Seperti dinyalakan pemanas ruangan, suasana di ruang sebelah sangat panas.Ridwan tergeletak di lantai dengan lemah. Sekujur tubuhnya berkeringatan, tetapi permukaan kulit bibirnya tampak terkelupas, menunjukkan tanda-tanda dehidrasi ekstrem."Tuan Ardika, aku nggak mengkhianatimu."Dengan sedikit celah di kelopak matanya, Ridwan melihat keberadaan Ardika. Seulas senyum menyedihkan mengembang di wajahnya, nada bicaranya terdengar lemah."Dedi, Derril, kalian benar-benar cari mati!" teriak Ardika dengan marah.Kalau situasi dibiarkan seperti ini terus, Ridwan akan mati dehidrasi!"Byur!"Tepat pada saat ini, seorang petugas membawa seember air memasuki ruangan, lalu menggunakan gayung untuk menggayung air dan menuangkannya ke alat pemanggang yang terletak di samping.Seketika itu pula, asap panas pun mengepul.Ruangan kecil itu langsung terasa panas seperti kompor."Ardika, kamu nikmati saja sauna di dalam sini terlebih dahulu. Bawa Ridwan keluar, jangan sampai dia mati," kata Dedi deng
"Tuan Kodam sangat sibuk, mengapa dia masih bisa memperhatikan kasus sepele seperti ini?"Dedi tidak mengerti mengapa Helios tiba-tiba memperhatikan kasus Ardika.Derril berkata, "Tuan Kodam nggak hanya memperhatikan kasus ini, dia bahkan menyebut nama Ardika secara khusus, meminta sekretarisnya untuk menanyakan detail kasus Ardika.""Apa? Apa mungkin Ardika sudah menjalin hubungan dengan Tuan Kodam dan meminta Tuan Kodam untuk membantunya?" kata Dedi dengan nada terkejut sekaligus curiga.Dia memang sedang melakukan tindakan kejahatan. Terlebih lagi, sekarang kasus ini masih belum ada perkembangan. Dia takut kalau Kodam ikut campur dalam hal ini, akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkannya.Derril terkekeh dan berkata, "Ardika memang cukup pandai memainkan relasinya sampai-sampai Tuan Kodam memperhatikan kasusnya. Tapi, Tuan Kodam bukan datang untuk membantunya.""Hmm? Mengapa demikian?" tanya Dedi buru-buru."Apa kamu tahu tindakan bodoh apa yang telah dilakukan oleh Ardika?"Derri
'Tuan Kodam sudah datang ke Kota Banyuli?'Dedi dan Derril sedikit tercengang.Mereka tidak menyangka kasus Ardika bisa menjadi sebesar ini, sampai-sampai Kodam datang ke Kota Banyuli secara pribadi untuk menemui Ardika."Ardika, sudah tamat riwayatmu! Tuan Kodam sudah datang secara pribadi! Kali ini kulihat siapa lagi yang bisa menyelamatkanmu dan istrimu!"Dedi sangat senang."Untuk apa kamu berbicara omong kosong lagi dengan idiot itu? Ayo cepat pergi sambut kedatangan Tuan Kodam!"Derril mendengus, lalu segera menarik Dedi keluar dari ruang interogasi.Di depan pintu Kediaman Wali Kota, dua mobil melaju dan berhenti tepat di depan pintu.Dedi tahu itu adalah mobil khusus Kodam. Seorang Kodam hanya datang dengan mobil, benar-benar tidak menonjolkan diri.Melihat Helios keluar dari mobil, kedua orang itu segera menghampirinya dan memberi hormat. "Hormat kepada Tuan Kodam!""Di mana Ardika?" tanya Helios dengan ekspresi masam. Tanpa menghentikan langkah kakinya, dia bergegas berjalan
