"Aku nggak peduli siapa kamu."Ardika berkata dengan nada dingin, "Aku hanya tahu aku menyelamatkan putrimu dari pedagang manusia!"Livy diculik oleh pedagang manusia dan hampir dibunuh oleh preman, dialah yang menyelamatkan putri mereka.Setelah keluar dari mobil, Jiko tidak menanyakan situasi dan langsung menghakimi bahwa dialah pedagang manusia yang menculik Livy. Tanpa basa-basi, Jiko bahkan ingin memukulnya tanpa mencari tahu kebenaran.Sepasang ibu dan anak yang berada di samping pun kaget hingga berhenti menangis.Livy memandang Jiko dengan ketakutan, lalu berkata sambil memanyunkan bibirnya, "Paman Jiko, kenapa kamu memukul Paman Ardika? Paman Ardika itu orang baik, dia bahkan membelikanku permen!""Hei, diam kamu!"Jiko tiba-tiba berteriak dengan marah hingga membuat Livy menangis histeris."Jiko, kenapa kamu meneriaki Livy!"Elsy segera memeluk Livy untuk menghiburnya. Selain kesal karena mendengar tangisan Livy, Jiko juga sangat emosi karena Ardika menamparnya.Selama ini, d
Dua petugas polisi segera menghampiri Ardika dan ingin menangkapnya.Ketika mendengar bahwa Ardika adalah pedagang manusia, mereka pun sangat tidak menyukainya.Mereka ingin memanfaatkan penangkapan ini untuk memberi pelajaran pada Ardika agar dia tobat.Jadi, mereka saling memandang untuk mengisyaratkan satu sama lain. Salah satu orang akan menendang betis Ardika dan yang lainnya akan meninju perutnya.Ardika dapat memahami maksud mereka dan cahaya dingin pun melintas di matanya.Saat kedua petugas itu ingin menendang dan meninjunya, dia sedikit memutar tubuhnya.Petugas yang ingin menendangnya malah mengenai kaki rekannya dan yang ingin memukulnya juga menghantam wajah rekannya."Bruk! Dup!"Terdengar suara hantaman pada saat yang bersamaan. Kedua petugas itu langsung tergeletak di tanah."Kenapa kamu menendangku!""Kenapa kamu memukulku!"Mereka mendongak dengan linglung dan saling menyalahkan."Dasar nggak berguna!"Erwin mendengus dingin. Dia sudah berpengalaman dalam bidang ini,
Wah!Ucapan petugas itu mengejutkan semua orang.Semuanya langsung memandang Ardika.Baru saja, pedagang manusia ini mengatakan bahwa dia mengenal Sigit, ketua kantor polisi pusat dan menelepon dengan angkuh, sekarang Sigit sudah datang untuk menemui Erwin.Dalam kurang dari satu menit, Sigit sudah menelepon.Erwin tidak panik. Mendengar bahwa orang yang memerintahnya adalah atasannya, dia pun mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Sigit."Aku Sigit, apakah Tuan Ardika berada di kantor cabang kalian? Kenapa kalian menyinggungnya?"Begitu panggilan tersambung, terdengar suara marah Sigit.Dia bahkan mendengar sedikit ketakutan dari suara itu!Tuan Ardika?Erwin sama sekali tidak menganggap orang yang dimaksud Sigit adalah Ardika.Saat ini, Erwin bahkan tidak tahu nama lengkap Ardika. Meskipun Livy terus memanggil Paman Ardika, Livy terus menangis sehingga suaranya tidak terdengar jelas.Lagi pula, bagaimana mungkin dia peduli pada ucapan seorang anak kecil.Dia berkata dengan tertekan,
