"Ardika, aku akan membuatmu dan istrimu sekeluarga merasakan bagaimana neraka di bumi!"Di Kediaman Wali Kota.Dedi menunjuk Ardika dan berkata dengan ekspresi ganas.Ardika berkata dengan dingin, "Oh? Kebetulan sekali, aku juga ingin membuatmu dan seluruh Keluarga Pambudi merasakan sensasi itu."Amarahnya sudah tersulut setelah mendengar ucapan pria sialan itu.Jelas-jelas Juko sendiri yang menggila dan hampir mendesak Luna melompat turun dari lantai tiga gedung. Istri tercintanya hampir saja mati!Namun, Dedi malah beranggapan kalaupun Luna mati, itu memang merupakan konsekuensi yang harus diterimanya.Selain itu, pria sialan itu juga mengatakan seharusnya Ardika tidak melakukan perlawanan dan tidak melempar Juko turun dari lantai tiga gedung.Logika seperti apa itu?"Hahaha. Ardika, sekarang kamu sudah jatuh ke tanganku dan menjadi tahanan. Siapa yang memberimu keberanian untuk mengucapkan kata-kata seperti itu?"Dedi tertawa liar, dia sama sekali tidak menganggap serius ucapan Ardi
Ardika melirik Dedi dengan sorot mata seakan sedang melirik orang yang ajalnya akan segera tiba tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Diabaikan oleh Ardika, amarah Dedi langsung meluap. Dia hendak mengucapkan sesuatu.Namun, tepat pada saat ini, Derril berjalan menghampirinya bersama beberapa orang dengan ekspresi dingin dan tegas. "Dedi, untuk apa kamu beromong kosong lagi dengan seorang tahanan? Langsung mulai saja proses interogasinya. Proses interogasi harus segera diselesaikan. Aku harus segera kembali ke ibu kota provinsi."Derril melirik Ardika dengan sorot mata meremehkan.Di matanya, Ardika tidak lebih dari seekor serangga."Oke, kalau begitu proses interogasinya dimulai sekarang."Dedi melambaikan tangannya kepada beberapa orang anak buahnya, lalu berkata, "Bawa dia masuk."Begitu mendengar perintah dari Dedi, beberapa orang itu langsung menghampiri Ardika dan menariknya.Ardika tidak tahu mereka ingin mencari tahu informasi apa dari dirinya, dia berencana untuk melihat situasi
Seluruh ruang interogasi dipenuhi dengan suara tawa keras Ardika.Suara tawanya ini sangat menusuk indra pendengaran.Namun, yang jauh lebih menusuk indra pendengaran adalah nada bicaranya yang santai.Sontak saja reaksi Ardika langsung membuat ekspresi Dedi, Derril dan Ferdinan berubah drastis."Apa yang kamu tertawakan?!"Amarah Ferdinan langsung meluap. Dia bisa merasakan sikap acuh tak acuh Ardika."Ah, aku hanya sedang mentertawakan kamu konyol," kata Ardika dengan tenang.Bisa-bisanya ada orang yang ingin memainkan dilema tahanan terhadap dirinya, mencoba untuk menggunakan trik seperti ini untuk menembus pertahanan mentalnya, agar dia mengeluarkan pernyataan yang tidak sesuai dengan kenyataan.Tanpa perlu mengungkit tentang tim tempur, kemampuan untuk melakukan dan menghadapi pengintaian dan investigasi adalah kemampuan yang wajib dimiliki. Di Kediaman Dewa Perang saja, ada banyak orang berbakat seperti itu. Orang-orang itu telah melakukan penelitian terhadap trik-trik tersebut h