Dedi dan Derril benar-benar tercengang.Mengapa Helios memarahi mereka?Walaupun mereka bertanya-tanya mengenai sikap Helios terhadap Ardika, tetapi mereka belum benar-benar menyadari apa yang sedang terjadi.Derril buru-buru berkata, "Tuan Kodam, Ardika secara terang-terangan mengirimkan hadiah kepada Tuan, tapi dia malah nggak mengakui perbuatannya. Pak Dedi menggunakan cara kejam seperti ini juga demi melindungi reputasi Tuan."Dia mengira dengan berbicara seperti ini, dia bisa menyulut amarah Helios.Bagaimanapun juga, Kodam bergegas datang sendiri ke Kota Banyuli karena kasus ini, maka dapat disimpulkan bahwa Kodan tidak akan melepaskan Ardika begitu saja."Mengirimkan hadiah untukku? Dia melakukan hal itu karena nggak tahan melihat kalian bertindak semena-mena di Kota Banyuli! Dia sedang memberiku peringatan!"Helios memelototi Derril dengan marah dan berkata, "Coba kamu katakan! Kedatanganmu kali ini ke Kota Banyuli, kamu dan Dedi sudah mendapat berapa banyak keuntungan?!"Begit
Derril berlutut di depan kaki Ardika dan terus bersujud tanpa henti, bahkan keningnya sudah terluka.Dia adalah orang yang cerdas, dia tahu tidak ada gunanya lagi mengucapkan apa pun di saat seperti ini.Nasibnya kini ada di tangan Ardika."Ardika, aku bersalah. Keluarga Misra dan Keluarga Mahasura yang memintaku untuk mengincar keluargamu. Kalau aku tahu kamu adalah Tuan Dewa Perang, aku nggak akan berani melakukannya!"Melihat Derril sudah berlutut dan bersujud di sana, Dedi juga segera berlutut di hadapan Ardika. Dia bahkan memeluk kaki Ardika sambil berteriak dan menangis.Wali kota yang sebelumnya sangat arogan itu, kini sudah seperti seekor anjing yang sedang memohon pengampunan."Bam!"Tindakannya itu membuat Ardika jijik setengah mati. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Ardika langsung menendang pria itu.Seperti anjing gila, Dedi kembali memeluk kaki Ardika dan berkata, "Ardika, kamu harus mengampuniku! Putraku sudah kamu dorong dari lantai tiga gedung, hingga saat ini dia ma
Semua orang yang berada di depan pintu Kediaman Wali Kota tercengang.Mereka sama sekali tidak menyangka Ardika yang telah berstatus sebagai tahanan masih bisa melenggang keluar dengan santai dan dalam kondisi baik-baik saja.Sebaliknya, Dedi yang sebelumnya menjabat sebagai Wali Kota Banyuli malah berubah menjadi tahanan.Di bawah tatapan banyak orang, kedua tangannya diborgol, dia masuk ke dalam mobil polisi dengan ekspresi sedih.Hal yang lebih mengejutkan lagi adalah Ardika didampingi oleh Helios, Kodam Provinsi Denpapan. Keduanya tampak mengobrol dan bercanda bersama."Eh? Kenapa bisa menjadi begini? Kodam Helios datang ke Kota Banyuli bukan hanya nggak menjatuhkan hukuman kepada Ardika, melainkan malah melakukan penangkapan terhadap Pak Dedi?""Apa mungkin cara Ardika berhasil? Hati Tuan Kodam tergerak setelah menerima hadiah properti, rumah dan perusahaan dari Ardika?"Orang-orang itu sangat kecewa. Mereka tidak mengerti mengapa situasi bisa menjadi seperti ini.Sebelumnya merek
"Tuan Ardika, tolong beri aku satu kesempatan lagi. Huu ... huuu ...."Yanis dibawa pergi oleh anggota kepolisian secara paksa.Sigit juga bergegas meninggalkan tempat itu bersama para anggotanya.Sementara itu, Ardika berjalan memasuki vila dengan santai."Luna, kamu serahkan saja sahammu pada Keluarga Misra, jangan melakukan perlawanan terhadap Gilang lagi. Dia adalah orang yang sangat licik, kamu nggak akan bisa menghadapinya."Tuan Besar Misra Basagita datang berkunjung dan sedang membujuk Luna untuk menyerahkan sahamnya.Sementara itu, seakan-akan sedang menyaksikan pertunjukan yang menarik, ekspresi senang tampak jelas di wajah Wisnu dan yang lainnya.Luna yang sedang duduk di sofa berkata dengan mata memerah, "Aku bisa saja menyerahkan sahamku kepada Keluarga Misra, tapi mereka harus berjanji untuk melepaskan Ardika.""Ya ampun, apa kamu pikir sekarang kamu masih punya kesempatan untuk mengajukan persyaratan kepada mereka?"Tuan Besar Misra Basagita menghela napas, lalu berkata,