Teriakan Sigit hampir melayangkan jiwa Erwin.Begitu pula dengan orang lain.Di Kota Banyuli, Sigit terkenal kejam dan tidak bersimpati pada penjahat.Banyak orang yang menjulukinya sebagai Raja Neraka di Bumi.Setelah merasakan amarah Sigit, semua orang tidak berani bersuara dan orang yang penakut pun gemetaran.Bahkan Jiko yang terbiasa sombong pun menciut."Pak ... Pak Sigit, maaf. Aku masih menyuruh orang untuk menemukan Tuan Ardika itu ...."Erwin menyambut dengan sopan."Dialah Tuan Ardika yang kamu cari. Erwin, beraninya kamu menangkap Tuan Ardika!"Sigit sungguh ingin menampar Erwin. Setelah melontarkan kalimat ini, dia langsung bergegas ke arah Ardika.Melihat kedua petugas polisi yang termenung di samping Ardika, dia kembali berteriak, "Kenapa masih memegang borgol? Apa mau menangkapku juga?"Kedua petugas polisi itu langsung mundur."Tuan Ardika, maaf. Aku gagal membimbing bawahanku."Sesampai di hadapan Ardika, suara Sigit pun gemetaran.Seketika, suasana di lokasi menjadi
"Buk!"Erwin langsung berlutut di hadapan Ardika."Tuan Ardika, aku sudah tahu salah. Aku nggak seharusnya menyinggungmu, tolong katakan sesuatu pada Pak Sigit, jangan memecatku ...."Dia menangis keras sambil memohon ampun, dia bahkan hendak memeluk kaki Ardika.Ketua cabang yang tadinya begitu bermartabat dan angkuh menjadi begitu menyedihkan setelah dipecat.Ardika menendangnya.Dia sama sekali tidak bersimpati pada orang seperti ini.Kalau orang yang ditangkap hari ini adalah rakyat jelata yang tidak bersalah, konsekuensinya tak terbayangkan."Sungguh memalukan!"Sigit pun mendengus dingin sambil memandang Ardika."Tuan Ardika, saya ingin mengambil bukti dari kamera pengawas mobil Anda agar orang-orang di sini dapat melihat dengan jelas bahwa Anda sudah difitnah!"Ketika dia tiba, dia mendengar para pejalan kaki di sini terus mengatakan bahwa Ardika adalah pedagang manusia.Jelas-jelas, dia adalah seorang pahlawan, tetapi malah difitnah seperti ini.Dewa Perang pasti sangat sakit h
Jiko panik.Tadi dia meremehkan Ardika karena mengendarai Audi A4, tak disangka, sekarang dia malah ditangkap oleh Sigit karena BMW X6 miliknya."Pak Sigit, tolong lepaskan aku, keluargaku adalah ...."Sebelum dia selesai berbicara, Sigit telah melambaikan tangan untuk menyelanya."Aku nggak bisa mengendalikanmu, tapi aku akan menceritakan perilaku burukmu ini kepada Pak Kairo, ketua Departemen Perhubungan. Tunggu saja, kamu akan dipecat!"Wajah Jiko langsung memucat."Bagus!"Para pejalan kaki langsung bersorak-sorai dan bertepuk tangan.Setelah semuanya bubar, Sigit menghampiri Ardika untuk meminta maaf."Lupakan saja, masalah kecil."Ardika melambaikan tangannya untuk menyudahi masalah ini.Sigit menghela napas panjang."Aku pergi dulu."Ketika Ardika hendak berjalan menuju mobilnya, Elsy membawa Livy menghampirinya.Sementara itu, Jiko hanya berani menonton dari kejauhan dengan kesal, dia tidak berani menghentikan Elsy lagi."Paman Ardika, Ibu menyuruhku datang berterima kasih pada
"Selamat tinggal, Paman Ardika!"Livy melambaikan tangannya dengan sopan."Selamat tinggal, Livy."Ardika berkata pada Elsy, "Bolehkah kamu memberikan alamat rumah kakek nenek Livy? Aku ingin pergi mengunjungi mereka kalau ada waktu."Delvin adalah satu-satunya teman baik yang dia miliki sebelum bergabung dengan tim perang.Sekarang, Delvin meninggal dan istrinya menikah lagi, Ardika ingin membantu Delvin menjaga keluarganya.Elsy pun memberikan alamatnya.Kemudian, dia menggendong Livy masuk ke dalam mobil dengan enggan.Ardika kembali ke lokasi konstruksi. Dia terus berada di sana sampai jam pulang kerja agar bisa pulang bersama Luna."Sayang, apa kamu ingat Delvin? Ternyata Livy itu putrinya, kebetulan sekali, 'kan?"Di tengah perjalanan, Ardika membahas soal Delvin, tetapi dia tidak menceritakan bahwa dirinya difitnah menjadi pedagang manusia.Biasanya, dia tidak akan menceritakan hal-hal yang tidak menyenangkan pada Luna.Dia tahu bahwa istrinya sudah cukup tertekan setelah mengam
