"Pak Gilang, kondisi mereka cukup serius. Mereka memerlukan perawatan intensif dan operasi mendesak." Dokter memberikan jawaban dengan menarik nafas berat."Apa? Apakah Anda yakin?" tanya Gilang terkejut."Ya, kami harus segera melakukan operasi untuk menyelamatkan nyawa mereka. Kita akan melakukan yang terbaik," terang dokter.Gilang gelisah setelah mendengar penjelasan tentang kondisi Kakak dan pamannya. Ia meminta supaya dokter melakukan apa saja yang diperlukan. Ia mempercayakan mereka berdua pada dokter, yang tentunya lebih tahu apa yang harus dilakukan."Saya akan segera mempersiapkan tim untuk operasi. Mohon doanya," ucap dokter - mengangguk."Terima kasih, dokter. Saya akan menunggu di sini," terang Gilang memastikan.Gilang merasa cemas dan tidak bisa berbuat banyak selain menunggu di luar ruang operasi. Ia berdoa semoga operasi berjalan lancar dan keluarganya bisa pulih dengan cepatRyan datang dan melihat keberadaan Gilang. Pria itu bertanya dengan nada khawatir, mengkhawati
"Selamat siang, Nona Gladis." Polisi yang bertugas menyapa."Selamat siang. Ya, saya sudah siap." Gladis dengan menggangguk."Kami perlu mengajukan beberapa pertanyaan terkait kasus yang berkaitan dengan kasus sebelumnya. Tolong berikan jawaban sejujurnya, ya." Polisi siap mengajukan pertanyaan untuk penyelidikan terhadap Gladis.Gladis sedang diperiksa secara detail oleh pihak kepolisian, terkait kasusnya yang memberikan keterangan atau kesaksian palsu serta manipulasi identitas saat mengatakan bahwa Gilang adalah anaknya Hendrawan. Tao pada kenyataannya, Gladis adalah sugar baby-nya Hendrawan yang telah memiliki hubungan kurang lebih selama 3 tahun.Gladis yang duduk di ruang interogasi, terlihat pucat dan matanya tampak hitam karena kurang tidur dan dalam keadaan cemas."Baiklah, mari kita mulai dari awal. Bisakah Anda ceritakan kembali kronologi peristiwa yang terjadi pada hari itu?" tanya polisi dengan nada biasa, tidak ada tekanan atau intimidasi di awal introgasi."Tentu, saya
"Saya rasa kita harus mempertimbangkan ulang kerjasama dengan Nona Tan. Setelah semua yang terjadi, saya khawatir itu akan memberikan risiko lebih besar pada perusahaan kita." Gilang memikirkan pertanyaan Ryan dengan serius."Saya setuju, Mas Gilang. Kita harus fokus pada proyek-proyek yang sudah ada dan memastikan semuanya berjalan dengan lancar. Mungkin kita bisa mencari mitra lain yang lebih dapat diandalkan." Ryan mengangguk setuju.Mereka melanjutkan diskusi, mengevaluasi setiap aspek dari rencana pengambilalihan usaha Mr Jhon. Mereka tahu bahwa keputusan ini tidak hanya akan memengaruhi proyek-proyek mereka, tetapi juga masa depan perusahaan.Keduanya merasa beban tanggung jawab yang berat, namun mereka siap menghadapinya dengan kepala dingin dan tekad kuat."Apa ada kabar tentang Mario, di lapas?" tanya Gilang, mengenai perkembangan kasus Mario."Kasusnya semakin bertambah setelah beberapa kejahatan di luar terungkap," jawab Ryan menerangkan.Gilang mengangguk saat menerima iPa
