'Tuan Kodam sudah datang ke Kota Banyuli?'Dedi dan Derril sedikit tercengang.Mereka tidak menyangka kasus Ardika bisa menjadi sebesar ini, sampai-sampai Kodam datang ke Kota Banyuli secara pribadi untuk menemui Ardika."Ardika, sudah tamat riwayatmu! Tuan Kodam sudah datang secara pribadi! Kali ini kulihat siapa lagi yang bisa menyelamatkanmu dan istrimu!"Dedi sangat senang."Untuk apa kamu berbicara omong kosong lagi dengan idiot itu? Ayo cepat pergi sambut kedatangan Tuan Kodam!"Derril mendengus, lalu segera menarik Dedi keluar dari ruang interogasi.Di depan pintu Kediaman Wali Kota, dua mobil melaju dan berhenti tepat di depan pintu.Dedi tahu itu adalah mobil khusus Kodam. Seorang Kodam hanya datang dengan mobil, benar-benar tidak menonjolkan diri.Melihat Helios keluar dari mobil, kedua orang itu segera menghampirinya dan memberi hormat. "Hormat kepada Tuan Kodam!""Di mana Ardika?" tanya Helios dengan ekspresi masam. Tanpa menghentikan langkah kakinya, dia bergegas berjalan
Dedi dan Derril benar-benar tercengang.Mengapa Helios memarahi mereka?Walaupun mereka bertanya-tanya mengenai sikap Helios terhadap Ardika, tetapi mereka belum benar-benar menyadari apa yang sedang terjadi.Derril buru-buru berkata, "Tuan Kodam, Ardika secara terang-terangan mengirimkan hadiah kepada Tuan, tapi dia malah nggak mengakui perbuatannya. Pak Dedi menggunakan cara kejam seperti ini juga demi melindungi reputasi Tuan."Dia mengira dengan berbicara seperti ini, dia bisa menyulut amarah Helios.Bagaimanapun juga, Kodam bergegas datang sendiri ke Kota Banyuli karena kasus ini, maka dapat disimpulkan bahwa Kodan tidak akan melepaskan Ardika begitu saja."Mengirimkan hadiah untukku? Dia melakukan hal itu karena nggak tahan melihat kalian bertindak semena-mena di Kota Banyuli! Dia sedang memberiku peringatan!"Helios memelototi Derril dengan marah dan berkata, "Coba kamu katakan! Kedatanganmu kali ini ke Kota Banyuli, kamu dan Dedi sudah mendapat berapa banyak keuntungan?!"Begit
Derril berlutut di depan kaki Ardika dan terus bersujud tanpa henti, bahkan keningnya sudah terluka.Dia adalah orang yang cerdas, dia tahu tidak ada gunanya lagi mengucapkan apa pun di saat seperti ini.Nasibnya kini ada di tangan Ardika."Ardika, aku bersalah. Keluarga Misra dan Keluarga Mahasura yang memintaku untuk mengincar keluargamu. Kalau aku tahu kamu adalah Tuan Dewa Perang, aku nggak akan berani melakukannya!"Melihat Derril sudah berlutut dan bersujud di sana, Dedi juga segera berlutut di hadapan Ardika. Dia bahkan memeluk kaki Ardika sambil berteriak dan menangis.Wali kota yang sebelumnya sangat arogan itu, kini sudah seperti seekor anjing yang sedang memohon pengampunan."Bam!"Tindakannya itu membuat Ardika jijik setengah mati. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Ardika langsung menendang pria itu.Seperti anjing gila, Dedi kembali memeluk kaki Ardika dan berkata, "Ardika, kamu harus mengampuniku! Putraku sudah kamu dorong dari lantai tiga gedung, hingga saat ini dia ma
