Beranda / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Bab 734 Menghabiskan Banyak Uang Mencetak Sia-Sia

Share

Bab 734 Menghabiskan Banyak Uang Mencetak Sia-Sia

Penulis: Sarjana
Ardika menunjuk satu per satu dari orang-orang yang tersisa.

Mereka semua hanya bisa memasang ekspresi muram tanpa bisa mengucapkan sepatah kata pun.

"Kalian nggak bisa mengeluarkan uang itu, aku bisa. Kalau kalian bukan pecundang, memangnya apa?"

Selesai berbicara, Ardika langsung melambaikan tangannya pada Elsy tanpa melirik orang-orang itu sama sekali. "Elsy, siap-siap untuk menandatangani kontrak."

"Menandatangani kontrak apaan? Siapa bilang aku bersedia menjualnya pada kalian?!"

Akhirnya Hardi sudah mendapatkan kesempatan untuk berbicara. Dia memelototi Ardika, tertawa dingin dan berkata, "Saham ada di tanganku! Aku yang berhak menentukan menjual Starindum kepada siapa!"

Santi berkata dengan bangga, "Ardika, hilangkan saja pemikiranmu itu! Kontrak sudah ditandatangani! Kamu sudah datang terlambat!"

"Ya, benar!"

Hardi mengambil kontrak yang baru selesai ditandatangani, lalu melambai-lambaikannya di hadapan Ardika. "Kamu sudah lihat sendiri, 'kan? Nona Lea sudah menandatangani kontr
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 735 Menampar Sebanyak Sepuluh Kali Terlebih Dahulu

    Musafa dan yang lainnya memelototi Ardika dengan amarah yang meluap-luap.Saking kesalnya mendengar ucapan Ardika itu, wajah mereka sampai sudah berkedut.Menghabiskan uang untuk mencetak sia-sia?Memangnya berapa banyak uang yang perlu dikeluarkan untuk mencetak?!Ardika si sialan itu jelas-jelas sedang mengejek mereka!Mereka bergegas datang dari kota asal masing-masing ke Kota Banyuli.Setelah menghabiskan waktu setengah hari, pada akhirnya mereka tidak memperoleh hasil apa pun.Tujuan mereka untuk membeli Starindum dan mempermalukan Grup Bintang Darma pun berubah menjadi bahan tertawaan."Hardi, berani-beraninya kamu menganggap hak milik orang lain sebagai milikmu dan menjualnya kepada kami! Tunggu saja kamu!"Musafa menunjuk Hardi dengan amarah yang meluap-luap.Pria bajingan itu yang telah membuat mereka malu."Tuan Musafa, dengarkan penjelasanku dulu. Aku jelas-jelas sudah menundukkan tiga tua bangka itu. Aku akan segera meminta anggota preman untuk memberi mereka pelajaran."Ha

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 736 Menindas Orang dengan Mengandalkan Kekuasaan

    "Tampar dirimu sendiri sebanyak sepuluh kali terlebih dahulu untuk menyenangkan hati Lea.""Kamu pikir kamu siapa?! Berani-beraninya kamu menampar Lea! Kamu pikir Lea adalah wanita yang bisa kamu tampar sesuka hatimu?!""Sepuluh tamparan hanya sebuah permulaan. Kalau hari ini kamu nggak memberi pelajaran padamu, sia-sia saja kami datang ke sini!""Kalau kamu berani membantah perintah kami, seharusnya kamu sudah tahu konsekuensinya. Salah satu dari keluarga kami saja sudah bisa menghabisimu dengan mudah!"Satu per satu dari sekelompok pemuda itu melontarkan kata-kata tajam kepada Ardika.Hari ini mereka datang demi menuntut keadilan untuk Lea, jadi mereka tidak akan melepaskan Ardika dengan mudah.Seperti yang telah mereka katakan sendiri, kalau mereka tidak memberi Ardika pelajaran, maka sia-sia saja mereka datang ke sini.Handoko sama sekali tidak menyangka.Dalam situasi seperti sekarang pun orang-orang itu masih enggan melepaskan kakak iparnya.Melihat aura membunuh mereka yang kuat

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 737 Menggunakan Kekerasan pada Wanita

