Wah!Ucapan petugas itu mengejutkan semua orang.Semuanya langsung memandang Ardika.Baru saja, pedagang manusia ini mengatakan bahwa dia mengenal Sigit, ketua kantor polisi pusat dan menelepon dengan angkuh, sekarang Sigit sudah datang untuk menemui Erwin.Dalam kurang dari satu menit, Sigit sudah menelepon.Erwin tidak panik. Mendengar bahwa orang yang memerintahnya adalah atasannya, dia pun mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Sigit."Aku Sigit, apakah Tuan Ardika berada di kantor cabang kalian? Kenapa kalian menyinggungnya?"Begitu panggilan tersambung, terdengar suara marah Sigit.Dia bahkan mendengar sedikit ketakutan dari suara itu!Tuan Ardika?Erwin sama sekali tidak menganggap orang yang dimaksud Sigit adalah Ardika.Saat ini, Erwin bahkan tidak tahu nama lengkap Ardika. Meskipun Livy terus memanggil Paman Ardika, Livy terus menangis sehingga suaranya tidak terdengar jelas.Lagi pula, bagaimana mungkin dia peduli pada ucapan seorang anak kecil.Dia berkata dengan tertekan,
Teriakan Sigit hampir melayangkan jiwa Erwin.Begitu pula dengan orang lain.Di Kota Banyuli, Sigit terkenal kejam dan tidak bersimpati pada penjahat.Banyak orang yang menjulukinya sebagai Raja Neraka di Bumi.Setelah merasakan amarah Sigit, semua orang tidak berani bersuara dan orang yang penakut pun gemetaran.Bahkan Jiko yang terbiasa sombong pun menciut."Pak ... Pak Sigit, maaf. Aku masih menyuruh orang untuk menemukan Tuan Ardika itu ...."Erwin menyambut dengan sopan."Dialah Tuan Ardika yang kamu cari. Erwin, beraninya kamu menangkap Tuan Ardika!"Sigit sungguh ingin menampar Erwin. Setelah melontarkan kalimat ini, dia langsung bergegas ke arah Ardika.Melihat kedua petugas polisi yang termenung di samping Ardika, dia kembali berteriak, "Kenapa masih memegang borgol? Apa mau menangkapku juga?"Kedua petugas polisi itu langsung mundur."Tuan Ardika, maaf. Aku gagal membimbing bawahanku."Sesampai di hadapan Ardika, suara Sigit pun gemetaran.Seketika, suasana di lokasi menjadi
"Buk!"Erwin langsung berlutut di hadapan Ardika."Tuan Ardika, aku sudah tahu salah. Aku nggak seharusnya menyinggungmu, tolong katakan sesuatu pada Pak Sigit, jangan memecatku ...."Dia menangis keras sambil memohon ampun, dia bahkan hendak memeluk kaki Ardika.Ketua cabang yang tadinya begitu bermartabat dan angkuh menjadi begitu menyedihkan setelah dipecat.Ardika menendangnya.Dia sama sekali tidak bersimpati pada orang seperti ini.Kalau orang yang ditangkap hari ini adalah rakyat jelata yang tidak bersalah, konsekuensinya tak terbayangkan."Sungguh memalukan!"Sigit pun mendengus dingin sambil memandang Ardika."Tuan Ardika, saya ingin mengambil bukti dari kamera pengawas mobil Anda agar orang-orang di sini dapat melihat dengan jelas bahwa Anda sudah difitnah!"Ketika dia tiba, dia mendengar para pejalan kaki di sini terus mengatakan bahwa Ardika adalah pedagang manusia.Jelas-jelas, dia adalah seorang pahlawan, tetapi malah difitnah seperti ini.Dewa Perang pasti sangat sakit h
