"Hentikan mereka!" kata Gilang dengan gigi terkatup. Amarahnya sudah mencapai puncaknya.Saat itu juga, dua orang ahli bela diri Keluarga Misra menerjang ke arah Jinto dan Romi dan berteriak dengan marah, "Kalau kalian nggak ingin mati, cepat hentikan sekarang juga!"Namun, kali ini mereka sudah mengancam orang yang salah.Bisa-bisanya mereka bersaing ganas dengan Romi?Semua orang tahu Romi sudah terkenal ganas di dunia preman Kota Banyuli."Kalau kalian nggak ingin mereka mati, berdiri di sana dan jangan bergerak!"Romi langsung mencekik leher salah seorang presdir yang berasal dari Kota Lino itu. Dalam sekejap, presdir itu menunjukkan tanda-tanda seolah-olah sudah hampir mati kekurangan napas."Hehe, kalau kalian berani melangkah maju satu langkah lagi, aku akan memecahkan penisnya!"Jinto sudah lanjut usia, kekuatan fisiknya sudah tidak sebesar kekuatan fisik Romi.Namun, pria tua ini jauh lebih kejam.Dia tampak menggenggam penis Julio.Selama target adalah seorang pria dan penisn
"Oh? Aku memprovokasimu? Memangnya kamu layak?"Ardika terkekeh dan berkata, "Ucapanku ini nggak hanya ditujukan padamu seorang, tapi juga seluruh Keluarga Misra."Begitu mendengar ucapan Ardika, kebanyakan orang di dalam ruangan itu pun tersentak.Apa maksudnya?Dia mengatakan bahwa Gilang tidak layak untuk diprovokasinya? Dia sedang mengincar seluruh Keluarga Misra?"Oke, akhiri sambungan teleponnya, Airin."Setelah melontarkan satu kalimat itu, Ardika tidak berbicara lagi.Jinto dan Romi mengawal Elsy meninggalkan tempat itu."Tuan Gilang, apa kita harus membiarkan mereka pergi begitu saja? Kami nggak terima!"Setelah terlepas dari cengkeraman iblis, makin memikirkan apa yang baru saja mereka alami, Julio dan yang lainnya makin kesal.Mereka benar-benar sudah kesal setengah mati. Kalau mereka tidak segera membalas dendam, mereka sudah hampir tidak bisa menahan gejolak amarah dan kekesalan dalam hati mereka."Diam."Gilang menatap kepergian Elsy dan beberapa orang itu dengan tatapan
Di dalam Restoran Barudan, Vandano dan yang lainnya tertawa dengan bangga.Tokoh-tokoh hebat Kota Banyuli yang berada di lokasi langsung membelalak kaget. Berbagai pemikiran memenuhi benak mereka.Vandano dan beberapa orang lainnya menyebut nama lima perusahaan ini dan secara terang-terangan menyatakan akan mengincar beberapa perusahaan tersebut.Namun, Gilang sama sekali tidak membantah ucapan mereka."Ternyata Gilang sudah mengincar lima perusahaan itu, dia benar-benar ambisius.""Saat perebutan aset tiga keluarga besar, Keluarga Misra terlambat satu langkah dibandingkan Keluarga Mahasura dan Keluarga Septio. Mereka ingin melakukan perebutan ronde kedua.""Dari awal, dia sama sekali nggak menganggap serius Ardika. Dia hanya mencari alasan untuk merebut kelima perusahaan itu ...."Tokoh-tokoh hebat yang berada di tempat itu tidak bodoh, mereka sudah bisa membaca pemikiran Gilang.Cakupan dari kelima perusahaan itu cukup besar.Kalau sampai kelima perusahaan itu bangkrut, pasti akan me
