Dengan ekspresi ganas, pemuda itu berjalan menghampiri Draco dan berkata, "Eh, sialan, cepat lepaskan kacamatamu!"Dia mengayunkan pisau di hadapan Draco.Draco menyunggingkan seulas senyum dan berkata, "Kamu lepas saja sendiri."Pemuda itu tidak menyangka Draco sama sekali tidak takut padanya. Amarahnya langsung memuncak. "Oke, aku akan melepas kacamata hitammu, lalu mencongkel matamu dan melemparkannya kepada anjing!"Saat berbicara, dia mengulurkan lengannya untuk melepaskan kacamata hitam Draco.Namun, begitu lengannya terulur, Draco langsung menarik pergelangan tangannya."Lepaskan aku! Ahhh!!!"Dicengkeram oleh tangan besar yang seperti sebuah ragum, pemuda itu langsung berteriak dengan menyedihkan."Eh, pemuda, aku beri kamu satu kesempatan untuk melepaskannya."Ekspresi Davis tetap tidak berubah, hanya suaranya yang berubah menjadi sedikit dalam.Dia sudah sangat berpengalaman.Melihat keponakannya jatuh di tangan orang lain, dia tetap tidak panik karena tempat ini adalah wilay
Bagaikan prajurit yang jatuh dari langit, sebelumnya pergerakan sekelompok prajurit khusus ini sama sekali tidak terdengar.Tiba-tiba saja, mereka sudah menerobos masuk ke markas Bank Sentral.Kedatangan mereka secara dadakan itu membuat Davis dan seluruh anak buahnya tercengang sekaligus ketakutan."Semuanya, berdiri di tempat! Jangan bergerak!""Benda apa pun yang ada dalam genggaman kalian, cepat letakkan sekarang juga!"Seiring dengan teriakan tegas para prajurit, sekelompok penjahat kelas berat itu langsung berubah menjadi penurut.Hal yang mengejutkan Davis adalah orang yang memimpin sekelompok prajurit itu adalah seorang brigadir jenderal muda.Orang itu tidak lain adalah Soni.Dia segera berjalan menghampiri Draco dan berdiri dengan tegak di hadapan Draco."Lapor Komandan! Pasukan Khusus Serigala sudah tiba!"Selesai berbicara, dia memberi hormat kepada Draco, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Ardika dan memberi hormat kepada Ardika."Apa?! Komandan?! Kamu adalah ...."Davi
Davis terpaksa menyerahkan sebuah HDD beserta dengan kata sandinya kepada Ardika.Ardika melemparkan HDD itu kepada Draco, lalu tersenyum dan bertanya pada Davis, "Apa sekarang kamu masih ingin berterima kasih pada Gilang?""Aku ingin mencabik-cabiknya hidup-hidup!" kata Davis dengan ekspresi ganas.Kalau bukan karena tergoda akan uang dalam jumlah besar setelah mendengar ucapan Gilang, dia tidak perlu berurusan dengan Ardika. Dia tidak akan berakhir berlutut di hadapan Dewa Perang dan memohon pengampunan untuk menyelamatkan nyawanya.Selain itu, keponakannya juga tidak akan mati!Ardika tersenyum tipis dan berkata, "Kalau begitu, bagaimana kalau kamu mengirimkan sebuah pesan kepada kakakmu dan memintanya untuk membalaskan dendammu kepada Gilang?""Ya, aku akan meminta kakakku untuk membalaskan dendamku!"Davis segera mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan kepada kakaknya.Begitu dia pesan itu terkirim, tiba-tiba ekspresi Davis langsung membeku.Dia mengangkat kepalanya da