Sesampai di rumah, suasana hati Luna sudah jauh membaik.Ardika memanfaatkan waktu memarkir mobil untuk menelepon Jesika dan menyuruhnya menyelidiki semua informasi yang berkaitan dengan Delvin.Setelah pergi ke rumah sakit jiwa untuk mengunjungi Ardika, Delvin langsung kecelakaan.Pasti ada sesuatu di balik semua ini!Pada saat yang sama.Taman Hiburan Roms.Tempat ini adalah markas Romi."Apa? Okin dan yang lainnya ditangkap oleh Korps Taring Harimau?"Mendengar laporan dari bawahan, Romi sontak ketakutan hingga merosot ke kursinya.Dia mengirim Okin dan lima puluh preman lainnya ke Kompleks Prime Melati untuk membuat keributan, tak disangka beberapa saat kemudian, semuanya malah tidak dapat dihubungi.Dia segera mengutus anak buahnya untuk mencari tahu keadaan.Mereka kembali dengan kabar Okin dan yang lainnya ditangkap oleh Korps Taring Harimau!Dia teringat akan hal-hal yang dialami Jinto.Jangan-jangan Ardika memang bisa menggerakkan Korps Taring Harimau?Romi gemetar ketakutan.
"Kamu? Kalau kamu benar-benar bisa meminta Restoran Siam mengantar makanan, aku akan memakan alas sepatuku!"Pengawal itu memelototi Ardika dengan acuh tak acuh sekaligus marah, lalu berbalik dan langsung pergi.Kalau bukan karena sedikit takut pada kekuatan Ardika, tadi dia dan rekannya sudah menghajar Ardika hingga babak belur."Kret ...."Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya yang mengenakan seragam bertuliskan Restoran Siam membawa dua orang pelayan memasuki apartemen Jesika dengan mendorong kereta dorong."Halo, Nona Jesika, aku adalah manajer Restoran Siam.""Ini adalah makan malam yang Tuan Ardika minta Restoran Siam siapkan untuk Nona.""Di antaranya, ada sup sarang burung, adalah sarang burung berkualitas bagus bernilai miliaran yang Tuan Ardika minta seseorang untuk antarkan ke restoran kami, bahkan secara khusus menginstruksikan juru masak kami untuk mengolahnya menjadi hidangan yang bergizi untuk Nona.""Sekarang kami mengantarkannya secara pribadi kepada Nona, semog
"Selain keluarga besar yang kaya raya, kalau orang biasa ingin makan di sana, perlu reservasi sekitar sepuluh hari bahkan setengah bulan sebelumnya. Itu pun belum tentu bisa berhasil direservasi.""Aku bisa pesan makanan sekarang karena sebelumnya aku sudah melakukan reservasi, sekarang bisa digunakan untuk Jesika.""Kamu bilang sebelum kamu datang kemari, kamu meminta Restoran Siam untuk membuatkan sup sarang burung? Apa kamu bisa mati tanpa membual?!"Sesuatu menjadi sangat berharga karena ketersediaannya sangat terbatas.Juru masak Restoran Siam adalah juru masak terkenal. Lagi pula, mereka mengutamakan pembuatan hidangan-hidangan kelas atas.Karena itulah, mereka hanya menerima sepuluh meja pelanggan setiap harinya.Hal inilah yang membuat reservasi Restoran Siam biasanya sudah penuh satu bulan sebelumnya.Ardika mengatakan sebelum datang kemari, dia baru memesan makanan dari Restoran Siam. Kalau orang lain yang mendengar ucapannya ini, mungkin akan merasa dia sedang membual.Namun