"Kami mohon bantuan Keluarga Misra dan Keluarga Mahasura untuk menegakkan keadilan bagi penduduk Kota Banyuli, jangan membiarkan Ardika si bajingan itu melakukan tindakan kejahatan dan mengacaukan Kota Banyuli!""Ardika si bajingan itu sudah berkali-kali menyebut-nyebut dirinya sebagai Dewa Perang, dia telah mengulangi kesalahan yang sama berkali-kali, benar-benar nggak bisa diampuni. Walau Dewa Perang nggak mempermasalahkan hal itu padanya, sebagai penduduk Kota Banyuli, kami nggak bisa tinggal diam. Ardika harus diberi pelajaran!""Dengan keuntungan pribadi, mereka membantu Ardika melakukan tindakan kejahatan. Perusahaan-perusahaan kotor seperti itu harus disingkirkan!"Kepala keluarga beberapa keluarga bangkit berdiri, menyatakan keinginan mereka untuk menyingkirkan Ardika.Mereka tidak ada dendam dengan Ardika dan Luna, bahkan tidak pernah berinteraksi dengan Ardika dan Luna.Hanya saja, melihat dua keluarga kaya terkemuka itu sudah bersiap untuk merebut lima perusahaan besar Kota
Tidak ada yang menyangka kepala keluarga tiga keluarga besar akan mengambil keputusan seperti itu.Ekspresi Gilang berubah menjadi muram seketika.Bukankah ucapan yang keluar dari mulut kepala keluarga tiga keluarga besar ini sama saja dengan menghancurkan suasana baik yang baru saja dibentuk olehnya?Dedi, Kepala Keluarga Pambudi berkata dengan nada sinis, "Hehe, apa kalian bertiga masih merupakan kepala keluarga tiga keluarga besar yang dulunya sangat dominan dan mengintimidasi? Mengapa sekarang kalian sudah seperti anjing-anjing terlantar yang menunggu ajal menjemput kalian? Bahkan pecundang seperti Ardika saja bisa membuat kalian ketakutan setengah mati!"Tidak hanya Dedi seorang, satu per satu dari tamu undangan lainnya juga melontarkan sindiran dan ejekan kepada kepala keluarga tiga keluarga besar.Namun, kepala keluarga tiga keluarga besar sama sekali tidak bersuara.Mereka yang berbicara itu adalah orang-orang yang mempersulit kondisi tiga keluarga besar setelah tiga keluarga b
Melihat pemandangan itu, semua orang sangat terkejut.Tidak hanya Keluarga Unima, Keluarga Yendia dan Keluarga Remax yang mengusir Gilang dari Kota Banyuli.Bahkan Ridwan selaku Wali Kota Banyuli juga melakukan hal yang sama!Bagaimanapun juga, Keluarga Misra datang ke Kota Banyuli dengan alasan untuk berinvestasi.Sebagai seorang wali kota, Ridwan malah secara terang-terangan mengusir investor besar seperti Keluarga Misra.Bukankah kurang pantas kalau sampai hal seperti ini tersebar luas?Ekspresi Gilang sudah berubah menjadi sangat muram. Dia tertawa dingin dan bertanya, "Pak Ridwan, Keluarga Basuki juga nggak menyukai keberadaan Keluarga Misra?"Keluarga Basuki juga merupakan keluarga kaya kelas satu Kota Banyuli.Namun, nada bicara meremehkan terdengar jelas dalam ucapan Gilang.Biarpun Ridwan adalah seorang wali kota, kalau sampai Ridwan menyulut emosinya, dia juga tidak keberatan untuk memutuskan hubungan dengan pria itu.Inilah kepercayaan diri yang dimiliki oleh anggota keluarg
"Kendy, Ridwan sialan itu nggak berada di pihak yang sama dengan kita. Sekarang kita ingin memasuki pasar Kota Banyuli, kalau tanpa adanya jaminan di aspek pemerintahan, akan sedikit merepotkan," kata Gilang.Kendy melirik lawan bicaranya dan berkata, "Apa kamu punya ide?""Wali Kota Banyuli perlu diganti," kata Gilang dengan santai."Tentu."Kendy langsung menganggukkan kepalanya, menyetujui saran Gilang. "Kalau begitu, nanti kita dukung dan bantu seseorang yang mendukung kita untuk menjadi wali kota. Begitu Ridwan tersingkirkan, Ardika akan kehilangan satu pendukung terbesarnya. Tanpa dukungan dari Ridwan, cepat atau lambat lima perusahaan itu akan jatuh di tangan kita.""Ya, aku setuju. Selanjutnya masih ada Keluarga Unima, Keluarga Yendia dan Keluarga Remax yang harus kita singkirkan!" kata Gilang.Sambil melempar pandangan pada satu sama lain, keduanya tertawa terbahak-bahak.Mengenai penggantian wali kota seolah-olah sudah terselesaikan hanya dengan beberapa patah kata dari merek
