"Apa maksudmu, Gilang?" tanya Ibra dengan menatap curiga."Mr Jhon adalah orang yang sama dengan Mario, bukan? Dia mencoba mengelabui kita dengan identitas barunya, tapi itu sebenarnya hanya untukku saja." Gilang menerangkan sesuatu yang sudah mereka ketahui."Tunggu sebentar, Gilang. Apakah kau yakin?" tanya Hendra cepat.Gilang tersenyum tipis mendengar pertanyaan demi pertanyaan yang dipenuhi rasa takut. Ia tahu bahwa kakak dan pamannya itu sudah tahu darinya, jika Mr Jhon adalah Mario. Begitu juga sebaliknya.Dari beberapa hari setelah Gilang tahu jika Mr Jhon adalah Mario, Gilang dibantu Ryan, langsung menyelidiki apa saja kegiatan Mr Jhon selama di Indonesia.Awalnya, Gilang memang tidak percaya jika Mr Jhon datang ke lapas untuk melakukan perundingan dengan paman dan kakaknya karena memang mereka masih memiliki rencana terselubung. Dari sini, pamannya sendiri juga selalu memberitahukan apa saja yang dibicarakan Mr Jhon pada mereka, tapi ternyata itu hanya untuk menjebaknya."Ta
"Kita akan mulai dengan mendengarkan kesaksian dari saksi pertama. Silakan panggil saksi pertama, pihak penuntut."Hakim memimpin persidangan dengan tegas, memastikan bahwa proses hukum berjalan sesuai dengan aturan dan prosedur yang ditetapkan.Pengacara dari kedua belah pihak berusaha memberikan argumen terbaik mereka, sementara saksi-saksi memberikan kesaksian yang penting untuk mengungkap kebenaran."Terima kasih, Bapak Hakim Ketua. Kami memanggil Gilang Aji menjadi saksi," pinta Jaksa penuntut."Baiklah, silakan bersumpah sekarang."Gilang maju ke depan, berdiri di tempat saksi kemudian memberikan sumpah dengan tegas, dibantu oleh Tim yang bertugas."Saudara Gilang, bisakah Anda menceritakan secara rinci apa yang Anda alami selama ini?" tanya Penuntut."Begini ..."Gilang mulai menceritakan kronologi kejadian dengan jelas - sejak awal, sebagai persidangan yang dulu pernah dilakukan.Pengacara Hendra dan Ibra, yang merupakan Pengacara bantuan, mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaa
"Terima kasih, pengacara tergugat. Mari kita lanjutkan dengan pemeriksaan saksi pertama." Hakim Ketua memberikan waktu untuk saksi diajukan kembali dalam persidangan lanjutan."Saya bersumpah untuk memberikan kesaksian yang sebenarnya," ucap Saksi yang maju ke depan."Baik. Apakah Anda memiliki pengetahuan tentang ..." Pengacara Penggugat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun.Percakapan-percakapan antara pengacara, saksi, dan hakim dipenuhi dengan argumen hukum yang kompleks dan pertanyaan-pertanyaan yang tajam. Setiap kata terhitung, dan setiap argumen dipertimbangkan dengan serius.Ketegangan terus berlanjut hingga akhir sidang. Semua pihak menanti dengan napas tertahan keputusan dari hakim. Keputusan ini akan menentukan arah dari kehidupan semua pihak yang terlibat dalam kasus ini, membuat suasana di ruang sidang benar-benar memancarkan ketegangan yang mendebarkan."Setelah mempertimbangkan semua bukti dan keterangan yang diajukan dalam persidangan ini, Pengadilan mem
"Silahkan, Pak!" Seorang polisi, bertugas membawa Hendrawan kembali ke lapas dengan dikawal beberapa anggota polisi yang berjaga di luar kamar pasien.Setelah dirawat selama satu minggu di rumah sakit militer, Hendrawan dinyatakan sudah sembuh dan dibawa ke lapas untuk menjalani hukumannya. Tapi ia sadar, di lapas nantinya tidak bisa tenang sebab sekarang ini Ibra terang terangan memusuhinya. Tidak lagi ada rasa hormat dan sungkan seperti dulu, saat Ibra selalu patuh padanya meskipun itu adalah perintah untuk membunuh adiknya sendiri - Gilang pada masa itu.Setibanya di dalam lapas, Hendrawan merasa atmosfer yang berbeda. Ibra, yang dulu selalu tunduk padanya, kini berubah menjadi musuh yang terang-terangan memusuhi. Semua rasa hormat dan ketaatan telah sirna, digantikan oleh ketegangan dan permusuhan yang menyala-nyala. Hendrawan sadar bahwa masa hukumannya akan berlangsung dalam situasi yang sulit dan penuh tekanan.Di dalam sel yang suram, Hendrawan dan Ibra saling berhadapan. Wajah
