Melihat Luna tidak menyalahkannya, Tina merasa agak tenang.Dia mulai memikirkan solusi untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi saat ini."Edrik menyuap Yoga dan berencana untuk menjadikanku sebagai pengkhianat, mungkin karena merasakan tekanan yang sangat besar dari Titus. Dia ingin menjadikanku sebagai kambing hitam. Dengan begitu, Titus akan membunuhku."Tina menganalisis situasi saat ini dengan tenang."Saat Titus hendak membunuhmu, kamu bisa memberi penjelasan padanya, paling nggak memintanya untuk melakukan penyelidikan terlebih dahulu."Luna tidak tahu siapa Titus.Namun, melalui kata-kata yang keluar dari mulut Tina, dia menangkap orang itu berdiri di posisi netral.Luna menggelengkan kepalanya dan berkata, "Titus hanya setia pada ayahku. Aku belum pernah bertemu dengannya. Dalam lubuk hatinya, Edrik jauh lebih bisa dipercayai dibandingkan aku. Paling nggak, ayah kandung Edrik yang sudah meninggal adalah teman lamanya.""Selain itu, sebelumnya anak buahku di Kota Banyuli
"Luna, kamu di mana? Pagi-pagi sekali aku pergi ke Gedung Ansa untuk menjemputmu, kenapa kamu nggak berada di sana?"Saat menerima panggilan telepon dari Luna, Xavier sedang berada di Vila Cakrawala bersama Desi dan yang lainnya."Aku berada di Kota Serambi ...."Luna menceritakan secara singkat situasi yang dihadapinya saat ini.Begitu mendengar cerita Luna, Xavier mengerutkan keningnya.Tidak butuh waktu lama baginya untuk menebak bahwa semalam Luna pergi ke Kota Serambi demi menyelesaikan masalah Ardika.Dia tidak menyangka walaupun Luna sudah mengumumkan perceraian dengan Ardika, tetapi wanita itu masih saja memikirkan Ardika.Dalam sekejap, gelombang kecemburuan yang kuat menyelimuti hati Xavier!Namun, sekarang Luna sendiri sudah terseret dalam masalah dan meminta bantuannya.Kali ini, api cinta Luna terhadap Ardika belum padam.Namun, sekali, dua kali dan seterusnya, apakah perasaan Luna terhadap Ardika tetap tidak akan berubah?Setelah menghibur dirinya sendiri dalam hati, Xavi
"Mungkin saja, ya. Aku juga baru pertama kali melihat helikopter mengudara dari sana."Desi sendiri juga tidak tahu.Xavier tersenyum dan berkata, "Seharusnya memang benar Komandan Draco. Apa tadi kalian melihat ada motif pedang di badan helikopter? Itu adalah simbol Kediaman Dewa Perang, artinya helikopter itu adalah helikopter khusus Kediaman Dewa Perang.""Wewenang helikopter Kediaman Dewa Perang lebih tinggi dibandingkan wewenang helikopter tim tempur Kota Banyuli.""Begitu helikopter itu mengudara, departemen pengatur lalu lintas udara akan segera melakukan pembatasan. Saat itu pula, pesawat lainnya dilarang mengudara, agar helikopter Kediaman Dewa Perang bisa melintas tanpa hambatan apa pun.""Seharusnya Komandan Draco ada urusan mendadak yang harus diselesaikannya sesegera mungkin ...."Setelah mendengar penjelasan Xavier, semua orang menunjukkan ekspresi paham sekaligus kagum.Desi bertanya dengan penasaran, "Xavier, ayahmu adalah wakil kapten tim tempur Provinsi Denpapan, apa
Ardika mengerutkan keningnya, lalu melirik Yanis yang berdiri di belakangnya sekilas.Yanis segera melangkah maju."Syuu!"Dia mengeluarkan sebuah identitas dengan cap resmi, lalu menyodorkannya ke hadapan penjaga taman logistik."Aku adalah Yanis, ketua pengawal Komandan Draco tim tempur Kota Banyuli. Cepat beri tahu penanggung jawab taman logistik kalian untuk melepaskan Nona Luna!""Oh? Komandan Draco? Kalau begitu, aku adalah Dewa Perang! Lihatlah bocah di belakangmu itu! Dia sama sekali nggak mirip dengan Komandan Draco!""Jangan pikir hanya dengan berpura-pura menjadi tokoh hebat saja, kalian sudah bisa menggertak orang!"Siapa sangka, alih-alih menuruti perintah Yanis, penjaga taman logistik itu malah tertawa dingin setelah melihat Ardika.Dia beranggapan bahwa Ardika dan Yanis adalah penipu.Selesai berbicara, dia melambaikan tangannya dan berkata dengan kesal, "Cepat pergi dari sini!"Dikatai seperti itu oleh orang lain di hadapan Ardika, ekspresi Yanis langsung berubah menjad