"Guru, bagaimana kondisi Tina?"Walaupun amarah Thomas sedang meluap-luap, dia tetap memberi hormat kepada Ardika dengan sopan.Setelah mengetahui Tina menjadi target pembunuhan orang, dia langsung marah besar. Dia bergegas datang ke sini dari ibu kota provinsi.Ardika menunjuk sebuah arah untuknya, lalu berkata, "Kamu lihat keadaan adikmu terlebih dahulu, nanti kita baru bicarakan mengenai Duo Pendekar Kota Lino."Desta dan yang lainnya sangat terkejut. Mereka baru tahu hubungan antara Tina dan Thomas.Pantas saja aura yang terpancar dari tubuh pria itu begitu menakutkan.Thomas menganggukkan kepalanya, lalu segera berjalan ke arah yang ditunjukkan oleh Ardika."Tuan Ardika, Keluarga Misra sudah bekerja sama dengan Keluarga Mahasura ...."Ridwan dan beberapa orang lainnya menceritakan kejadian di Restoran Barudan kepada Ardika."Mereka benar-benar serakah."Sorot mata Ardika terlihat dingin.Awalnya dia mengira Gilang mengincar Grup Perfe dan Grup Hatari milik Luna.Dia tidak menyangk
"Memintaku untuk menjadi presdir? Apa kamu takut identitasku terungkap terlalu lambat?"Ardika melirik Cahdani sekilas dengan sorot mata acuh tak acuh.Dilirik oleh Ardika seperti itu, jantung Cahdani langsung berdegap dengan kencang. Dia buru-buru berkata, "Nggak, nggak, nggak, bukan begitu. Aku nggak bermaksud seperti itu. Kak Ardika, kamu seperti ini juga cukup baik. Tapi, menjadi seorang karyawan biasa sama sekali nggak cocok untuk identitasmu. Bagaimana kalau kamu menjabat sebagai seorang petinggi level menengah?""Kak Ardika, dengan begini kamu nggak perlu khawatir identitasmu terekspos, juga bisa mencampuri urusan perusahaan secara terang-terangan."Ardika mengangguk perlahan dan berkata, "Benar juga. Kalau begitu, begini saja. Jabatan Kalris sebelumnya untukku saja.""Manajer departemen?"Cahdani mengangguk dan berkata, "Hmm, boleh dibilang juga sudah termasuk petinggi level menengah. Kalau begitu, ditetapkan seperti ini saja.""Kalian sudah dengar apa yang kukatakan, 'kan? Ngg
Kalris langsung menoleh. Saat itu juga, dia berkata dengan gigi terkatup, "Cahdani, kamu yang menjebakku dari belakang!"Cahdani yang kedua lengannya masih terbalut perban, berjalan melenggang masuk dengan membawa beberapa orang anak buahnya."Kalris, 'kan? Dengar-dengar tadi malam kamu memakiku saat berada di Hainiken, apa kamu cari mati?"Begitu masuk, Cahdani langsung mempertanyakan Kalris dengan tajam sekaligus dingin.Walaupun Kalris sangat arogan, tetapi menghadapi Cahdani yang luar biasa arogan, dia masih kalah telak.Mendengar ucapan ini, jantung Kalris langsung berdegap dengan kencang. Dia berkata dengan suara bergetar, "Cah ... Cahdani, ini hanya kesalahpahaman.""Kesalahpahaman apanya?!"Cahdani langsung menendang Kalris hingga tubuh Kalris terpental dan membentur sebuah meja kerja hingga hancur berkeping-keping.Melihat Kalris yang tergeletak di lantai sambil menutupi perutnya dengan ekspresi kesakitan tanpa bisa mengucapkan sepatah kata pun, Cahdani langsung melambaikan ta