Ternyata, Tiara mengira Jesika datang untuk bekerja di Kota Banyuli karena terlibat dalam konflik dengan keluarganya.Di ibu kota provinsi, boleh dibilang Keluarga Gunardi juga merupakan keluarga besar terpandang. Tentu saja dia tidak menganggap serius perusahaan di kota kecil seperti Kota Banyuli ini.Jadi, biarpun Ardika adalah seorang presdir, dia juga tetap meremehkan Ardika.Melihat ibunya sedang memberinya bantuan, Dilan langsung menepuk dadanya dan berkata, "Jesika, kamu ingin bergabung ke perusahaan mana pun, katakan saja. Relasiku di ibu kota provinsi sangatlah luas!""Seperti Grup Susanto Raya tempatmu bekerja ini, namanya memang kedengaran cukup hebat, tapi terlepas dari seberapa hebat perusahaan ini, perkembangannya di tempat kecil seperti Kota Banyuli ini juga terbatas.""Kamu benar-benar nggak perlu terus bertahan di perusahaan seperti itu ...."Saat ini, Dilan bukan hanya menjatuhkan Ardika secara terang-terangan, selesai berbicara, dia bahkan mengangkat alisnya seakan-a
"Ya, benar, Jesika. Apa pun yang ingin kamu makan, katakan saja. Dilan akan mengendarai mobil balapnya secara pribadi untuk membantumu membawa pulang makananmu!"Tiara juga sibuk membantu putranya. Saat berbicara, dia bahkan mengayunkan tangan gemuknya yang berhiaskan giok berwarna hijau itu.Menyaksikan pemandangan itu, Ardika merasa sedikit geli.Penampilan Tiara begitu "luar biasa", bagi yang tidak tahu mungkin akan mengira wanita itu hendak menghadiahkan rumah dan mobil mewah untuk Jesika.Pada saat bersamaan, dia juga bertanya-tanya dalam hati.Jelas-jelas latar keluarga Jesika juga lumayan. Walaupun dia tidak pernah mencari tahu dengan detail, tetapi menurut informasi yang dia peroleh dari Levin, dibandingkan dengan Keluarga Septio Provinsi Aste, kekuatan Keluarga Siantar mungkin lebih kuat, tidak mungkin lebih lemah.Alhasil, tiba-tiba malah muncul kerabat "luar biasa" seperti ini, yang bersikap layaknya orang kaya baru.Bisa-bisanya wanita paruh baya itu berlagak hebat dengan m
Tanpa melirik dua orang itu sama sekali, Ardika langsung berjalan ke arah pintu."Ada apa ini?"Tepat pada saat ini, mendengar keributan di luar, seorang pemuda berjalan ke arah pintu. Melihat Ardika yang tiba-tiba muncul, dia mengerutkan keningnya dan bertanya, "Siapa kamu?""Aku mencari Jesika, siapa kamu?"Ardika juga mengamati pemuda di hadapannya ini. Mendengar nada bicara tidak ramah lawan bicaranya, dia juga langsung bertanya balik tanpa sungkan.Berusia sekitar tiga puluhan tahun, mengenakan pakaian mewah yang jelas adalah buat tangan, rambut disisir rapi, serta mengenakan kacamata gagang emas. Hanya dengan sekali pandang saja, sudah jelas pria ini adalah pria yang sukses dalam kariernya.Dengan penampilannya yang tampan dan memesona, pria ini juga bukan tipe pria yang kekurangan wanita."Pak Ardika, kamu sudah datang? Silakan masuk!"Saat ini, Jesika yang raut wajahnya tampak sedikit pucat muncul di belakang pemuda tersebut.Ardika mendapati setelah Jesika melihat dirinya, sor
Jadwal pindah ke ibu kota provinsi sudah dimajukan. Ardika juga berencana untuk memindahkan sebagian bisnis Grup Susanto Raya ke ibu kota provinsi untuk memudahkannya.Bagaimanapun juga, dia harus pergi melakukan pembersihan Organisasi Snakei, juga membutuhkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.Terutama Jesika. Asisten yang satu ini selalu bisa mengatur segala sesuatunya dengan baik. Dia tidak perlu khawatir.Sudah terbiasa mengandalkan bantuan dari asisten satu ini, Ardika merasa sulit untuk berpisah darinya.Dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Jesika. Berbeda dari biasanya, panggilannya selalu terhubung dalam hitungan detik, kali ini setelah berdering cukup lama, Jesika baru menjawab panggilan teleponnya."Pak Ardika, apa ada yang perlu kukerjakan?"Berbeda dengan suaranya yang biasanya selalu terdengar dingin dan jelas, hari ini suara Jesika terdengar sedikit lemah.Sambil mengerutkan keningnya, Ardika bertanya, "Jesika, kamu sakit? Apa yang terjadi?""Hari ini ak
