Kali ini, seakan-akan diselimuti oleh angin yang bergemuruh, tamparan Fandhi mengarah ke wajah Ardika dengan sangat cepat."Bocah, sudah bertahun-tahun lamanya, nggak ada orang yang pernah menamparku.""Hanya karena hal ini saja, aku akan menampar wajahmu hingga rusak!""Oh? Benarkah?"Ardika terkekeh pelan. Kemudian, dia melangkah maju satu langkah, lalu kembali melayangkan satu tamparan.Pupil mata Fandhi kembali mengecil seketika.Karena dia mendapati kecepatan pergerakan Ardika kali ini lebih cepat dibandingkan sebelumnya!Hal yang lebih membuatnya tidak nyaman adalah, dia gagal menghindari tamparan ini lagi."Plak!"Fandhi merasakan seperti dipukul oleh sebuah palu yang berat.Selain itu, kali ini dia bahkan tidak sempat untuk mengerahkan kekuatannya untuk bertahan. Tubuhnya langsung terpental dan menabrak dinding dengan iringan suara hantaman yang keras."Hei, tua bangka, sepertinya kamu masih belum memetik pembelajaran. Yah, kamu masih saja nggak serius.""Bagaimana kalau lain k
"Plak!"Dalam waktu kurang dari tiga detik, Fandhi terpental lagi."Plak!""Plak ...."Adegan selanjutnya seperti adegan yang diulang lagi dan lagi.Fandhi merangkak bangkit menerjang ke arah Ardika lagi dan lagi, Ardika melayangkan tamparan lagi dan lagi.Tidak peduli dia menyerang dari sudut pandang mana pun, tidak peduli seberapa cepat pergerakannya, Ardika bisa menyesuaikan pergerakannya menghadapi situasi yang ada. Tamparannya selalu mendarat di wajah Fandhi lebih cepat dibandingkan serangan Fandhi.Intinya, Ardika hanya menghadapi setiap serangan lawannya dengan satu tamparan.Saat Fandhi kembali tergeletak di lantai, dia sudah berlumuran darah. Janggutnya sudah tampak berwarna kemerahan.Bahkan Tina juga sudah tidak tahan menyaksikan pemandangan itu lagi. Dia berkata, "Bibi, suruh Pak Fandhi hentikan saja. Kalau terus menyerang karena nggak puas seperti ini, dia pasti akan dipukuli oleh Ardika sampai mati."Mendengar ucapan keponakannya, Violet juga hampir muntah darah.Karena t
Violet memelototi Fandhi dengan tajam.Karena hari ini pria tua bangka sudah dipermalukan dengan sebegitunya, dia baru berani melontarkan kata-kata makian pada pria tua tersebut.Fandhi tampak sangat malu, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Saat ini, dia sudah menerima pukulan dari Ardika sampai merasa sedikit putus asa dan mulai mempertanyakan hidupnya.Setelah melampiaskan ketidakpuasannya, Violet juga sudah tenang.Dia tahu bahkan Fandhi juga sudah ditundukkan oleh Ardika.Itu artinya tidak memungkinkan baginya untuk membawa pergi Tina secara paksa hari ini."Eh, Bibi, seharusnya kamu juga sudah melihat dengan jelas kekuatanku, bukan?"Saat ini, ucapan Ardika kembali terngiang di telinganya."Masih kalimat yang sama, silakan kembali dan beri tahu Nyonya Keluarga Dienga itu. Kalau dia berani menargetkan Alden, aku akan menepati ucapanku! Aku akan pergi ke Kediaman Keluarga Bangsawan Dienga secara pribadi untuk mencabut nyawa seratus orang anggota keluarga inti!""Selain itu, seb
