Davis tidak terburu-buru meminta Ardika untuk mengembalikan uang. Dia meminta Ardika untuk berlutut terlebih dahulu, nanti baru membicarakan tentang uang.Menurutnya, setelah beberapa anak buah Tina dibakar hingga mati, lawannya itu sudah mengaku kalah.Luna sekeluarga buru-buru mengumpulkan uang dan meminta Ardika untuk menyerahkan uang padanya."Gilang yang memberimu instruksi?"Tentu saja Ardika tidak akan berlutut. Dia mengamati sekeliling, mencari keberadaan Gilang.Kalau Gilang juga berada di sini, maka dia akan sekalian menghabisi serigala tua itu juga."Kamu nggak perlu mencari lagi, Gilang nggak berada di sini."Davis tertawa dan berkata, "Tolong perhatikan penggunaan kata-katamu. Gilang nggak berhak memberi instruksi padaku, kami hanya bekerja sama.""Dia menunjukkan jalan bagi Bank Sentral untuk memperoleh uang, aku membalaskan dendam putrinya sebagai bentuk rasa terima kasihku padanya."Gilang tidak berada di sini.Ardika sedikit menyayangkan hal ini.Dia bertanya, "Oh? Dia
Dengan ekspresi ganas, pemuda itu berjalan menghampiri Draco dan berkata, "Eh, sialan, cepat lepaskan kacamatamu!"Dia mengayunkan pisau di hadapan Draco.Draco menyunggingkan seulas senyum dan berkata, "Kamu lepas saja sendiri."Pemuda itu tidak menyangka Draco sama sekali tidak takut padanya. Amarahnya langsung memuncak. "Oke, aku akan melepas kacamata hitammu, lalu mencongkel matamu dan melemparkannya kepada anjing!"Saat berbicara, dia mengulurkan lengannya untuk melepaskan kacamata hitam Draco.Namun, begitu lengannya terulur, Draco langsung menarik pergelangan tangannya."Lepaskan aku! Ahhh!!!"Dicengkeram oleh tangan besar yang seperti sebuah ragum, pemuda itu langsung berteriak dengan menyedihkan."Eh, pemuda, aku beri kamu satu kesempatan untuk melepaskannya."Ekspresi Davis tetap tidak berubah, hanya suaranya yang berubah menjadi sedikit dalam.Dia sudah sangat berpengalaman.Melihat keponakannya jatuh di tangan orang lain, dia tetap tidak panik karena tempat ini adalah wilay
Bagaikan prajurit yang jatuh dari langit, sebelumnya pergerakan sekelompok prajurit khusus ini sama sekali tidak terdengar.Tiba-tiba saja, mereka sudah menerobos masuk ke markas Bank Sentral.Kedatangan mereka secara dadakan itu membuat Davis dan seluruh anak buahnya tercengang sekaligus ketakutan."Semuanya, berdiri di tempat! Jangan bergerak!""Benda apa pun yang ada dalam genggaman kalian, cepat letakkan sekarang juga!"Seiring dengan teriakan tegas para prajurit, sekelompok penjahat kelas berat itu langsung berubah menjadi penurut.Hal yang mengejutkan Davis adalah orang yang memimpin sekelompok prajurit itu adalah seorang brigadir jenderal muda.Orang itu tidak lain adalah Soni.Dia segera berjalan menghampiri Draco dan berdiri dengan tegak di hadapan Draco."Lapor Komandan! Pasukan Khusus Serigala sudah tiba!"Selesai berbicara, dia memberi hormat kepada Draco, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Ardika dan memberi hormat kepada Ardika."Apa?! Komandan?! Kamu adalah ...."Davi