    Mendengar Ardika terus mengatai mereka pecundang, ekspresi sekelompok pemuda itu langsung berubah menjadi agak muram."Ya, memangnya kamu bisa apa kalau kami menindas yang lemah dengan menggunakan kekuasaan kami? Keluarga salah satu dari kami bisa menghabisimu dengan mudah. Sekarang kami yang berjumlah belasan orang mencari perhitungan denganmu bersama-sama, ini adalah sebuah kehormatan bagimu!"Musafa dan yang lainnya menatap Ardika dengan arogan. "Cepat tampar dirimu sendiri! Jangan beromong kosong lagi! Hari ini kamu pasti akan mati di tangan kami!"Santi dan Jonas juga terus mendesak Ardika untuk tidak mengulur-ngulur waktu lagi.Lea tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia tetap mempertahankan citranya.Namun, sorot matanya yang tertuju pada Ardika sangat dingin.Tiba-tiba, Ardika mengalihkan pandangannya ke arah wanita itu, lalu berjalan ke arah wanita itu. "Lea, apa kamu masih ingat ucapanku semalam?"Lea mengerutkan keningnya, tidak mengerti maksud Ardika.Santi dan Jonas berter

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 738 Kejam

    Beberapa pemuda lainnya juga menganggukkan kepala mereka.Namun, api amarah yang meluap-luap tersembunyi dalam mata mereka.Sangat jelas bahwa ini hanyalah rencana sementara mereka.Begitu Lea terbebas dari bahaya, mereka harus menghabisi Ardika baru bisa merasa puas!"Apa? Membiarkanku pergi? Nggak mempersulitku?"Ardika tertawa dingin dan berkata, "Kalian sangat arogan. Siapa yang mengizinkan sekelompok pecundang seperti kalian berbicara seperti itu padaku?"Selesai berbicara, dia melayangkan satu tamparan lagi ke wajah Lea."Kamu!"Sekelompok pemuda itu terkejut sekaligus marah.Mereka semua tidak menyangka idiot itu benar-benar tidak berbicara logika.Mereka sudah menyatakan bahwa mereka akan melepaskan Ardika, tetapi pria itu malah melayangkan satu tamparan lagi ke wajah Lea."Oke, oke, kami akui sikap kami tadi nggak baik, kami minta maaf padamu."Musafa memaksakan seulas senyum, berusaha keras agar Ardika bisa merasakan "keramahannya"."Hmm? Hanya meminta maaf saja?"Ardika meli

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 739 Sepuluh Tamparan

    Lea berteriak dengan melengking seperti orang gila, dia menggunakan berbagai macam kata-kata kasar untuk memaki Ardika.Saat ini, dia sudah kehilangan citranya sebagai sosok dewi yang dingin.Bahkan Waluya dan yang lainnya juga mengerutkan kening mereka.Mereka bisa memahami perasaan Lea saat ini. Wanita pujaan mereka itu pasti sangat marah diperlakukan seperti itu.Namun, kata-kata kejam dan kasar yang keluar dari mulut Lea membuat Lea tampak tidak seperti Lea yang mereka kenal."Ah, akhirnya kamu nggak bisa melanjutkan aktingmu lagi."Ardika tertawa dan berkata, "Apa kamu tahu mengapa aku terus menamparmu? Aku ingin menunjukkan karakter aslimu pada mereka yang menganggapmu sebagai wanita pujaan hati mereka."Selesai berbicara, dia mengangkat lengannya dan melayangkan dua tamparan lagi ke wajah Lea.Kemudian, dia baru melepaskan Lea yang terus menangis dan berteriak histeris itu."Oke, akhirnya sepuluh tamparan sudah selesai."Ardika menepuk-nepuk tangannya, lalu mengalihkan pandangan

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 740 Pemilihan Awal

    Semua orang sedang menantikan momen Reno menghajar Ardika hingga babak belur.Namun, siapa sangka setelah menerima satu panggilan telepon, dia terburu-buru untuk pergi.Tidak tahu pemilihan seperti apa yang lebih penting dibandingkan membalas dendam Lea, wanita pujaan hati mereka."Pemilihan awal? Aku dengar tim tempur Kota Banyuli sedang melakukan pemilihan calon-calon prajurit yang akan dikirim ke medan tempur perbatasan. Prajurit unggul dari berbagai tim tempur besar ingin ikut berpartisipasi, tapi sayangnya hanya segelintir orang yang bisa mendapatkan kesempatan itu, sehingga persaingan berlangsung dengan sangat ketat.""Kakak sepupuku yang telah menjadi prajurit khusus selama bertahun-tahun gagal mendapatkan kesempatan itu. Reno, kamu malah berhasil mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pemilihan awal itu!"Musafa menatap Reno dengan tatapan terkejut.Reno berkata dengan bangga tanpa menoleh ke belakang, "Apa sulitnya mendapat kesempatan untuk mengikuti pemilihan awal? Kakak sepu

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 741 Dewa Perang Ingin Mengawasi Pemilihan Awal

