Mendengar Ardika terus mengatai mereka pecundang, ekspresi sekelompok pemuda itu langsung berubah menjadi agak muram."Ya, memangnya kamu bisa apa kalau kami menindas yang lemah dengan menggunakan kekuasaan kami? Keluarga salah satu dari kami bisa menghabisimu dengan mudah. Sekarang kami yang berjumlah belasan orang mencari perhitungan denganmu bersama-sama, ini adalah sebuah kehormatan bagimu!"Musafa dan yang lainnya menatap Ardika dengan arogan. "Cepat tampar dirimu sendiri! Jangan beromong kosong lagi! Hari ini kamu pasti akan mati di tangan kami!"Santi dan Jonas juga terus mendesak Ardika untuk tidak mengulur-ngulur waktu lagi.Lea tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia tetap mempertahankan citranya.Namun, sorot matanya yang tertuju pada Ardika sangat dingin.Tiba-tiba, Ardika mengalihkan pandangannya ke arah wanita itu, lalu berjalan ke arah wanita itu. "Lea, apa kamu masih ingat ucapanku semalam?"Lea mengerutkan keningnya, tidak mengerti maksud Ardika.Santi dan Jonas berter
Beberapa pemuda lainnya juga menganggukkan kepala mereka.Namun, api amarah yang meluap-luap tersembunyi dalam mata mereka.Sangat jelas bahwa ini hanyalah rencana sementara mereka.Begitu Lea terbebas dari bahaya, mereka harus menghabisi Ardika baru bisa merasa puas!"Apa? Membiarkanku pergi? Nggak mempersulitku?"Ardika tertawa dingin dan berkata, "Kalian sangat arogan. Siapa yang mengizinkan sekelompok pecundang seperti kalian berbicara seperti itu padaku?"Selesai berbicara, dia melayangkan satu tamparan lagi ke wajah Lea."Kamu!"Sekelompok pemuda itu terkejut sekaligus marah.Mereka semua tidak menyangka idiot itu benar-benar tidak berbicara logika.Mereka sudah menyatakan bahwa mereka akan melepaskan Ardika, tetapi pria itu malah melayangkan satu tamparan lagi ke wajah Lea."Oke, oke, kami akui sikap kami tadi nggak baik, kami minta maaf padamu."Musafa memaksakan seulas senyum, berusaha keras agar Ardika bisa merasakan "keramahannya"."Hmm? Hanya meminta maaf saja?"Ardika meli
Lea berteriak dengan melengking seperti orang gila, dia menggunakan berbagai macam kata-kata kasar untuk memaki Ardika.Saat ini, dia sudah kehilangan citranya sebagai sosok dewi yang dingin.Bahkan Waluya dan yang lainnya juga mengerutkan kening mereka.Mereka bisa memahami perasaan Lea saat ini. Wanita pujaan mereka itu pasti sangat marah diperlakukan seperti itu.Namun, kata-kata kejam dan kasar yang keluar dari mulut Lea membuat Lea tampak tidak seperti Lea yang mereka kenal."Ah, akhirnya kamu nggak bisa melanjutkan aktingmu lagi."Ardika tertawa dan berkata, "Apa kamu tahu mengapa aku terus menamparmu? Aku ingin menunjukkan karakter aslimu pada mereka yang menganggapmu sebagai wanita pujaan hati mereka."Selesai berbicara, dia mengangkat lengannya dan melayangkan dua tamparan lagi ke wajah Lea.Kemudian, dia baru melepaskan Lea yang terus menangis dan berteriak histeris itu."Oke, akhirnya sepuluh tamparan sudah selesai."Ardika menepuk-nepuk tangannya, lalu mengalihkan pandangan
Semua orang sedang menantikan momen Reno menghajar Ardika hingga babak belur.Namun, siapa sangka setelah menerima satu panggilan telepon, dia terburu-buru untuk pergi.Tidak tahu pemilihan seperti apa yang lebih penting dibandingkan membalas dendam Lea, wanita pujaan hati mereka."Pemilihan awal? Aku dengar tim tempur Kota Banyuli sedang melakukan pemilihan calon-calon prajurit yang akan dikirim ke medan tempur perbatasan. Prajurit unggul dari berbagai tim tempur besar ingin ikut berpartisipasi, tapi sayangnya hanya segelintir orang yang bisa mendapatkan kesempatan itu, sehingga persaingan berlangsung dengan sangat ketat.""Kakak sepupuku yang telah menjadi prajurit khusus selama bertahun-tahun gagal mendapatkan kesempatan itu. Reno, kamu malah berhasil mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pemilihan awal itu!"Musafa menatap Reno dengan tatapan terkejut.Reno berkata dengan bangga tanpa menoleh ke belakang, "Apa sulitnya mendapat kesempatan untuk mengikuti pemilihan awal? Kakak sepu