Jiko panik.Tadi dia meremehkan Ardika karena mengendarai Audi A4, tak disangka, sekarang dia malah ditangkap oleh Sigit karena BMW X6 miliknya."Pak Sigit, tolong lepaskan aku, keluargaku adalah ...."Sebelum dia selesai berbicara, Sigit telah melambaikan tangan untuk menyelanya."Aku nggak bisa mengendalikanmu, tapi aku akan menceritakan perilaku burukmu ini kepada Pak Kairo, ketua Departemen Perhubungan. Tunggu saja, kamu akan dipecat!"Wajah Jiko langsung memucat."Bagus!"Para pejalan kaki langsung bersorak-sorai dan bertepuk tangan.Setelah semuanya bubar, Sigit menghampiri Ardika untuk meminta maaf."Lupakan saja, masalah kecil."Ardika melambaikan tangannya untuk menyudahi masalah ini.Sigit menghela napas panjang."Aku pergi dulu."Ketika Ardika hendak berjalan menuju mobilnya, Elsy membawa Livy menghampirinya.Sementara itu, Jiko hanya berani menonton dari kejauhan dengan kesal, dia tidak berani menghentikan Elsy lagi."Paman Ardika, Ibu menyuruhku datang berterima kasih pada
"Selamat tinggal, Paman Ardika!"Livy melambaikan tangannya dengan sopan."Selamat tinggal, Livy."Ardika berkata pada Elsy, "Bolehkah kamu memberikan alamat rumah kakek nenek Livy? Aku ingin pergi mengunjungi mereka kalau ada waktu."Delvin adalah satu-satunya teman baik yang dia miliki sebelum bergabung dengan tim perang.Sekarang, Delvin meninggal dan istrinya menikah lagi, Ardika ingin membantu Delvin menjaga keluarganya.Elsy pun memberikan alamatnya.Kemudian, dia menggendong Livy masuk ke dalam mobil dengan enggan.Ardika kembali ke lokasi konstruksi. Dia terus berada di sana sampai jam pulang kerja agar bisa pulang bersama Luna."Sayang, apa kamu ingat Delvin? Ternyata Livy itu putrinya, kebetulan sekali, 'kan?"Di tengah perjalanan, Ardika membahas soal Delvin, tetapi dia tidak menceritakan bahwa dirinya difitnah menjadi pedagang manusia.Biasanya, dia tidak akan menceritakan hal-hal yang tidak menyenangkan pada Luna.Dia tahu bahwa istrinya sudah cukup tertekan setelah mengam
Sesampai di rumah, suasana hati Luna sudah jauh membaik.Ardika memanfaatkan waktu memarkir mobil untuk menelepon Jesika dan menyuruhnya menyelidiki semua informasi yang berkaitan dengan Delvin.Setelah pergi ke rumah sakit jiwa untuk mengunjungi Ardika, Delvin langsung kecelakaan.Pasti ada sesuatu di balik semua ini!Pada saat yang sama.Taman Hiburan Roms.Tempat ini adalah markas Romi."Apa? Okin dan yang lainnya ditangkap oleh Korps Taring Harimau?"Mendengar laporan dari bawahan, Romi sontak ketakutan hingga merosot ke kursinya.Dia mengirim Okin dan lima puluh preman lainnya ke Kompleks Prime Melati untuk membuat keributan, tak disangka beberapa saat kemudian, semuanya malah tidak dapat dihubungi.Dia segera mengutus anak buahnya untuk mencari tahu keadaan.Mereka kembali dengan kabar Okin dan yang lainnya ditangkap oleh Korps Taring Harimau!Dia teringat akan hal-hal yang dialami Jinto.Jangan-jangan Ardika memang bisa menggerakkan Korps Taring Harimau?Romi gemetar ketakutan.
