Sebelumnya, biofarmasi adalah salah satu bisnis inti Grup Bintang Darma.Elsy berencana untuk memulai mengembangkan perusahaan melalui bisnis yang satu ini, mencari kesempatan untuk merebut pasar tiga keluarga besar."Oke, perencanaan yang sangat bagus, hanya perlu mengawasi pelaksanaannya dengan baik saja. Kalau ada masalah yang nggak bisa kamu selesaikan, cari aku saja."Setelah mendengar laporan dari Elsy, Ardika juga merasa lega.Elsy adalah seorang wanita hebat.Kala itu, dia juga merupakan salah satu anggota lama sekaligus perintis Grup Bintang Darma.Kemampuannya dalam berbisnis tidak perlu diragukan lagi.Dengan melibatkan wanita itu dalam pengelolaan Grup Bintang Darma, Ardika yakin tidak lama lagi Grup Bintang Darma akan berkembang pesat dan sejaya dua tahun yang lalu.Setelah mendapat pengakuan dari Ardika, Elsy sangat senang. Setelah duduk-duduk sebentar, dia bergegas kembali ke Grup Bintang Darma untuk bekerja lagi."Sejak Elsy kembali ke Grup Bintang Darma, dia terlihat j
"Abu putraku hanya dititipkan di sini selama dua tahun. Kenapa biaya perawatannya sampai mencapai empat miliar?""Ya, benar, biaya perawatan ini terlalu mahal!"Mendengar sekali membuka mulut, wanita itu langsung meminta empat miliar, Robin dan Selvi merasa kesal sekaligus panik."Oh? Kalian merasa kemahalan?""Kalau merasa kemahalan, kalian jangan menitipkannya di sini. Lebih hemat uang kalau kalian langsung membuang abunya saja!"Siapa sangka, wanita itu langsung melontarkan kata-kata tajam seperti itu kepada mereka.Kata-kata tajam itu membuat ekspresi Robin dan Selvi berubah menjadi sangat muram saking kesalnya."Sebaiknya kamu jaga mulutmu baik-baik!" kata Ardika yang berdiri di samping orang tua Delvin dengan dingin.Wanita itu memelototi Ardika, lalu tertawa dingin. Sangat jelas bahwa dia sama sekali tidak takut pada Ardika."Bukan aku yang meminta biaya perawatan sebanyak itu."Wanita itu memberi penjelasan dengan nada malas. "Atasan kami mengatakan bahwa Delvin ini pembawa sia
Begitu mendengar ucapan prajurit itu, Robin yang bersiap untuk tanda tangan menghentikan pergerakan tangannya, lalu mendongak dengan terkejut.Suasana di tempat itu juga berubah menjadi hening seketika.Sementara itu, setelah tertegun sejenak, petugas pria dan wanita itu tertegun sejenak. Kilatan terkejut sekaligus panik melintas di mata mereka.Kemudian, mereka berteriak dengan marah, "Dasar sialan! Siapa kamu?! Apa dengan kamu mengatakan abu itu bukan abu Delvin, maka itu bukan abu Delvin?!""Orang bodoh mana yang membiarkanmu menyelinap masuk?! Dasar sampah! Cepat pergi dari sini sejauh mungkin!"Prajurit itu adalah orang yang sopan dan jujur. Mendengar dirinya dimaki seperti itu, wajah dan telinganya langsung memerah. Dia hendak melontarkan kata-kata untuk membela diri.Tepat pada saat ini, Ardika berkata padanya, "Tenang dulu. Coba kamu beri tahu aku apa yang terjadi.""Tuan, Tuan lihat saja sendiri!"Prajurit itu tidak bisa berkata-kata lagi, dia langsung menyodorkan ponsel dalam
"Ah! Berani-beraninya kamu memukulku!""Berani-beraninya kamu memukul wanita! Kamu adalah seorang pria atau bukan?!"Biarpun wajahnya sudah tampak mengenaskan, wanita itu tetap tidak menyadari kesalahannya dan berteriak dengan arogan.Ardika mendengus dan berkata, "Aku nggak peduli kamu adalah pria atau wanita! Orang nggak tahu diri sepertimu pantas dipukul!"Dia sudah bersabar menghadapi wanita ini cukup lama."Kamu! Tunggu saja kamu!"Wanita itu duduk di tanah, lalu berteriak kepada petugas pria yang sudah tampak linglung. "Kenapa kamu masih melamun saja di sana? Cepat panggil bantuan!""Hari ini aku harus membunuh bajingan itu!""Oh, oke!"Petugas pria itu tersadar kembali, lalu berlari masuk ke dalam rumah duka.Tak lama kemudian, sekelompok orang berlarian keluar dari rumah duka dengan aura menakutkan, lalu mengepung Ardika dan yang lainnya.Pemimpin sekelompok orang itu adalah Wilson Yendia, Ketua Rumah Duka Kota Banyuli.Wilson melirik wanita di tanah itu dengan ekspresi muram,