"Oke, Jeslin, nanti kita baru ngobrol lagi!"Kalris melambaikan tangannya. Kemudian, dia menyalakan sebatang rokok dengan santai, lalu mengisapnya satu isapan sebelum berkata sambil tersenyum, "Eh, Ardika, kamu mau pergi sendiri, atau aku bantu kamu?""Di Grup Goldis, kamu nggak akan bisa menang dariku!"Ardika berkata tanpa menyetujui, juga tidak menyangkal ucapan pria itu, "Oh? Siapa bilang?""Aku yang bilang!"Kalris mengembuskan asap rokoknya dengan arogan.Ardika tersenyum dan berkata, "Maaf, tapi sebentar lagi kata-katamu sudah nggak ada artinya lagi."Kalris tertawa meremehkan dan berkata, "Kenapa? Apa mungkin kamu bisa mengusirku dari Grup Goldis ....""Siapa yang namanya Kalris?!"Begitu dia selesai berbicara, tiba-tiba sekelompok orang berjalan memasuki ruangan dengan memasang ekspresi dingin.Seorang wanita paruh baya dengan ekspresi galak yang memimpin sekelompok orang itu mengajukan pertanyaan tersebut dengan dingin.Kalris mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan kesal,
"Plak ...."Kalris langsung memukul tangan Ardika, lalu berkata dengan dingin, "Bonus enam miliar? Mimpi saja kamu! Apa kamu pikir perusahaan ini adalah milik keluargamu?!""Jangankan bonus sebesar sepuluh persen, bonus sebesar empat persen yang sudah ditetapkan sebelumnya juga nggak ada!""Ingin menjadi karyawan tetap? Hari ini kamu baru mulai masuk kerja, kamu sudah ingin menjadi karyawan tetap? Nggak ada aturan seperti ini! Aturan Grup Goldis adalah, paling singkat masa percobaan orang baru juga membutuhkan satu bulan!"Siapa sangka di bawah tatapan banyak orang, Kalris malah menjilat ludahnya sendiri.Ardika memicingkan matanya, lalu bertanya dengan nada bicara agak dingin, "Kalau begitu, Tuan Muda Kalris berencana untuk mengingkari janji?""Tadi bukan seperti ini ucapanmu."Kalris mendengus dingin dengan acuh tak acuh, lalu berkata, "Sebelumnya aku memang bilang begitu. Tapi yang kubilang adalah kamu harus menangani Juki dan yang lainnya. Setelah mereka menandatangani kontrak, bar
Walaupun pihak Grup Goldis sudah membicarakan tentang pembelian dengan beberapa departemen ini cukup lama, hanya saja karena beberapa waktu yang lalu Grup Goldis mengalami pergolakan, departemen-departemen ini memilih untuk mengamati situasi terlebih dahulu. Jadi, mereka tak kunjung menandatangani kontrak.Akan tetapi, saat ini mereka langsung menandatangani kontrak tersebut tanpa melihat isi kontrak sama sekali.Pemandangan ini benar-benar membuat orang sangat terkejut."Tuan Ardika, kami sudah selesai menandatanganinya."Usai menandatangani kontrak tersebut, Juki mengumpulkan beberapa kontrak lainnya, lalu menyerahkannya pada Ardika dengan penuh hormat.Ardika menerima kontrak tersebut dengan santai, lalu berkata sambil tersenyum, "Semuanya, terima kasih sudah repot-repot datang kemari. Aku akan mengingat kebaikan kalian ini.""Sudah seharusnya kami melakukan ini!""Bisa melayani Tuan Ardika adalah kehormatan bagi kami!"Juki dan beberapa orang lainnya segera menanggapi ucapan Ardika
Orang ini tidak lain adalah Juki, Kepala Departemen PUPR.Setelah dia buka suara, empat petinggi departemen di bawah naungan pemerintah ibu kota provinsi juga ikut maju dan menyapa Ardika. Mereka semua bersikap penuh hormat pada Ardika.Menyaksikan pemandangan itu, semua karyawan di tempat tersebut pun tercengang.Kalris tercengang!Jeslin juga tercengang!Apakah adegan di hadapan mereka ini nyata?Ardika bisa memanggil petinggi dari lima departemen hanya dengan satu panggilan telepon? Mereka benar-benar tidak bisa memercayai hal ini.Selain itu, hal yang lebih mengejutkannya lagi adalah, orang-orang ini tidak hanya tiba dalam setengah jam, bahkan tiba lebih awal, tetapi tetap saja menunjukkan bahwa mereka khawatir Ardika telah menunggu lama!Bagaimana mungkin?!Hal yang lebih tidak bisa mereka berdua terima lagi adalah, beberapa orang petinggi departemen ini bersikap penuh hormat di hadapan Ardika yang mereka pandang rendah, seolah-olah Ardika adalah seorang tokoh besar yang sangat he
