"Tina, kamu sudah kembali ke Kota Banyuli?"Luna mengangkat telepon dengan gembira.Dua hari yang lalu, Tina mengatakan bahwa dia akan pulang untuk menangani beberapa urusan.Setelah itu, dia seolah-olah menghilang dari dunia, teleponnya tidak dapat dihubungi.Luna sangat mengkhawatirkannya.Sekarang, melihat Tina meneleponnya, dia tahu bahwa Tina sudah menangani urusan. Jadi, Luna bergembira untuk sahabatnya."Sayang, kamu begitu senang menerima telepon dariku? Kamu sudah merindukanku, 'kan?"Suara malas Tina yang centil pun terdengar dari ujung lain telepon."Diam, kenapa orang sesempurna kamu mempunyai mulut!"Luna sudah terbiasa dengan sikap Tina dan dia pun tidak segan dengan sahabatnya, dia langsung menceritakan masalah yang dia hadapi.Dia yakin bahwa Tina bisa membantunya menangani Romi.Ketika pergi berjalan-jalan dengan Tina sebelumnya, mereka digoda oleh beberapa preman dan hampir diseret masuk ke dalam mobil.Saat itu, Luna ketakutan hingga memucat, tetapi Tina sangat tenan
Mendengar ini, tatapan Ardika berubah muram. Setiap bertemu dengan Tina, Tina pasti akan menyuruhnya bercerai dengan Luna. Menyebalkan sekali!Namun, dia tetap menahan amarahnya.Dia sudah berjanji dengan Luna tidak akan perhitungan dengan wanita ini.Namun, Luna agak kesal. "Tina, aku dan Ardika baik-baik saja, untuk apa bercerai.""Kamu mau ngapain kalau nggak bercerai? Apa kamu mau menghabiskan sisa hidupmu dengan pria yang nggak berguna ini?"Tina memang bermulut pedas. Dalam sekejap, dia sudah memberikan Ardika julukan.Luna khawatir Tina akan makin keterlaluan.Dia segera berkata, "Tina, jangan asal bicara. Ardika bukan nggak berguna. Dia baru saja keluar dari rumah sakit jiwa dan belum punya pekerjaan. Beberapa hari ini saat aku terlibat masalah, dialah yang membantuku mengatasi masalah."Tina tahu bahwa Luna sangat baik hati, dia berkata demikian pasti karena mengasihani Ardika.Dia melirik Ardika yang duduk diam di samping, lalu mendengus dingin.Kalau pria lain yang dihina se
"Ardika, lihat bagaimana Kak Tina menyelesaikan masalah."Tina memandang Ardika dengan kesal, lalu berjalan ke luar dengan percaya diri."Aku adalah Tina, wakil presdir Grup Lautan Berlian!"Yunus menjilat bibirnya, lalu berkata sambil tersenyum, "Ternyata Kak Tina. Aku pernah mendengar tentangmu, kamu adalah anak angkat Tuan Alden, 'kan? Ini pertama kalinya kita bertemu secara langsung, kamu cantik sekali!"Seketika, Tina merasa mual dan ingin muntah. Dia mengernyitkan keningnya."Kalau pernah dengar, cepat bawa anak buahmu pergi dari sini!""Plak!"Yunus melayangkan tamparan ke wajahnya dan bekas jari pun terlihat."Sial, beraninya berlagak hebat denganku. Aku bekerja untuk Kak Romi, nggak ada hubungannya dengan anak angkat Tuan Alden. Dia nggak memberiku uang!"Para preman seperti mereka tidak takut mati, mereka hanya mementingkan uang.Terlebih lagi, kelak bos mereka akan menjadi pengurus Asosiasi Bahan Bangunan dan mendapatkan dukungan dari Keluarga Mahasura.Bagaimana mungkin tak
Luna pun terdiam.Keduanya mengira hari ini Korps Taring Harimau kebetulan lewat untuk latihan lagi.Tidak ada yang menyadari bahwa Ardika-lah yang memerintahkan mereka untuk datang.Luna sangat senang ketika melihat para preman itu bekerja tanpa dibayar.Dia akan menghemat banyak biaya!Di rumah tua Keluarga Basagita.Yanto dan keluarganya datang dengan tergesa-gesa."Tuan Besar, tolong urus Luna. Kalau terus seperti ini, Grup Agung Makmur akan hancur!"Begitu melihat Tuan Besar Basagita, Yanto langsung memohon dengan frustrasi."Ada apa? Dia menimbulkan masalah apa lagi?"Tuan Besar Basagita sudah mengurung diri selama dua hari di rumah, dia sama sekali tidak memperhatikan keadaan Grup Agung Makmur.Wisnu berkata, "Kakek, si kepala preman Romi mengutus orang untuk mengepung lokasi konstruksi dan meminta Luna untuk membeli bahan bangunan mereka. Kalau dia menolak, mereka akan menunda pembangunan. Kemudian, Korps Taring Harimau kebetulan lewat dan melihat ada yang sedang membuat keribu