"Tina, kamu sudah kembali ke Kota Banyuli?"Luna mengangkat telepon dengan gembira.Dua hari yang lalu, Tina mengatakan bahwa dia akan pulang untuk menangani beberapa urusan.Setelah itu, dia seolah-olah menghilang dari dunia, teleponnya tidak dapat dihubungi.Luna sangat mengkhawatirkannya.Sekarang, melihat Tina meneleponnya, dia tahu bahwa Tina sudah menangani urusan. Jadi, Luna bergembira untuk sahabatnya."Sayang, kamu begitu senang menerima telepon dariku? Kamu sudah merindukanku, 'kan?"Suara malas Tina yang centil pun terdengar dari ujung lain telepon."Diam, kenapa orang sesempurna kamu mempunyai mulut!"Luna sudah terbiasa dengan sikap Tina dan dia pun tidak segan dengan sahabatnya, dia langsung menceritakan masalah yang dia hadapi.Dia yakin bahwa Tina bisa membantunya menangani Romi.Ketika pergi berjalan-jalan dengan Tina sebelumnya, mereka digoda oleh beberapa preman dan hampir diseret masuk ke dalam mobil.Saat itu, Luna ketakutan hingga memucat, tetapi Tina sangat tenan
Mendengar ini, tatapan Ardika berubah muram. Setiap bertemu dengan Tina, Tina pasti akan menyuruhnya bercerai dengan Luna. Menyebalkan sekali!Namun, dia tetap menahan amarahnya.Dia sudah berjanji dengan Luna tidak akan perhitungan dengan wanita ini.Namun, Luna agak kesal. "Tina, aku dan Ardika baik-baik saja, untuk apa bercerai.""Kamu mau ngapain kalau nggak bercerai? Apa kamu mau menghabiskan sisa hidupmu dengan pria yang nggak berguna ini?"Tina memang bermulut pedas. Dalam sekejap, dia sudah memberikan Ardika julukan.Luna khawatir Tina akan makin keterlaluan.Dia segera berkata, "Tina, jangan asal bicara. Ardika bukan nggak berguna. Dia baru saja keluar dari rumah sakit jiwa dan belum punya pekerjaan. Beberapa hari ini saat aku terlibat masalah, dialah yang membantuku mengatasi masalah."Tina tahu bahwa Luna sangat baik hati, dia berkata demikian pasti karena mengasihani Ardika.Dia melirik Ardika yang duduk diam di samping, lalu mendengus dingin.Kalau pria lain yang dihina se
"Ada apa, Pak Tiano? Kamu mengenalnya?"Mendapati ekspresi Tiano langsung berubah drastis setelah melihat Ardika, Piom dan Lando pun merasa sedikit gelisah.Sepertinya reaksinya ini menunjukkan tanda-tanda yang kurang baik.Jangan bilang dia juga akan berlutut di hadapan Ardika seperti Harrison.Namun, tak lama kemudian, Tiano langsung memasang ekspresi muram dan berkata, "Bajingan, ternyata kamu yang membuat masalah lagi! Kamu benar-benar bernyali besar! Berani-beraninya kamu menyinggung Piom dan Lando!"Mendengar panggilan yang ditujukan olah Tiano pada Ardika, Piom dan Lando langsung tertawa.Mereka bahkan sudah tidak keberatan melihat Tiano mengagungkan senioritas sendiri di hadapan mereka lagi.Benar saja, Tiano sudah menjabat sebagai Wali Kota Banyuli selama dua puluh tahun, dia cukup berwibawa dan berkuasa, sama sekali tidak menganggap serius Ardika.Piom memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Pak Tiano, kali ini aku membawa tim inspeksi untuk meninjau proyek Gunung Amona,
"Malam ini Andrew mengadakan perjamuan malam di Kota Banyuli, Harrison, Konsul Jenderal Negara Enggrim juga muncul perjamuan malam tersebut.""Tapi ... tapi kabar terbarunya adalah, Harrison berlutut di hadapan seorang pemuda, bahkan mematahkan lengan dan kaki Andrew di hadapan banyak orang."Ini ...."Tak lama kemudian, dengan berkeringatan, sekretaris Helios segera menyampaikan laporan pada atasannya.Hal ini benar-benar terlalu mengejutkan. Kalau tidak diatasi dengan baik, bisa menimbulkan konflik antar negara. Sekretaris itu juga sangat terkejut.Helios menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Aku tahu siapa pemuda itu, anggap saja kejadian Harrison nggak pernah terjadi.""Omong-omong, bukankah Ciputra dari Inspektorat berada di Kota Banyuli?""Ya, benar. Dua hari ini, Pak Ciputra sedang melakukan inspeksi rahasia di Kota Banyuli!"Sekretaris itu menjawab dengan cepat.Helios langsung melambaikan tangannya dan berkata, "Cepat minta dia ke sana untuk menangani Piom dan Lando!""Baik!