Hari ini Gilang mengajak Saras pindah ke rumah mereka sendiri, sudah dipersiapkan beberapa bulan setelah dia mengungkapkan jati dirinya yang sebenarnya.Saat Gilang mengajak Saras, dan meminta mama mertuanya untuk bisa ikut, Diana dengan lembut menggeleng. Sepertinya, Diana tidak mau mengganggu keharmonisan anaknya yang baru saja membaik."Terima kasih, Gilang. Tapi mama masih lebih nyaman tinggal di rumah sendiri untuk saat ini. Mama, akan baik-baik saja.""Baik, Ma. Kami menghormati keputusan, mama. Jika mama butuh bantuan apa pun, tinggal beri tahu kami." Gilang mengerti keputusan mama mertuanya."Kami akan selalu ada untuk, Mama. Jangan ragu untuk meminta bantuan jika membutuhkan. Dan untuk tawaran Mas Gilang, tolong pertimbangkan lagi, Ma."Diana mengangguk mengerti bagaimana keduanya yang membutuhkan privasi lebih dan tidak mendapatkan gangguan darinya.Saat mereka berangkat, Diana ikut mengantar. Ia duduk di belakang bersama Saras, sedangkan Gilang duduk di depan dengan Ryan ya
"Pak Gilang, kondisi mereka cukup serius. Mereka memerlukan perawatan intensif dan operasi mendesak." Dokter memberikan jawaban dengan menarik nafas berat."Apa? Apakah Anda yakin?" tanya Gilang terkejut."Ya, kami harus segera melakukan operasi untuk menyelamatkan nyawa mereka. Kita akan melakukan yang terbaik," terang dokter.Gilang gelisah setelah mendengar penjelasan tentang kondisi Kakak dan pamannya. Ia meminta supaya dokter melakukan apa saja yang diperlukan. Ia mempercayakan mereka berdua pada dokter, yang tentunya lebih tahu apa yang harus dilakukan."Saya akan segera mempersiapkan tim untuk operasi. Mohon doanya," ucap dokter - mengangguk."Terima kasih, dokter. Saya akan menunggu di sini," terang Gilang memastikan.Gilang merasa cemas dan tidak bisa berbuat banyak selain menunggu di luar ruang operasi. Ia berdoa semoga operasi berjalan lancar dan keluarganya bisa pulih dengan cepatRyan datang dan melihat keberadaan Gilang. Pria itu bertanya dengan nada khawatir, mengkhawati
"Selamat siang, Nona Gladis." Polisi yang bertugas menyapa."Selamat siang. Ya, saya sudah siap." Gladis dengan menggangguk."Kami perlu mengajukan beberapa pertanyaan terkait kasus yang berkaitan dengan kasus sebelumnya. Tolong berikan jawaban sejujurnya, ya." Polisi siap mengajukan pertanyaan untuk penyelidikan terhadap Gladis.Gladis sedang diperiksa secara detail oleh pihak kepolisian, terkait kasusnya yang memberikan keterangan atau kesaksian palsu serta manipulasi identitas saat mengatakan bahwa Gilang adalah anaknya Hendrawan. Tao pada kenyataannya, Gladis adalah sugar baby-nya Hendrawan yang telah memiliki hubungan kurang lebih selama 3 tahun.Gladis yang duduk di ruang interogasi, terlihat pucat dan matanya tampak hitam karena kurang tidur dan dalam keadaan cemas."Baiklah, mari kita mulai dari awal. Bisakah Anda ceritakan kembali kronologi peristiwa yang terjadi pada hari itu?" tanya polisi dengan nada biasa, tidak ada tekanan atau intimidasi di awal introgasi."Tentu, saya
"Saya rasa kita harus mempertimbangkan ulang kerjasama dengan Nona Tan. Setelah semua yang terjadi, saya khawatir itu akan memberikan risiko lebih besar pada perusahaan kita." Gilang memikirkan pertanyaan Ryan dengan serius."Saya setuju, Mas Gilang. Kita harus fokus pada proyek-proyek yang sudah ada dan memastikan semuanya berjalan dengan lancar. Mungkin kita bisa mencari mitra lain yang lebih dapat diandalkan." Ryan mengangguk setuju.Mereka melanjutkan diskusi, mengevaluasi setiap aspek dari rencana pengambilalihan usaha Mr Jhon. Mereka tahu bahwa keputusan ini tidak hanya akan memengaruhi proyek-proyek mereka, tetapi juga masa depan perusahaan.Keduanya merasa beban tanggung jawab yang berat, namun mereka siap menghadapinya dengan kepala dingin dan tekad kuat."Apa ada kabar tentang Mario, di lapas?" tanya Gilang, mengenai perkembangan kasus Mario."Kasusnya semakin bertambah setelah beberapa kejahatan di luar terungkap," jawab Ryan menerangkan.Gilang mengangguk saat menerima iPa