    Ekspresi arogan tampak jelas di wajah Reno. Dia sangat percaya diri bisa lolos pemilihan awal kali ini."Oh? Kamu begitu yakin kamu bisa lolos pemilihan awal?" kata Ardika sambil tersenyum tipis.Setelah mendengar pembicaraan sekelompok pemuda itu, sangat jelas bahwa kebanyakan dari mereka salah paham. Mereka mengira setelah lolos pemilihan kali ini, maka orang itu akan memiliki masa depan yang cerah.Dia memutuskan untuk mengubah pemikiran salah mereka.Hal ini bisa dilakukan dengan sebuah contoh nyata.Reno yang berdiri di hadapannya saat ini adalah target yang sesuai."Aku adalah prajurit unggul tim prajurit khusus kami. Keluargaku juga telah memberi dukungan yang besar. Dengan memiliki kemampuan dan latar belakang keluarga, kalau bukan aku yang dipilih, siapa lagi?"Reno sangat percaya diri.Keluarganya sudah membantunya membuka jalan. Selama dia menunjukkan performa yang cukup bagus, sudah dapat dipastikan dia akan lolos dalam pemilihan awal ini.Adapun mengenai beberapa putaran p

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 742 Ardika Membuat Kesalahan

    Ekspresi Musafa dan yang lainnya langsung berubah."Di saat seperti ini, kamu masih saja keras kepala. Sekarang kami nggak punya waktu untuk memberimu pelajaran. Setelah kami selesai menyaksikan pemilihan dan kembali, kami akan mencari perhitungan denganmu perlahan-lahan. Sudah kubilang hari ini kami akan menghabisimu, maka kami akan melakukannya!"Setelahnya, mereka tidak memedulikan Ardika lagi. Satu per satu dari mereka menghubungi sopir mereka untuk datang menjemput mereka.Amarah Futari langsung meluap mendengar ucapan arogan pemuda-pemuda itu."Untuk apa kalian bersikap arogan seperti itu? Kalian mengejek kakak iparku nggak bisa pergi ke sana, ya? Sekarang aku akan perlihatkan pada kalian!"Gadis muda itu mengeluarkan ponselnya dengan marah, lalu menghubungi ayahnya.Dia merengek manja pada ayahnya, mengatakan bahwa dia ingin pergi melihat pemilihan awal yang diselenggarakan oleh tim tempur.Tentu saja dia tidak berani mengatakan bahwa dia ingin pergi ke sana demi Ardika."Sayang

Bab terbaru

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2123 Menunjukkan Kesetiaan

    "Jangan terburu-buru berterima kasih, kita bicarakan hal yang penting dulu."Ardika melambaikan tangannya, lalu duduk di sofa."Pertama-tama, aku beri tahu kamu, aku nggak memelihara pecundang.""Jadi, selanjutnya kamu harus menempati posisi sebagai ketua cabang Provinsi Denpapan.""Tapi, aku nggak akan mengangkatmu secara langsung. Kamu harus membersihkan Organisasi Snakei sendiri, menarik dukungan dan kekuasaan sendiri.""Baik yang sekarang sudah memperebutkan kekuasaan secara terang-terangan seperti Giorgi dan Wilgo, atau yang masih terkesan misterius seperti Revando, hanya ada dua pilihan untuk menghadapi orang-orang ini, tundukkan, atau kirim mereka ke alam bawah sana untuk menemani Sirilus.""Dalam kunjunganku kali ini, aku masih ada banyak urusan-urusan lainnya. Aku nggak ingin membuang-buang terlalu banyak waktu dalam urusan cabang Provinsi Denpapan, jadi aku hanya bisa memberimu waktu setengah bulan.""Vita, tunjukkan kemampuanmu padaku."Kalau Vita menunjukkan kemampuan yang

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2122 Pulih Kembali

    Berdasarkan rencana awal Ardika, membersihkan cabang Gotawa dan cabang Provinsi Denpapan, bisa dilakukan dengan menghabisi setengah anggota, lalu memenangkan hati setengah anggota.Diberi hukuman terlebih dahulu, baru diberi yang manis-manis. Dengan cara seperti ini, sudah bisa memegang kekuasaan dengan kokoh.Namun, saat dia melihat Vita, dia berubah pikiran.Dia ingin membuat Vita sepenuhnya tunduk padanya, bukannya ingin meninggalkan ancaman untuk dirinya sendiri. Itulah sebabnya, dia harus membuat wanita itu menyetujui penawarannya tanpa terpaksa.Ardika tidak bermaksud untuk memaksa wanita itu.Dia sudah memberi wanita itu kesempatan, apakah wanita itu bersedia menangkap kesempatan ini atau tidak, tergantung pada wanita itu sendiri.Setelah terdiam sejenak, Vita langsung melangkah maju dan berlutut di hadapan Ardika."Vita memberi hormat kepada Pak Ardika!""Mulai hari ini, aku hanya akan mendengarkan perintah Pak Ardika!"Begitu mengambil keputusan, Vita tidak ragu lagi. Dia melo