Semua orang yang berada di depan pintu Kediaman Wali Kota tercengang.Mereka sama sekali tidak menyangka Ardika yang telah berstatus sebagai tahanan masih bisa melenggang keluar dengan santai dan dalam kondisi baik-baik saja.Sebaliknya, Dedi yang sebelumnya menjabat sebagai Wali Kota Banyuli malah berubah menjadi tahanan.Di bawah tatapan banyak orang, kedua tangannya diborgol, dia masuk ke dalam mobil polisi dengan ekspresi sedih.Hal yang lebih mengejutkan lagi adalah Ardika didampingi oleh Helios, Kodam Provinsi Denpapan. Keduanya tampak mengobrol dan bercanda bersama."Eh? Kenapa bisa menjadi begini? Kodam Helios datang ke Kota Banyuli bukan hanya nggak menjatuhkan hukuman kepada Ardika, melainkan malah melakukan penangkapan terhadap Pak Dedi?""Apa mungkin cara Ardika berhasil? Hati Tuan Kodam tergerak setelah menerima hadiah properti, rumah dan perusahaan dari Ardika?"Orang-orang itu sangat kecewa. Mereka tidak mengerti mengapa situasi bisa menjadi seperti ini.Sebelumnya merek
"Tuan Ardika, tolong beri aku satu kesempatan lagi. Huu ... huuu ...."Yanis dibawa pergi oleh anggota kepolisian secara paksa.Sigit juga bergegas meninggalkan tempat itu bersama para anggotanya.Sementara itu, Ardika berjalan memasuki vila dengan santai."Luna, kamu serahkan saja sahammu pada Keluarga Misra, jangan melakukan perlawanan terhadap Gilang lagi. Dia adalah orang yang sangat licik, kamu nggak akan bisa menghadapinya."Tuan Besar Misra Basagita datang berkunjung dan sedang membujuk Luna untuk menyerahkan sahamnya.Sementara itu, seakan-akan sedang menyaksikan pertunjukan yang menarik, ekspresi senang tampak jelas di wajah Wisnu dan yang lainnya.Luna yang sedang duduk di sofa berkata dengan mata memerah, "Aku bisa saja menyerahkan sahamku kepada Keluarga Misra, tapi mereka harus berjanji untuk melepaskan Ardika.""Ya ampun, apa kamu pikir sekarang kamu masih punya kesempatan untuk mengajukan persyaratan kepada mereka?"Tuan Besar Misra Basagita menghela napas, lalu berkata,
"Jangan khawatir, Sayang. Nggak lama lagi dua keluarga itu akan membayar harga yang mahal."Ardika memberi tahu Luna dan yang lainnya mengenai Helios akan memberikan peringatan kepada dua keluarga kaya terkemuka itu.Semua orang sangat terkejut mendengar ucapan Ardika.Sebenarnya apa yang terjadi?Jelas-jelas Ardika secara terang-terangan mengirimkan hadiah kepada Helios, tetapi Helios bukan hanya tidak marah, pria itu bahkan membantu Ardika menghadapi dua keluarga kaya terkemuka itu."Anak buah Helios menjebakku tanpa alasan yang jelas, dia hanya sedang membalas budiku."Setelah melontarkan penjelasan sederhana itu, Ardika menghubungi Jesika."Jesika, bagaimana situasi di luar sana sekarang?""Pak Ardika, semua orang sedang membicarakan tentang Helios membantumu menyingkirkan Dedi karena telah menerima hadiah darimu. Sekarang ada banyak orang yang ingin menjalin relasi dengan Helios atau meminta bantuannya dengan cara mengirimkan hadiah untuknya. Ada pula yang lebih berhati-hati dalam
Kalau aset lima perusahaan besar itu digabungkan, nilainya bahkan lebih dari 20 triliun.Sepuluh triliun hanyalah hitungan terkecil.Kendy sangat senang.Karena Helios secara terang-terangan menerima suap, maka tidak ada yang perlu mereka takutkan lagi. Mereka langsung memerintahkan perusahaan aliansi mereka mengirimkan perwakilan untuk menemui Helios.Saat ini, dengan ditemani oleh sekelompok orang, Helios sedang melakukan peninjauan di sebuah pabrik besi.Karena identitas asli Ardika tidak bisa diekspos, tidak mungkin dia mengatakan bahwa kedatangannya ke Kota Banyuli secara khusus untuk menangani masalah yang melibatkan Ardika.Jadi, dia hanya bisa mengungkapkan kedatangannya ke Kota Banyuli kali ini adalah untuk melakukan peninjauan di Kota Banyuli.Selesai melakukan peninjauan di pabrik tersebut, Helios makan sederhana di kantin pabrik.Tepat pada saat ini, sekelompok orang bersetelan jas datang dan mengatakan ingin bertemu dengannya.Sambil makan, Helios bertanya, "Kalian ada uru
