Hari ini Gilang mengajak Saras pindah ke rumah mereka sendiri, sudah dipersiapkan beberapa bulan setelah dia mengungkapkan jati dirinya yang sebenarnya.Saat Gilang mengajak Saras, dan meminta mama mertuanya untuk bisa ikut, Diana dengan lembut menggeleng. Sepertinya, Diana tidak mau mengganggu keharmonisan anaknya yang baru saja membaik."Terima kasih, Gilang. Tapi mama masih lebih nyaman tinggal di rumah sendiri untuk saat ini. Mama, akan baik-baik saja.""Baik, Ma. Kami menghormati keputusan, mama. Jika mama butuh bantuan apa pun, tinggal beri tahu kami." Gilang mengerti keputusan mama mertuanya."Kami akan selalu ada untuk, Mama. Jangan ragu untuk meminta bantuan jika membutuhkan. Dan untuk tawaran Mas Gilang, tolong pertimbangkan lagi, Ma."Diana mengangguk mengerti bagaimana keduanya yang membutuhkan privasi lebih dan tidak mendapatkan gangguan darinya.Saat mereka berangkat, Diana ikut mengantar. Ia duduk di belakang bersama Saras, sedangkan Gilang duduk di depan dengan Ryan ya
"Pak Gilang, kondisi mereka cukup serius. Mereka memerlukan perawatan intensif dan operasi mendesak." Dokter memberikan jawaban dengan menarik nafas berat."Apa? Apakah Anda yakin?" tanya Gilang terkejut."Ya, kami harus segera melakukan operasi untuk menyelamatkan nyawa mereka. Kita akan melakukan yang terbaik," terang dokter.Gilang gelisah setelah mendengar penjelasan tentang kondisi Kakak dan pamannya. Ia meminta supaya dokter melakukan apa saja yang diperlukan. Ia mempercayakan mereka berdua pada dokter, yang tentunya lebih tahu apa yang harus dilakukan."Saya akan segera mempersiapkan tim untuk operasi. Mohon doanya," ucap dokter - mengangguk."Terima kasih, dokter. Saya akan menunggu di sini," terang Gilang memastikan.Gilang merasa cemas dan tidak bisa berbuat banyak selain menunggu di luar ruang operasi. Ia berdoa semoga operasi berjalan lancar dan keluarganya bisa pulih dengan cepatRyan datang dan melihat keberadaan Gilang. Pria itu bertanya dengan nada khawatir, mengkhawati
"Selamat siang, Nona Gladis." Polisi yang bertugas menyapa."Selamat siang. Ya, saya sudah siap." Gladis dengan menggangguk."Kami perlu mengajukan beberapa pertanyaan terkait kasus yang berkaitan dengan kasus sebelumnya. Tolong berikan jawaban sejujurnya, ya." Polisi siap mengajukan pertanyaan untuk penyelidikan terhadap Gladis.Gladis sedang diperiksa secara detail oleh pihak kepolisian, terkait kasusnya yang memberikan keterangan atau kesaksian palsu serta manipulasi identitas saat mengatakan bahwa Gilang adalah anaknya Hendrawan. Tao pada kenyataannya, Gladis adalah sugar baby-nya Hendrawan yang telah memiliki hubungan kurang lebih selama 3 tahun.Gladis yang duduk di ruang interogasi, terlihat pucat dan matanya tampak hitam karena kurang tidur dan dalam keadaan cemas."Baiklah, mari kita mulai dari awal. Bisakah Anda ceritakan kembali kronologi peristiwa yang terjadi pada hari itu?" tanya polisi dengan nada biasa, tidak ada tekanan atau intimidasi di awal introgasi."Tentu, saya
"Saya rasa kita harus mempertimbangkan ulang kerjasama dengan Nona Tan. Setelah semua yang terjadi, saya khawatir itu akan memberikan risiko lebih besar pada perusahaan kita." Gilang memikirkan pertanyaan Ryan dengan serius."Saya setuju, Mas Gilang. Kita harus fokus pada proyek-proyek yang sudah ada dan memastikan semuanya berjalan dengan lancar. Mungkin kita bisa mencari mitra lain yang lebih dapat diandalkan." Ryan mengangguk setuju.Mereka melanjutkan diskusi, mengevaluasi setiap aspek dari rencana pengambilalihan usaha Mr Jhon. Mereka tahu bahwa keputusan ini tidak hanya akan memengaruhi proyek-proyek mereka, tetapi juga masa depan perusahaan.Keduanya merasa beban tanggung jawab yang berat, namun mereka siap menghadapinya dengan kepala dingin dan tekad kuat."Apa ada kabar tentang Mario, di lapas?" tanya Gilang, mengenai perkembangan kasus Mario."Kasusnya semakin bertambah setelah beberapa kejahatan di luar terungkap," jawab Ryan menerangkan.Gilang mengangguk saat menerima iPa