Seperti dinyalakan pemanas ruangan, suasana di ruang sebelah sangat panas.Ridwan tergeletak di lantai dengan lemah. Sekujur tubuhnya berkeringatan, tetapi permukaan kulit bibirnya tampak terkelupas, menunjukkan tanda-tanda dehidrasi ekstrem."Tuan Ardika, aku nggak mengkhianatimu."Dengan sedikit celah di kelopak matanya, Ridwan melihat keberadaan Ardika. Seulas senyum menyedihkan mengembang di wajahnya, nada bicaranya terdengar lemah."Dedi, Derril, kalian benar-benar cari mati!" teriak Ardika dengan marah.Kalau situasi dibiarkan seperti ini terus, Ridwan akan mati dehidrasi!"Byur!"Tepat pada saat ini, seorang petugas membawa seember air memasuki ruangan, lalu menggunakan gayung untuk menggayung air dan menuangkannya ke alat pemanggang yang terletak di samping.Seketika itu pula, asap panas pun mengepul.Ruangan kecil itu langsung terasa panas seperti kompor."Ardika, kamu nikmati saja sauna di dalam sini terlebih dahulu. Bawa Ridwan keluar, jangan sampai dia mati," kata Dedi deng
"Tuan Kodam sangat sibuk, mengapa dia masih bisa memperhatikan kasus sepele seperti ini?"Dedi tidak mengerti mengapa Helios tiba-tiba memperhatikan kasus Ardika.Derril berkata, "Tuan Kodam nggak hanya memperhatikan kasus ini, dia bahkan menyebut nama Ardika secara khusus, meminta sekretarisnya untuk menanyakan detail kasus Ardika.""Apa? Apa mungkin Ardika sudah menjalin hubungan dengan Tuan Kodam dan meminta Tuan Kodam untuk membantunya?" kata Dedi dengan nada terkejut sekaligus curiga.Dia memang sedang melakukan tindakan kejahatan. Terlebih lagi, sekarang kasus ini masih belum ada perkembangan. Dia takut kalau Kodam ikut campur dalam hal ini, akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkannya.Derril terkekeh dan berkata, "Ardika memang cukup pandai memainkan relasinya sampai-sampai Tuan Kodam memperhatikan kasusnya. Tapi, Tuan Kodam bukan datang untuk membantunya.""Hmm? Mengapa demikian?" tanya Dedi buru-buru."Apa kamu tahu tindakan bodoh apa yang telah dilakukan oleh Ardika?"Derri
'Tuan Kodam sudah datang ke Kota Banyuli?'Dedi dan Derril sedikit tercengang.Mereka tidak menyangka kasus Ardika bisa menjadi sebesar ini, sampai-sampai Kodam datang ke Kota Banyuli secara pribadi untuk menemui Ardika."Ardika, sudah tamat riwayatmu! Tuan Kodam sudah datang secara pribadi! Kali ini kulihat siapa lagi yang bisa menyelamatkanmu dan istrimu!"Dedi sangat senang."Untuk apa kamu berbicara omong kosong lagi dengan idiot itu? Ayo cepat pergi sambut kedatangan Tuan Kodam!"Derril mendengus, lalu segera menarik Dedi keluar dari ruang interogasi.Di depan pintu Kediaman Wali Kota, dua mobil melaju dan berhenti tepat di depan pintu.Dedi tahu itu adalah mobil khusus Kodam. Seorang Kodam hanya datang dengan mobil, benar-benar tidak menonjolkan diri.Melihat Helios keluar dari mobil, kedua orang itu segera menghampirinya dan memberi hormat. "Hormat kepada Tuan Kodam!""Di mana Ardika?" tanya Helios dengan ekspresi masam. Tanpa menghentikan langkah kakinya, dia bergegas berjalan
Dedi dan Derril benar-benar tercengang.Mengapa Helios memarahi mereka?Walaupun mereka bertanya-tanya mengenai sikap Helios terhadap Ardika, tetapi mereka belum benar-benar menyadari apa yang sedang terjadi.Derril buru-buru berkata, "Tuan Kodam, Ardika secara terang-terangan mengirimkan hadiah kepada Tuan, tapi dia malah nggak mengakui perbuatannya. Pak Dedi menggunakan cara kejam seperti ini juga demi melindungi reputasi Tuan."Dia mengira dengan berbicara seperti ini, dia bisa menyulut amarah Helios.Bagaimanapun juga, Kodam bergegas datang sendiri ke Kota Banyuli karena kasus ini, maka dapat disimpulkan bahwa Kodan tidak akan melepaskan Ardika begitu saja."Mengirimkan hadiah untukku? Dia melakukan hal itu karena nggak tahan melihat kalian bertindak semena-mena di Kota Banyuli! Dia sedang memberiku peringatan!"Helios memelototi Derril dengan marah dan berkata, "Coba kamu katakan! Kedatanganmu kali ini ke Kota Banyuli, kamu dan Dedi sudah mendapat berapa banyak keuntungan?!"Begit