Dua buah mobil itu berhenti di depan pintu taman logistik.Jacky dan Desi, serta bibi Luna, Amanda sekeluarga dan Xavier, satu per satu keluar dari mobil.Hanya Handoko yang masih kesal atas perceraian kakaknya dengan kakak iparnya tidak ikut datang ke sini.Begitu mereka semua keluar dari mobil dan melihat Ardika, mereka langsung tercengang.Mereka tidak menyangka Ardika bisa berada di sini, bahkan lebih cepat dibandingkan mereka.Bukankah pria itu sedang berada di dalam pusat penahanan?Desi berkata dengan nada bicara jijik sekaligus tajam, "Ardika, kenapa kamu datang ke sini?! Apa kamu melarikan diri dari penjara?!" Ekspresinya juga tampak dingin.Dia sama sekali tidak senang melihat keberadaan Ardika."Ibu, aku sudah terbukti nggak bersalah. Aku nggak membunuh Alden."Ardika mencoba untuk memberi penjelasan kepada ibu mertuanya. "Aku dengar Luna ditahan oleh pemilik taman logistik ini, jadi aku datang secara khusus untuk mengeluarkannya dan menjemputnya pulang ....""Jangan panggil
"Xavier, karena pihak cabang tim tempur Kota Serambi sudah mengirim anggota ke sini, Yoga pasti akan melepaskan Luna, 'kan?"Desi mengabaikan Ardika begitu saja. Saat ini, hal yang paling penting baginya adalah keselamatan putrinya.Xavier berkata dengan penuh percaya diri, "Tentu saja. Pihak cabang tim tempur Kota Serambi sudah turun tangan, Yoga pasti akan melepaskan Luna.""Kita langsung masuk ke dalam untuk menjemputnya saja. Mungkin sekarang Luna juga sangat terkejut. Saat ini, seharusnya orang yang paling ingin ditemuinya adalah Bibi."Setelah mendengar ucapan Xavier, seulas senyum langsung tersungging di wajah Desi."Kalau begitu, ayo segera masuk ke dalam untuk menjemputnya. Xavier, aku benar-benar berterima kasih atas bantuanmu kali ini. Kamu beri tahu penjaga pintu untuk membiarkan kita masuk ke dalam," kata Desi dengan ekspresi bersyukur."Oke."Xavier langsung berjalan ke arah pintu besi.Penjaga pintu bersikap sesuai dengan latar belakang seseorang.Begitu melihat mobil ya
Yoga memang layak disebut sebagai pengedar informasi terbesar di Provinsi Denpapan. Dia bisa menyebut nama Xavier secara tepat dan akurat.Xavier tertegun sejenak, lalu menganggukkan kepalanya dan berkata, "Ya, benar. Luna adalah temanku, jadi sebaiknya kamu lepaskan dia ...."Sebelum Xavier menyelesaikan kalimatnya, dia kembali disela oleh Yoga."Dengan mempertimbangkan ayahmu, aku nggak akan menuntut pertanggung jawabanmu karena sudah berkata-kata kasar padaku tadi. Kamu bawa mereka pergi sekarang juga," kata Yoga sambil menunjuk Desi dan yang lainnya.Xavier langsung marah besar. "Yoga, kamu ....""Apa kamu nggak dengar Bos menyuruhmu untuk pergi sekarang juga?!"Anak buah Yoga langsung menghampiri Xavier, lalu melayangkan pukulan keras ke bahu Xavier, sampai-sampai pemuda itu merintih kesakitan.Bulir-bulir keringat dingin mulai bercucuran ke sekujur tubuhnya.Sesaat kemudian, di bawah tatapan ganas sekelompok anak buah Yoga, Xavier dan yang lainnya tampak berada di pintu taman log
"Bibi Desi, aku akan memikirkan cara lain lagi. Pasti ada cara untuk menyelamatkan Luna ..." kata Xavier dengan kesal. Siapa pun yang mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya ini, samar-samar pasti bisa menyadari ketidakberdayaannya.Yoga bahkan sama sekali tidak mempertimbangkan wakil kapten tim tempur Provinsi Denpapan.Apa mungkin masih ada tokoh hebat lain dengan tingkatan yang lebih tinggi dari tingkatan ayahnya yang bisa diandalkan oleh Xavier?Dalam sekejap, hati Desi diselimuti oleh keputusasaan.Namun, dia tetap menghibur Xavier."Xavier, jangan menyalahkan dirimu sendiri. Kamu sudah berusaha semampumu. Sebelumnya, keluarga kalian juga sudah memberikan bantuan besar pada kami. Kami sangat berterima kasih padamu.""Semua ini salah Ardika si pembawa sial itu!""Kalau bukan karena dia, Luna juga nggak akan ditahan di sini.""Ardika, kalau sampai terjadi sesuatu pada Luna, mati pun aku nggak akan melepaskanmu!"Desi menggertakkan giginya dan memelototi Ardika dengan kesal, di