"Hati-hati di jalan, Pak Ardika."Gina bangkit, mengantar Ardika sampai ke pintu secara pribadi sebelum menghentikan langkah kakinya."Eh?! Mengapa si Ardika itu sudah keluar secepat ini?!""Bu Gina nggak mengambil tindakan?"Di luar halaman, melihat Ardika yang tiba-tiba melenggang keluar, orang-orang Keluarga Halim yang baru saja merangkak bangkit itu pun terkejut bukan main.Tepat pada saat ini, sekelompok anggota kantor pusat Organisasi Snakei menerjang keluar dan mengepung orang-orang ini."Bu Gina memerintahkan, mulai hari ini seluruh anggota Keluarga Halim nggak diizinkan untuk meninggalkan Vila Bistani.""Setelah kasus yang melibatkan Keluarga Halim selesai diselidiki, tunggu saja hukuman kalian!"...Setelah kembali ke Kota Banyuli, kematian Sirilus dan keluarganya tidak tersebar.Pertama, pihak Organisasi Snakei masih perlu menyelidiki kasus Keluarga Halim bersekongkol dengan orang luar secara menyeluruh. Kalau informasi ini dibiarkan menyebar, bisa memicu kewaspadaan.Kedua,
Ardika melontarkan pertanyaan beruntun, makin lama, suaranya berubah menjadi makin dingin.Begitu ucapan ini keluar dari mulut Ardika, ekspresi anggota kantor pusat Organisasi Snakei di sekeliling tempat itu langsung berubah drastis. Mereka menatap Ardika dengan tatapan tidak percaya.Sebenarnya apa latar belakang Ardika?Tidak hanya memanggil nama Ratu Ular secara langsung, bahkan menuntut sebuah penjelasan dari Ratu Ular."Pak Ardika, kamu bilang Keluarga Halim bersekongkol dengan orang Negara Jepara, apakah ini benar?"Gina mengajukan pertanyaan itu dengan suara dalam.Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Tadi malam, orang yang mencoba untuk membunuhku di rumah duka Kota Banyuli adalah seorang ninja Negara Jepara. Aku merebut mayatnya dari tangan Valtino."Gina mengerutkan keningnya. Setelah merenung sejenak, dia berkata, "Pak Ardika, kalau ucapanmu ini memang benar, sebagai bagian dari Organisasi Snakei, Sirilus bersekongkol dengan kekuatan Negara Jepara, memang pantas mati!""Set
"Eh, Ardika ... kamu!"Anggota kantor pusat Organisasi Snakei lainnya terkejut sekaligus marah.Mereka tidak menyangka Ardika bahkan berani menyerang mereka.Perlu diketahui sebelumnya saat bertemu dengan mereka, Sirilus juga bersikap sopan pada mereka.Sementara itu, tanpa banyak bicara, Ardika langsung melayangkan tamparan. Bisa-bisanya perlakuan Ardika terhadap mereka dan terhadap orang-orang Keluarga Halim itu, tidak ada bedanya.Bagaimana mungkin perlakuan seperti ini bisa diterima oleh anggota kantor pusat Organisasi Snakei yang pada dasarnya sudah arogan dan bangga pada diri sendiri itu?"Harap Bu Gina turun tangan untuk mengendalikan bocah itu!""Dia sudah bertindak semena-mena, harus diberi pelajaran dan peringatan!"Satu per satu dari mereka mengalihkan pandangan mereka ke arah Gina, berharap Gina turun tangan."Cukup!"Saat ini, Gina yang sedari tadi tidak bersuara, tiba-tiba memasang ekspresi muram dan menegur dengan marah. "Dasar sekelompok pecundang! Biasanya, kalian sela