Derril berlutut di depan kaki Ardika dan terus bersujud tanpa henti, bahkan keningnya sudah terluka.Dia adalah orang yang cerdas, dia tahu tidak ada gunanya lagi mengucapkan apa pun di saat seperti ini.Nasibnya kini ada di tangan Ardika."Ardika, aku bersalah. Keluarga Misra dan Keluarga Mahasura yang memintaku untuk mengincar keluargamu. Kalau aku tahu kamu adalah Tuan Dewa Perang, aku nggak akan berani melakukannya!"Melihat Derril sudah berlutut dan bersujud di sana, Dedi juga segera berlutut di hadapan Ardika. Dia bahkan memeluk kaki Ardika sambil berteriak dan menangis.Wali kota yang sebelumnya sangat arogan itu, kini sudah seperti seekor anjing yang sedang memohon pengampunan."Bam!"Tindakannya itu membuat Ardika jijik setengah mati. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Ardika langsung menendang pria itu.Seperti anjing gila, Dedi kembali memeluk kaki Ardika dan berkata, "Ardika, kamu harus mengampuniku! Putraku sudah kamu dorong dari lantai tiga gedung, hingga saat ini dia ma
Karena itulah, Kayla langsung melangkah maju untuk menarik Gilto dan berkata, "Gilto, untuk apa kamu memanggilnya dengan panggilan hormat seperti itu? Apa kamu yakin nggak salah orang? Pak Limdo apaan? Bocah ini adalah aktor yang disewa oleh Ardika untuk berlagak hebat di hadapan kita!""Plak!"Gilto buru-buru mengangkat tangannya, lalu melayangkan satu tamparan ke wajah Kayla. "Aktor apaan?! Ini adalah sopir Pak Jace!"Dalam kurun waktu sesingkat ini saja, Gilto sudah tahu apa yang terjadi.Tidak tahu ada hubungan apa yang terjalin antara Gilto dan Ardika. Akan tetapi, intinya Limdo sudah mendapatkan gelang manik-manik yang diberkahi oleh Biksu Karuna sendiri dari Kuil Mudita, lalu membawakannya pada Ardika.Alhasil, Kayla dan Stefi, dua wanita bodoh ini malah menganggap Limdo sebagai aktor yang disewa oleh Ardika, bahkan mengolok-olok Limdo.Mengingat tindakan bodoh yang telah dilakukan oleh dua orang wanita bodoh ini saat dia pergi ke kamar kecil, Gilto benar-benar ingin melayangkan
Sangat jelas, Stefi sama sekali tidak percaya Ardika punya akses untuk mendapatkan barang yang sudah diberkahi oleh Biksu Karuna sendiri.Limdo ini pasti adalah aktor yang disewa oleh Ardika.Sementara itu, gelang manik-manik Buddha dalam kotak tersebut adalah barang murahan yang dijual di toko pinggir jalan.Ya, pemikirannya ini memang cukup masuk akal.Bagaimanapun juga, di sebuah area tempat wisata, ada banyak toko kecil yang menjual barang-barang murahan seperti ini.Kayla juga tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Kemudian, dia berkata dengan nada bicara menggurui, "Ardika, sebagai murid pamanku, kamu bukan hanya nggak meraih pencapaian apa pun, bahkan demi harga dirimu, kamu menyewa orang untuk menunjukkan pertunjukan yang payah seperti ini?""Apa kamu tahu ini adalah penipuan?""Aku yakin pamanku nggak ingin muridnya menipunya seperti ini.""Jadilah orang yang benar. Jatuh pada titik terendah untuk sementara waktu, sebenarnya juga nggak masalah. Tapi, demi membanggakan diri se
