mas. A-ku, hanya terkejut saja. Aku gak apa-apa, kok."Dengan perasaan campur aduk, Saras akhirnya menghampiri pintu dan membukanya. Mamanya sudah berada di depan pintu kamarnya, tersenyum lebar. Tampak sekali jika Diana bahagia melihat anaknya."Saras, sayang Mama datang. Mama rindu sekali padamu!" ujar Diana sambil memeluk Saras erat.Saras membalas pelukan mamanya dan mencoba tersenyum, meskipun hatinya masih berdebar kencang."Ma, kenapa tiba-tiba datang?" tanyanya dengan cemas."Apa ada yang penting?" tanya Sara
"Selamat siang, Tuan Gumilang." Nona Tan, menyapa Gilang saat dia sampai di ruang meeting perusahaan GAG."Selamat pagi, Nona Tan. Mari, silahkan duduk." Gilang, memperlakukan Nona Tan sebagaimana tamu perusahaan.Hari ini adalah waktu pertemuan yang telah mereka sepakati. Nona Tan dengan hati-hati membagikan beberapa informasi terkait rahasia-rahasia yang dimiliki oleh Mario.Gilang dan Ryan mendengarkan dengan serius, menyadari bahwa ini bisa menjadi potensi besar untuk mengungkap kebenaran di balik semua peristiwa yang terjadi."Mungkin dengan informasi ini, kita bisa menggali lebih dalam dan memahami sisi gelap dari seluruh situasi ini. Terima kasih atas kejujuran Anda," ucap Gilang, mengapresiasi langkah Nona Tan."Sama-sama, Tuan Gumilang. Saya harap, apa yang saya sampaikan ini bisa menjadi penebus rasa bersalah saya atas kesalahan yang lalu.""Tidak masalah. Saya, udah melupakannya." Gilang, memahami bagaimana perasaan tamunya itu.Mereka berdua sepakat untuk bekerja sama dala