Davis terpaksa menyerahkan sebuah HDD beserta dengan kata sandinya kepada Ardika.Ardika melemparkan HDD itu kepada Draco, lalu tersenyum dan bertanya pada Davis, "Apa sekarang kamu masih ingin berterima kasih pada Gilang?""Aku ingin mencabik-cabiknya hidup-hidup!" kata Davis dengan ekspresi ganas.Kalau bukan karena tergoda akan uang dalam jumlah besar setelah mendengar ucapan Gilang, dia tidak perlu berurusan dengan Ardika. Dia tidak akan berakhir berlutut di hadapan Dewa Perang dan memohon pengampunan untuk menyelamatkan nyawanya.Selain itu, keponakannya juga tidak akan mati!Ardika tersenyum tipis dan berkata, "Kalau begitu, bagaimana kalau kamu mengirimkan sebuah pesan kepada kakakmu dan memintanya untuk membalaskan dendammu kepada Gilang?""Ya, aku akan meminta kakakku untuk membalaskan dendamku!"Davis segera mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan kepada kakaknya.Begitu dia pesan itu terkirim, tiba-tiba ekspresi Davis langsung membeku.Dia mengangkat kepalanya da
"Minggir sana!"Tina memelototi pria yang masih memakai kacamata hitam malam-malam buta itu dengan kesal.Dia selalu melihat pria itu mengikuti Ardika.Penampilan pria itu seperti seorang preman.Hanya dengan sekali pandang saja, sudah jelas pria itu bukan orang baik."Eh, wanita, jangan berlagak hebat di hadapanku! Kalau bukan karena mempertimbangkan kakakmu, aku sudah menamparmu!"Selesai berbicara, Draco melambaikan tangannya ke arah Ardika dan berkata, "Bos, ayo masuk ke dalam mobil.""Aku rasa kamu sangat cocok dengannya. Kamu bisa mengendalikannya.""Jangan, jangan. Wanita itu nggak hanya bertemperamen buruk dan arogan, dia juga berlagak hebat."Mendengar pembicaraan mereka sebelum mobil itu melaju pergi, saking kesalnya, Tina hampir saja menginstruksikan anak buahnya untuk menabrak mobil itu!Di Rumah Sakit Ortopedi.Gilang bergegas berkunjung ke rumah sakit untuk menjenguk Panji yang patah kaki."Ardika si sialan itu, berani-beraninya dia menamparku dan menendang kakiku hingga
"Pergilah ke Penjara Luminus, minta bantuan Duo Pendekar Kota Lino," kata Gilang kepada anak buahnya tanpa ekspresi.Begitu mendengar ucapan majikan mereka, baik Panji maupun anak buah yang berdiri di belakang Gilang langsung tercengang."Apa? Tuan Gilang, Tuan ingin meminta bantuan Duo Pendekar? Begitu Duo Pendekar turun tangan, pasti akan terjadi pertumpahan darah!" seru Panji dengan kaget.Sorot mata ketakutan tampak jelas di matanya, pembuluh-pembuluh darah di dahinya juga terlihat melompat-lompat.Dia seolah-olah sedang membayangkan hal yang sangat menakutkan!"Grup Lautan Berlian sendiri yang nggak tahu diri. Berani-beraninya mereka melawanku, bersikeras melindungi Luna sekeluarga. Kalau begitu, biarkan saja pertumpahan darah terjadi."Gilang meletakkan tangannya di punggungnya, lalu melambaikan tangannya pada anak buahnya yang berdiri di belakangnya."Pergilah.""Baik, Tuan Gilang!"Setelah memberi hormat kepada sang majikan, anak buah Gilang itu keluar dari bangsal dan langsung
Setelah mendapat perintah dari Gilang, satu per satu undangan langsung disebarluaskan secepatnya.Tak lama kemudian, tokoh-tokoh besar di Kota Banyuli sudah menerima undangan tersebut."Gilang mengundang kita untuk menghadiri acara minum teh di Restoran Barudan besok pagi. Apa yang sedang direncanakannya?"Di Bar Fortemo.Setelah menerima undangan tersebut, Jinto dan Romi hanyut dalam pemikiran masing-masing.Sebelumnya, dua kepala preman ini pernah menjadi anak buah Ardika dan sempat berkuasa selama beberapa waktu.Namun, sejak mereka gagal melakukan tugas mereka dengan baik, Ardika mulai menyerahkan tugas dunia preman kepada Tina.Kedua orang ini pun kehilangan kekuasaan mereka.Jinto lebih parah lagi. Hanya karena satu kalimat dari Ardika, dia terpaksa harus mundur dari dunia preman.Karena itulah, dia janjian dengan Romi untuk minum-minum bersama di sini.Romi berkata dengan getir, "Nggak peduli apa tujuannya, kita tetap harus mempertimbangkan Keluarga Misra.""Tiga keluarga besar