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Nona Tan yang masih terlihat ketakutan."Pertama-tama, tenang. Kami akan mencari tahu lebih lanjut tentang kejadian ini. Mas Gilang, apakah punya ide siapa yang mungkin terlibat?" Ryan, mengajukan pertanyaan pada Bos-nya yang ia ketahui memiliki kelebihan.Gilang merapatkan alisnya, mencoba untuk mencari tahu dengan memegang beberapa benda yang ada di kamar hotel ini.Tapi beberapa kali memegang barang yang tergeletak di lantai, Gilang tidak menemukan jawaban apapun kecuali bayangan-bayangan yang tidak jelas hingga ia mendesah.Pria itu kembali berpikir bahwa kemampuannya sudah tidak berfungsi lagi, sehingga tidak bisa menemukan bayangan yang pasti dari kejadian yang ingin dilihatnya."A-ku ... punya beberapa kecurigaan, tapi saya butuh waktu untuk memastikannya." Gilang tidak bisa memberikan jawaban yang pasti."Baik, bagaimana kalau untuk sementara Nona Tan kembali saja ke Singapura?" tanya Ryan mengusulkan."Ya, sepertinya itu ide yang
"Sepertinya ada potensi besar dalam kerjasama ini, ya?" tanya Saras dengan ramah, begitu acara makan selesai."Aku juga melihat peluang yang bagus, sayang. Tapi tentu saja, ada beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan secara detail." Gilang mengangguk setuju dengan pendapat Saras, karena ia juga tahu jika Saras mantan karyawan di kantor ini juga.Setelah membereskan peralatan dan sisa makanan, mereka pun memulai berdiskusi membahas berbagai aspek kerjasama yang diusulkan oleh Nona Tan.Semuanya terlihat serius dan berkomitmen untuk mencapai hasil yang terbaik. Suasana tetap profesional, namun tetap ramah dan kolaboratif.Saat sedang berbincang-bincang, Nona Tan secara sengaja memegang lengan Gilang dengan lembut, sambil tersenyum penuh arti. Wanita itu berusaha menciptakan situasi yang membuat Saras merasa tidak nyaman saat melihat perlakuan tersebut, berharap agar istrinya Gilang itu langsung merasa cemburu dan marah."Sayang," panggil Gilang pada istrinya, saat melihat Saras menat
Seminggu kemudian, Gilang datang menghadiri persidangan Gladis. Sedangkan jadwal persidangan untuk Mario, masih menunggu antrian. Apalagi penyelidikan kasus yang melibatkan Mario ini tersendat dengan berbagai alasan.Di persidangan Gladis, Gilang duduk tegak di bangku pengunjung. Wajahnya serius, penuh dengan perhatian untuk memastikan bahwa kebenaran akan terungkap. Ia memperhatikan setiap detail dari persidangan ini, siap untuk memberikan kesaksian jika diperlukan."Dalam kasus ini, kita akan mendengarkan kesaksian dari pihak tergugat terlebih dahulu. Silakan ajukan saksi pertama," pinta hakim."Terima kasih, Yang Mulia Bapak Hakim. Saksi pertama yang akan kami panggil adalah Nona Gladis," ujar Pengacara Tergugat mengangguk."Ya, Yang Mulia Bapak Hakim." Gladis berdiri di kotak saksi, siap untuk memberikan kesaksiannya.Sementara itu, Gilang menatap ke depan dengan masih memikirkan penyelidikan terhadap Mario, yang membuatnya semakin sulit untuk diatasi. Kepala penyidik terus mencar
"Jemput di butiknya mama, sayang. Kamu tahu tempatnya, kan?" tanya Saras pada suaminya."Tentu, sayang. Aku akan segera ke sana." Gilang cepat memberikan jawaban.Gilang segera berangkat menuju butik Diana untuk menjemput Saras, tapi tidak dengan Diana sebab mama mertuanya itu ingin pulang ke rumahnya sendiri.Di butiknya Diana mereka bertemu dan bersiap untuk pulang, sedangkan Diana masih menunggu beberapa menit ke belakang."Hai, sayang. Apakah kamu sudah siap untuk pulang?" tanya Diana, saat Saras datang bersama Gilang yang menjemputnya."Iya, Mama. Aku rasa sudah waktunya untuk pulang," terang Saras memberikan jawaban."Hati-hati di jalan, Gilang. Jangan ngebut," ujar Diana menasehati anak menantunya.Gilang tersenyum dan menganggukkan kepala kemudian pamit. Begitu juga dengan Saras, yang tipikal-tipis terlebih dahulu bersama mamanya.Sebenarnya mereka berdua menawarkan diri untuk membantu Diana menyelesaikan beberapa hal terakhir di butik sebelum akhirnya pulang bersama. Tapi Dia