Melihat situasi ini, Ardika tahu bahwa dia tidak akan bisa membujuk Luna.Dia tiba-tiba berkata, "Sayang, aku masih ada urusan. Aku keluar dulu.""Ya."Mendengar perkataan Ardika, Luna yang sedang khawatir pun hanya menganggukkan kepalanya.Ardika keluar dan diam-diam memanggil manajer pemasaran, Gita."Pak, ada perintah apa?"Gita segera menyusul dan berdiri di hadapan Ardika dengan hormat.Luna yang berada di dalam melihat situasi ini, tetapi dia tidak terlalu memedulikan hal ini.Gita dan dua orang lainnya pun begitu sopan padanya. Dia sudah pernah memperingatkan mereka untuk bersikap lebih santai, tetapi ketiganya tidak berubah."Carilah alasan untuk menahan Bu Luna di sini. Aku akan pergi mencari Romi."Setelah berkata demikian, Ardika berbalik pergi.Gita pun pergi mencari Luna."Bu Luna, aku membuat rencana pemasaran dan memerlukan bantuanmu untuk memeriksa apakah rencana ini dapat dipakai ...."Ketika teringat akan pergi menemui Romi, Luna merasa agak gugup dan takut.Namun, pe
Romi sama sekali tidak menganggap Ardika.Budi memberitahunya bahwa Ardika adalah anak yang ditelantarkan oleh Keluarga Mahasura dari ibu kota provinsi dan telah dikurung di rumah sakit jiwa selama beberapa tahun.Dengan adanya sedikit koneksi, Ardika berusaha keras untuk menyanjung Henry.Namun kenyataannya, pria ini adalah pecundang yang tidak berguna!"Hei, Bodoh, karena istrimu menyinggungku, kamu datang ke sini untuk mewakilinya memohon ampun?" tanya Romi.Dia berencana untuk menghina Ardika agar bisa melampiaskan semua kekesalan yang disebabkan oleh Korps Taring Harimau.Ardika memandang Romi yang sombong, lalu tiba-tiba tersenyum. "Bukan. Aku datang untuk mengundangmu pergi bekerja ke Kompleks Prime Melati.""Mengundangku pergi bekerja?"Romi mengerutkan keningnya, jawaban ini di luar ekspektasinya."Krek!"Romi menyalakan sebatang rokok, lalu mengisapnya sebelum bertanya, "Oh, pekerjaan apa yang ingin kamu tawarkan?""Selain memindahkan batu bata, apa lagi yang bisa dilakukan d
Enam orang pria memelototi Ardika dengan aura membunuh yang kuat."Romi, jadi mereka adalah enam jenderal perang bawahanmu?"Ketika melihat enam orang itu, ekspresi Jinto sedikit berubah.Setelah keluar dari penjara satu bulan lalu, Romi baru mulai berjaya di Kota Banyuli.Dia bisa menjadi kepala preman penguasa wilayah karena enam orang hebat ini.Hanya saja, hanya sedikit orang yang pernah melihat mereka. Ketika enam orang ini turun tangan, musuh Romi pasti akan mati.Mereka termasuk senjata rahasia Romi.Bahkan Jinto baru pertama kali melihat mereka."Huh! Tahu juga kamu!"Romi berkata dengan bangga, "Enam jenderal perang ini merupakan prajurit senior yang pulang dari wilayah perang. Tangan mereka sudah dipenuhi darah manusia.""Gaji tahunan yang aku berikan kepada mereka mencapai miliaran per orang. Kamu mengerti seberapa hebat kekuatan mereka, 'kan?"Sambil berkata, dia tiba-tiba melihat ke arah Ardika, lalu berkata dengan kejam, "Cepat! Berikan pelajaran kepada bocah yang nggak t
"Ternyata Komandan Draco!"Pada saat ini, Romi juga mengenali Draco. Kedua kakinya langsung lemas.Identitas Draco lebih mengejutkan daripada kekalahan enam jenderal perangnya.Dia adalah seorang pahlawan feodal.Satu perintah darinya bisa membuat Romi mati sepuluh ribu kali.Kemudian, dia pun menoleh ke Ardika.Romi baru teringat ucapan Ardika sebelumnya bahwa Draco adalah jenderal perang nomor satu di bawahnya.Kalau begitu, bukankah identitas Ardika sudah jelas?Buk!Tekanan yang besar membuat Romi langsung berlutut dan terus mengetukkan kepalanya."Tuan Dewa Perang, aku bersalah. Aku tak seharusnya bersikap nggak hormat, aku pantas mati ...."Romi terus bersujud.Dewa Perang Ardika memiliki kekuasaan mutlak. Romi tahu kalau dirinya pasti akan mati.Kalau Dewa Perang Ardika lebih kejam lagi, seluruh keluarga Romi akan mati karena sikapnya yang tidak hormat."Jadi sekarang, kamu mau ikut aku pulang untuk menjadi kuli nggak?" tanya Ardika.Romi tiba-tiba mengangkat kepalanya, lalu men