Ada orang yang terlahir dengan sifat lemah dan penakut.Namun, saat orang yang sangat penting bagi mereka menghadapi bahaya, mereka akan maju untuk melindungi orang itu tanpa ragu.Melihat pemandangan itu, Ardika sangat terharu.Selain Luna dan saudara-saudarinya di Kediaman Dewa Perang, dia menemukan orang yang rela berkorban untuk dirinya lagi."Bam!"Suara hantaman yang keras menyela pemikiran Ardika.Begitu dia mengalihkan pandangannya ke sumber suara, pembuluh-pembuluh darah di keningnya tampak menonjol.Robin sudah terjatuh ke tanah. Sambil memegang lengannya, lansia itu merintih kesakitan.Namun, sambil merintih kesakitan, dia masih berteriak meminta Ardika untuk cepat lari!"Dasar tua bangka nggak tahu diri! Minggir sana!" teriak seorang petugas rumah duka dengan tajam. Dia mengayunkan tongkat dalam genggamannya dan berniat untuk memukuli Robin untuk kedua kalinya.Sebelumnya, tongkatnya yang telah menghantam lengan Robin dengan keras.Tepat pada saat tongkatnya hampir mengenai
Mereka meminta bayaran tinggi untuk kremasi mayat.Mereka juga meminta bayaran tinggi untuk makam.Selain itu, saking tingginya bayaran yang mereka minta, sampai-sampai penduduk Kota Banyuli tidak bisa berkata-kata lagi untuk mengungkapkan kesulitan yang mereka rasakan!Dulu, ada sebuah kasus yang menggemparkan seluruh Kota Banyuli.Ada keluarga yang setelah anggota keluarga mereka meninggal, mereka tidak sanggup membayar biaya kremasi yang setinggi langit itu.Namun, mereka juga tidak berani menolak secara terang-terangan di hadapan anak buah Simon.Jadi, mereka menghubungi pihak yang menyediakan jasa mobil secara diam-diam dan bersiap untuk mengantarkan mayat keluarga mereka ke luar kota untuk dikremasi di luar kota.Namun, saat masih dalam setengah perjalanan, mobil itu dihentikan secara paksa oleh anak buah Simon.Anggota keluarga orang yang sudah meninggal itu mengalami pembalasan dendam yang brutal.Kasus itu sempat sangat heboh. Namun, pada akhirnya, kasus itu berakhir begitu sa
Tak lama kemudian, Claudio sudah sampai di sebuah kompleks vila mewah yang berlokasi di pinggiran Kota Banyuli.Menurut informasi yang diperoleh dari Kediaman Komandan, tempat ini adalah tempat tinggal Simon.Di dalam sebuah vila di kompleks vila mewah tersebut, seorang pria paruh baya yang tinggi dan kekar sedang duduk di atas kursi kulit harimau sambil menyilangkan kakinya dan mengisap cerutu.Kursi kulit harimau itu ditutupi oleh sepotong kulit harimau asli!Kepala harimau yang ganas dan mengintimidasi terlihat di belakang kepala pria paruh baya itu. Sorot matanya yang ganas seakan-akan sedang mengincar mangsanya.Hal itu membuat pria paruh baya yang duduk di kursi kulit harimau tersebut menjadi makin mengintimidasi.Orang ini tidak lain adalah Simon yang memonopoli bisnis rumah duka di seluruh Kota Banyuli!Simon adalah ketua preman Kota Banyuli yang berbeda dari yang lain.Karena dia menghasilkan uang dari orang mati, reputasinya sangat buruk.Ketua preman lainnya sangat jarang be
"Selama Pak Claudio membantuku untuk memohon pengampunan dari Dewa Perang, seluruh aset yang kumiliki sebesar triliunan akan menjadi milik Bapak!"Simon tampak berlutut di lantai dan memohon pengampunan tanpa henti.Sementara itu, semua anak buah pria itu juga tampak berlutut di lantai dan gemetar ketakutan.Dewa Perang!Simon baru menyadari bahwa dia sudah membuang abu sahabat sang Dewa Perang!Simon memang bernyali besar, kepala preman lainnya di Kota Banyuli sama sekali bukan apa-apa baginya.Bahkan, saat berhadapan dengan dua raja preman, yaitu Alden dan Billy dulu, dia juga hanya menjaga sopan santun seadanya, tetapi dia tetap tidak akan membiarkan mereka memperoleh keuntungan dari wilayah kekuasaannya.Namun, saat ini dirinya seakan-akan diselimuti aura dingin yang membuat sekujur tubuhnya gemetaran.Seumur hidupnya, dia tidak pernah merasakan perasaan takut seperti ini.Saat ini, dia ketakutan setengah mati karena orang yang telah dia singgung adalah sosok Dewa Perang paling mud