Gilang datang ke lapas, memberitahukan kabar duka kematian Hendrawan pada kakaknya. Itu karena ia yakin, kakaknya tidak mengetahui atau mendengar berita tersebut.Dengan hati berat pria itu menyampaikan bahwa Hendrawan telah pergi selamanya. Ia mencoba untuk mengungkapkan kabar tersebut dengan sepelan mungkin, memahami bahwa ini adalah momen yang sulit bagi kakaknya karena dulunya mereka berdua sangat dekat."Maafkan aku, kak Ibra. Aku harus memberitahumu tentang, paman. Beliau telah meninggal dunia," ucap Gilang dengan suara pelan, mencoba memahami rasa kehilangan yang mungkin dirasakan oleh Ibra setelah ini."Oh," sahut Ibra pendek."Kak?" tanya Gilang dengan heran.Tanggapan Ibra ini jauh dari ekspresi Gilang. Kakaknya itu justru terkesan datar, bahkan tersenyum sinis, seakan-akan puas karena Hendrawan telah pergi selamanya.Wajah Ibra tidak menunjukkan rasa sedih sama sekali, seakan merasa jika kehancuran hidupnya adalah karena ulah pamannya yang selalu mencuci otaknya agar memben
"Hai, tekan dada bagian jantungnya!" seru penjaga, pada napi yang berikan bantuan pertama."Egh! Eh, tetap gak bisa, pak!" teriak napi tersebut, merasa putus asa.Napi-napi lainnya berusaha memberikan pertolongan pertama pada Mario, tetapi sayangnya, kondisinya sudah terlalu parah.Meskipun upaya mereka lakukan sebaik mungkin, Mario akhirnya meregang nyawa dalam keadaan yang menyedihkan. Suasana sel berubah menjadi hening dan penuh duka cita.Pagi harinya, berita kematian Mario telah menyebar ke seluruh lapas. Para napi terkejut dan bingung dengan kejadian tersebut. Beberapa berbisik-bisik dan mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."Gak nyangka," kata napi yang memiliki kamar di seberangnya Mario."Tapi, apakah tidak ada yang mencurigakan sebelumnya?" tanya yang lain."Apa? Sepertinya tidak ada. Mario, bersikap seperti biasanya tidak ada yang terlihat aneh." Napi yang kebetulan satu ruangan dengan Mario, memberikan jawaban.Beberapa dari mereka mencoba mendekati Rico, yang
"Hai, Bos Mario. Saya mendengar Anda cukup terkenal di dunia ini," sapa Rico, yang mencoba mendekati Mario."Heh, siapa yang memberi tahu tentang itu, bocah?" sahut Mario dengan nada sombong."Oh, banyak orang di sini. Mereka bilang Anda punya reputasi yang hebat," terang Rico yang mulai berakting.Kekasih Diana itu memang sengaja menyanjung Mario, agar pria itu percaya padanya. Dengan demikian, ia bisa dengan mudah melakukan rencana yang sudah dibuat oleh Gilang untuknya.Gilang harus berhati-hati, karena rencananya melibatkan tindakan ilegal dan berbahaya. Langkah ini bisa memiliki konsekuensi serius, termasuk hukuman pidana bagi Gilang sendiri jika dia ketahuan terlibat dalam rencana tersebut.Tapi Gilang juga yakin jika Rico mampu melakukan semua hal yang sudah dipersiapkan untuk balas dendam pada Mario."Hm, tergantung perspektif orang sih. Bagaimana denganmu, bocah? Bagaimana kau bisa di sini?" Mario bertanya pada Rico."Hahaha ... Sama seperti banyak dari kita di sini, terjebak