Begitu mendengar ucapan Ardika, ekspresi Piom langsung berubah menjadi muram.Dia tahu Ardika tidak bersedia untuk membiarkan hal ini berlalu begitu saja.Jelas-jelas hal ini bisa dibiarkan berlalu dengan mudah, biarpun dia harus merendahkan diri dan meminta maaf.Namun, Ardika malah sengaja mengutarakan hal tersebut secara terang-terangan. Sangat jelas pria itu tidak berencana untuk melepaskannya.Tepat pada saat ini, Lando melangkah maju, mencoba untuk meredakan situasi. "Tuan Ardika, pernahkah kamu mendengar kalimat ini? Cobalah untuk berbesar hati memaafkan orang lain, jangan bertindak kelewat batas!"Dia juga tidak bodoh, dia tahu Ardika tidak ingin membiarkan hal ini berlalu begitu saja.Sementara itu, dirinya dan Piom adalah satu-satunya orang-orang pemerintahan yang menghadiri perjamuan malam Andrew.Begitu tindakan Piom terekspos, kemungkinan besar dia juga akan terseret dalam masalah.Ini bukan hanya sekadar dugaan tak berdasar, karena sebelumnya dia juga telah menyinggung Ar
Andrew dan yang lainnya sudah dibawa pergi oleh Harrison.Suasana di dalam ruangan itu juga sudah berubah menjadi hening.Terutama orang-orang yang sebelumnya tidak menjaga mulut mereka dengan baik, yang sudah melontarkan kata-kata sindiran dan ejekan terhadap Ardika, saat ini mereka merasakan sekujur mereka diselimuti oleh hawa dingin. Mereka benar-benar gugup setengah mati.Mereka tahu jelas.Hanya dengan beberapa patah kata saja, Ardika sudah bisa membuat Harrison berlutut meminta maaf, bahkan mematahkan lengan dan kaki Andrew. Kalau begitu, Ardika pasti punya kemampuan untuk membalas mereka, bahkan membuat mereka jatuh miskin.Ini bukan hiperbola. Bagaimanapun juga, kalau bukan karena kebesaran hati Ardika, bahkan Grup Kamel juga terpaksa harus meninggalkan pasar Negara Nusantara.Saat ini, mereka ingin sekali melayangkan dua tamparan ke wajah mereka sendiri, mengapa mereka memandang rendah orang lain dengan sembarangan?Namun, Ardika sama sekali tidak berencana untuk memedulikan o
Suara orang-orang tersentak menyelimuti udara.Saat orang-orang lainnya mendengar ucapan Harrison ini, mereka kembali terkejut.Tidak hanya melumpuhkan Andrew, pria itu bahkan akan meminta Grup Kamel untuk meninggalkan pasar Negara Nusantara sepenuhnya, kerugiannya diperkirakan mencapai puluhan triliun.Sebenarnya apa identitas Ardika, sampai-sampai bisa membuat seorang Harrison bertindak sejauh ini sebagai bentuk pertanggungjawaban untuknya?Namun, Ardika malah melambaikan tangannya, menolak penawaran Harrison."Nggak perlu segitunya. Selama kelak Grup Kamel berbisnis di Negara Nusantara sesuai aturan, aku terima dengan senang hati.""Adapun mengenai Andrew dan semua anak buahnya ini, aku nggak ingin melihat mereka menginjakkan kaki mereka di Negara Nusantara lagi."Dari awal hingga akhir, Ardika sama sekali tidak melirik Andrew.Bangsawan Negara Enggrim apaan?Bangsawan Negara Enggrim yang mati di tangannya bukan hanya satu orang.Kalau bukan karena itu, bagaimana mungkin Harrison bi
"Seharusnya Tuan Ardika juga tahu, bukan Negara Enggrim saja yang melakukan hal seperti ini ...."Harrison mengamati ekspresi Ardika dengan hati-hati, mencoba untuk membela diri.Ardika tertawa dingin dan berkata, "Tapi Andrew meminta mereka untuk mematahkan lengan dan kakiku, lalu menghabisiku.""Karena mereka adalah anggota luar departemen luar negeri Negara Enggrim, kalau begitu bukankah aku boleh menganggap hal ini sebagai bentuk provokasi Negara Enggrim terhadapku?"Begitu mendengar ucapan Ardika, saking ketakutannya Harrison segera bersujud tanpa henti di hadapan Ardika."Tuan Ardika, Tuan salah paham! Negara Enggrim sama sekali nggak bermaksud seperti itu! Tuan nggak perlu ragu, negara kami nggak mungkin bermaksud seperti itu!""Pasti ada orang-orang tertentu yang mencoba untuk merusak hubungan antara kita, kami sama sekali nggak bermaksud nggak hormat pada Tuan!"Semua orang di dalam ruangan tersebut menyaksikan pemandangan ini dengan tercengang.Sebenarnya siapa Ardika? Bisa-b