Tanpa butuh waktu lama, undangan Gilang sudah sampai di Grup Bintang Darma.Undangan ini dibuat dengan "spesial".Hanya ada tiga kata."Datang memohon pengampunan!"Orang yang menyebarkan undangan mengharuskan Ardika untuk menerima undangan tersebut.Begitu undangan itu sampai di tangan Elsy, dia langsung terkejut setengah mati.Ardika beberapa kali terlibat dalam konflik dengan Keluarga Misra karena dirinya dan Livy.Sekarang Gilang mengirimkan undangan seperti ini untuk Ardika. Sangat jelas bahwa besok pria licik itu pasti akan mempersulit Ardika.Airin selaku asisten presdir Grup Bintang Darma berkata, "Bu Elsy, apa undangan ini perlu diberikan kepada Pak Ardika?""Nggak perlu. Aku akan menggantikannya menghadiri acara itu. Jangan beri tahu Pak Ardika masalah sepele seperti ini."Elsy menggertakkan giginya. Dalam lubuk hatinya, dia sudah membuat keputusan.Di Vila Cakrawala.Setelah menerima sebuah panggilan telepon, Luna menemui Ardika dengan diliputi perasaan cemas."Ardika, seora
"Maaf, aku nggak mengerti."Ardika menanggapi wanita itu dengan santai.Dia sudah berbicara panjang lebar seperti itu, tetapi Ardika hanya menanggapinya dengan beberapa patah kata singkat itu.Kayla benar-benar kesal setengah mati.Beberapa saat kemudian, wanita ini berkata sambil menggertakkan giginya, "Oke, oke, karena kamu nggak mengerti, maka aku akan memberimu satu kesempatan untuk mengerti!""Jam tujuh malam, aku akan menunggumu di Restoran Pigero di Gedung Goldis, agar orang kampungan sepertimu bisa menambah wawasan dengan melihat kota besar ini!""Ardika, kamu berani datang atau nggak?""Kalau kamu menjadi seorang pengecut, kelak jangan mengganggu bibiku sekeluarga dengan nggak tahu malu lagi!"Awalnya mendengar penawaran Kayla, Ardika sama sekali tidak berminat.Namun, karena lokasi janji temu wanita itu tetapkan di Gedung Goldis, hal ini sedikit menarik minat Ardika.Dia ingin lihat bagaimana situasi Grup Goldis.Karena itulah, Ardika berkata, "Oke, aku akan tiba di Gedung Go
"Uh ...."Mendengar ucapan Kayla, Ardika langsung teringat.Kala itu, dia sering dibawa ke rumah oleh Sutandi, sedangkan Kayla ini juga sering diantar ke rumah Sutandi untuk mengerjakan PR.Ya, yang Ardika ingat, interaksi antara dirinya dengan Kayla hanya sekadar ini.Siapa sangka Kayla malah mengatakan dirinya pernah diam-diam menyukai wanita itu, bahkan wanita itu pernah menolaknya.Ardika benar-benar merasa dirugikan."Itu ... yang penting kamu senang saja, terserah kamu."Ardika juga tidak tahu harus memberi tanggapan seperti apa pada wanita itu, seakan-akan mengatakan apa pun tidak terlalu baik."Kamu sudah ingat?"Kayla mendengus dengan agak bangga, lalu berkata dengan nada bicara senang, "Sepertinya kamu sudah melupakan kejadian dulu, baguslah kalau seperti itu. Bagaimanapun juga, kita berdua berasal dari dunia yang berbeda. Saat itu, pertemuan kita di rumah Paman Sutandi, hanyalah sebuah kejadian yang nggak terduga."Ardika malas beromong kosong dengan wanita yang terlalu perc