"Bam!"Helios memukul meja dengan keras, sampai-sampai membuat suasana di seluruh kantin terguncang.Semua orang ketakutan setengah mati, mereka bahkan tidak berani bernapas.Seorang Kodam sekaligus Duta Perbatasan, dia tidak marah saja sudah sangat menakutkan. Begitu amarahnya meluap, seakan-akan bisa mengguncang langit dan bumi!Siapa pun tidak akan sanggup menahan tekanan seberat ini.Zilwar dan Kirani sampai tercengang saking ketakutannya.Ada apa ini? Apa yang terjadi? Bukankah sedari tadi Helios menerima hadiah dari mereka dengan senang hati? Mengapa pria itu tiba-tiba marah besar?Bulir-bulir keringat mulai bercucuran membasahi kening Zilwar. Dia merasakan tenggorokannya seolah kering, tetapi dia tetap berkata dengan nada merendah, "Tuan Kodam, kami memberikan hadiah untuk Tuan sebagai bentuk rasa terima kasih kami pada Tuan. Kami nggak bermaksud lain. Kalau Tuan nggak bersedia melakukan pemeriksaan terhadap lima perusahaan besar itu dan Ardika, nggak masalah.""Ya, benar. Kami
Zaman dulu berbeda dengan zaman sekarang yang tenang dan damai.Persaingan antara ahli fengsui juga sangat sengit, disertai dengan pertumpahan darah.Jadi, kebanyakan formasi yang diatur oleh ahli fengsui sangat berbahaya, sama sekali tidak akan memberikan kesempatan bagi lawan untuk bertahan hidup.Karena orang-orang yang bisa mematahkan formasi dengan kekerasan, juga merupakan ahli bela diri, tetapi bukan berasal dari keluarga atau kalangan sendiri.Bagaimanapun juga, kalau berasal dari kalangan sendiri, akar warisan yang diperoleh sama. Mereka memiliki cara untuk mematahkan formasi tanpa perlu menggunakan pemaksaan.Karena tidak berasal dari kalangan sendiri, maka itu artinya adalah musuh.Tentu saja, makin banyak yang mati, makin baik.Mendengar ucapan Windono, beberapa orang murid Windono langsung memelototi Ardika dengan marah dan berkata, "Eh, bocah, kamu sudah mencelakai adik seperguruan kami! Aku akan menghabisimu!""Kamu pasti sengaja, 'kan?!"Ardika terkekeh pelan dan berkat
"Orang yang nggak jelas asal usulnya sepertimu malah berani nggak menghormati ahli fengsui seratus tahun yang lalu! Memangnya kamu pikir kamu siapa?!""Biksu Karuna memujimu karena berniat untuk memotivasi generasi muda, jangan terlalu memandang tinggi dirimu sendiri!""Ardika, 'kan? Cepat berlutut di pinggir kolam, minta maaf pada leluhur kami!"Semua murid Windono langsung menunjuk Ardika dan menegurnya dengan marah.Mereka bahkan memintanya untuk berlutut di pinggir kolam dan meminta maaf.Karena fengsui di tempat ini memang diatur oleh leluhur Keluarga Sudrajat, maka dengan seperti ini juga sudah termasuk meminta maaf terhadap leluhur mereka.Ardika menanggapi dengan santai. "Jangankan leluhur kalian itu sudah mati, biarpun dia hidup kembali sekarang dan berdiri tepat di hadapanku, dia juga nggak pantas menerima penghormatan seperti itu dariku.""Guru, bocah ini benar-benar nggak menyesali perbuatannya, berani-beraninya dia bersikap nggak hormat pada leluhur kita! Kita harus member