"Jangan khawatir, Sayang. Nggak lama lagi dua keluarga itu akan membayar harga yang mahal."Ardika memberi tahu Luna dan yang lainnya mengenai Helios akan memberikan peringatan kepada dua keluarga kaya terkemuka itu.Semua orang sangat terkejut mendengar ucapan Ardika.Sebenarnya apa yang terjadi?Jelas-jelas Ardika secara terang-terangan mengirimkan hadiah kepada Helios, tetapi Helios bukan hanya tidak marah, pria itu bahkan membantu Ardika menghadapi dua keluarga kaya terkemuka itu."Anak buah Helios menjebakku tanpa alasan yang jelas, dia hanya sedang membalas budiku."Setelah melontarkan penjelasan sederhana itu, Ardika menghubungi Jesika."Jesika, bagaimana situasi di luar sana sekarang?""Pak Ardika, semua orang sedang membicarakan tentang Helios membantumu menyingkirkan Dedi karena telah menerima hadiah darimu. Sekarang ada banyak orang yang ingin menjalin relasi dengan Helios atau meminta bantuannya dengan cara mengirimkan hadiah untuknya. Ada pula yang lebih berhati-hati dalam
"Memohon padamu?""Eh, orang kampungan, apa kamu nggak sadar kamu terlalu menganggap serius dirimu sendiri?"Mendengar ucapan Ardika, Gijran merasa sangat terhibur, sampai-sampai tertawa dingin tanpa henti. Dia belum pernah melihat bocah yang begitu tidak tahu diri seperti Ardika.Sudut bibir Rosa juga terangkat ke atas, dia menatap Ardika dengan tatapan mengejek.Melihat Ardika terus menerus mempertanyakan kemampuannya, Wilfred juga tidak bisa menahan diri lagi.Dia menatap Jace dengan tatapan penuh amarah dan berkata, "Tuan Jace, apa kamu akan membiarkan penipu itu mempertanyakan kemampuanku begitu saja?""Sudah kubilang aku bisa menyembuhkan putrimu, aku seratus persen yakin aku bisa!""Tapi, aku nggak ingin saat aku sedang mengobati pasien, aku malah diganggu oleh seorang bocah yang bukan siapa-siapa!""Kalau kamu nggak mengusirnya, aku akan beranggapan, kamu juga sama saja dengannya, mempertanyakan kemampuanku.""Aku akan pergi sekarang juga!"Selesai berbicara, Wilfred berpura-pu
"Mantra apaan? Apa kamu benar-benar mengira kami nggak berpendidikan?""Kami sudah sering melihat trik penipu semacam ini.""Aku beri tahu kamu, kalau kamu nggak ingin mati, jangan coba-coba untuk menipu kami di sini! Cepat pergi dari sini sekarang juga!""Kalau kamu sampai menunda-nunda pengobatan Kasandra, aku akan memerintahkan orang untuk mematahkan kedua lengan dan kedua kakimu, membuatmu pergi ke rumah sakit dengan menggeliat seperti belatung!""Selain itu, kalau karena gangguan darimu terjadi sesuatu pada Kasandra, nggak hanya kamu, seluruh keluargamu juga akan tertimpa musibah!"Gijran melontarkan kata-kata ancaman itu terhadap Ardika dengan nada bicara dingin.Ardika hanya meliriknya sekilas dengan santai.Bagi orang yang cukup mengenal Ardika, pasti tahu saat ini Ardika menatap Gijran dengan sorot mata acuh tak acuh, seakan-akan pria itu adalah rumput liar di pinggir jalan.Sementara itu, bagi orang-orang, rumput liar di jalanan bisa diinjak mati dengan mudah.Hanya saja, Gij