Ardika melambaikan tangannya, menyuruh Cahdani yang berlinang air mata bahagia itu untuk pergi.Vita juga ikut pamit undur diri.Saat mereka berdua berjalan keluar bersama-sama dan tatapan mereka bertemu, seakan-akan ada percikan api yang meledak.Bagi mereka berdua, mereka tidak mungkin bisa berdamai.Bagaimanapun juga, hari ini mungkin saja Vita akan didesak oleh Cahdani ke jalan buntu, bahkan hampir dilecehkan oleh pria itu.Sementara itu, Cahdani juga mengerti wanita yang satu ini adalah wanita yang arogan, tidak mungkin akan memaafkannya, jadi dia juga tidak berinisiatif untuk berdamai.Begitu ada kesempatan, mereka akan menyerang satu sama lain tanpa ragu.Tentu saja Ardika sangat senang dengan situasi ini.Setelah meminta dua orang itu untuk pergi, Ardika juga tidak berlama-lama di vila Levin, dia langsung kembali ke pusat kota dan menginap di sebuah hotel bintang lima.Baru saja selesai mandi, Ardika yang bersiap untuk beristirahat sejenak, menerima sebuah pesan.Pesan yang dik
Tentu saja Cahdani mengerti tentang mencabut hingga ke akarnya.Saat ini, saking ketakutannya, jiwanya seperti sudah meninggalkan raganya. Dia langsung menerjang ke depan, memeluk kaki Ardika dan berkata sambil menangis dengan keras, "Pak Ardika, justru karena Pak Ardika sudah membunuh Ayah dan yang lainnya, aku lebih nggak berani lagi mengkhianati Pak Ardika.""Nyawaku sama sekali nggak ada artinya, Pak Ardika bisa menghabisiku dengan mudah.""Pak Ardika, aku mohon, beri aku satu kesempatan!""Aku bersedia menjadi anjing Pak Ardika, aku akan menggigit siapa pun sesuai perintah Pak Ardika!""Ya, ya, aku juga akan menunjukkan kesetiaanku. Giorgi adalah teman aliansiku, aku bisa membuat janji temu dengannya di tempatku dengan alasan untuk membicarakan urusan kami, lalu dibunuh atau disiksa, keputusan ada di tangan Pak Ardika!"Demi bertahan hidup, saat ini Cahdani benar-benar sudah menggunakan cara apa saja.Ardika memperkirakan biarpun sekarang dia meminta pria itu untuk pergi memakan t
"Jangan terburu-buru berterima kasih, kita bicarakan hal yang penting dulu."Ardika melambaikan tangannya, lalu duduk di sofa."Pertama-tama, aku beri tahu kamu, aku nggak memelihara pecundang.""Jadi, selanjutnya kamu harus menempati posisi sebagai ketua cabang Provinsi Denpapan.""Tapi, aku nggak akan mengangkatmu secara langsung. Kamu harus membersihkan Organisasi Snakei sendiri, menarik dukungan dan kekuasaan sendiri.""Baik yang sekarang sudah memperebutkan kekuasaan secara terang-terangan seperti Giorgi dan Wilgo, atau yang masih terkesan misterius seperti Revando, hanya ada dua pilihan untuk menghadapi orang-orang ini, tundukkan, atau kirim mereka ke alam bawah sana untuk menemani Sirilus.""Dalam kunjunganku kali ini, aku masih ada banyak urusan-urusan lainnya. Aku nggak ingin membuang-buang terlalu banyak waktu dalam urusan cabang Provinsi Denpapan, jadi aku hanya bisa memberimu waktu setengah bulan.""Vita, tunjukkan kemampuanmu padaku."Kalau Vita menunjukkan kemampuan yang
Berdasarkan rencana awal Ardika, membersihkan cabang Gotawa dan cabang Provinsi Denpapan, bisa dilakukan dengan menghabisi setengah anggota, lalu memenangkan hati setengah anggota.Diberi hukuman terlebih dahulu, baru diberi yang manis-manis. Dengan cara seperti ini, sudah bisa memegang kekuasaan dengan kokoh.Namun, saat dia melihat Vita, dia berubah pikiran.Dia ingin membuat Vita sepenuhnya tunduk padanya, bukannya ingin meninggalkan ancaman untuk dirinya sendiri. Itulah sebabnya, dia harus membuat wanita itu menyetujui penawarannya tanpa terpaksa.Ardika tidak bermaksud untuk memaksa wanita itu.Dia sudah memberi wanita itu kesempatan, apakah wanita itu bersedia menangkap kesempatan ini atau tidak, tergantung pada wanita itu sendiri.Setelah terdiam sejenak, Vita langsung melangkah maju dan berlutut di hadapan Ardika."Vita memberi hormat kepada Pak Ardika!""Mulai hari ini, aku hanya akan mendengarkan perintah Pak Ardika!"Begitu mengambil keputusan, Vita tidak ragu lagi. Dia melo