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2121 Beri Aku Jawabanmu

    Pedang Ular Gelap.Pedang itu adalah senjata ajaib Vanya, sang Ratu Ular, juga merupakan pedang suci yang mewakili kekuasaan tertinggi Organisasi Snakei.Pedang yang terpampang nyata di depan mata ini, sangat jelas adalah replikanya.Biarpun hanya replika, juga hanya ketua cabang Organisasi Snakei yang memenuhi kualifikasi untuk memilikinya.Kala itu, sebagai orang berbakat yang menempati peringkat sepuluh besar dari tiga puluh enam cabang Organisasi Snakei, Vanya, sang Ratu Ular baru memberi Vita sebilah pedang ini.Sebelumnya, Vita membawa Pedang Ular Gelap ke Kota Banyuli. Dia mengira hanya dengan membawa Pedang Ular Gelap, dia sudah bisa menekan pembunuh ayah angkatnya.Namun, siapa sangka Ardika bisa melumpuhkannya dengan mudah dan merebut Pedang Ular Gelap.Setelahnya, karena Pedang Ular Gelap, muncullah serangkaian masalah.Jadi, saat melihat Pedang Ular Gelap yang dulunya ada di tangannya itu, kembali muncul di hadapannya, perasaan Vita campur aduk.Namun, hal yang membuatnya t

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2120 Pedang Ular Gelap

    "Hal yang mudah ...."Vita menatap Ardika dengan lekat, sekujur tubuhnya gemetaran.Hanya saja, setelah kehilangan segalanya, dia baru menyadari betapa berharganya segala sesuatu yang dimilikinya dulu.Terutama setelah kekuatannya dilumpuhkan, dia benar-benar merasakan betapa kejamnya dunia ini.Orang-orang yang dulunya menjilatnya, rekan-rekan yang selalu menyapanya dengan penuh hormat, langsung berubah seratus delapan puluh derajat, menganggapnya seperti orang asing.Para senior dan tetua Organisasi Snakei cabang Gotawa yang sebelumnya sangat menyayanginya dan membelanya, tidak lagi memedulikannya. Pada akhirnya, mereka bahkan memindahkannya ke cabang Provinsi Denpapan, menempatkannya di posisi wakil ketua cabang Provinsi Denpapan.Setelah bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan, dia selalu ditindas oleh orang-orang. Hari ini, kalau dia benar-benar jatuh ke tangan Cahdani, dia tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya.Vita bertanya dengan susah payah, "Apa persy

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2119 Hal yang Mudah

    Ardika menggelengkan kepalanya.Hingga saat seperti ini, wanita yang satu ini masih saja menunjukkan sikap angkuh yang konyol.Ardika berkata dengan memasang ekspresi mempermainkan, "Kalau begitu, coba kamu katakan, kamu berencana membalas budiku dengan cara apa?"Ekspresi Vita sedikit berubah. Kemudian, dia berkata dengan dingin, "Ardika, untuk apa kamu mempermalukanku seperti ini lagi di saat seperti ini?""Aku adalah orang lumpuh yang nggak punya apa-apa, bagaimana aku bisa membalas budimu?""Kekuasaan? Nggak ada seorang pun yang menganggap serius aku, wakil ketua cabang Provinsi Denpapan di atas nama ini. Bahkan, orang seperti Cahdani saja bisa mendesakku ke jalan buntu."Sekujur tubuh Cahdani gemetaran, dia buru-buru berkata, "Bu Vita, aku hanya gegabah sesaat! Sebenarnya aku sangat menghormatimu!"Vita melemparkan sorot mata dingin ke arah pria itu, tidak mengucapkan sepatah kata pun."Uang? Apa lagi uang, tentu saja aku nggak punya.""Ardika, kamu hanya suka melihat seorang wani

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2118 Memangnya Kamu Pantas Aku Permalukan