Stefi juga berkata, "Pacar Kayla adalah staf instansi pemerintahan Kediaman Wali Kota Ibu Provinsi, memiliki masa depan yang menjanjikan. Bahkan dia saja nggak punya akses untuk mendapatkan barang yang diberkahi oleh Biksu Karuna sendiri. Bagaimana mungkin kamu bisa?""Coba bercermin dulu sana, lihat siapa dirimu!"Sambil tersenyum, Gilto menggelengkan kepalanya dan berkata, "Ardika, 'kan? Kalau kamu benar-benar bisa mendapatkan barang yang telah diberkahi oleh Biksu Karuna, aku akan berlutut di lantai, menampar diriku sendiri, lalu mengakui kesalahan dan meminta maaf padamu!"Begitu mendengar ucapannya, Kayla dan Stefi pun tertawa dingin.Membuat Gilto berlutut di lantai, menampar diri sendiri dan meminta maaf?Itu tidak mungkin terjadi.Yang memungkinkan adalah Ardika yang berlutut.Sambil menutupi mulutnya, Kayla berkata sambil tertawa, "Gilto, kamu sudah terlalu memandang tinggi dia. Bagaimana mungkin aku nggak mengenal siapa dia? Dia nggak mungkin bisa melakukan itu ....""Kalau b
"Ardika, dengan mempertimbangkan aku, Gilto baru berbaik hati mengingatkanmu beberapa patah kata.""Kamu bukan hanya nggak berterima kasih, malah melawannya.""Memangnya kamu pikir kamu siapa?"Bagi Kayla, kedudukan Ardika dan pacarnya sama sekali tidak setara.Jadi, harusnya Ardika berterima kasih telah diingatkan oleh Gilto.Stefi juga mencibir dan berkata, "Ardika, jadi orang itu harus tahu diri, nggak semua orang bisa kamu singgung.""Lihatlah pacar Kayla, begitu Kayla mengatakan ingin memberikan hadiah ulang tahun untuk pamannya, pacarnya langsung menemui wakil presdir Grup Goldis, lalu membeli gelang manik-manik emas bernilai 200 juta.""Sebaliknya kamu, kamu bahkan nggak mampu memesan makanan per orang yang hanya bernilai 6 juta.""Ini yang dinamakan dengan kesenjangan. Apa kamu mengerti?"Kayla mendengus dengan acuh tak acuh. "Huh! Memangnya dia tahu apa?!""Bilang saja mau menghormati guru, tapi akhirnya bukan hanya pergi makan gratis dari pamanku dengan tangan kosong, bahkan
"Apa? Kalau begitu, ini adalah?"Mendengar gelang manik-manik emas ini bukanlah barang yang diberkahi oleh Biksu Karuna secara pribadi, Kayla merasa agak kecewa.Namun, setelah berpikir sejenak, dia juga sudah bisa menerima kenyataan ini.Dalam satu tahun, barang berkualitas bagus itu hanya tersedia kurang dari sepuluh buah. Setiap kali satu barang itu diedarkan, pasti akan segera direbut oleh orang-orang dari kalangan kelas atas yang kaya dan berkuasa. Bagaimana mungkin mereka bisa mendapatkannya?Gilto berkata, "Sebenarnya, gelang manik-manik emas ini juga cukup bagus, dibuat khusus dari Kuil Mudita. Selain itu, di seluruh Provinsi Denpapan, hanya bisa dibeli di pusat perbelanjaan internal Grup Goldis.""Harganya dimulai dari 400 juta, tapi melalui relasiku yang merupakan seorang wakil presdir Grup Goldis, aku baru bisa membelinya dengan harga 200 juta."Begitu mendengar ucapan pacarnya, Kayla juga sangat senang.Gelang manik-manik emas yang dibuat khusus oleh Kuil Mudita, pamannya p
"Ardika, pesanlah, kamu pasti masih belum makan, 'kan?" kata Stefi dengan seulas senyum dingin menghiasi wajahnya.Setiap hidangan di restoran ternama ini sangatlah mahal.Harga makanan satu orang yang paling rendah sudah mencapai lebih dari 6 juta. Sesungguhnya, makan di sini demi harga diri, demi menunjukkan kemewahan kalangan kelas atas.Menurut mereka, Ardika tidak akan mampu memesan makanan di sini.Ardika melirik menu tersebut, lalu melambaikan tangannya pada pelayan dan berkata, "Maaf, untuk sementara waktu ini aku nggak butuh."Setelah pelayan itu pergi, Stefi berkata dengan ekspresi meremehkan, "Kenapa? Bukankah tadi kamu sangat hebat membual? Sekarang kamu bahkan nggak mau makan lagi?"Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Makanan di sini adalah makanan barat, nggak cocok dengan seleraku.""Cih! Bilang saja kamu nggak sanggup bayar! Untuk apa berlagak hebat seperti itu!"Mendengar ucapan Ardika, Kayla mencibir.Baginya, level makanan barat lebih tinggi dibandingkan makanan Nu