"Mama!" Setu Saras, melihat keadaan mamanya yang tidak sadarkan diri."Sayang?" Rico ikutan panik.Situasi semakin rumit. Rico yang memberikan keputusan penting dalam hubungan percintaannya, membuat Diana terkejut dan akhirnya kehilangan kesadaran.Gilang dan Saras saling berpandangan, tak tahu harus berbuat apa. Mereka berdua sangat terpukul dengan kondisi Diana yang seperti ini, namun mereka tetap berusaha untuk menangani situasi dengan bijak.Mereka segera memanggil bantuan dan berusaha meredakan keadaan. Semua ini tidak mudah, tetapi mereka harus bersikap tenang dan bijaksana untuk menghadapi masalah ini.Setelah beberapa saat, Diana akhirnya sadar. Gilang dan Saras masih berusaha menjaga ketenangan."Mama Diana? Mama Diana?" panggil Gilang, mencoba menyadarkan Mama mertuanya."Ma, bangun, Ma!" lirih suara Saras, dengan menekan-nekan telapak tangan mamanya."Kita bawa ke rumah sakit, saja!" ajak Gilang, mengingat kondisi Diana.Saras hanya mengangguk lemah, masih terlihat terpukul
"Hai, sayang. Uluh-uluh ... Mama kangen sama kamu dan Rafi," ungkap Diana, Begitu tiba di rumah Gilang. Wanita itu datang keesokan harinya, setelah mendapatkan undangan dari Gilang kemarin. Diana dan kekasihnya datang ke rumah Gilang, sesuai dengan permintaan dari Gilang."Apa kabar, Ma? Bagaimana keadaan, Mama? Sudah benar-benar sehat?" tanya Saras."Emh ... Mama__""Ma, urusan dengan keluarga korban bagaimana? Mereka tidak mempermasalahkan lagi, kan?"Saras langsung mengajukan beberapa pertanyaan secara bersamaan, tidak memberikan kesempatan pada mamanya untuk menjawabnya satu persatu terlebih dahulu."Mari, kita duduk dulu! Aku juga ingin berbincang-bincang dengan kalian berdua," terang Gilang, mengajak kedua orang yang baru saja datang untuk duduk di ruang tamu."Tentang apa?" Kekasih Diana mengajukan pertanyaan - seperti merasakan tidak nyaman."Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin berbincang-bincang saja," terang Gilang menjelaskan agar Rico tidak curiga.Diana melirik ke arah Sa
"Sayang, mmmhhh ... aku ingin mencari tahu lebih mengenai kekasih muda mama. Aku merasa curiga dengan niatnya mau bersama dengan mama," terang Gilang."Ya, mas. Mungkin sebaiknya kita mencari tahu lebih lanjut agar tidak ada masalah di kemudian hari," jawab Saras, yang tidak pernah setuju dengan kelakuan mamanya.Mereka kemudian bekerja sama untuk mencari informasi mengenai kekasih muda Diana, untuk memastikan bahwa tidak ada yang akan merugikan mama mertuanya dalam hubungan tersebut.Mereka berhasil mengumpulkan beberapa informasi tentang kekasih muda Diana. Ternyata, pria tersebut memang seorang model yang cukup sukses. Namun, Gilang masih merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres."Sayang, aku masih merasa curiga. Mungkin sebaiknya aku bicara langsung dengan mama Diana, atau bagaimana ya?" Gilang meminta pendapat isterinya."Iya, mas. Aku rasa itu adalah langkah yang baik," ujar Saras setelah berpikir.Gilang kemudian menghubungi Diana dan meminta untuk bertemu dengan kekasih mudan
"Saat ini tim sedang melakukan riset pasar potensial, Mas. Kami akan segera menyusun strategi untuk memasuki pasar baru." Akhirnya Ryan memberikan jawaban."Bagus, Ryan. Pastikan kita memiliki rencana yang matang sebelum melangkah lebih jauh," puji Gilang dengan menepuk Bunda asistennya tersebut."Saya akan memastikan semuanya terencana dengan baik, Mas." Ryan mengangguk patuh.Begitulah Ryan, yang selalu melakukan tugas dari Gilang tanpa banyak protes. Ia akan berusaha untuk melakukan semuanya dengan sebaik mungkin.Gilang juga tidak pernah ragu, apalagi kecewa dengan kinerja Ryan selama ini. Asistennya itu adalah orang yang sangat setia dan jujur. Jadi, tentunya Gilang selalu bisa menjadikan Ryan sebagai andalannya."Bagus, Ryan. Teruskan kerja kerasmu. Kita harus terus berkembang dan menghadapi setiap tantangan dengan baik." Gilang berbicara dengan nada bangga."Tentu, Mas. Saya dan tim, siap untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan ini." Ryan menggangguk - memastikan.Gilang