"Minggir sana!"Tina memelototi pria yang masih memakai kacamata hitam malam-malam buta itu dengan kesal.Dia selalu melihat pria itu mengikuti Ardika.Penampilan pria itu seperti seorang preman.Hanya dengan sekali pandang saja, sudah jelas pria itu bukan orang baik."Eh, wanita, jangan berlagak hebat di hadapanku! Kalau bukan karena mempertimbangkan kakakmu, aku sudah menamparmu!"Selesai berbicara, Draco melambaikan tangannya ke arah Ardika dan berkata, "Bos, ayo masuk ke dalam mobil.""Aku rasa kamu sangat cocok dengannya. Kamu bisa mengendalikannya.""Jangan, jangan. Wanita itu nggak hanya bertemperamen buruk dan arogan, dia juga berlagak hebat."Mendengar pembicaraan mereka sebelum mobil itu melaju pergi, saking kesalnya, Tina hampir saja menginstruksikan anak buahnya untuk menabrak mobil itu!Di Rumah Sakit Ortopedi.Gilang bergegas berkunjung ke rumah sakit untuk menjenguk Panji yang patah kaki."Ardika si sialan itu, berani-beraninya dia menamparku dan menendang kakiku hingga
"Pergilah ke Penjara Luminus, minta bantuan Duo Pendekar Kota Lino," kata Gilang kepada anak buahnya tanpa ekspresi.Begitu mendengar ucapan majikan mereka, baik Panji maupun anak buah yang berdiri di belakang Gilang langsung tercengang."Apa? Tuan Gilang, Tuan ingin meminta bantuan Duo Pendekar? Begitu Duo Pendekar turun tangan, pasti akan terjadi pertumpahan darah!" seru Panji dengan kaget.Sorot mata ketakutan tampak jelas di matanya, pembuluh-pembuluh darah di dahinya juga terlihat melompat-lompat.Dia seolah-olah sedang membayangkan hal yang sangat menakutkan!"Grup Lautan Berlian sendiri yang nggak tahu diri. Berani-beraninya mereka melawanku, bersikeras melindungi Luna sekeluarga. Kalau begitu, biarkan saja pertumpahan darah terjadi."Gilang meletakkan tangannya di punggungnya, lalu melambaikan tangannya pada anak buahnya yang berdiri di belakangnya."Pergilah.""Baik, Tuan Gilang!"Setelah memberi hormat kepada sang majikan, anak buah Gilang itu keluar dari bangsal dan langsung
Setelah mendapat perintah dari Gilang, satu per satu undangan langsung disebarluaskan secepatnya.Tak lama kemudian, tokoh-tokoh besar di Kota Banyuli sudah menerima undangan tersebut."Gilang mengundang kita untuk menghadiri acara minum teh di Restoran Barudan besok pagi. Apa yang sedang direncanakannya?"Di Bar Fortemo.Setelah menerima undangan tersebut, Jinto dan Romi hanyut dalam pemikiran masing-masing.Sebelumnya, dua kepala preman ini pernah menjadi anak buah Ardika dan sempat berkuasa selama beberapa waktu.Namun, sejak mereka gagal melakukan tugas mereka dengan baik, Ardika mulai menyerahkan tugas dunia preman kepada Tina.Kedua orang ini pun kehilangan kekuasaan mereka.Jinto lebih parah lagi. Hanya karena satu kalimat dari Ardika, dia terpaksa harus mundur dari dunia preman.Karena itulah, dia janjian dengan Romi untuk minum-minum bersama di sini.Romi berkata dengan getir, "Nggak peduli apa tujuannya, kita tetap harus mempertimbangkan Keluarga Misra.""Tiga keluarga besar
Tanpa butuh waktu lama, undangan Gilang sudah sampai di Grup Bintang Darma.Undangan ini dibuat dengan "spesial".Hanya ada tiga kata."Datang memohon pengampunan!"Orang yang menyebarkan undangan mengharuskan Ardika untuk menerima undangan tersebut.Begitu undangan itu sampai di tangan Elsy, dia langsung terkejut setengah mati.Ardika beberapa kali terlibat dalam konflik dengan Keluarga Misra karena dirinya dan Livy.Sekarang Gilang mengirimkan undangan seperti ini untuk Ardika. Sangat jelas bahwa besok pria licik itu pasti akan mempersulit Ardika.Airin selaku asisten presdir Grup Bintang Darma berkata, "Bu Elsy, apa undangan ini perlu diberikan kepada Pak Ardika?""Nggak perlu. Aku akan menggantikannya menghadiri acara itu. Jangan beri tahu Pak Ardika masalah sepele seperti ini."Elsy menggertakkan giginya. Dalam lubuk hatinya, dia sudah membuat keputusan.Di Vila Cakrawala.Setelah menerima sebuah panggilan telepon, Luna menemui Ardika dengan diliputi perasaan cemas."Ardika, seora