Namun, tidak peduli apakah kata-kata Violet itu adalah peringatan atau arahan.Tidak ada artinya bagi Ardika.Ardika hanya tersenyum tipis dan berkata, "Bibi, sebaiknya kamu nggak berbicara seperti itu.""Sebelumnya kamu memandang rendah aku nggak punya uang, aku sudah mengeluarkan Kartu Hitam Sentral.""Kamu meminta Pak Fandhi untuk memberiku pelajaran, aku langsung menamparnya hingga dia mengakui kekalahannya.""Apakah dengan dua hal ini masih belum cukup untuk membuktikan aku nggak selemah yang kamu katakan?""Selain itu, bagaimana kamu bisa begitu yakin orang yang berasal dari kota kecil sepertiku nggak punya modal dan kemampuan untuk menekan Keluarga Bangsawan Dienga Supham dan Keluarga Bangsawan Sinatri Sewo?"Ardika menggunakan kata "menekan", bukan "melawan".Semua orang langsung tercengang.Mereka tidak mengerti dari mana kepercayaan diri Ardika sampai-sampai bisa mengucapkan kata-kata seperti itu?Menekan Keluarga Bangsawan Dienga Supham dan Keluarga Bangsawan Sinatri Sewo.M
Violet mendengus dingin, lalu berkata dengan dingin, "Aku sudah mengatakan apa yang harus kukatakan. Karena kamu sudah bertekad, bersiaplah sendiri."Selesai berbicara, Violet langsung berbalik dan meninggalkan ruangan itu.Namun, sebelum keluar dari pintu, Violet melirik Ardika sekilas lagi dan berkata dengan dingin, "Bocah, hari ini dengan mempertimbangkan Tina, aku nggak mempermasalahkannya denganmu.""Tapi, aku tetap harus memperingatkanmu, kelak jauhi Tina.""Karena dia adalah putri Keluarga Bangsawan Dienga Supham. Sejak kecil, dia sudah terhomat, bukan orang yang bisa didekati oleh pria sepertimu.""Ada kesenjangan-kesenjangan tertentu yang nggak bisa diimbangi hanya dengan mengandalkan kerja keras sendiri.""Aku hanya berbicara sejauh ini saja, sebaiknya kamu sadar diri!"Di Keluarga Bangsawan Dienga, tidak ada seorang pun yang lebih memahami Tina selain Violet.Tina adalah tipe wanita yang arogan, dia sama sekali tidak akan menganggap serius pria biasa.Namun, kejadian hari in
"Sayang, ini terakhir kali aku memandikanmu ....""Kita sudah menikah tiga tahun, tapi kita masih belum pernah bercinta ....""Sebelum bercerai, aku ingin memberikan malam pertamaku kepadamu ...."Ardika Mahasura duduk di dalam bak mandi, Luna Basagita yang bertubuh seksi sedang duduk di belakangnya. Kedua tangannya yang putih mulus itu sedang menggosok tubuh Ardika.Ketika air membasahi tubuh mereka, aroma yang harum pun memenuhi udara.Luna mengoleskan sabun mandi ke tubuh yang kekar itu, ketika kedua tangannya melewati otot perut Ardika, wajah Luna langsung merona.Namun, ketika melihat wajah Ardika, rasa sedih membuat air mata Luna ikut terjatuh.Saat ini, Ardika sedang memiringkan kepalanya. Wajah yang tampan itu terlihat bengong, air liur juga menetes dari sudut mulutnya. Dia benar-benar seorang idiot."Sayang, apa yang terjadi selama tiga tahun ini? Kenapa kamu menjadi seperti ini?" ucap Luna sambil terisak.Tiga tahun lalu, Ardika tiba-tiba menghilang di malam pertama mereka.D
Suara keras terdengar dari ujung telepon, seolah-olah ada meja dan kursi yang terbalik.Draco pun menjawab dengan nada gemetar, "Bos, ini benar-benar kamu? Ke mana saja kamu?""Selama ini, bos nggak ada kabar sama sekali. Teman-teman juga sangat panik.""Tapi, identitasmu sangat rahasia. Tanpa perintah, kami nggak berani pergi mencarimu."Sambil menghela napas, Ardika lalu menjawab, "Aku bertemu beberapa orang licik. Nggak masalah, sekarang aku sudah pulih.""Ada orang yang ingin mencelakakanmu? Siapa? Bos, berikan perintah! Aku akan bawa teman-teman untuk meratakan mereka," bentak Draco."Nggak perlu," jawab Ardika dengan ekspresi dingin. Terkait masalah Keluarga Mahasura, dia tidak ingin menggunakan bantuan dari luar. Semua ini harus diselesaikan oleh Ardika sendiri."Ada satu hal yang perlu kamu lakukan.""Malam ini, segera bawa Grup Angkasa Sura ke Kota Banyuli.""Selain itu, umumkan bahwa kita akan berinvestasi 20 triliun di Kota Banyuli."Selama tiga tahun bergabung dengan milite