Jace tidak menanggapi ucapan Windono, tetapi ekspresinya sudah memberi tahu Windono jawabannya.Windono berkata, "Pak Jace, aku jujur saja, kakek buyutku pernah meninggalkan pesan bahwa pusat dari fengsui yang diaturnya itu adalah kolam ini.""Dia secara khusus berpesan bahwa apa pun yang terjadi, kolam ini nggak boleh disentuh. Kalau nggak, situasi fengsui akan berbalik, akan menimbulkan konsekuensi yang besar!"Windono berbicara dengan memasang ekspresi serius.Jace melirik Ardika sekilas, lalu berkata sambil mengerutkan keningnya, "Pak Windono, bukankah kakek buyutmu sudah terlalu berlebihan?""Sudah sekitar seratus tahun berlalu, apa konsekuensi yang bisa ditimbulkan oleh sebuah fengsui?"Walaupun dia juga memercayai hal-hal seperti ini, tetapi dia meragukan fengsui yang diatur sekitar seratus tahun yang lalu ini masih bisa menimbulkan konsekuensi setelah seratus tahun berlalu.Dibandingkan dengan Windono, dia lebih memercayai ucapan Ardika bahwa ada yang aneh dengan kolam ini.Kal
"Pak Windono berasal dari keluarga ahli fengsui. Pak Windono nggak hanya merupakan pimpinan Harven, tapi juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Fengsui Ibu Kota Provinsi!""Beliau sedang bicara dengan Pak Jace, apa hakmu menyelanya?""Apalagi mempertanyakan Pak Windono seperti ini!""Cepat tampar wajahmu sendiri dan minta maaf pada Pak Windono!"Murid wanita itu menegur Ardika dengan ekspresi tegas. Sementara itu, Windono sendiri bahkan tidak melirik Ardika sama sekali."Kamu yang lancang!"Begitu murid wanita itu selesai berbicara, Jace sudah berteriak dengan marah, "Ardika adalah tamu kehormatan yang kuundang kemari, kamu menegurnya seperti ini, aku malah ingin menanyakan padamu memangnya kamu siapa?! Siapa yang memberimu keberanian ini?!""Pak Jace, aku ...."Murid wanita itu malu setengah mati, raut wajahnya tampak memerah.Sangat jelas dia tidak menyangka seorang wali kota seperti Jace akan melindungi orang yang tidak penting itu dengan sedemikian rupanya.Dia menatap Ardika dengan
Ardika mendongak, melihat matahari yang sudah bersinar cerah di luar sana. Dia pun berkata, "Cuaca hari ini cukup bagus. Begini saja, Pak Jace, sekarang kamu kerahkan pompa untuk menguras air di kolam hingga kering terlebih dahulu.""Lalu, kerahkan eskavator untuk membersihkan lumpur. Sekitar pukul dua sore, saat energi positif mencapai titik puncaknya, aku akan turun tangan langsung.""Hantu atau roh apa pun yang ada di dalam air itu, kali ini harus dihancurkan sepenuhnya!"Melihat Ardika begitu percaya diri, Jace juga sudah mulai tenang."Baik, aku akan meminta Limdo untuk mengaturnya sekarang!"Tak lama kemudian, Limdo sudah mengerahkan beberapa buah pompa berkekuatan besar kemari dan mulai menguras air.Walaupun sangat bising, tetapi Jace sekeluarga malah merasa suara itu sangat enak didengar.Dalam kurun waktu kurang dari dua jam, air sudah terkuras hingga kering. Dasar kolam dipenuhi dengan lumpur, tidak kelihatan ada keanehan apa pun.Ardika tidak mengucapkan sepatah kata pun, d
"Dia sudah mati, nggak mungkin bisa berulah lagi.""Kalau ada rohnya, juga pasti sudah kuhabisi sejak awal."Ardika menanggapi ucapan Lolita sambil menggelengkan kepalanya.Setelah merenung sejenak, dia berkata dengan nada bicara agak dingin, "Menurutku, ada orang yang masih nggak terima, jadi sengaja berulah.""Ada yang berulah?"Jace dan Lolita menunjukkan ekspresi serius, sorot mata mereka tampak sedikit panik.Selama beberapa waktu ini, mereka sekeluarga sudah lelah baik secara fisik maupun mental. Siapa sangka, Kasandra baru saja diselamatkan, tetapi sudah terjadi hal seperti ini lagi."Nggak perlu khawatir."Ardika melambaikan tangannya, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Karena hari ini aku sudah datang, aku akan membantu kalian mengatasi kekhawatiran kalian ini sepenuhnya.""Di mana gambarnya? Coba kulihat."Jace segera memanggil Limdo untuk membawakan setumpuk kertas itu kemari."Tuan Ardika, aku sudah meminta Limdo untuk mencarikan keseluruhan gambar kompleks asrama Kediaman