Ekspresi arogan tampak jelas di wajah Reno. Dia sangat percaya diri bisa lolos pemilihan awal kali ini."Oh? Kamu begitu yakin kamu bisa lolos pemilihan awal?" kata Ardika sambil tersenyum tipis.Setelah mendengar pembicaraan sekelompok pemuda itu, sangat jelas bahwa kebanyakan dari mereka salah paham. Mereka mengira setelah lolos pemilihan kali ini, maka orang itu akan memiliki masa depan yang cerah.Dia memutuskan untuk mengubah pemikiran salah mereka.Hal ini bisa dilakukan dengan sebuah contoh nyata.Reno yang berdiri di hadapannya saat ini adalah target yang sesuai."Aku adalah prajurit unggul tim prajurit khusus kami. Keluargaku juga telah memberi dukungan yang besar. Dengan memiliki kemampuan dan latar belakang keluarga, kalau bukan aku yang dipilih, siapa lagi?"Reno sangat percaya diri.Keluarganya sudah membantunya membuka jalan. Selama dia menunjukkan performa yang cukup bagus, sudah dapat dipastikan dia akan lolos dalam pemilihan awal ini.Adapun mengenai beberapa putaran p
Ekspresi Musafa dan yang lainnya langsung berubah."Di saat seperti ini, kamu masih saja keras kepala. Sekarang kami nggak punya waktu untuk memberimu pelajaran. Setelah kami selesai menyaksikan pemilihan dan kembali, kami akan mencari perhitungan denganmu perlahan-lahan. Sudah kubilang hari ini kami akan menghabisimu, maka kami akan melakukannya!"Setelahnya, mereka tidak memedulikan Ardika lagi. Satu per satu dari mereka menghubungi sopir mereka untuk datang menjemput mereka.Amarah Futari langsung meluap mendengar ucapan arogan pemuda-pemuda itu."Untuk apa kalian bersikap arogan seperti itu? Kalian mengejek kakak iparku nggak bisa pergi ke sana, ya? Sekarang aku akan perlihatkan pada kalian!"Gadis muda itu mengeluarkan ponselnya dengan marah, lalu menghubungi ayahnya.Dia merengek manja pada ayahnya, mengatakan bahwa dia ingin pergi melihat pemilihan awal yang diselenggarakan oleh tim tempur.Tentu saja dia tidak berani mengatakan bahwa dia ingin pergi ke sana demi Ardika."Sayang
"Itu tergantung apa kesalahan Ardika."Doni berkata dengan serius, "Kalau kesalahannya besar, biarpun dia bukan anggota tim tempur, dia juga akan dijatuhi vonis hukuman. Kalau kesalahannya kecil, juga akan diberi pelajaran.""Lagi pula, idiot itu sangat arogan, mungkin dia akan diberi pelajaran dengan dihajar habis-habisan. Anggota departemen disiplin bukanlah orang-orang yang mudah dihadapi, nggak peduli sekeras apa pun orang yang jatuh ke tangan mereka, pada akhirnya juga akan tunduk pada mereka!"Begitu mendengar ucapan ayahnya, ekspresi Futari langsung berubah menjadi pucat."Semoga Kak Ardika nggak melawan mereka, kooperatif dalam menjalani pemeriksaan."Handoko juga khawatir setengah mati."Hahaha, baru sampai saja dia sudah dicari oleh anggota departemen disiplin, nggak lama lagi ajalnya akan tiba!""Menurut kalian, apa dia berani memaki anggota departemen disiplin pecundang? Kalau dia benar-benar berani melakukannya, aku yakin dia pasti akan dihajar hingga babak belur!""Ardika
Sekelompok pemuda itu ditarik turun dari tempat mereka berdiri.Setelah berusaha meronta, Musafa tetap ditarik turun. Dengan wajah memerah, dia berteriak dengan marah, "Apa yang kalian lakukan?! Bersikaplah sopan padaku! Aku adalah Musafa dari Keluarga Lumino Kota Barokah!""Plak!"Para prajurit paling membenci generasi muda keluarga kaya terkemuka yang arogan seperti ini. Dia langsung melayangkan satu tamparan ke wajah Musafa."Keluarga Lumino apaan? Aku nggak peduli. Siapa yang mengizinkan orang luar seperti kalian berada di sini? Apa kalian nggak tahu tempat ini adalah area terlarang militer .... Apa yang ada dalam genggamanmu itu? Cepat serahkan padaku!"Teleskop dalam genggaman Musafa langsung direbut oleh prajurit tersebut."Teleskop khusus militer? Kamu adalah mata-mata?"Sekelompok prajurit langsung mengepung Musafa dan yang lainnya, lalu memeriksa tubuh mereka."Aku bukan mata-mata! Aku hanya ingin lihat penampilan Dewa Perang! Kalian jangan menuduhku dengan sembarangan!" teri