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Nona Tan yang masih terlihat ketakutan."Pertama-tama, tenang. Kami akan mencari tahu lebih lanjut tentang kejadian ini. Mas Gilang, apakah punya ide siapa yang mungkin terlibat?" Ryan, mengajukan pertanyaan pada Bos-nya yang ia ketahui memiliki kelebihan.Gilang merapatkan alisnya, mencoba untuk mencari tahu dengan memegang beberapa benda yang ada di kamar hotel ini.Tapi beberapa kali memegang barang yang tergeletak di lantai, Gilang tidak menemukan jawaban apapun kecuali bayangan-bayangan yang tidak jelas hingga ia mendesah.Pria itu kembali berpikir bahwa kemampuannya sudah tidak berfungsi lagi, sehingga tidak bisa menemukan bayangan yang pasti dari kejadian yang ingin dilihatnya."A-ku ... punya beberapa kecurigaan, tapi saya butuh waktu untuk memastikannya." Gilang tidak bisa memberikan jawaban yang pasti."Baik, bagaimana kalau untuk sementara Nona Tan kembali saja ke Singapura?" tanya Ryan mengusulkan."Ya, sepertinya itu ide yang
"Sepertinya ada potensi besar dalam kerjasama ini, ya?" tanya Saras dengan ramah, begitu acara makan selesai."Aku juga melihat peluang yang bagus, sayang. Tapi tentu saja, ada beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan secara detail." Gilang mengangguk setuju dengan pendapat Saras, karena ia juga tahu jika Saras mantan karyawan di kantor ini juga.Setelah membereskan peralatan dan sisa makanan, mereka pun memulai berdiskusi membahas berbagai aspek kerjasama yang diusulkan oleh Nona Tan.Semuanya terlihat serius dan berkomitmen untuk mencapai hasil yang terbaik. Suasana tetap profesional, namun tetap ramah dan kolaboratif.Saat sedang berbincang-bincang, Nona Tan secara sengaja memegang lengan Gilang dengan lembut, sambil tersenyum penuh arti. Wanita itu berusaha menciptakan situasi yang membuat Saras merasa tidak nyaman saat melihat perlakuan tersebut, berharap agar istrinya Gilang itu langsung merasa cemburu dan marah."Sayang," panggil Gilang pada istrinya, saat melihat Saras menat
Seminggu kemudian, Gilang datang menghadiri persidangan Gladis. Sedangkan jadwal persidangan untuk Mario, masih menunggu antrian. Apalagi penyelidikan kasus yang melibatkan Mario ini tersendat dengan berbagai alasan.Di persidangan Gladis, Gilang duduk tegak di bangku pengunjung. Wajahnya serius, penuh dengan perhatian untuk memastikan bahwa kebenaran akan terungkap. Ia memperhatikan setiap detail dari persidangan ini, siap untuk memberikan kesaksian jika diperlukan."Dalam kasus ini, kita akan mendengarkan kesaksian dari pihak tergugat terlebih dahulu. Silakan ajukan saksi pertama," pinta hakim."Terima kasih, Yang Mulia Bapak Hakim. Saksi pertama yang akan kami panggil adalah Nona Gladis," ujar Pengacara Tergugat mengangguk."Ya, Yang Mulia Bapak Hakim." Gladis berdiri di kotak saksi, siap untuk memberikan kesaksiannya.Sementara itu, Gilang menatap ke depan dengan masih memikirkan penyelidikan terhadap Mario, yang membuatnya semakin sulit untuk diatasi. Kepala penyidik terus mencar
"Jemput di butiknya mama, sayang. Kamu tahu tempatnya, kan?" tanya Saras pada suaminya."Tentu, sayang. Aku akan segera ke sana." Gilang cepat memberikan jawaban.Gilang segera berangkat menuju butik Diana untuk menjemput Saras, tapi tidak dengan Diana sebab mama mertuanya itu ingin pulang ke rumahnya sendiri.Di butiknya Diana mereka bertemu dan bersiap untuk pulang, sedangkan Diana masih menunggu beberapa menit ke belakang."Hai, sayang. Apakah kamu sudah siap untuk pulang?" tanya Diana, saat Saras datang bersama Gilang yang menjemputnya."Iya, Mama. Aku rasa sudah waktunya untuk pulang," terang Saras memberikan jawaban."Hati-hati di jalan, Gilang. Jangan ngebut," ujar Diana menasehati anak menantunya.Gilang tersenyum dan menganggukkan kepala kemudian pamit. Begitu juga dengan Saras, yang tipikal-tipis terlebih dahulu bersama mamanya.Sebenarnya mereka berdua menawarkan diri untuk membantu Diana menyelesaikan beberapa hal terakhir di butik sebelum akhirnya pulang bersama. Tapi Dia