Namun, begitu bertemu Ardika, Kasandra malah langsung seakrab itu dengan Ardika. Hal ini benar-benar di luar bayangan Jace dan Lolita.Terlebih lagi, boleh dibilang ini adalah pertama kalinya Kasandra bertemu dengan Ardika.Walaupun sebelumnya dia sudah sempat bertemu dengan Ardika sebanyak dua kali di rumah, tetapi saat itu Kasandra dikendalikan oleh orang lain. Dia dalam kondisi tidak sadar.Pasangan suami istri ini benar-benar tidak bisa memahami hal ini. Pada akhirnya, mereka hanya beranggapan bahwa karena Ardika telah menyelamatkan Kasandra, itulah sebabnya Kasandra bisa merasa akrab terhadap Ardika secara naluriah."Baiklah, kalau begitu aku panggil kamu Kasandra saja."Ardika menyunggingkan seulas senyum tak berdaya, dia juga cukup menyukai gadis manis yang satu ini.Setelah mendengar ucapan Ardika, Kasandra baru puas. Dia menarik Ardika masuk ke dalam rumah dengan antusias, lalu menyeduhkan teh untuk Ardika dengan antusias pula."Hei, sekarang putriku sudah dewasa. Biasanya gad
Setengah jam kemudian.Ardika langsung melajukan mobilnya memasuki kompleks asrama Kediaman Wali Kota.Baru saja memarkir mobilnya di depan rumah Jace, Ardika sudah melihat sosok bayangan Jace sekeluarga muncul di depan halaman rumah.Sosok Kasandra yang cantik dan elegan juga berdiri di belakang Jace dan Lolita, kelihatannya kondisi mental juga jauh membaik.Selain Jace sekeluarga, juga ada seorang pemuda dengan postur tubuh tegap dan paras tampan berada di sana.Saat ini, pemuda itu berbalik dan berkata, "Paman Jace nggak perlu mengantarku lagi, aku pamit dulu.""Ke depannya aku akan tetap berada di ibu kota provinsi. Aku sudah punya lebih banyak waktu untuk datang mengunjungi Paman dan Bibi Lolita, tentu saja juga Kasandra."Kemudian, Jace sekeluarga berbasa-basi beberapa patah kata lagi sebelum pemuda itu berjalan keluar.Tak lama kemudian, sebuah mobil dengan pelat tim tempur Provinsi Denpapan melaju perlahan-lahan ke sisi pemuda tersebut.Saat ini, kebetulan Ardika berjalan masuk
"Memintaku untuk menjadi presdir? Apa kamu takut identitasku terungkap terlalu lambat?"Ardika melirik Cahdani sekilas dengan sorot mata acuh tak acuh.Dilirik oleh Ardika seperti itu, jantung Cahdani langsung berdegap dengan kencang. Dia buru-buru berkata, "Nggak, nggak, nggak, bukan begitu. Aku nggak bermaksud seperti itu. Kak Ardika, kamu seperti ini juga cukup baik. Tapi, menjadi seorang karyawan biasa sama sekali nggak cocok untuk identitasmu. Bagaimana kalau kamu menjabat sebagai seorang petinggi level menengah?""Kak Ardika, dengan begini kamu nggak perlu khawatir identitasmu terekspos, juga bisa mencampuri urusan perusahaan secara terang-terangan."Ardika mengangguk perlahan dan berkata, "Benar juga. Kalau begitu, begini saja. Jabatan Kalris sebelumnya untukku saja.""Manajer departemen?"Cahdani mengangguk dan berkata, "Hmm, boleh dibilang juga sudah termasuk petinggi level menengah. Kalau begitu, ditetapkan seperti ini saja.""Kalian sudah dengar apa yang kukatakan, 'kan? Ngg