"Hm, kita harus mencari tahu apa motif di balik ini. Apakah ada pihak lain yang memang ingin mencelakai Ibra atau mungkin ada konflik internal di dalam lapas?" Gilang mengangguk setuju dengan pertanyaan Ryan yang tadi."Saya akan meminta tim keamanan lapas untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut. Semua harus dipastikan tidak adanya ancaman serius terhadap Ibra." Ryan menambahkan.Gilang dan Ryan berusaha untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan teliti dan mengambil langkah-langkah tegas untuk melindungi Ibra, meskipun itu di dalam lapas.Setelah berdiskusi dengan Ryan, Gilang juga memutuskan untuk menghubungi pihak kepolisian untuk memberikan informasi tambahan dan meminta bantuan dalam penyelidikan kasus makanan dan minuman beracun di dalam lapas.Sementara itu, Ryan akan segera mengatur pertemuan dengan ahli untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan di lapas sudah diperketat. Mereka juga akan melakukan audit internal untuk memastikan tidak ada celah yang bisa dimanfa
"Halo, siapa ini?" tanya Gilang, saat ada nomor tak dikenal menghubungi ponselnya."Halo, maaf. Saya dari Lapas ingin memberitahukan bahwa kakak Anda, Ibra, sedang mengalami kondisi kesehatan yang memburuk. Kami akan segera membawanya ke rumah sakit." Orang di seberang, menjawab dengan memberikan kabar."Apa? Bagaimana bisa ini terjadi? Segera berikan alamat rumah sakitnya, saya akan datang secepatnya."Gilang sigap saat mendengar jawaban tersebut. Ia tidak mau jika terjadi sesuatu pada kakaknya, meskipun selama ini Ibra tidak pernah bersikap baik padanya.Karena kabar ini juga tiba-tiba, Gilang tidak ada persiapan apapun. Tapi ia memutuskan untuk segera pergi ke rumah sakit dan menemui kakaknya.Tapi sekarang ini pria itu tidak lagi memiliki keluarga lain, selain kakaknya itu - di luar keluarga kecilnya yang sekarang."Baik, alamatnya adalah rumah sakit pemerintah, yang ada di seberang lapas. Mohon segera datang," pinta orang tersebut."Terima kasih, saya akan segera menuju ke sana."
Gilang tiba di kantor lagi bersama dengan Ryan. Ia menggerutu dengan kegagalannya bertemu klien dari Meksiko, tapi justru nona Tan yang datang.Pria itu masih ingat betul bagaimana Nona Tan yang menyapanya dengan senyum yang memiliki arti tersembunyi."Selamat bertemu lagi, Tuan Gumilang. Maaf jika datang tiba-tiba. Saya melihat kalian, dan ...""Ya, itu benar. Tapi sepertinya pertemuan itu gagal terlaksana," sahut Gilang tersenyum kecut."Sayang sekali. Mungkin saya bisa membantu Anda mengatasi masalah ini. Saya memiliki beberapa kontak dengan pengusaha Eropa atau Amerika, yang mungkin bisa membantu." Nona Tan justru memberikan penawaran.Ryan melihat dengan tidak suka, sebab ia tahu jika Gilang juga merasa tidak nyaman dengan kehadiran Nona Tan di antara mereka berdua saat seperti ini.Gilang sendiri terlihat jelas jika sedang kesal. Ia tidak pernah menyangka jika bertemunya kali ini akan gagal bahkan terasa seperti sedang terkena sial, sebab bertemu dengan Nona Tan juga."Ini sungg