"Hari ini aku mengundang kalian semua ke sini untuk minum teh bersama. Kalian santai saja, nikmati suasana," kata Gilang dengan tenang.Dia mengangkat kedua tangannya, mengisyaratkan semua orang untuk duduk.Seorang kepala keluarga kelas satu bertanya, "Tuan Gilang, semalam Sam, raja preman Kota Serambi terdahulu dan putranya dibunuh. Aku dengar dua orang dengan julukan Duo Pendekar Kota Lino yang melakukannya. Kalau boleh tahu apakah hal itu ada hubungannya dengan Keluarga Misra?"Dia tahu mengajukan pertanyaan seperti ini sangat tidak sopan, tetapi dia benar-benar tidak bisa menahan rasa penasarannya.Orang-orang lainnya juga sama penasarannya, pandangan mereka semua tertuju pada Gilang.Gilang tersenyum dan berkata, "Oh, aku mengenal mereka."Jawaban sederhana ini penuh arti.Sontak saja jawaban itu membuat jantung para tokoh hebat yang berada di tempat itu berdegap kencang.Gilang sangat menjaga reputasinya dan selalu berhati-hati dalam berperilaku, jadi tentu saja dia tidak akan m
"Apa? Kalau begitu, ini adalah?"Mendengar gelang manik-manik emas ini bukanlah barang yang diberkahi oleh Biksu Karuna secara pribadi, Kayla merasa agak kecewa.Namun, setelah berpikir sejenak, dia juga sudah bisa menerima kenyataan ini.Dalam satu tahun, barang berkualitas bagus itu hanya tersedia kurang dari sepuluh buah. Setiap kali satu barang itu diedarkan, pasti akan segera direbut oleh orang-orang dari kalangan kelas atas yang kaya dan berkuasa. Bagaimana mungkin mereka bisa mendapatkannya?Gilto berkata, "Sebenarnya, gelang manik-manik emas ini juga cukup bagus, dibuat khusus dari Kuil Mudita. Selain itu, di seluruh Provinsi Denpapan, hanya bisa dibeli di pusat perbelanjaan internal Grup Goldis.""Harganya dimulai dari 400 juta, tapi melalui relasiku yang merupakan seorang wakil presdir Grup Goldis, aku baru bisa membelinya dengan harga 200 juta."Begitu mendengar ucapan pacarnya, Kayla juga sangat senang.Gelang manik-manik emas yang dibuat khusus oleh Kuil Mudita, pamannya p
"Ardika, pesanlah, kamu pasti masih belum makan, 'kan?" kata Stefi dengan seulas senyum dingin menghiasi wajahnya.Setiap hidangan di restoran ternama ini sangatlah mahal.Harga makanan satu orang yang paling rendah sudah mencapai lebih dari 6 juta. Sesungguhnya, makan di sini demi harga diri, demi menunjukkan kemewahan kalangan kelas atas.Menurut mereka, Ardika tidak akan mampu memesan makanan di sini.Ardika melirik menu tersebut, lalu melambaikan tangannya pada pelayan dan berkata, "Maaf, untuk sementara waktu ini aku nggak butuh."Setelah pelayan itu pergi, Stefi berkata dengan ekspresi meremehkan, "Kenapa? Bukankah tadi kamu sangat hebat membual? Sekarang kamu bahkan nggak mau makan lagi?"Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Makanan di sini adalah makanan barat, nggak cocok dengan seleraku.""Cih! Bilang saja kamu nggak sanggup bayar! Untuk apa berlagak hebat seperti itu!"Mendengar ucapan Ardika, Kayla mencibir.Baginya, level makanan barat lebih tinggi dibandingkan makanan Nu