"Ardika, jangan-jangan ... kamu sudah pulih?"Melihat tatapan Ardika yang jernih, Luna menutup mulutnya dengan tangan dan tampak tidak percaya."Ya, aku sudah pulih, sayang."Ardika menatap ke arah Luna, dia yang begitu tegas dalam medan perang, ternyata bisa merasa sedih juga.Seketika, air mata mengenang di mata Luna. Rasa bahagia membuatnya ikut menangis.Ardika langsung memeluk Luna. Beberapa tahun ini, Luna sudah menderita."Huh! Memangnya kenapa kalau sudah pulih?"Wulan berkata dengan sinis, "Dia tetap saja seorang pecundang."Sambil berkata, Wulan kembali duduk di kursinya. Sambil menunjuk kursi lipat di pojokan, dia pun berkata, "Duduk sana! Berkontribusi 20 triliun? Jangan membuatku tertawa."Ketika Ardika yang mengernyit ingin berkata, Luna segera menghentikannya dan menariknya untuk duduk.Mereka berempat duduk di kursi lipat yang ada di pojokan. Melihat makanan yang mahal dan enak di meja lain, di atas meja mereka hanya ada empat mangkuk mi.Melihat suasana yang begitu hid
Violet mendengus dingin, lalu berkata dengan dingin, "Aku sudah mengatakan apa yang harus kukatakan. Karena kamu sudah bertekad, bersiaplah sendiri."Selesai berbicara, Violet langsung berbalik dan meninggalkan ruangan itu.Namun, sebelum keluar dari pintu, Violet melirik Ardika sekilas lagi dan berkata dengan dingin, "Bocah, hari ini dengan mempertimbangkan Tina, aku nggak mempermasalahkannya denganmu.""Tapi, aku tetap harus memperingatkanmu, kelak jauhi Tina.""Karena dia adalah putri Keluarga Bangsawan Dienga Supham. Sejak kecil, dia sudah terhomat, bukan orang yang bisa didekati oleh pria sepertimu.""Ada kesenjangan-kesenjangan tertentu yang nggak bisa diimbangi hanya dengan mengandalkan kerja keras sendiri.""Aku hanya berbicara sejauh ini saja, sebaiknya kamu sadar diri!"Di Keluarga Bangsawan Dienga, tidak ada seorang pun yang lebih memahami Tina selain Violet.Tina adalah tipe wanita yang arogan, dia sama sekali tidak akan menganggap serius pria biasa.Namun, kejadian hari in
Namun, tidak peduli apakah kata-kata Violet itu adalah peringatan atau arahan.Tidak ada artinya bagi Ardika.Ardika hanya tersenyum tipis dan berkata, "Bibi, sebaiknya kamu nggak berbicara seperti itu.""Sebelumnya kamu memandang rendah aku nggak punya uang, aku sudah mengeluarkan Kartu Hitam Sentral.""Kamu meminta Pak Fandhi untuk memberiku pelajaran, aku langsung menamparnya hingga dia mengakui kekalahannya.""Apakah dengan dua hal ini masih belum cukup untuk membuktikan aku nggak selemah yang kamu katakan?""Selain itu, bagaimana kamu bisa begitu yakin orang yang berasal dari kota kecil sepertiku nggak punya modal dan kemampuan untuk menekan Keluarga Bangsawan Dienga Supham dan Keluarga Bangsawan Sinatri Sewo?"Ardika menggunakan kata "menekan", bukan "melawan".Semua orang langsung tercengang.Mereka tidak mengerti dari mana kepercayaan diri Ardika sampai-sampai bisa mengucapkan kata-kata seperti itu?Menekan Keluarga Bangsawan Dienga Supham dan Keluarga Bangsawan Sinatri Sewo.M