Malam ini Kayla mengundang Ardika ke Gedung Goldis, agar pria itu bisa menambah wawasan, mengetahui gaya hidup kalangan kelas atas.Kalau bisa, dia ingin membuat Ardika merasa malu.Dia ingin pria itu mengerti biarpun pria itu berusaha dengan mengandalkan kemampuan sendiri seumur hidup, juga tidak akan bisa menjalani kehidupan kalangan kelas atas seperti ini.Kemudian, pria itu akan berakhir dengan meninggalkan kota besar ini.Awalnya dia mengira saat Ardika sedang naik lift menuju lantai seratus ini saja, hati pria itu sudah terguncang. Setelah tiba di sini, pria itu pasti sangat gugup dan malu setengah mati hingga tidak bisa berkata-kata.Namun, siapa sangka orang tersebut tidak hanya duduk di seberang dirinya dan sahabatnya dengan tenang dan rileks, bahkan berbalik seolah-olah berperan sebagai tuan rumah dan mengajukan pertanyaan seperti itu padanya.Walaupun ekspresi Ardika sangat tenang, tetapi Kayla tetap bisa merasakan diprovokasi. Hal ini membuatnya sangat tidak nyaman."Kenapa
Intinya, dua orang wanita ini boleh dibilang adalah pemandangan yang menarik di dalam restoran saat ini.Namun, aura kuat yang terpancar dari tubuh mereka, membuat para pria itu malu, apalagi berinisiatif untuk berbicara dengan mereka.Tepat pada saat ini, Ardika langsung berjalan ke arah dua orang wanita tersebut.Secara naluriah, pandangan orang-orang tertuju padanya. Mereka mengamatinya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki.Terutama saat melihat penampilan Ardika yang sangat biasa saja, juga bukan merupakan pelayan restoran, samar-samar ekspresi mengejek terlihat di wajah mereka.Bahkan mereka saja tidak berani berinisiatif untuk berbicara dengan dua orang wanita itu, apa bocah ini sama sekali tidak sadar diri?Kayla juga mendapati kehadiran Ardika. Dia tertegun sejenak, lalu segera menyadari seharusnya orang yang berjalan menghampiri mereka itu adalah Ardika.Melihat Ardika yang berjalan ke arahnya, bibir Kayla tampak bergerak-gerak, bahkan secara naluriah dia ingin menghentikan
"Maaf, aku nggak mengerti."Ardika menanggapi wanita itu dengan santai.Dia sudah berbicara panjang lebar seperti itu, tetapi Ardika hanya menanggapinya dengan beberapa patah kata singkat itu.Kayla benar-benar kesal setengah mati.Beberapa saat kemudian, wanita ini berkata sambil menggertakkan giginya, "Oke, oke, karena kamu nggak mengerti, maka aku akan memberimu satu kesempatan untuk mengerti!""Jam tujuh malam, aku akan menunggumu di Restoran Pigero di Gedung Goldis, agar orang kampungan sepertimu bisa menambah wawasan dengan melihat kota besar ini!""Ardika, kamu berani datang atau nggak?""Kalau kamu menjadi seorang pengecut, kelak jangan mengganggu bibiku sekeluarga dengan nggak tahu malu lagi!"Awalnya mendengar penawaran Kayla, Ardika sama sekali tidak berminat.Namun, karena lokasi janji temu wanita itu tetapkan di Gedung Goldis, hal ini sedikit menarik minat Ardika.Dia ingin lihat bagaimana situasi Grup Goldis.Karena itulah, Ardika berkata, "Oke, aku akan tiba di Gedung Go