Malam ini Kayla mengundang Ardika ke Gedung Goldis, agar pria itu bisa menambah wawasan, mengetahui gaya hidup kalangan kelas atas.Kalau bisa, dia ingin membuat Ardika merasa malu.Dia ingin pria itu mengerti biarpun pria itu berusaha dengan mengandalkan kemampuan sendiri seumur hidup, juga tidak akan bisa menjalani kehidupan kalangan kelas atas seperti ini.Kemudian, pria itu akan berakhir dengan meninggalkan kota besar ini.Awalnya dia mengira saat Ardika sedang naik lift menuju lantai seratus ini saja, hati pria itu sudah terguncang. Setelah tiba di sini, pria itu pasti sangat gugup dan malu setengah mati hingga tidak bisa berkata-kata.Namun, siapa sangka orang tersebut tidak hanya duduk di seberang dirinya dan sahabatnya dengan tenang dan rileks, bahkan berbalik seolah-olah berperan sebagai tuan rumah dan mengajukan pertanyaan seperti itu padanya.Walaupun ekspresi Ardika sangat tenang, tetapi Kayla tetap bisa merasakan diprovokasi. Hal ini membuatnya sangat tidak nyaman."Kenapa
Intinya, dua orang wanita ini boleh dibilang adalah pemandangan yang menarik di dalam restoran saat ini.Namun, aura kuat yang terpancar dari tubuh mereka, membuat para pria itu malu, apalagi berinisiatif untuk berbicara dengan mereka.Tepat pada saat ini, Ardika langsung berjalan ke arah dua orang wanita tersebut.Secara naluriah, pandangan orang-orang tertuju padanya. Mereka mengamatinya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki.Terutama saat melihat penampilan Ardika yang sangat biasa saja, juga bukan merupakan pelayan restoran, samar-samar ekspresi mengejek terlihat di wajah mereka.Bahkan mereka saja tidak berani berinisiatif untuk berbicara dengan dua orang wanita itu, apa bocah ini sama sekali tidak sadar diri?Kayla juga mendapati kehadiran Ardika. Dia tertegun sejenak, lalu segera menyadari seharusnya orang yang berjalan menghampiri mereka itu adalah Ardika.Melihat Ardika yang berjalan ke arahnya, bibir Kayla tampak bergerak-gerak, bahkan secara naluriah dia ingin menghentikan
"Maaf, aku nggak mengerti."Ardika menanggapi wanita itu dengan santai.Dia sudah berbicara panjang lebar seperti itu, tetapi Ardika hanya menanggapinya dengan beberapa patah kata singkat itu.Kayla benar-benar kesal setengah mati.Beberapa saat kemudian, wanita ini berkata sambil menggertakkan giginya, "Oke, oke, karena kamu nggak mengerti, maka aku akan memberimu satu kesempatan untuk mengerti!""Jam tujuh malam, aku akan menunggumu di Restoran Pigero di Gedung Goldis, agar orang kampungan sepertimu bisa menambah wawasan dengan melihat kota besar ini!""Ardika, kamu berani datang atau nggak?""Kalau kamu menjadi seorang pengecut, kelak jangan mengganggu bibiku sekeluarga dengan nggak tahu malu lagi!"Awalnya mendengar penawaran Kayla, Ardika sama sekali tidak berminat.Namun, karena lokasi janji temu wanita itu tetapkan di Gedung Goldis, hal ini sedikit menarik minat Ardika.Dia ingin lihat bagaimana situasi Grup Goldis.Karena itulah, Ardika berkata, "Oke, aku akan tiba di Gedung Go
"Uh ...."Mendengar ucapan Kayla, Ardika langsung teringat.Kala itu, dia sering dibawa ke rumah oleh Sutandi, sedangkan Kayla ini juga sering diantar ke rumah Sutandi untuk mengerjakan PR.Ya, yang Ardika ingat, interaksi antara dirinya dengan Kayla hanya sekadar ini.Siapa sangka Kayla malah mengatakan dirinya pernah diam-diam menyukai wanita itu, bahkan wanita itu pernah menolaknya.Ardika benar-benar merasa dirugikan."Itu ... yang penting kamu senang saja, terserah kamu."Ardika juga tidak tahu harus memberi tanggapan seperti apa pada wanita itu, seakan-akan mengatakan apa pun tidak terlalu baik."Kamu sudah ingat?"Kayla mendengus dengan agak bangga, lalu berkata dengan nada bicara senang, "Sepertinya kamu sudah melupakan kejadian dulu, baguslah kalau seperti itu. Bagaimanapun juga, kita berdua berasal dari dunia yang berbeda. Saat itu, pertemuan kita di rumah Paman Sutandi, hanyalah sebuah kejadian yang nggak terduga."Ardika malas beromong kosong dengan wanita yang terlalu perc