Violet memelototi Fandhi dengan tajam.Karena hari ini pria tua bangka sudah dipermalukan dengan sebegitunya, dia baru berani melontarkan kata-kata makian pada pria tua tersebut.Fandhi tampak sangat malu, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Saat ini, dia sudah menerima pukulan dari Ardika sampai merasa sedikit putus asa dan mulai mempertanyakan hidupnya.Setelah melampiaskan ketidakpuasannya, Violet juga sudah tenang.Dia tahu bahkan Fandhi juga sudah ditundukkan oleh Ardika.Itu artinya tidak memungkinkan baginya untuk membawa pergi Tina secara paksa hari ini."Eh, Bibi, seharusnya kamu juga sudah melihat dengan jelas kekuatanku, bukan?"Saat ini, ucapan Ardika kembali terngiang di telinganya."Masih kalimat yang sama, silakan kembali dan beri tahu Nyonya Keluarga Dienga itu. Kalau dia berani menargetkan Alden, aku akan menepati ucapanku! Aku akan pergi ke Kediaman Keluarga Bangsawan Dienga secara pribadi untuk mencabut nyawa seratus orang anggota keluarga inti!""Selain itu, seb
"Plak!"Dalam waktu kurang dari tiga detik, Fandhi terpental lagi."Plak!""Plak ...."Adegan selanjutnya seperti adegan yang diulang lagi dan lagi.Fandhi merangkak bangkit menerjang ke arah Ardika lagi dan lagi, Ardika melayangkan tamparan lagi dan lagi.Tidak peduli dia menyerang dari sudut pandang mana pun, tidak peduli seberapa cepat pergerakannya, Ardika bisa menyesuaikan pergerakannya menghadapi situasi yang ada. Tamparannya selalu mendarat di wajah Fandhi lebih cepat dibandingkan serangan Fandhi.Intinya, Ardika hanya menghadapi setiap serangan lawannya dengan satu tamparan.Saat Fandhi kembali tergeletak di lantai, dia sudah berlumuran darah. Janggutnya sudah tampak berwarna kemerahan.Bahkan Tina juga sudah tidak tahan menyaksikan pemandangan itu lagi. Dia berkata, "Bibi, suruh Pak Fandhi hentikan saja. Kalau terus menyerang karena nggak puas seperti ini, dia pasti akan dipukuli oleh Ardika sampai mati."Mendengar ucapan keponakannya, Violet juga hampir muntah darah.Karena t
Kali ini, seakan-akan diselimuti oleh angin yang bergemuruh, tamparan Fandhi mengarah ke wajah Ardika dengan sangat cepat."Bocah, sudah bertahun-tahun lamanya, nggak ada orang yang pernah menamparku.""Hanya karena hal ini saja, aku akan menampar wajahmu hingga rusak!""Oh? Benarkah?"Ardika terkekeh pelan. Kemudian, dia melangkah maju satu langkah, lalu kembali melayangkan satu tamparan.Pupil mata Fandhi kembali mengecil seketika.Karena dia mendapati kecepatan pergerakan Ardika kali ini lebih cepat dibandingkan sebelumnya!Hal yang lebih membuatnya tidak nyaman adalah, dia gagal menghindari tamparan ini lagi."Plak!"Fandhi merasakan seperti dipukul oleh sebuah palu yang berat.Selain itu, kali ini dia bahkan tidak sempat untuk mengerahkan kekuatannya untuk bertahan. Tubuhnya langsung terpental dan menabrak dinding dengan iringan suara hantaman yang keras."Hei, tua bangka, sepertinya kamu masih belum memetik pembelajaran. Yah, kamu masih saja nggak serius.""Bagaimana kalau lain k
Tidak ada seorang pun di antara ahli bela diri yang dipekerjakan oleh Keluarga Bangsawan Dienga itu lemah.Jangan lihat Fandhi sudah lanjut usia, tetapi saat dia masih muda, dia adalah orang ganas yang menguasai dunia preman Supham.Dia tak terkalahkan di Supham.Namun, seorang ahli bela diri sehebat itu, malah ditampar oleh Ardika dan berakhir membentur lemari dokumen.Kalau mereka bukan menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri, mereka pasti tidak akan memercayainya.Namun, ekspresi Violet berubah menjadi makin muram.Karena kata-kata makian yang ditujukan oleh Ardika, bukan hanya untuk memaki Fandhi, melainkan juga memaki dirinya.Tadi, bukankah dia juga menandatangani cek sebesar dua ratus miliar untuk Ardika, lalu pada akhirnya Ardika melemparkan selembar kartu hitam bernilai dua puluh triliun ke wajahnya?"Hehe, ternyata kamu cukup hebat juga. Pantas saja kamu berani bersikap begitu arogan di hadapanku, bahkan berani ikut campur dalam urusan keluarga kami."Violet berkata den