"Kalau sampai kamu mengucapkan beberapa kata lagi, dia nggak bisa terima, lalu bunuh diri dengan melompat dari gedung, kita harus bagaimana?"Kalris berbicara dengan seulas senyum dingin menghiasi wajahnya. Ucapannya hanya dipenuhi dengan sindiran."Itu salahnya sendiri, siapa suruh mentalnya serapuh itu, nggak ada hubungannya dengan kita!"Dengan memasang ekspresi dingin, Jeslin berkata dingin, "Ardika, cepat minta maaf pada Tuan Muda Kalris dan rekan-rekan ini!""Kalau nggak, kamu baru mulai bekerja kurang dari setengah jam saja, kamu sudah dipecat! Aku juga yang malu!"Saat ini, Jeslin benar-benar sudah muak pada Ardika.Sebagai seorang pria dewasa, Ardika bukan hanya tidak punya kemampuan, sekarang demi harga diri sendiri, Ardika malah kembali membual, dipermalukan oleh orang lain.Apalagi, itu terjadi tepat di hadapannya.Bagi orang yang tidak mengenal Ardika, ya sudah. Akan tetapi, apa gunanya pria itu membual di hadapannya?Setelah diusir oleh keluarga istrinya di Kota Banyuli,
Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau begitu tunggu saja. Dalam setengah jam, kamu akan malu sendiri."Melihat Ardika masih bersikap begitu arogan, sekujur tubuh Kalris sampai gemetaran saking kesalnya.Biarpun hanya kerabat jauh, dia adalah keponakan Wilgo. Bahkan di kalangan kelas atas ibu kota provinsi, orang lain juga akan mempertimbangkannya dan memanggilnya Tuan Muda Kalris.Bahkan dia saja tidak punya cara untuk membuat Juki dan yang lainnya mempertimbangkannya dan menandatangani kontrak pembelian.Setelah berpura-pura melakukan panggilan telepon, orang kampungan seperti Ardika malah berani mengatakan dalam setengah jam dia ingin Juki dan yang lainnya datang secara pribadi untuk menandatangani kontrak.'Cih, memangnya dia pikir dia siapa?!'Kalris tidak tahan melihat Ardika berlagak hebat seperti itu, dia benar-benar ingin melayangkan satu tamparan keras ke wajah bocah itu.Namun, dia juga tahu konsekuensi dari melakukan hal seperti itu adalah, kemungkinan besar sebelum di
Raut wajah Kalris langsung berubah menjadi muram. Dia berkata dengan dingin, "Eh, Ardika, sekarang bukan saatnya membicarakan ini, jangan coba-coba mengalihkan topik pembicaraan.""Dengar baik-baik, tugas sudah kuserahkan padamu! Kalau kamu nggak bisa menyelesaikan tugasmu, pergi dari sini sendiri!""Grup Goldis nggak memelihara pecundang yang hanya menerima gaji buta saja!"Ardika tersenyum, tidak menyetujui, juga tidak menyangkal pernyataan pria itu. "Oh? Nggak memelihara pecundang yang hanya menerima gaji buta saja, ya? Kamu yang mengatakannya sendiri."Saat berbicara, dia mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan."Eh, Ardika, apa maksudmu?!"Kalris memelototi Ardika, dia merasa bocah yang satu ini terkesan misterius.Ardika berkata sambil tersenyum, "Tuan Muda Kalris, kamu bilang Grup Goldis nggak memelihara pecundang, tapi kamu bahkan nggak tahu Kepala Departemen PUPR bernama Juki Tandio, sedangkan Kepala Departemen Perhubungan bernama Daslim Yendia.""Ini yang kamu mak