Ardika melambaikan tangannya, menyuruh Cahdani yang berlinang air mata bahagia itu untuk pergi.Vita juga ikut pamit undur diri.Saat mereka berdua berjalan keluar bersama-sama dan tatapan mereka bertemu, seakan-akan ada percikan api yang meledak.Bagi mereka berdua, mereka tidak mungkin bisa berdamai.Bagaimanapun juga, hari ini mungkin saja Vita akan didesak oleh Cahdani ke jalan buntu, bahkan hampir dilecehkan oleh pria itu.Sementara itu, Cahdani juga mengerti wanita yang satu ini adalah wanita yang arogan, tidak mungkin akan memaafkannya, jadi dia juga tidak berinisiatif untuk berdamai.Begitu ada kesempatan, mereka akan menyerang satu sama lain tanpa ragu.Tentu saja Ardika sangat senang dengan situasi ini.Setelah meminta dua orang itu untuk pergi, Ardika juga tidak berlama-lama di vila Levin, dia langsung kembali ke pusat kota dan menginap di sebuah hotel bintang lima.Baru saja selesai mandi, Ardika yang bersiap untuk beristirahat sejenak, menerima sebuah pesan.Pesan yang dik
Tentu saja Cahdani mengerti tentang mencabut hingga ke akarnya.Saat ini, saking ketakutannya, jiwanya seperti sudah meninggalkan raganya. Dia langsung menerjang ke depan, memeluk kaki Ardika dan berkata sambil menangis dengan keras, "Pak Ardika, justru karena Pak Ardika sudah membunuh Ayah dan yang lainnya, aku lebih nggak berani lagi mengkhianati Pak Ardika.""Nyawaku sama sekali nggak ada artinya, Pak Ardika bisa menghabisiku dengan mudah.""Pak Ardika, aku mohon, beri aku satu kesempatan!""Aku bersedia menjadi anjing Pak Ardika, aku akan menggigit siapa pun sesuai perintah Pak Ardika!""Ya, ya, aku juga akan menunjukkan kesetiaanku. Giorgi adalah teman aliansiku, aku bisa membuat janji temu dengannya di tempatku dengan alasan untuk membicarakan urusan kami, lalu dibunuh atau disiksa, keputusan ada di tangan Pak Ardika!"Demi bertahan hidup, saat ini Cahdani benar-benar sudah menggunakan cara apa saja.Ardika memperkirakan biarpun sekarang dia meminta pria itu untuk pergi memakan t
"Jangan terburu-buru berterima kasih, kita bicarakan hal yang penting dulu."Ardika melambaikan tangannya, lalu duduk di sofa."Pertama-tama, aku beri tahu kamu, aku nggak memelihara pecundang.""Jadi, selanjutnya kamu harus menempati posisi sebagai ketua cabang Provinsi Denpapan.""Tapi, aku nggak akan mengangkatmu secara langsung. Kamu harus membersihkan Organisasi Snakei sendiri, menarik dukungan dan kekuasaan sendiri.""Baik yang sekarang sudah memperebutkan kekuasaan secara terang-terangan seperti Giorgi dan Wilgo, atau yang masih terkesan misterius seperti Revando, hanya ada dua pilihan untuk menghadapi orang-orang ini, tundukkan, atau kirim mereka ke alam bawah sana untuk menemani Sirilus.""Dalam kunjunganku kali ini, aku masih ada banyak urusan-urusan lainnya. Aku nggak ingin membuang-buang terlalu banyak waktu dalam urusan cabang Provinsi Denpapan, jadi aku hanya bisa memberimu waktu setengah bulan.""Vita, tunjukkan kemampuanmu padaku."Kalau Vita menunjukkan kemampuan yang