Ardika langsung menepis tangan Gijran, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Pak Jace, putrimu bukan mengidap penyakit mental, melainkan sudah dijebak orang sepertimu.""Sekarang yang dibutuhkannya adalah mengeluarkan racun dalam tubuhnya, bukan terapi hipnotis.""Tubuhnya sudah lama digerogoti oleh racun tersebut, sehingga telah memengaruhi mentalnya. Itulah sebabnya dia bisa menunjukkan gejala-gejala gangguan mental dan ingin mengakhiri hidupnya.""Kalau tetap memberinya terapi hipnotis secara paksa, hanya akan membuat kondisi tubuh Nona Kasandra makin memburuk, bahkan meninggal dunia!"Ardika mengucapkan kalimat terakhirnya dengan penuh penekanan.Dia bukan sedang menakut-nakuti.Karena sejak awal dia sudah mendapati kondisi tubuh Kasandra sangat buruk, bukan pengaruh gangguan mental.Coba pikirkan saja, seorang gadis muda cantik yang selalu dilindungi oleh orang tuanya dengan baik sejak kecil, juga memiliki karakter yang ramah dan riang, dalam situasi tidak mengalami perubahan signif
Melihat Kasandra sudah mulai bereaksi, Wilfred melanjutkan topik pembicaraan ini, membimbing Kasandra untuk berinteraksi dengannya.Saat Kasandra membuka mulut untuk mengucapkan satu kalimat, walaupun hanya tiga kata sederhana, Jace tetap tidak bisa menahan diri. Matanya memerah. Sedangkan Lolita langsung meneteskan air mata bahagia mendengar putrinya berbicara.Kasandra sudah sangat lama tidak berbicara dengan mereka.Tidak tahu sejak kapan, Gijran muncul di samping Ardika, lalu mencibir dan berkata, "Kamu sudah lihat sendiri, 'kan? Pak Wilfred baru benar-benar orang yang profesional, bukan seorang penipu payah sepertimu!"Ardika hanya melirik pria itu sekilas, lalu langsung memilih untuk mengabaikan Gijran. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia mengamati Wilfred membimbing Kasandra untuk berinteraksi dengannya. Namun, keningnya mulai berkerut.Selanjutnya, Wilfred melakukan bimbingan selama belasan menit lagi.Walaupun kebanyakan waktu, Wilfred yang berbicara, sedangkan Kasandra ha
Berbeda dengan cara pengungkapan orang-orang Negara Nusantara yang implisit, Wilfred langsung menerima penawaran Jace begitu saja.Bayaran sebesar satu juta Milvem, bagi seorang psikolog ternama sepertinya pun, juga merupakan sebuah penghasilan yang menggiurkan.Perlu diketahui di Negara Minos, bahkan seorang mantan presiden menghadiri sebuah seminar, bayarannya juga hanya ratusan ribu Milvem."Ardika ...."Setelah berhasil membujuk Wilfred, Jace mengalihkan pandangannya ke arah Ardika.Ardika melambaikan tangannya, "Aku nggak masalah, juga nggak butuh bayaran. Setelah Nona Kasandra bangun, baru kita bicarakan lagi.""Baik, kalau begitu, terima kasih, Ardika."Jace mengangguk dengan penuh rasa terima kasih.Gijran menurunkan volume suaranya da mendengus dingin. Dia merasa Ardika hanya berpura-pura suci, tidak menginginkan uang. Saat menerima vila, bukankah Ardika langsung menerimanya begitu saja?Rosa juga mengerutkan keningnya dengan sedikit tidak senang. Dia merasa ucapan Ardika ini
Selama bisa menyembuhkan Kasandra, maka kedudukannya dalam hati Jace akan meningkat secara signifikan. Kalau begitu, bukankah kelak dia sudah bisa bertindak sesuka hatinya di ibu kota provinsi?Lagi pula, apa pun yang terjadi, Jace, pamannya yang selaku wali kota ini pasti akan membantunya menangani masalah!Rosa tidak mengucapkan sepatah kata pun, tetapi samar-samar terlihat sorot mata senang di matanya.Kalau Wilfred bisa berhasil menyembuhkan Kasandra, membuat Jace berutang budi besar padanya, maka kelak kalau Grup Gozam berkembang di ibu kota provinsi, pasti akan mendapatkan dukungan kuat dari Jace.Hanya Ardika yang tetap menunjukkan ekspresi tenang.Bahkan melihat pasiennya secara langsung saja belum, Wilfred ini sudah meyakini Kasandra mengidap penyakit mental, bukankah sudah terlalu cepat?"Kalian berdua, silakan."Hati dan pikiran Jace hanya fokus pada putrinya. Dia juga tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi. Dia segera memimpin jalan, membawa Ardika dan Wilfred masuk ke dal