Pedang Ular Gelap.Pedang itu adalah senjata ajaib Vanya, sang Ratu Ular, juga merupakan pedang suci yang mewakili kekuasaan tertinggi Organisasi Snakei.Pedang yang terpampang nyata di depan mata ini, sangat jelas adalah replikanya.Biarpun hanya replika, juga hanya ketua cabang Organisasi Snakei yang memenuhi kualifikasi untuk memilikinya.Kala itu, sebagai orang berbakat yang menempati peringkat sepuluh besar dari tiga puluh enam cabang Organisasi Snakei, Vanya, sang Ratu Ular baru memberi Vita sebilah pedang ini.Sebelumnya, Vita membawa Pedang Ular Gelap ke Kota Banyuli. Dia mengira hanya dengan membawa Pedang Ular Gelap, dia sudah bisa menekan pembunuh ayah angkatnya.Namun, siapa sangka Ardika bisa melumpuhkannya dengan mudah dan merebut Pedang Ular Gelap.Setelahnya, karena Pedang Ular Gelap, muncullah serangkaian masalah.Jadi, saat melihat Pedang Ular Gelap yang dulunya ada di tangannya itu, kembali muncul di hadapannya, perasaan Vita campur aduk.Namun, hal yang membuatnya t
"Hal yang mudah ...."Vita menatap Ardika dengan lekat, sekujur tubuhnya gemetaran.Hanya saja, setelah kehilangan segalanya, dia baru menyadari betapa berharganya segala sesuatu yang dimilikinya dulu.Terutama setelah kekuatannya dilumpuhkan, dia benar-benar merasakan betapa kejamnya dunia ini.Orang-orang yang dulunya menjilatnya, rekan-rekan yang selalu menyapanya dengan penuh hormat, langsung berubah seratus delapan puluh derajat, menganggapnya seperti orang asing.Para senior dan tetua Organisasi Snakei cabang Gotawa yang sebelumnya sangat menyayanginya dan membelanya, tidak lagi memedulikannya. Pada akhirnya, mereka bahkan memindahkannya ke cabang Provinsi Denpapan, menempatkannya di posisi wakil ketua cabang Provinsi Denpapan.Setelah bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan, dia selalu ditindas oleh orang-orang. Hari ini, kalau dia benar-benar jatuh ke tangan Cahdani, dia tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya.Vita bertanya dengan susah payah, "Apa persy
Ardika menggelengkan kepalanya.Hingga saat seperti ini, wanita yang satu ini masih saja menunjukkan sikap angkuh yang konyol.Ardika berkata dengan memasang ekspresi mempermainkan, "Kalau begitu, coba kamu katakan, kamu berencana membalas budiku dengan cara apa?"Ekspresi Vita sedikit berubah. Kemudian, dia berkata dengan dingin, "Ardika, untuk apa kamu mempermalukanku seperti ini lagi di saat seperti ini?""Aku adalah orang lumpuh yang nggak punya apa-apa, bagaimana aku bisa membalas budimu?""Kekuasaan? Nggak ada seorang pun yang menganggap serius aku, wakil ketua cabang Provinsi Denpapan di atas nama ini. Bahkan, orang seperti Cahdani saja bisa mendesakku ke jalan buntu."Sekujur tubuh Cahdani gemetaran, dia buru-buru berkata, "Bu Vita, aku hanya gegabah sesaat! Sebenarnya aku sangat menghormatimu!"Vita melemparkan sorot mata dingin ke arah pria itu, tidak mengucapkan sepatah kata pun."Uang? Apa lagi uang, tentu saja aku nggak punya.""Ardika, kamu hanya suka melihat seorang wani