"Menerima bayaran tinggi, maka sudah seharusnya aku memberi kontribusi kepada majikan.""Sebagai ahli bela diri yang dipekerjakan oleh Keluarga Bangsawan Dienga Supham, aku nggak bisa membiarkanmu bertindak semena-mena!"Selesai berbicara, Fandhi melangkah maju satu langkah."Jangan!"Ekspresi Tina langsung berubah menjadi pucat pasi, secara naluriah dia berteriak dengan terkejut.Bisa dipekerjakan secara khusus oleh Keluarga Bangsawan Dienga, tentu saja orang itu tidak lemah.Tina tahu jelas seberapa menakutkannya orang seperti Fandhi."Tina, minggir!"Violet segera menarik Tina yang hendak maju sambil menatap Ardika dengan sorot mata acuh tak acuh."Pak Fandhi, membunuhnya hanya mengotori tanganmu saja! Beri dia sedikit pelajaran saja sudah cukup!" kata Violet dengan dingin.Menurutnya, Ardika, bocah yang satu ini benar-benar tidak tahu diri. Berani-beraninya Ardika ikut campur dalam urusan internal Keluarga Bangsawan Dienga Supham.Sudah sewajarnya diberi sedikit pelajaran.Hanya da
Dengan mempertahankan posisi menggenggam kartu di wajahnya, tubuh Violet sampai gemetaran saking kesalnya. Ekspresinya juga tampak sangat masam.Ardika benar.Dia begitu antusias untuk menjodohkan Tina dan Sego, memang bermaksud membantu suaminya untuk memperebutkan jabatan Wali Kota Banyuli.Suaminya, Jorgo Vezel adalah penanggung jawab ketiga Kediaman Kodam sebuah provinsi Wilayah Selatan, memiliki jabatan tinggi dan berkuasa. Namun, kali ini suaminya juga ingin memperebutkan jabatan sebagai Wali Kota Banyuli.Logikanya, sebagai menantu Keluarga Bangsawan Dienga Supham, seharusnya tidak masalah bagi Jorgo untuk memperebutkan jabatan itu dengan mengandalkan keluarga istrinya.Namun, faktanya tidak demikian.Karena kali ini orang-orang yang menargetkan jabatan ini terlalu banyak.Beberapa orang pesaing lainnya juga memiliki pengalaman yang tidak kalah dari Jorgo.Selain itu, satu per satu dari mereka juga memiliki latar belakang yang luar biasa, bahkan juga ada yang memiliki latar bela
Namun, sebagai anggota Keluarga Bangsawan Dienga Supham, wajar saja Violet bersikap seperti itu.Bagaimanapun juga, sejak lahir dia sudah menduduki posisi puncak dalam masyarakat. Baginya, bisa berbicara sebanyak ini dengan Ardika, sudah termasuk meninggikan Ardika.Ardika menangkap cek tersebut, melirik angka yang tertera di atasnya, lalu tersenyum tipis dan berkata, "Eh, Bibi, kamu ingin memintaku untuk putus hubungan dengan Tina hanya dengan uang nggak seberapa ini? Takutnya nggak cukup.""Hehe, berani-beraninya kamu mengeluh kurang banyak?"Violet memasang ekspresi meremehkan dan berkata, "Aku beri tahu kamu, bocah. Kalau bukan karena Tina berada di sini, kamu sama sekali nggak berhak untuk berbicara denganku, apalagi tawar menawar denganku.""Uang dua ratus juta ini hanyalah bayaran kamu berpura-pura menjadi pacar Tina sebelumnya.""Selain itu, uang ini juga untuk membungkam mulutmu. Jangan menyebarkan hal itu keluar dengan sembarangan, agar orang luar nggak mentertawakan Tina ber