Jace melirik Gijran dengan sorot mata agak dingin.Kabar bahwa putrinya sedang sakit hanya diketahui oleh segelintir orang.Sekarang Rosa sudah mengetahui hal ini, sangat jelas Gijran yang membocorkan hal tersebut.Hati Gijran langsung diliputi perasaan gugup. Dia buru-buru berkata pada Jace, "Paman, karena melihat kondisi Kasandra makin hari makin buruk, nggak ada solusi untuk menyembuhkannya, jadi aku coba-coba untuk memberitahukan hal ini kepada Bu Rosa.""Paman, lihatlah, ini adalah Pak Wilfred yang berasal dari jurusan psikologi Universitas Califo Negara Minos. Di seluruh Negara Minos, dia sangat terkenal di dunia psikologi.""Belakangan ini kebetulan dia datang ke Negara Nusantara untuk pertukaran akademis. Berkat relasi Bu Rosa, ditambah dengan membayar harga yang sangat mahal, baru berhasil mengundangnya ke ibu kota provinsi untuk mengobati penyakit Kasandra!"Universitas Califo adalah universitas ternama berskala internasional.Begitu mendengar ucapan keponakannya, Jace langsu
"Wah, kalau begitu, benar-benar malang!"Sosok profesor yang bernama Wilfred itu juga mengamati Ardika sambil mengangkat bahunya.Namun, sebagai target ejekan, Ardika sama sekali tidak terpengaruh. Dia hanya melirik Limdo sekilas sambil tersenyum tipis.Ekspresi Limdo terlihat agak canggung, dia segera menangkupkan tangannya di hadapan Ardika dengan diliputi rasa bersalah."Maaf, Tuan Ardika, demi keselamatan Tuan Jace ...."Kala itu, saat masih di kereta api cepat, setelah Ardika pergi, dia segera menyelidiki latar belakang dan berbagai data-data mengenai Ardika.Demi melindungi Jace, terutama setelah Jace telah menjadi target pembunuhan beberapa kali, sudah menjadi tugas dan kewajiban Limdo untuk menyelidiki setiap orang yang mendekati atasannya itu.Hanya saja, sekarang Gijran malah mengekspos hal tersebut di depan banyak orang, bahkan di hadapan Ardika sendiri, tentu saja Limdo merasa agak canggung.Menghadapi sikap arogan Gijran, tentu saja Ardika tidak akan berdiam diri saja."Ng
Saat ini, Gijran sedang berdiri di tangga, menatap Ardika dengan ekspresi acuh tak acuh.Dia kembali menunjukkan ekspresi arogan seperti saat pertama kali bertemu Ardika. Sorot matanya dipenuhi dengan permusuhan.Dia sama sekali tidak menunjukkan sikap hormat seperti saat di kereta api cepat setelah Ardika menyembuhkan Jace.Sementara itu, ada beberapa orang yang ikut di belakangnya. Para pria dan wanita ini terdiri dari orang-orang Negara Nusantara dan orang-orang asing.Dua orang di antaranya sedikit menarik perhatian Ardika.Pertama, seorang wanita muda yang sangat cantik.Wanita ini memancarkan aura yang sangat kuat, mengenakan setelan formal yang mencolok. Kaki jenjang nan mulusnya dialasi dengan sepasang sepatu hak tinggi berwarna hitam. Penampilannya ini membuat orang lain bisa memperhatikannya bahkan tanpa disadari.Orang yang satu lagi adalah seorang pria asing paruh baya dengan rambut pirang dan mata biru. Dia mengenakan kacamata berbingkai hitam, disertai aura akademis yang