Harrison mengalihkan pandangannya ke arah yang ditunjuk oleh Andrew, saat itu juga dia melihat Ardika.Ekspresinya langsung berubah drastis, sekujur tubuhnya mulai gemetaran.Walaupun dia sudah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi hal ini, tetapi begitu mendengar Andrew mengatakan ingin menghabisi Ardika, perasaan ketakutan langsung menyelimuti hatinya."Diam!"Harrison melangkah maju satu langkah, melayangkan satu tendangan ke dada Andrew.Andrew berteriak kesakitan. Saking kesakitannya, tubuhnya meringkuk, dia bahkan tidak bisa berkata-kata lagi."Brak ...."Kemudian, di bawah tatapan terkejut semua orang, Harrison berlutut di lantai."Tuan Ardika, aku sudah datang dalam sepuluh menit! Silakan beri instruksi!"Kemudian, dalam posisi bersujud, Harrison merangkak menghampiri Ardika, lalu mengucapkan kalimat itu dengan sangat merendah.Menyaksikan pemandangan itu, semua orang langsung tersentak.Selain Luna yang sudah pernah menyaksikan adegan yang sama, saat ini bahkan Felda yang m
Setelah melontarkan satu kalimat itu, Ardika langsung memutuskan panggilan telepon.Orang-orang lainnya tidak bisa mendengar suara Harrison di ujung telepon sana, mereka tidak tahu bagaimana sikap sang Konsul Jenderal terhadap Ardika.Mereka hanya mendengar Ardika mengucapkan beberapa patah kata dengan santai, lalu langsung memutuskan panggilan telepon begitu saja. Terlebih lagi, jelas-jelas Ardika memerintahkan Harrison untuk kemari, tentu saja hal ini membuat mereka semua tercengang.Memerintahkan Konsul Jenderal Negara Enggrim yang bertugas di Provinsi Denpapan untuk kemari?Apa mereka salah dengar?Atau bocah ini benar-benar sudah gila?Andrew memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Eh, bocah Negara Nusantara, berani-beraninya kamu memerintahkan Pak Harrison untuk kemari! Tamat sudah riwayatmu!""Apa kamu tahu sebelum dia menjadi seorang konsul, dulu dia adalah salah seorang prajurit yang paling terkenal di Negara Enggrim?""Berani-beraninya kamu menghinanya seperti itu! Dia p
Ekspresi Luna juga sedikit pucat, tetapi dia memaksakan dirinya untuk tetap tenang dan berkata dengan dingin, "Memangnya kalau suamiku nggak memperlakukan mereka seperti itu, Grup Kamel akan melepaskan kami?"Melihat Andrew begitu menyedihkan, dia merasa ketakutan sekaligus puas."Eh ... ini ...."Semua orang di dalam ruangan itu terdiam. Apa maksud Luna, dia ingin hancur bersama?"Bam!"Tepat pada saat ini, Ardika mengambil sebotol anggur, lalu menggunakan botol anggur itu untuk memukuli kepala Andrew tanpa ragu.Saat itu juga, botol anggur pecah, kepala Andrew juga berdarah. Dia merasa kesakitan setengah mati.Ardika melirik Piom dan Lando dengan sorot mata dingin. "Kalau kalian mengucapkan satu kalimat omong kosong lagi, aku akan menghantam kepalanya dengan satu botol anggur.""Kamu!"Piom membuka mulutnya, tetapi segera menutup mulutnya.Dia takut Ardika benar-benar memukuli Andrew sampai mati. Saat itu tiba, dia juga akan ikut terseret dalam masalah.Orang-orang lainnya juga tidak