    "Ardika, kamu membawaku kembali untuk mempermalukanku, 'kan?"Vita meraba-raba pipinya yang terasa panas itu, lalu berkata dengan dingin, "Kamu bisa membunuhku, tapi nggak boleh mempermalukanku!"'Ardika?'Begitu mendengar Vita menyebut nama Ardika, Cahdani yang tergeletak di lantai dan berpura-pura mati itu, merasa nama ini agak familier, seperti pernah mendengar nama ini."Oh? Mempermalukanmu? Memangnya kamu pantas?"Ardika duduk di seberang Vita, mengeluarkan selembar tisu basah, lalu mengelap tangannya perlahan-lahan.Melihat pergerakan Ardika itu, Vita mengangkat alisnya, menarik napas dalam-dalam untuk menekan api amarah yang bergejolak dalam hatinya.Kemudian, dia tertawa getir dan berkata, "Ya, benar juga. Kamu adalah seseorang yang bahkan mampu menundukkan Pak Chamir. Kala itu, kamu juga melumpuhkanku hanya menggunakan satu tangan.""Bahkan saat itu saja aku nggak memenuhi kualifikasi untuk menjadi lawanmu, apalagi sekarang. Aku sudah menjadi orang lumpuh, bagaimana mungkin ak

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2117 Mengantarku

    Ardika mencabut empat sumpit yang tertancap di tangan Cahdani dengan santai, lalu berjalan keluar dengan membawa pria itu."Ka ... kamu mau membawa Tuan Muda Cahdani ke mana?"Jepi mengajukan pertanyaan itu dengan ekspresi gugup. Kali ini, dia bahkan tidak berani berbicara dengan suara yang terlalu keras, takut Ardika menyiksa Cahdani lagi.Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Biarkan Tuan Muda Cahdani mengantarku sebentar. Dua jam kemudian, aku akan mengirim orang untuk mengantarnya kembali.""Tapi selama dua jam ini, kalian semua harus tunggu di sini.""Kalau sampai ada yang diam-diam meninggalkan tempat ini, pergi satu, aku akan mematahkan satu lengan Cahdani, pergi dua, aku akan mematahkan satu kakinya, dan seterusnya ...."Selesa berbicara, Ardika langsung membawa Cahdani meninggalkan restoran di bawah tatapan banyak orang.Begitu melihat mobil Rolls-Royce yang mengkilap itu, Cahdani tahu kali ini dia benar-benar sudah menghadapi lawan yang tangguh.Bagi tokoh yang sudah mencapai

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2116 Ganti Tempat untuk Bicara

    Ardika bahkan tidak melirik Jepi yang sedang berteriak seperti sudah menggila itu, dia hanya berkata dengan acuh tak acuh, "Sepertinya kalian ini masih belum memetik pembelajaran juga, ya."Saat berbicara, dia kembali menusukkan sumpit dalam genggamannya ke dalam telapak tangan Cahdani."Ahhh ...."Cahdani mendongak seperti sudah menggila, seta mengeluarkan teriakan yang luar biasa menyedihkan.Akan tetapi, kedua tangannya seperti sudah terpaku di atas meja, dirinya seperti sudah terpaku di tempat. Dia meronta dengan sekuat tenaganya, tetapi juga tidak ada hasilnya.Ardika mengorek-ngorek telinganya sambil bertanya, "Ayo, coba ulangi sekali lagi, apa yang akan kalian lakukan kalau terjadi sesuatu pada Tuan Muda Cahdani?"Di bawah ada Cahdani yang sedang meronta sambil berteriak dengan menyedihkan, sedangkan di atas ada Ardika yang tampak sangat santai.Pemandangan yang sangat mengenaskan ini benar-benar mengguncang hati orang.Pada akhirnya, ekspresi marah Jepi dan yang lainnya berubah

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2115 Mati Bersama

    Ardika melayangkan satu demi satu tamparan ke wajah Cahdani tanpa berbelas kasihan.Tanpa butuh waktu lama, wajah bocah ini sudah rusak ditampar oleh Ardika.Menerima tamparan beruntun dari Ardika, Cahdani merasakan kepalanya sangat pusing.Hal yang tidak bisa diterimanya adalah, penghinaan yang menggerogoti jiwa dan raganya.Dia sudah hidup selama tiga puluh tahun, belum pernah dipermalukan seperti ini oleh orang lain."Dasar sialan! Kamu memperlakukanku seperti ini, apa kamu pernah memikirkan konsekuensinya?"Dengan mata memerah, Cahdani berteriak dengan marah."Ahh ...."Tanggapan yang didapatkannya adalah, sumpit kembali tertancap masuk ke telapak tangannya.Saat ini, kedua telapak tangan Cahdani mengeluarkan darah segar, bahkan sudah mewarnai meja di bawah tubuhnya hingga kemerahan.Saat ini, para pria kekar yang berada di sekeliling tempat itu, menggertakkan gigi mereka hingga gigi mereka nyaris hancur. Mereka benar-benar panik setengah mati.Namun, majikan mereka masih di tangan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status